Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW


KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH

Judul Karya Ilmiah : Kualitas Fisik dan Kimiawi Daging Sapi Beku pada Berbagai Metode
Thawing
Jumlah Penulis : 3 Orang
Status Pengusul : Penulis Anggota
Identitas Jurnal : a. Nama Jurnal : Jurnal Pertanian
b. ISSN : 2550-0244
c. Vol. No. Bulan, Thn. : Vol. 9 No.1, April 2018
d. Halaman/Penerbit : p. 50-61 / Prodi Agroteknologi (FAPERTA)
e. DOI Artikel (Jika Ada) :-
f. Repository/Web : https://ojs.unida.ac.id/jp/article/view/
1155/pdf
g. Terindeks di : sinta 4

Kategori Publikasi Karya Ilmiah : Jurnal Ilmiah Internasional / Internasional Bereputasi


(beri pada kategori yang tepat)  Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi
Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi
Hasil Penilaian Peer Review :
Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah

Internasional/ Nasional Nasional Tidak Nilai Akhir


Komponen
Int. Bereputasi Terakreditasi Terakreditasi Yang
Yang Dinilai
Diperoleh
20

a. Kelengkapan Unsur Isi Artikel (10%) 2 2


b. Ruang Lingkup & Kedalaman 6 6
Pembahasan (30%)
c. Kecukupan & Kemutahiran 6 5
Data/Informasi & Metodologi (30%)
d. Kelengkapan Unsur & Kualitas 6 5
Terbitan/Jurnal (30%)
Total = (100%) 20 18

CATATAN PENILAIAN

a. Isi artikel lengkap meliputi judul, nama dan lembaga penulis, abstrak, pendahuluan, materi dan
metode, hasil, pembahasan, kesimpulan, daftar Pustaka, dan sudah ditulis mengikuti kaidah ilmiah.

b. Ruang lingkup dan pembahasan cukup baik dengan membahas pengaruh beberapa metode thawing
terhadap kualitas fisik (pH, daya mengikat air, susut masak, warna, keempukan) dan kimia (kadar
air, protein, lemak) daging sapi beku dibandingkan dengan daging sapi segar.

c. Data yang digunakan meliputi pH, warna, keempukan, susut masak, daya mengikat air, kadar air,
kadar protein, dan kadar lemak daging. Metode yang digunakan relevan dengan peubah yang
diukur.

d. Kualitas jurnal baik dan mengacu standar penerbitan nasional. Informasi jurnal lengkap, ada nama
jurnal, nama dan alamat penerbit, dewan editor, arsip jurnal, ISSN, DOI, URL jurnal, daftar
indeksing (jurnal nasional terakreditasi Sinta 4).

Reviewer 1,

Prof. Dr. Komang G Wiryawan


NIK/NIDN : 0014096110
Unit Kerja : IPB University
LEMBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
KARYA ILMIAH : JURNAL ILMIAH

Judul Karya Ilmiah : Kualitas Fisik dan Kimiawi Daging Sapi Beku pada Berbagai Metode
Thawing
Jumlah Penulis : 3 Orang
Status Pengusul : Penulis Anggota
Identitas Jurnal : a. Nama Jurnal : Jurnal Pertanian
b. ISSN : 2550-0244
c. Vol. No. Bulan, Thn. : Vol. 9 No.1, April 2018
d. Halaman/Penerbit : p. 50-61 / Prodi Agroteknologi (FAPERTA)
e. DOI Artikel (Jika Ada) :-
f. Repository/Web : https://ojs.unida.ac.id/jp/article/view/
1155/pdf
g. Terindeks di : sinta 4

Kategori Publikasi Karya Ilmiah : Jurnal Ilmiah Internasional / Internasional Bereputasi


(beri pada kategori yang tepat)  Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi
Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi
Hasil Penilaian Peer Review :
Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah

Internasional/ Nasional Nasional Tidak Nilai Akhir


Komponen
Int. Bereputasi Terakreditasi Terakreditasi Yang
Yang Dinilai
Diperoleh
20

a. Kelengkapan Unsur Isi Artikel (10%) 2 2


b. Ruang Lingkup & Kedalaman 6 5
Pembahasan (30%)
c. Kecukupan & Kemutahiran 6 5
Data/Informasi & Metodologi (30%)
d. Kelengkapan Unsur & Kualitas 6 5
Terbitan/Jurnal (30%)
Total = (100%) 20 17

CATATAN PENILAIAN
Paper ini baik dan inovatif, ditulis oleh pengusul sebagai anggota dengan bidang ilmu yang
kurang sesuai dengan thema tulisan. Pembahasan cukup baik.

Reviewer 1/2,

Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M.S.


NIK/NIDN : 0005106114
Unit Kerja : IPB University
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 Volume 9 Nomor 1, April 2018 51

KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI DAGING SAPI BEKU PADA BERBAGAI METODE
THAWING

PHYSICAL AND CHEMICAL QUALITIES OF FROZEN BEEF WITHIN DIFFERENT


THAWING METHOD
C Diana1, E Dihansih2, dan D Kardaya2a
1Fakultas Peternakan IPB, Kampus Dramaga IPB Bogor
2 Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Ilmu Pangan Halal, Universitas Djuanda Bogor
Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720.
a Korespondensi: Dede Kardaya, E-mail: dede.kardaya@unida.ac.id

(Diterima: 28-02-2018; Ditelaah: 28-02-2018; Disetujui: 20-04-2018)

ABSTRACT
Different thawing metods were applied to frozen beef in order for evaluating both the physical
and chemical qualities. The study used a completely randomized design with six treatments
as follow: 1) fresh beef as control, 2) frozen beef allowed at room temperature (27-300C)
until internal temperature of beef reached 00C (became unfrozen), 3) Frozen beef thawed at
refrigerator temperature, i.e. 8-100C, 4) Frozen beef thawed at running water which its
temperature range within 25-280C, 5) Frozen beef thawed by boiling water (1000C), and 6)
Frozen beef thawed by hot water (<1000C). Every treatment was made in three replicates.
Results of the study repealed that frozen beef thawed by running water, hot water, or boiling
water resulted in better physical qualities than the one thawed by refrigerator temperature
(P<0.05). All thawing methods did not significantly affect on chemical qualities of the beef
(P>0.05). Moreover, all frozen beef showed similar chemical qualities to the fresh beef.
Key words: frozen beef, thawing, chemical quality, physical quality, fresh beef.

ABSTRAK
Beragam metode thawing telah digunakan pada daging sapi beku untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kualitas fisik dan kimiawi daging sapi. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap dengan enam perlakuan berikut: 1) daging segar sebagai control,
2) daging beku yang dibiarkan pada suhu kamar (27-300C) sampai suhu bagian dalam
daging mencapai 00C (daging menjadi tidak beku), 3) daging beku yang dithawing
menggunakan suhu refrigerator, yakni 8-100C, 4) daging beku yang dithawing pada air keran
mengalir bersuhu 25-280C, 5) daging beku dithawing dengan air mendidih bersuhu 1000C,
dan 6) daging beku dithaing dengan air panas bersuhu <1000C. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa daging beku yang dithawing dengan menggunakan air keran mengalir,
air panas, dan air mendidih mempunyai kualitas fisik yang lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan metode thawing pada suhu suhu refrigerator (P<0.05). Semua metode thawing
tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas kimiawi daging sapi (P>0,05). Lebih dari itu,
seluruh daging sapi beku memperlihatkan kualitas kimiawi daging yang sama dengan
daging sapi segar (P>0,05).
Kata kunci: daging sapi beku, thawing, kualitas kimiawi, kualitas fisik, daging segar.

Diana, C., Dihansih, E., & Kardaya, D. (2018). Kualitas Fisik dan Kimiawi Daging Sapi Beku pada
Berbagai Metode Thawing. Jurnal Pertanian, 9(1), 51-60.
52 Diana et al. Kualitas daging beku sapi hasil thawing

direndam dalam air panas. Penelitian


PENDAHULUAN bertujuan untuk mengetahui metode
Daging adalah bahan pangan yang thawing terbaik dan dampak yang
bernilai gizi tinggi karena kaya akan ditimbulkan akibat berbagai cara thawing
protein, lemak, mineral serta zat lainnya terhadap sifat fisik dan kimia daging sapi
yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. beku.
Daging merupakan produk yang mudah
rusak sehingga biasanya disimpan pada
suhu rendah. Penyimpanan pada suhu MATERI DAN METODE
rendah adalah teknologi yang telah
umum dikenal untuk memperpanjang Lokasi dan Waktu
masa simpan daging dan produk daging
Penelitian ini dilaksanakan di
(Reid 1997). Pada saat ini produk daging
Laboratorium Ilmu Produksi dan
sapi beku sudah bayak beredar di Negara
Teknologi Ternak Ruminansia Besar,
kita, terutama di kota-kota besar. Hal ini
Fakultas Peternakan, Laboratorium
diakibatkan oleh kurangnya pasokan
mikrobiologi, SEAFAST CENTER, Pusat
daging untuk pemenuhan kebutuhan
Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
dalam negeri kita dan semakin
Penelitian ini dilaksanakan selama 1
meningkatnya permintaan akan produk
bulan mulai 01 Juli sampai dengan 31 Juli
daging.
2011.
Peningkatan pendapatan masyarakat,
tingkat pendidikan dan tingkat pertumbuhan Materi
penduduk tidak memungkinkan untuk
berubahnya pola kehidupan sehari-hari. Bahan baku yang akan digunakan dalam
Kesadaran akan pemenuhan nutrisi yang penelitian ini adalah daging sapi bagian
bergizi bagi tubuh bagi pertumbuhan dan paha belakang (knuckle). Bahan lain yang
kecerdasan bangsa mengakibatkan akan digunakan adalah untuk tahap
peningkatan akan konsumsi daging. Para pengujian kualitas fisik daging adalah
konsumen biasanya membeli daging segar kertas White-man untuk uji DMA, larutan
kemudian menyimpannya kemudian buffer pH 4 dan 7 untuk uji pH, tissue,
sebagai persediaan sehari-hari. Tidak jarang plastik dan lain-lain.
juga para konsumen membeli daging dalam Peralatan uji yang akan digunakan adalah
kondisi beku untuk konsumsi sehari-hari. timbangan digital analitis, pinset, Carper
press, planimeter, thermometer bimetal,
Daging beku sebelum diolah biasanya
panci, pisau, warner bletzer, corer, pH
dilakukan thawing (penyegaran kembali)
meter, frezzer, refrigerator. untuk membuat
terlebih dahulu. Teknologi yang
kultur kerja adalah tabung reaksi, cawan
berhubungan dengan thawing ini untuk
Petri, jarum ose, incubator, kompor dan lain-
menjadi lebih efektif banyak tersedia.
lain.
Beberapa pendapat masyarakat mengatakan
bahwa kualitas daging beku menyusut Rancangan Percobaan
dibandingkan daging segar. Sedangkan
menurut beberapa literartur menyebutkan Rancangan yang digunakan pada
bahwa kualitas daging selama pembekuan penelitian ini adalah rancangan acak
tidak berubah, tetapi akan terjadi lengkap (RAL) dengan lima perlakuan
perubahan kualitas daging pada saat dan tiga ulangan. Adapun perlakuan
thawing. Thawing dapat menyebabkan yaitu:
beberapa perubahan fisik dan kimia dan 1. Daging segar yang tidak dibekukan
beberapa metode thawing yang dikenal atau tidak diberikan perlakuan sebagai
masyarakat antara lain disimpan dalam control.
refrigerator, disimpan dalam suhu kamar, 2. Thawing pada suhu ruang: yaitu
direndam dalam air dingin (kran) dan daging dibiarkan pada suhu ruang
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 Volume 9 Nomor 1, April 2018 53

dengan suhu sekitar 27-300C sampai Pembekuan dilakukan selama 1 minggu,


benar-benar tidak beku atau suhu dalam kemudian setelah 1 minggu pembekuan tiap
daging 00C lalu diuji kualitas fisik dan bungkus daging akan dithawing dengan
kimianya perlakuan yang berbeda. Perlakuan tersebut
3. Thawing pada suhu refrigerator: yaitu diantaranya adalah: thawing suhu ruang,
daging dibiarkan pada suhu refrigerator thawing air dingin, thawing refrigerator dan
dengan suhu 8-100C sampai benar- thawing di air panas. Setelah proses
benar tidak beku lalu diuji kualitas fisik thawing selesai maka setiap daging akan
dan kimianya diuji kualitas fisik, kadar protein dan
kadar lemaknya. Uji kualitas fisik daging
4. Thawing pada air keran: yaitu
tersebut diantaranya adalah uji
daging disimpan sambil dialiri air keran
keempukan, susut masak, daya mengikat
dengan suhu25-280C sampai benar-benar
air, pH. Sedangkan untuk uji kimia hanya
tidak beku lalu diuji kualitas fisik dan
untuk kadar protein dan kadar lemak.
kimianya
5. Thawing pada air panas (suhu Pengukuran Peubah
mendidih): yaitu daging dibiarkan pada
suhu air panas dengan suhu 1000C Waktu dan Suhu
sampai benar-benar tidak beku lalu diuji
kualitas fisik dan kimianya. Peubah yang diukur mencakup lama
6. Thawing pada air panas suhu<1000C waktu thawing yang diperlukan sampai
yaitu setelah air mendidih, api daging tidak beku (suhu dalam daging
dimatikan lalu daging dimasukan 00C) pada berbagai perlakuan yang
ditunggu sampai tidak beku lalu diuji diberikan dan suhu yang digunakan pada
kualitas fisik dan kimianya. saat thawing pada berbagai perlakuan
yaitu: suhu refrigrator (8-100C), suhu
Model matematis yang digunakan
ruang (27-300C), suhu air kran (25-280C)
berdasarkan Steel and Torrie (1997):
dan suhu air mendidih (1000C).
Yij = μ + Pi + εij
Keterangan: Kualitas Fisik
Yij: Variabel respon akibat pengaruh
cara thawing ke-i pada ulangan ke-j
Uji Keempukan/Daya Iris (Warner
Bratzler Shear Force)
μ : Nilai tengah umum
Pi: Pengaruh cara thawing ke-i terhadap kualitas Sampel daging yang telah di thawing
daging secara fisik dan kimia (i = sebanyak 200 gram akan ditusuk dengan
ruang, refrigerator, air dingin dan air panas) thermometer bimetal, kemudian direbus
pada air mendidih sampai suhu internal
εij: Pengaruh galat percobaan pada unit
per- cobaan ke-i dalam kombinasi perlakuan 80-810C. Daging tersebut diuji keempukan
ke-j. dengan cara daging di corer searah serat
daging lalu diuji keempukannya dengan
Prosedur menggunakan alat Warner Blatzer dan
keempukan daging akan terbaca pada
Persiapan penelitian ini dimulai dengan
skala alat tersebut. Skala daging antara 1-
pembelian daging segar sebanyak 7,5 kg
3 dinyatakan daging tersebut empuk,
di pasar tradisional, kemudian sebanyak
skala daging antara 4-8 dinyatakan daging
0,5 kg daging segar tersebut akan
tersebut kurang empuk, skala daging
dilakukan uji kualitas fisiknya dan kadar
antara 8- ke atas dinyatakan alot.
protein. Daging segar yang lainya akan
dibungkus dengan plastic LDPE yang Drip Loss
masing-masing beratnya adalah 0,5 kg
untuk kemudian dimasukan ke dalam Drip loss diukur dari selisih antara berat
frezer agar beku. beku dan berat setelah daging di thawing
54 Diana et al. Kualitas daging beku sapi hasil thawing

atau disegarkan kembali. Drip loss Uji pH


ditunjukkan dengan persentase selisih Sampel daging yang sudah dithawing diuji
dari bobot bahan yang dipakai. pH- nya dengan cara ditusuk dengan alat
pH meter daging. pH meter daging
Uji Susut Masak
pertama dikalibrasi dulu pada cairan
Sampel daging yang telah dithawing buffer pH 7, kemudian dilanjutkan dengan
ditimbang sebanyak 50 gram, lalu akan kalibrasi pada cairan buffer pH 4. Setelah
ditusuk dengan thermometer bimetal, itu pH meter ditusukan pada daging
kemudian direbus pada air mendidih sampel yang akan diuji dan pH daging
sampai suhu internal 80-810C. Lalu daging akan terbaca pada alat pH meter tersebut.
diangkat dari air rebusan, kemudian di
diamkan samapai beratnya konstan pada Uji Warna (Soekarto, 1990)
suhu ruang. Setelah beratnya konstan Kromameter tipe CR-200 adalah alat yang
kemudian daging tersebut ditimbang digunakan untuk mengukur warna produk
kembali lalu dihitung berapa persen susut pangandan dapat langsung menyatakan
masaknya dengan rumus: warna bahan pangan ke dalam system
bobot daging awal – bobot
Susut notasi Hunter yaitu L, a dan b.
daging akhir
masak =
bobot daging awal Uji Kadar Air (AOAC, 1999)
Siapkan cawan yang sudah disterilkan
Uji Daya Mengikat Air (Hamm, 1974) dengan menggunakan oven dengan suhu
1050C selama 1 jam dan telah
Sampel daging sebanyak 0,3 gram
didinginkan menggunakan eksikator,
ditimbang dengan timbangan analitis,
kemudian timbang (X). Timbang
kemudian daging tersebut diambil dengan
sampel yang akan di uji sebanyak 5
mengunakan pinset dan diletakan
gram (Y) dan simpan dalam cawan.
ditengah-tengah dua kertas saring
Sampel yang sudah siap di masukan
whiteman 41 lalu di tekan pada alat
dalam oven 1050C selama 4-6 jam
Carper press dengan tekanan 35kg/m2
(sampai beratnya konstan). Angkat
selama 5 menit. Tunggu sampel daging
sampel dan dinginkan dalam eksikator.
mengering pada kertas kemudian diberi
Timbang sampel yang sudah dingin (Z).
tanda pada sekeliling air yang keluar
X+Y
dari daging pada kertas. Setelah itu, % kadar air = X 100%
X
dilakukan pengukuran dengan alat
planimeter untuk melihat banyaknya air Uji Kadar Protein (Kjeldahl)
yang keluar dari daging dengan mengukur
lingkaran dalam yaitu berupa Timbang 1 gram bahan yang telah
sampel daging yang ditekan dan lingkaran dihaluskan, masukan ke dalam labu
luar berupa air yang keluar dari daging. kjeldahl, kemudian ditambahkan 7,5
Jumlah air yang keluar dari daging gram kalium sulfat dab 0,35 gram raksa
adalah lingkaran luar dikurangi (II) oksida dan 15 ml asam sulfat pekat.
lingkaran dalam. Kemudian hasil Panaskan labu kjeldahl dalam lemari
pengukuran tersebut dikonversikan air asam sampai berhenti berasap dan
yang keluar dari daging dengan teruskan pemanasan sampai mendidih
menggunakan rumus Hamm: dan cairan menjadi jernih.tambahkan
Mg H2O = (luas area basah cm2 / 0,0948) – pemanasan kurang lebih 30 menit,
8,0 kemudian didinginkan. Tambahkan 100
ml aquadest dalam labu kjeldahl yang
didinginkan tambahkan 15 ml larutan
kalium sulfat 4% kemudian tambahkan
perlahan larutan natrium hidroksida 50%
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 Volume 9 Nomor 1, April 2018 55

sebanyak 50 ml. Labu kemudian dengan menggunakan air mendidih.


dipanaskan sampai kedua cairan Proses thawing yang dilakukan dengan
tercampur. Destilasi ditampung dalam menggunakan suhu yang tidak terlalu
Erlenmeyer yang diisi dengan larutan berbeda jauh dengan suhu awal daging
baku asam klorida 0,1N sebanyak 50 ml beku. Berbeda dengan proses thawing
dan indicator metal merah 0,1 % b/v dengan menggunakan air mendidih
sebanyak 5 tetes. Sisa larutan asam dengan suhu air 100 0C, pada proses
klorida 0,1 N. Titik akhir titrasi terjadi thawing ini daging dituntut untuk lebih
perubahan warna larutan dari merah cepat akan tetapi karena suhunya terlalu
menjadi kuning. Lakukan titrasi blangko. tinggi sehingga pada daging terjadi proses
Rumus: browning atau pencoklatan yang terjadi
(ml X– ml Y) x N NaOH x14 x 6,25 akibat perubahan dari pigmen yang ada
dalam daging yaitu mioglobin karena
%Protein = -------------------------------------------
panas menjadi coklat. Adapn waktu yang
Berat Y (mg) dibutuhkan untuk mengembalikan daging
dengan faktor pengali 100% beku sampai ke kondisi normal daging
Keterangan : X = Blangko; Y = Sample (Thawing) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Waktu yang dibutuhkan untuk


Uji Kadar Lemak (Soxlet)
mengembalikan daging beku
Labu penyari disiapkan dengan batu sampai ke kondisi normal daging
didih di dalamnya, yang sebelumnya (Thawing)
telah dipanaskan pada suhu 105-1100C
Waktu
dan didinginkan di dalam eksikator. No Perlakuan
Thawing
Labu penyari (a) dan sampel di
timbang, sampel ditimbang sebanyak ± 1 1 Daging segar, sebagai -
gram (x), kemudian sampel dimasukan control
kedalam selongsong penyari, kemudian 2 Thawing pada suhu ruang 2 jam 49
ditutup dengan menggunakan kapas (suhu sekitar 27-300C) menit
tidak berlemak. Selongsong penyari 3 Thawing pada suhu 10 jam 10
dimasukan kedalam alat soxlet, lalu refrigerator (suhu sekitar menit
disari menggunakan petroleum benzin. 8-100C)
Selanjutnya eksikator dihubungkan 4 Thawing pada air keran 31 menit
dengan kondensor, alat yang digunakan mengalir(suhu sekitar 25-
dalam proses ini adalah FATEX-S. labu 280C)
penyari diangkat dari alat FATEX-S, 5 Thawing pada air panas 19 menit
kemudian keringkan dalam oven pada (suhu <1000C)
suhu 105-1100C sampai bobot tetap (± 4- 6 Thawing pada air 10 menit
6 jam), setelah itu didinginkan didalam
mendidih (suhu 1000C)
eksikator dan hasilnya ditimbang
sebagai bobot akhir (b). Rumus:
b-a Sifat Kualitas Fisik
% lemak = X 100%
X
Sifat fisik daging yang umum dilakukan
untuk melihat kualitas daging baik atau
HASIL DAN PEMBAHASAN sudah rusak yaitu pH, keempukan, susut
Hasil yang diperoleh ternyata proses masak, daya mengikat air (DMA).
thawing dengan menggunakan suhu
refrigrator lebih lama dibandingkan Nilai pH
dengan menggunakan suhu ruang, air Hasil yang didapatkan untuk nilai pH
kran yang mengalir, air panas maupun yang dilakukan pada daging segar dan
56 Diana et al. Kualitas daging beku sapi hasil thawing

daging dengan perlakuan thawing keran/air mengalir, air panas dan thawing
yang berbeda ternyata secara dengan air mendidih memiliki kesamaan
parametrik berbeda nyata pada taraf nilai pH dalam kisaran nilai pH daging
kepercayaan 5% (Tabel 2). normal yaitu 5,4-5,6 (Gambar 1). Menurut
Ternyata untuk nilai pH daging segar, soeparno (2005) kisaran nilai pH untuk
daging yang dithawing di refrigerator, daging normal yang sudah mengalami proses
thawing di suhu ruang, thawing dengan air postmortem yaitu 5,4-5,6.
Tabel 2 Pengaruh perlakuan penyimpanan terhadap sifat fisik daging sapi
Perlakuan Uji Fisik
pH Keempukan Susut Masak DMA (%) Susut Thawing (%)
1 5,60a 7,00 39,83ab 43,30 -
2 4,83c 9,67 43,80ab 42,00 -0,29c
3 5,06bc 9,00 38,90ab 42,10 1,24c
4 5,47ab 8,33 44,60a 42,77 -0,03c
5 5,67a 8,33 34,77b 42,83 3,44b
6 5,40ab 8,00 38,00ab 38,73 9,91
Nilai dengan superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%
(P<0,05).
Hasil yang didapatkan untuk nilai pH
pada daging dengan thawing suhu ruang dan Keempukan
refrigrator menunjukan nilai yang sama saja Hasil uji keempukan yang sudah di uji
pada selang kepercayaan 95% dan kisaran secara parametrik ternyata dengan uji
nilai pHnya berada dibawah kisaran daging dengan kepercayaan 95% beberapa
normal, bahkan sudah masuk ke dalam metode thawing yang dilakukan pada
kondisi asam yaitu 4,83 dan 5,06. Hal ini daging knuckle beku tidak berbeda,
disebabkan karena waktu yang dibutuhkan semuanya sama dengan nilai
pada saat thawing terlalu lama sehingga keempukan lebih dari nilai 7 untuk nilai
terjadi perkembangan pertumbuhan bakteri keempukannya. Nilai keempukan 7 ini
pada daging. Pertumbuhan bakteri ini akan menggambarkan bahwa daging ini
mengakibatkan pH menjadi turun lagi, semuanya alot sesuai dengan
karena umumnya hasil dari metabolisme pernyataan Soeparno (2005) bahwa
bakteri salah satunya adalah asam. Bakteri daging dengan range nilai keempukan
akan merubah cadangan glikogen dalam lebih dari 5 maka daging tersebut bisa
daging menjadi asam- asam dan hasil lainnya, dikatakan alot. Hasil ini
sehingga pH pada lingkungan bakteri ini menggambarkan bahwa metode thawing
atau daging ,menjadi di bawah pH daging tidak ada pengaruh untuk keempukan
normal. Pertumbuhan bakteri pada daging daging.
yang sudah beku ini lebih cepat karena Keempukan daging ditentukan oleh tiga
kandungan air bebas yang ada pada daging komponen daging, yaitu struktur miofibrilar
sangat tinggi sekali. Air ini salah satu dan status kontraksinya, kandungan jaringan
penyebab bakteri yang ada dalam daging ikat dan tingkat ikatan silangnya, dan daya
sangat mudah tumbuh. Air bebas yang ada ikat air oleh protein daging serta marbling
ini berasal dari driploss pada saat thawing. (Aberle et al. 2001). Perbedaan bangsa juga
Hal ini dipertegas oleh Fardiaz bahwa dapat menimbulkan perbedaan keempukan
bakteri mampu berkembang pada kondisi daging, daging dari tipe kecil lebih empuk
lingkungan yang mempunyai kadar air daripada daging dari tipe besar (Lawrie
minimal 0,86%, semakin tinggi kadar air 2003). Menurut Epley (2008), keempukan
maka bakteri akan dengan mudah untuk daging akan menurun seiring dengan
berkembang. meningkatnya umur hewan. Jaringan ikat
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 Volume 9 Nomor 1, April 2018 57

pada otot hewan muda banyak mengandung berbeda. Daya mengikat air merupakan
retikuli dan memiliki ikatan silang yang salah satu faktor yang menentukan
lebih rendah jika dibandingkan dengan kualitas dan daya terima daging oleh
hewan tua. konsumen. (Honikel 1998).
Hasil yang didapatkan (Gambar 4) bahwa
Susut Masak DMA daging segar lebih tinggi dibandingkan
Susut masak yang dilakukan pada daging dengan DMA pada daging beku yang sudah
yang sudah selesai proses thawing. di thawing dengan beberapa metode
Hasil yang diperoleh untuk susut masak thawing. Hal inidisebabkan karena kekuatan
pada beberapa metode thawing yang protein dalam daging yang berfungsi
berbeda tidak terlalu berbeda dari susut sebagai pengikat air sudah mengalami
yang diperoleh. Namun setelah diuji kerusakan akibat adanya pembekuan dan
statistik dengan menggunkan ANOVA pH daging. Hal ini diperkuat oleh Lawrie
pada selang kepercayaan 95% (2003) yang menyatakan bahwa daya
menunjukan bahwa susut yang didapat mengikat air daging sangat dipengaruhi oleh
pada metode thawing menggunakan air pH, semakin tinggi pH akhir semakin
kran berbeda dengan metode thawing air sedikit penurunan DMA.
panas dan semua methode thawing Daya mengikat air sangat penting dalam
menghasilkan susut yang sama dengan proses pengolahan daging sebagai protein
kontol atau tidak berbeda. yang mampu menahan lebih banyak air
Hasil susut masak yang berbeda ini menjadi lebih mudah larut. Daging dengan
karena pada proses thawing menggunakan kapasitas mengikat air yang rendahakan
air panas terjadi kerusakan protein-protein menyebabkan banyaknya cairan yang hilang,
pada daging. Kerusakan protein yang terjadi sehingga selama pemasakan akanterjadi
karena proses thawing dengan kehilangan berat yang besar. Kapasitas
menggunakan suhu tinggi sehingga mengikat air merupakan faktor mutu yang
kemampuan dari protein untuk penting karena berpengaruh langsung
mempertahankan air yang terikat didalam terhadap keadaan fisik daging seperti
melemah, sehingga air tidak keempukan,warna, tekstur, juiceness, serta
mampu dipertahankan menjadi air bebas. pengerutan daging (Forrest et al. 1975)
Menurut Soeparno (2005) susut masak
dipengaruhi oleh temperatur dan lama Warna
pemasakan. Warna daging sapi segar dan warna
Susut masak yang paling rendah terjadi daging beku yang sudah di thawing
pada daging beku yang dithawing dengan dengan metode suhu refrigrator, suhu
menggunakan air panas. Proses Thawing ruang, air keran yang mengalir, air
dengan menggunakan air panas ini panas dan air mendidih dapat dilihat
mempunyai kualitas yang tidak baik dari pada gambar 5. Warna daging sapi
segi susut masak dan thawing dengan ditunjukan dengan kecerahan daging (L),
menggunakan sudu rendah lebih baik. intensitas warna merah daging (a), dan
intensitas warna biru (b).
Daya Mengikat Air (DMA) Tidak terlihat bahwa pengaruh perbedaan
Hasil yang didapatkan untuk uji Daya metode thawing terhadap kecerahan daging
Mengikat Air (DMA) ternyata tidak beku yang sudah mengalami thawing
berbeda (P>0,5) untuk daging beku yang (P>0,05). Hasil ini mungkin nilai yang
dithawing yang berbeda-beda. Hal ini didapatkan tidak terlalu signifikan, akan
dimungkinkan karena perbedaan air tetapi dpat dilihat pada grafik (Gambar 5)
yang terkandung dalam daging tidak bahwa terlihat ada perbedaan kecerahan
terlalu signifikan jadi setelah di olah antara daging segar sebagai kontrol
secara anova pada selang kepercayaan (perlakuan 1) dengan daging beku yang di
95% menunjukan nilai yang tidak thawing dengan metode yang berbeda.
58 Diana et al. Kualitas daging beku sapi hasil thawing

Semakin tinggi nilai warna L daging Sifat Kualitas Kimia


menggambarkan semakin cerah suatu Uji kimia yang dilakukan adalah uji
daging. Perbedaan nilai ini disebabkan kadar air, protein dan lemak. Hasil uji
karena pada saat proses thawing terjadi yang sudah dilakukan dapat dilihat pada
pengeluaran cairan dalam daging yang Tabel 3.
disebut sebagai driploss.
Warna daging sapi untuk intensitas Kadar Air
warna merah terlihat menunjukan hasil
Hasil yang didapatkan (Tabel 3) terlihat
berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan
bahwa kadar air dari daging segar dan
thawing yang berbeda. Intensitas warna
daging beku yang sudah di thawing
merah pada daging segar berbeda dengan
dengan beberapa metode thawing yang
daging beku yang di thawing pada suhu
umum dilakukan di masyarakat
ruang, refrigrator, dan air panas. Daging
menunjukan tidak berbeda nyata (P>0,5).
yang dithawing di suhu ruang (perlakuan 2)
Hal ini menggambarkan bahwa kadar air
ternyata intensitas warna merahnya sama
pada daging segar dan daging beku yang
dengan daging yang di thawing di refrigrator
di thawing dengan beberapa metode
(perlakuan 3), air kran mengalir (perlakuan
thawing secara statistik ternyata tidak
4), air panas (perlakuan 5) dan air
berbeda. Namun secara kuntitatif
mendidih (perlakuan 6). Hal ini dikarenakan
terdapat perbedaan antara daging segar
pada daging yang sudah dibekukan pada
dan daging beku yang di thawing dengan
saat dilakukan proses thawing mioglobin
metode yang berbeda.
yang merupakan pigmen warna merah
daging ikut keluar bersamaan dengan air Tabel 3 Pengaruh perlakuan penyimpanan
dalam driploss, sehingga kadar mioglobin daging terhadap kualitas kimia
dalam daging menjadi berkurang. Metode
thawing yang berbeda menunjukan Kualitas kimia daging
Perlakuan
intensitas warna yang tidak nyata. Kadar air Protein Lemak
1 75,01 20,93 1,16
Hasil yang didapatkan untuk intensitas
2 74,6 21,10 0,36
warna biru ternyata daging yang dithawing
3 72,97 21,13 0,95
di suhu ruang (perlakuan 2) tidak berbeda
4 71,77 21,82 0,79
dengan daging segar, tetapi daging yang
5 71,01 23,36 0,66
dithawing di suhu refrigrator (perlakuan 3),
6 72,28 24,02 1,36
air kran yang mengalir (perlakuan 4), air
Kadar air (Tabel 3) merupakan jumlah
panas (perlakuan 5) dan air mendidih
air yang masih terikat pada daging setelah
(perlakuan 6) ternyata untuk intensitas
proses thawing. Semakin tinggi suhu thawing
warna biru menunjukan hasil yang berbeda
ternyata semakin banyak air yang hilang
dengan intensitas warna biru pada daging
karena proses thawing dengan menggunakan
segar (perlakuan 1). Hal ini dikarenakan
suhu tinggi akan membuat kristal-kristal es
pada daging beku sudah mengalami proses
pada daging beku mencair semua dan pada
pengkristalan unsur air dalam daging dan
dagingng beku yang dithawing lambat
pada saat thawing driploss yang terjadi
kristal-kristal esnya tidak mencair semua.
terlalu banyak sehingga banyak unsur
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
pembentuk warna biru uni yang ikut keluar
oleh Lesson dan Summer (1997) bahwa
sehingga berbeda intensitas warna biru
perlakuan thawing lambat atau thawing
pada daging yang diberi perlakuan dengan
dengan suhu rendah mampu
daging beku. Hal ini dikemukakan juga oleh
memmpertahan- kan lebih besar kadar air
Cornforth (1985) bahwa penyimpanan
dalam produk, karena kristal-kristal es
dingin, bagian daging berpengaruh terhadap
dalam daging beku tidak mencair dengan
nilai b atau intensitas warna biru pada
sempurna.
daging.
Jurnal Pertanian ISSN 2087-4936 e-ISSN 2550-0244 Volume 9 Nomor 1, April 2018 59

Kadar Protein lemak akan terjadi setalh pertumbuhan otot


maksimal, karena pada sampel daging yang
Protein merupakan faktor penentu
digunakan produksi ototnya belum
dalam menentukan kualitas suatu
maksimal sehingga lemak yang
produk dalam hal sifat kimia produk.
terkandungnya masih sedikit.
Hasil yang ditunjukan pada Tabel 3.
Ternyata kadar protein antara daging
segar dengan daging beku yang
dithaewing pada suhu ruang, suhu KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
refrigrator, air kran yang mengalir, air
panas dan air mendidih ternyata tidak Kesimpulan
berbeda. Hal ini menggambarkan bahwa Daging yang dithawing dengan
proses pembekuan tidak terlalu menggunakan metode thawing cepat yaitu
berpengaruh terhadap kadar protein air keran mengalir, air panas dan air
daging, karena tidak telalu signifikan mendidih mempunyai kualitas fisik yang
nilai atau jumlah protein yang hilang lebih baik dibandingkan dengan
akibat adanya proses pembekuan dan menggunakan metode thawing lambat
metode thawing yang berbeda. seperti suhu refrigrator. Perbedaan
Kadar protein yang didapat berkisar metode thawing yang dilakukan pada
antara 20 sampai 24%. Kisaran kadar daging beku tidak mempengaruhi kualitas
protein ini masih termasuk dalam kisaran kimia daging seperti protein, kadar air
daging dengan kualitas baikHal ini sesuai dan kadar lemak. Daging segar dan
dengan Suroprawiro (1981) yang daging beku yang sudah dithawing
menyatakan bahwa kandungan protein dengan beberapa metode kandungannya
daging berkisar antara 15-25%. Sedangkan sama yaitu masih termasuk kedalam
menurut Lawrie (1995) bahwa komposisi daging normal.
daging dapat diperkirakan terdiri dari 75%
kadar air, 19% protein, 3,5% substansi non Implikasi
protein dan 2,5 % lemak. Daging yang Metode thawing cepat yang mencakup
disimpan beku dan dithawing baik itu penggunaan air keran yang mengalir, air
secara cepat atau lambat tidak panas, atau air mendidih dapat menjadi
mempengaruhi terhadap kadar protein metode pilihan yang lebih hemat energy
dalam daging. dan lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan metode thawing lambat yang
Kadar Lemak menggunakan suhu refrigerator. Hal ini
Hasil yang didapatkan untuk kadar karena penggunaan refrigerator, selain
lemak pada daging segar dan daging mengonsumsi energy listrik juga
beku yang dithawing di suhu ruang, suhu penggunaan gas freonnya berdampak
refrigerator, air kran yang mengalir, air negatif, yakni berandil dalam
panas dan air mendidih ternyata tidak meningkatkan pemanasan global.
berbeda (P>0,5%). Hal ini berarti kadar
lemak dalam daging tidak dipengaruhi
oleh proses pembekuan dan proses DAFTAR PUSTAKA
thawing, baik itu thawing cepat atau BBP4. 2010. Keempukan daging: apa
lambat. dan bagaimana mendapatkan daging yang
Hasil yang didapat ini mempunyai kadar empuk? Balai Besar Penelitian dan
lemak yang rendah baik itu daging yang Pengembangan Pascapanen Pertanian,
masih segar maupun daging yang sudah Volume 32 No 4. Balai Besar Penelitian
diberi perlakuan. Hal ini disebabkan daging dan Pengembangan Pascapanen Pertanian,
yang digunakan dari sapi yang masih muda Bogor.
dan belum terlalu gemuk atau bobot
potongnya masih rendah. Pertumbuhan
60 Diana et al. Kualitas daging beku sapi hasil thawing

http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id Khan AW and CP Lentz. 1977. Effects


[15 Juni 2011] of Feeding, Thawing and Storage on Some
Berry BW dan FD Kathleen. 1989. Meat Quality Factors for Portionsize Beef Cuts.
Freezing. Elsevier Science Publishers. The Meat Science 1: 263-270
Nedherlands. Amsterdam. Lawrie RA. 1966. Meat Science. 1
Bratzler LJ, AM Gaddis, and WL St.Ed. Pergamon Press. Ltd. New York.
Sulzbacer. 1977. Fundamental of Food Marriott NG, RA Garcia, JH Pullen, dan DR.
Frezzing. Ed. N.W. Destoiser Lee. 1980. Effectof thaw conditions on
and D.K. Fressler. Avi Publishing ground beef. J. Food Protein. 43 : 180-184.
Co., Inc., Westport, Connecticut. Pp. 740- Palupi WOE. 1968. Tinjauan Literatur
745. Pengolahan Daging. Pusat Dokumentasi
Desrosier, N.W. dan Tressler. Ilmiah Nasional. Lembaga Ilmu
1977. Fundamentals of Food Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Freezing. AVI Publishing Co. Sci. 36: Potter NN. 1986. Food Science. The
435 – 439. AVI Publishing Company Inc,
Forrest CJ, ED Aberle, HB Hendricle, MD Westport, Connecticut.
Judge, and RA Merkel. 1975. Principle Price JF and BS Schweigert. 1971. The
of Meat Science. W.H. Freeman and Co., Science of Meat and Meat Products.
San Francisco. Second Ed. W.H. Freeman an Co., San
Freeman WH. 1960. The Science of Meat Francisco.
and Meat Product. American Meat Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi
Institute Foundation. Freeman and daging. Gajah Mada Universty Press.
Company, San Francisco. Yogyakarta
Henrickson RL 1978. Meat, Poultry and Sutaryo. 2004. Modul Materi Kuliah Pokok
Seafood Technology. Prentice-Hall, Inc. Bahasan: Penyimpanan dan Pengawetan
New Jersey. USA. Daging. Fakultas Peternakan Universitas
Hood DE. 1971. Beef Processing and Diponegoro, Semarang.
Marketing. Conference Proceedings. Irish Westerman BD, GE Vail, GL Tinklin, dan J
Livestock & meat commission. London. Smith. 1949. B-complex Vitamin in
Howard A and RA Lawrie. 1960. Spec. Rept. meat. II. The influence of diferrent
Fd. Invest. Bd London, No 68 methods of thawing frozen steaks upon
Judge MD, ED Aberle, JC Forrest, HB their palatability and vitamin content. J. of
Hedrick, RA Markel. 1989. Principles of Food Tech. 3 : 184-187.
Meat Science. Kendall/ hunt Publishing
Company. Iowa. USA.

Anda mungkin juga menyukai