Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

PENANGKAPAN IKAN YANG BERKELANJUTAN


DI DESA ANGSANA KABUPATEN TANAH BUMBU
KALIMANTAN SELATAN

Dosen Pengampu:
SITI AMINAH, S.PI.,
M.SI.
IR. IRIANSYAH, M.SI.
IR. IRHAMSYAH, M.SI.

Oleh:
SAUPIAN SYAURY
2010713310001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan praktik lapang mata kuliah
Penangkapan Ikan yang Berkelanjutan dapat saya selesaikan dengan waktu yang
telah ditentukan.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi. Dosen pengampu mata kuliah Penangkapan Ikan
yang Berkelanjutan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
pembuatan laporan praktik lapang di semester VI ini.
Saya tentu menyadari bahwa laporan praktik lapang ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
laporan praktik lapang ini, agar nantinya dapat menjadi yang lebih baik lagi.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan praktik lapang ini mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Demikian semoga laporan praktik lapang ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Banjarbaru, 29 Mei 2023

Praktikan

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat .................................................................. 2
1.3. Waktu dan Tempat.................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
BAB 3. KONDISI DAERAH PRAKTIK LAPANG ............................ 5
3.1. Kondisi Desa Tanjung Sungkai ................................................ 5
3.2. Pengumpulan Data.................................................................... 6
3.3. Alat dan Bahan ......................................................................... 6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 7
4.1. Hasil.......................................................................................... 7
4.2. Pembahasan .............................................................................. 10
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 12
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 12
5.2. Saran ......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktik Lapang ...................... 6


2. Jenis-Jenis Alat Tangkap....................................................................... 7

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kepulauan (archipelagic state) terbesar di


dunia, yang terdiri dari 5 pulau besar dan 30 kepulauan kecil, jumlah keseluruhan
tercatat ada sekitar 17.504 pulau, 8.651 pulau sudah bernama, 8.853 pulau belum
bernama, dan 9.842 pulau yang telah diverifikasi (Depdagri, 2006). Kondisi
geografis yang strategis terbentang sepanjang 5.150 km di antara benua Australia
dan Asia serta membelah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik di bawah garis
khatulistiwa.NWilayah Negara Republik Indonesia meliputi wilayah daratan dan
wilayah air yang meliputi: perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial,
dasar laut, beserta tanah dibawahnya, serta ruang udara diatasnya, termasuk
seluruh sumber kekayaan yang terkandung didalamnya (Konsideran UU RI No.
43 Tahun 2008 tentang wilayah Negara, LNRI No. 177 Tahun 2008).
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan. Cakupan dalam statistik perikanan, meliputi kegiatan
ekonomi di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan dan pemasaran
ikan. Pemanfaatan sumber daya ikan dilakukan melalui kegiatan usaha perikanan.
Usaha perikanan mencakup semua usaha perorangan atau badan hukum untuk
menangkap, membudidayakan, mengolah dan memasarkan ikan untuk tujuan
komersial. Alat penangkap ikan adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda
lainnya yang digunakan untuk menangkap ikan. Sarana apung atau kapal/ perahu
yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap di suatu perairan. Kapal
perikanan merupakan kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan, pembudidayaan,
pengangkutan, pengolahan, pelatihan perikanan, dan penelitian/ eksplorasi
perikanan (UU No. 31 tahun 2004).
Perikanan berkelanjutan adalah konsep penangkapan ikan yang dilakukan
secara berkelanjutan, atau dalam kata lain populasi ikan tidak akan menurun
akibat praktik penangkapan ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

1
2

menerapkan konsep penangkapan ikan terukur dalam mengelola sumber daya


perikanan di wilayah Indonesia. Konsep ini diyakini bisa menjaga ekosistem laut
dan pesisir yang sehat dan produktif, serta menjadikan Indonesia lebih makmur
dari sisi ekonomi maupun sosial. Penangkapan ikan terukur merupakan turunan
dari prinsip ekonomi biru. Kegiatan ekonomi harus seimbang dengan ekologinya
di mana setiap aktivitas di ruang laut, harus memperhatikan kesehatan lautnya.
Untuk menjalankan konsep ini, KKP harus mengetahui kesehatan stok ikan di
setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI).
Kemudian diatur jumlah ikan yang boleh ditangkap, jumlah kapal yang
menangkap, termasuk alat tangkapnya. Zona perikanan berkelanjutan merupakan
suatu bagian dari kawasan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang hidup
di dalam dan sekitar KKP dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya yang ada
termasuk perikanan.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari praktik lapang ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui jenis alat tangkap yang dioperasikan
nelayan di daerah praktik;
b. Untuk mengetahui cara kerja alat tangkap tersebut di lokasi praktik; dan
c. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kondisi penangkapan ikan di lokasi
praktik.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktik lapang mata kuliah Penangkapan Ikan yang Berkelanjutan


berlangsung pada hari Rabu, 26 Mei 2023 berlokasi di Desa Angsana Kabupaten
Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Referensi dari laporan praktik lapang ini
dengan metode wawancara langsung bersama responden, mengambil data primer
dan data sekunder dari laporan penelitian, jurnal penelitian, artikel ilmiah, buku
dan sumber referensi lainnnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia adalah negara maritim yang memiliki lautan sangat luas.


Indonesia mempunyai banyak sekali pulau, apalagi pulau kecil sebanyak 17.504,
sedangkan wilayah lautan Indonesia seluas 5,8 juta km2, mencakup perairan
kepulauan seluas 2,8 juta km2, sedangkan perairan territorial 0,3 juta km2 serta
perairan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebesar 2,7 juta km. Di dalam perairan
tersebut terdapat banyak sekali jenis-jenis ikan dan juga biota-biota laut yang bisa
dimanfaatkan potensinya. Jadi bisa diperbandingkan bahwa antara daratan dan
lautan lebih luas lautannya (AZIS, A. Y. 2013).
Tantangan untuk memelihara sumberdaya ikan yang sehat menjadi isu
yang cukup kompleks dalam pembangunan perikanan. Konsep pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini
tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk
mernenuhi kebutuhan hidupnya (WCED, Commission on Environment and
Development, 1987). Perkembangan upaya penangkapan baik dalam jumlah,
ukuran maupun teknologi penangkapannya telah meningkatkan jumlah ikan yang
didaratkan tetapi diikuti oleh runtuhnya stok kelompok jenis ikan pelagis kecil.
Fenomena ini diikuti oleh perilaku pembiaran yang semakin kerap didengar
terhadap rendahnya tanggungjawab pelaporan hasil tangkapan, pengabaian saran
dan pemikiran saintifik serta menyalahkan ancaman lingkungan sebagai faktor
utama yang mengakibatkan runtuhnya perikanan yang melanda kawasan sub
tropis. Pemanfaatan di daerah penangkapan dekat pantai juga mengalami
perubahan tiga dimensi yaitu mengarah pada perairan yang lebih dalam, jenis ikan
yang baru serta meningkatnya pemasaran jenis ikan dan invertebrata lain yang
sebelumnya ditolak dan umumnya jenis pada tingkatan rantai makanan yang lebih
rendah (Pauly, 2009).
Dalam konsep pengelolaan sumber dayaikan berkelanjutan terdapat tiga
komponen penting yang berjalan dalam kondisi berimbang, yaitu: ekologi, sosial,
danekonomi. Secara empiris adalah proses tarik ulur antara ketiga kepentingan
tersebut (Satria, 2004). Kusumastanto menyatakan bahwa perikanan yang
berkelanjutan bukan semata-mata ditujukan untuk kepentingan kelestarian ikan itu

3
4

sendiri (as fish) atau keuntungan ekonomi semata (as rents) tapi lebih dari itu
adalah untuk keberlanjutan komunitas perikanan (sustainable community) yang
ditunjang oleh keberlanjutan institusi (institutional sustainability) yang mencakup
kualitas keberlanjutan dari perangkat regulasi, kebijakan dan organisasi untuk
mendukung tercapainya keberlanjutan ekologi, ekonomi dan komunitas perikanan.
Lebih penting untuk memulihkan ekosistem dibandingkan terjaminnya
keberlanjutan, dan hal ini harus menjadi tujuan dalam pengelolaan perikanan.
Keberlanjutan adalah memperdayakan tujuan terkait dengan pemanenan ikan oleh
manusia yang mengarah pada terjadinya penyederhanaan terhadap pentingnya
ekosistem, tingginya keuntungan, dan semakin rendahnya“trophic level” jenis
ikan yang dapat bertahan dari perusakan maupun penurunan kualitas habitat
(Atmaja, S. B., & Nugroho, D, 2017).
Alat penangkap ikan adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda
lainnya yang digunakan untuk menangkap ikan. Sarana apung atau kapal/ perahu
yang digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap di suatu perairan. Kapal
perikanan merupakan kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan, pembudidayaan,
pengangkutan, pengolahan, pelatihan perikanan, dan penelitian/ eksplorasi
perikanan (UU No. 31 tahun 2004).
Keberadaan alat tangkap ikan di dunia ini menjadi sangat penting,
dikarenakan alat tersebut dijadikan sebagai mata pencaharian bagi nelayan.
Berdasarkan teknologi yang dipakai, masyarakat nelayan terbagi menjadi dua
kolompok, yaitu masyarakat nelayan tradisional dan masyarakat nelayan modern.
Nelayan tradisional adalah orang-orang yang aktivitas mata pencahariannya
memakai alat yang masih sederhana, seperti pancing, tombak, pedang, penikam,
sero dan seke. Mereka menangkap ikan hanya di laut dangkal dengan cara
penangkapan sambil berdiri di pantai atau dengan menggunakan alat bantu perahu
sampan. Sementara nelayan modern ialah orang-orang yang mengerjakan aktivitas
mata pencahariannya dengan memakai alat yang sudah bisa dikatakan modern,
misalnya dengan memakai kapal motor dan dengan alat tangkap bagan, rumpon
atau purse seine. (AZIS, A. Y. 2013).
BAB 3. KONDISI DAERAH PRAKTIK LAPANG

3.1. Kondisi Desa Angsana dan setarap


Secara geografis Kecamatan Angsana berbatasan dengan Kecamatan Satui,
Kecamatan Sungai Loban, dan Laut Jawa. Kecamatan Angsana memiliki luas
wilayah 196,55 km2. Ibukota Kecamatan Angsana adalah Desa Angsana.
Sebagai Ibukota kecamatan, Desa Angsana juga merupakan desa terluas dengan
luas sebesar 64,63 Km2.

Kecamatan Angsana dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten


Tanah Bumbu Nomor 9 Tahun 2005. Untuk perekonomian di Kecamatan
Angsana terbilang sangat bagus. Sebagian besar warganya bekerja sebagi
karyawan tambang, petani karet, kelapa sawit, wiraswasta, Pegawai dan lain-
lain.

Objek wisata yang paling terkenal saat ini yaitu Pantai Angsana Bahari
yang terletak di Desa Angsana. Mulai awal tahun 2012 Pantai Angsana sudah
banyak di kenal orang. Banyak sekali wisatawan domestik dari Banjarmasin,
Banjarbaru dan wilayah lainnya yang berdatangan ke Pantai Angsana.
.

3.2. Pengumpulan Data

Metode atau cara yang dilakukan dalam melakukan praktik lapang ini
yaitu berupa kuesioner yang diberikan kepada setiap mahasiswa dan secara
langsung melakukan wawancara kepada nelayan sekitar. Mahasiswa mengajukan
beberapa pertanyaan seputar Penangkapan Ikan yang Berkelanjutan yang ada di
daerah tersebut, kemudian data-data lain yang tidak ada dapat dilakukan
penelusuran di internet.

3.3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktik lapang mata kuliah
Penangkapan Ikan yang Berkelanjutan yaitu:
Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktik Lapang
No Alat Kegunaan
1 Pulpen/Pensil Untuk mencatat hasil pengamatan di kuesioner
2 Kuesioner Panduan praktik lapang
3 Kamera/HP Sebagai media dokumentasi kegiatan
4 Papan Ujian Sebagai alas untuk menulis
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Nama Responden:
1. Marliadi (Kepala KUB Desa Setarap)
Desa: Setarap

Tabel 2. Jenis-Jenis Alat Tangkap


Alat Bantu yang Jenis Ikan yang
No Alat Tangkap Ukuran Bahan
Digunakan Tertangkap

Rumah bagan tancap berupa Bagan tancap memiliki rumah Bagan tancap Teri (Stolephorus sp),

anjang-anjang berbentuk penjaga, gulungan (roller), menggunakan Japuh (Dussumiera sp),

piramid terpancung, tali tarik dan gelangan lampu sebagai alat Selar (Charanx sp),

1 berukuran 10 x10 m pada pengikat dengan jaring. bantu untuk Pepetek (Leiognathus

bagian bawah dan 9,5x9,5 m Bagan tancap diklasifikasikan merangsang atau sp), Cumi-Cumi (Loligo

pada bagian atas. Bagian ke dalam kelompok jaring menarik perhatian sp), Sotong (Sepia sp),
Bagan Tancap (Shore-
atas berupa plataran (flat angkat (lift nets) ikan agar berkumpul Layur (Trichiurus sp)
operated stationary lift nets)
di bawah

7
8

form), dimana terdapat cahaya lampu, dan Kembung


gulungan (roller) dan kemudian dilakukan (Rastrelliger sp)
tempat nelayan melakukan penangkapan dengan
kegiatan penangkapan. Mata jaring yang telah
jaring bagan tancap tersedia. Serok
umumnya berukuran kecil, untuk mengambil
sekitar 0,5 cm hasil
tangkapan
Rengge merupakan alat
Lebarnya 1,5-2 m, ukuran Kembung (Rastrelliger
tangkap terbuat dari
mata jaringnya sebesar 1,5- sp) , Udang (Caridea
2 rangkaian benang ataupun Lampu dan rumpon
2,5 cm dan panjangnya 10- sp), Layang
nilon yang dianyam dengan
12 m (Decapterus spp.)
menggunakan mesin
Jaring Insang (Gill net)
Cumi-Cumi (Loligo sp),
Layur (Trichiurus sp)
Panjang total senarnya sekitar 600 m, dengan ukuran nomor 50-70 merk Dolphin.
ongkol (Euthynnus
3 Mata pancing minimal 10 maksimal 30 buah. Alat bantu kawat nomor 16, leader
affinis), Tenggiri
nomor 150, leader 2 nomor 300 dan leader 3 nomor 800
(Scomberomorus
Pancing Ulur (Hand line)
commerson)
9

Nelayan melalukan persiapan sebelum pergi ke laut. Pada pagi hari


sebelum matahari terbit hingga paling lama selama 4 hari. Adapun cara
pengoperasiannya masih terbilang sederhana karena kondisi perairan yang
berkarang sehingga harus berhati-hati dalam melakukan penangkapan. Dari hasil
wawancara dengan bapak Marliadi selaku Kepala KUB desa setarap, beliau
mengatakan bahwa pernah diadakan sosialisasi tentang alat tangkap yang dilarang
seperti cantrang atau pukat tarik, karena dulu ada nelayan dari luar pulau yang
menangkap ikan menggunakan cantrang. Namun alat tangkap yang digunakan
nelayan di Desa tersebut tidak dilarang oleh pemerintah.
Nelayan Desa Setarap tidak ada yang menggunakan alat bantu seperti
bom, setrum, tuba dan lainnya yang membahayakan, mereka masih mengandalkan
pengalaman dalam penangkapan. Nelayan di Desa Setarap tidak ada yang berani
menangkap hewan yang dilindungi, namun ada kejadian dari nelayan luar pulau
yang mengambil mutiara dan teripang sehingga tentunya sangat merugikan
masyarakat sekitar.
Adapun ukuran panjang dan lebar Gill net adalah 12 m dengan mesh size
0,4 cm dan panjang 2 roll sebesar 200 m. Adapun jarak pengoperasian sejauh 1
mil dengan memperhatikan musim penangkapan.
10

4.2. Pembahasan

5 Laut adalah masa depan


peradaban bangsa. Hal ini
menunjukkan bahwa
6 sudah saatnya bangsa Indonesia
melihat laut sebagai sumber
kehidupan
7 manusia. Oleh sebab itu,
pembangunan kelautan dan
perikanan harus
8 dilakukan oleh seluruh
pemangku kepentingan untuk
mengubah suatu
9 keadaan menjadi lebih baik
dengan memanfaatkan sumber
daya kelautan dan
10 perikanan secara optimal,
efisien, efektif, dan akuntabel,
dengan tujuan akhir
11 untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan.
12 Pembangunan perikanan
dilakukan melalui upaya
peningkatan
13 produktivitas dan efisiensi
usaha. Ini diharapkan
meningkatkan produksi
14 perikanan yang diarahkan
untuk meningkatkan konsumsi,
penerimaan devisa
15 negara, penyediaan bahan
baku industri perikanan, dan
kesejahteraan pelaku
16 kegiatan perikanan. Semua
tersebut dilakukan dengan tetap
memperhatikan
17 kelestarian sumber daya dan
lingkungan dalam rangka
mewujudkan
18 pembangunan perikanan
yang berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
19 Laut adalah masa depan
peradaban bangsa. Hal ini
menunjukkan bahwa
20 sudah saatnya bangsa
Indonesia melihat laut sebagai
sumber kehidupan
21 manusia. Oleh sebab itu,
pembangunan kelautan dan
perikanan harus
22 dilakukan oleh seluruh
pemangku kepentingan untuk
mengubah suatu
23 keadaan menjadi lebih baik
dengan memanfaatkan sumber
daya kelautan dan
24 perikanan secara optimal,
efisien, efektif, dan akuntabel,
dengan tujuan akhir
25 untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan.
26 Pembangunan perikanan
dilakukan melalui upaya
peningkatan
27 produktivitas dan efisiensi
usaha. Ini diharapkan
meningkatkan produksi
28 perikanan yang diarahkan
untuk meningkatkan konsumsi,
penerimaan devisa
29 negara, penyediaan bahan
baku industri perikanan, dan
kesejahteraan pelaku
30 kegiatan perikanan. Semua
tersebut dilakukan dengan tetap
memperhatikan
31 kelestarian sumber daya dan
lingkungan dalam rangka
mewujudkan
32 pembangunan perikanan
yang berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
33 Laut adalah masa depan
peradaban bangsa. Hal ini
menunjukkan bahwa
34 sudah saatnya bangsa
Indonesia melihat laut sebagai
sumber kehidupan
35 manusia. Oleh sebab itu,
pembangunan kelautan dan
perikanan harus
36 dilakukan oleh seluruh
pemangku kepentingan untuk
mengubah suatu
37 keadaan menjadi lebih baik
dengan memanfaatkan sumber
daya kelautan dan
38 perikanan secara optimal,
efisien, efektif, dan akuntabel,
dengan tujuan akhir
39 untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan.
40 Pembangunan perikanan
dilakukan melalui upaya
peningkatan
41 produktivitas dan efisiensi
usaha. Ini diharapkan
meningkatkan produksi
42 perikanan yang diarahkan
untuk meningkatkan konsumsi,
penerimaan devisa
43 negara, penyediaan bahan
baku industri perikanan, dan
kesejahteraan pelaku
44 kegiatan perikanan. Semua
tersebut dilakukan dengan tetap
memperhatikan
45 kelestarian sumber daya dan
lingkungan dalam rangka
mewujudkan
46 pembangunan perikanan
yang berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
Laut adalah masa depan peradaban bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa
sudah saatnya bangsa Indonesia melihat laut sebagai sumber kehidupan manusia.
Oleh sebab itu, pembangunan kelautan dan perikanan harus dilakukan oleh
seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik
dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal,
efisien, efektif, dan akuntabel, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.Pembangunan perikanan dilakukan
melalui upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha. Ini diharapkan
meningkatkan produksi perikanan yang diarahkan untuk meningkatkan konsumsi,
penerimaan devisa negara, penyediaan bahan baku industri perikanan, dan
kesejahteraan pelaku kegiatan perikanan. Semua tersebut dilakukan dengan tetap
memperhatikan kelestarian sumber daya dan lingkungan dalam rangka
mewujudkan pembangunan perikanan yang berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kecamatan ini dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 12 Tahun 2012 dan
merupakan pemekaran dari kecamatan Pulau Laut Barat. Kecamatan Pulau Laut
Tanjung Selayar dibagi menjadi 10 desa, antara lain: Bandar Raya, Bangun Rejo,
Gosong Panjang, Kampung Baru, Tanjung Kunyit, Tanjung Pelayar, Tanjung
Sungkai, Tanjung Tengah, Tata Mekar dan Teluk Tamiang.
Pada bagan tancap, operasi penangkapan dilakukan pada malam hari,
dimana awal operasi menggunakan perhitungan bulan. Persiapan untuk
melakukan operasi adalah merapikan jaring, menyiapkan lampu yang telah
diperbaiki pada waktu istirahat (terang bulan), menyiapkan minyak dan alat-alat
lain serta perbekalan atau konsumsi. Para nelayan membawa peralatannya ke
kapal motor pukul 16.00, nelayan berangkat dengan menggunakan kapal motor
menuju lokasi bagan tancap (Hayat 1996).
Untuk mengoperasikan bagan tancap diperlukan 2-3 orang nelayan yang
bertugas menghidupkan dan mematikan lampu serta menurunkan dan menaikkan
jaring ketika operasi penangkapan dilaksanakan. Bagan tancap menggunakan
lampu sebagai alat bantu untuk merangsang atau menarik perhatian ikan agar
berkumpul di bawah cahaya lampu, kemudian dilakukan penangkapan dengan
jaring yang telah tersedia. Jenis lampu yang digunakan oleh bagan tancap sebagai
atraktor untuk memikat ikan yaitu lampu petromaks (kerosene pressure lamp)
berkekuatan antara 200-300 lilin, tergantung keadaan perairannya dan
kemungkinan adanya pengaruh cahaya bulan (Subani dan Barus 1989). Selain
11

lampu, bagan tancap menggunakan serok untuk mengambil hasil tangkapan


(Subani 1972).
Gillnet adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai
mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika
dibandingkan dengan panjangnya, dengan kata lain, jumlah mesh size pada arah
panjang jaring (Sudirman dan Mallawa 2004). Alat tangkap jaring insang (gillnet),
ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar dapat memenuhi kriteria
penangkapan ikan yang ramah lingkungan antara lain yaitu terdapat selektivitas
terhadap ikan yang dijadikan target tangkapan atau ikan layak tangkap,
pengoperasian gillnet yang dilakukan pada siang hari, dilengkapi pelampung
penanda, tidak memakai mesh size yang dilarang (berdasarkan SK.Menteri
Pertanian No.607/KPB/UM9/1976 butir 3, ukuran mata jaring dibawah 25 mm
dengan toleransi 5% dilarang untuk beroperasi) dan tidak melakukan pencemaran
lingkungan.
Pancing ulur (Handline) pada berbagai daerah mempunyai penamaan yang
berbeda-beda menurut jenis ikan hasil tangkapan; penggunaan umpan alami dan
umpan buatan; dan lain sebagainya. Pancing ulur digunakan oleh nelayan
tradisional untuk menangkap ikan di laut baik saat siang hari maupun malam hari.
Pancing ulur dapat dioperasikan pada beberapa jenis perairan seperti perairan
lepas pantai, perairan sekitar karang hingga ke perairan samudera. Dapat pula
dioperasikan pada permukaan perairan, pertengahan hingga ke dasar perairan
tergantung ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
Permasalahan perikanan tangkap baik berupa permasalahan sosial ataupun
menurunnya stok sumberdaya ikan sebenarnya sudah sejak lama timbul, namun
saat itu bobot permasalahan yang timbul tidak seberat apa yang dihadapi saat ini.
Penggunaan bahan peledak, bahan kimia beracun, hilangnya alat tangkap pada
saat operasi, penggunaan alat tangkap non selektif merupakan contoh-contoh
permasalahan yang secara langsung berkaitan dengan kasus penurunan stok
sumberdaya ikan maupun kerusakan lingkungan perairan. Dari beberapa contoh
permasalahan yang disebutkan, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan
contohnya cantrang yang terus berkembang pesat telah menimbulkan
permasalahan serius.
12

Penggunaan alat tangkap cantrang inilah yang dapat merusak lingkungan


laut atau sumber daya laut karena penangkapan ikan dilakukan dengan tidak
memperhatikan aspek lingkungan serta menimbulkan konflik antara nelayan
tradisional dan nelayan mesin. Oleh karena itu, pada tahun 2015 Menteri Kelautan
dan Perikanan mengeluarkan peraturan tentang larangan penggunaan alat
penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah
pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia yakni Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 2 tahun 2015. Salah satu alat
tangkap ikan yang dilarang dalam peraturan tersebut adalah cantrang. Hal ini
dikarenakan jumlah pengguna cantrang semakin bertambah setiap tahunnya.
Adanya peraturan tersebut memunculkan berbagai pandangan di kalangan
nelayan. Indonesia melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan
dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat/dan atau
cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan
kelestarian sumberdaya ikan dan/ atau lingkungannya sebagaimana di maksud
dalam Pasal 8 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling banyak Rp.1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta
rupiah)”.4 Dalam Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (KUHP) juga mengatur
tentang turut serta dalam melakukan perbuatan yang dapat dihukum yaitu pada
pasal 55 ayat (1): “Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:
1. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut melakukan
perbuatan itu;
2. Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau
pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi
kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk melakukan
sesuatu perbuatan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktik Penangkapan Ikan yang Berkelanjutan ini


adalah, sebagai berikut:
1. Alat tangkap yang terdapat di Desa Setarap dan angsana adalah Bagan Tancap,
Jaring Insang dan Pancing Ulur.
2. Nelayan Desa setarap dan angsana tidak ada yang menggunakan alat bantu
seperti bom, setrum, tuba dan lainnya yang membahayakan, mereka masih
mengandalkan pengalaman dalam penangkapan.
3. Nelayan di Desa angsana tidak ada yang berani menangkap hewan yang
dilindungi, namun ada kejadian dari nelayan luar pulau yang mengambil
mutiara dan teripang sehingga tentunya sangat merugikan masyarakat sekitar.
4. Dari hasil wawancara dengan bapak Marliadi selaku Kepala KUB, beliau
mengatakan bahwa pernah diadakan sosialisasi tentang alat tangkap yang
dilarang seperti cantrang atau pukat tarik, karena dulu ada nelayan dari luar
pulau yang menangkap ikan menggunakan cantrang. Namun alat tangkap yang
digunakan nelayan di Desa tersebut tidak dilarang oleh pemerintah.

5.2. Saran

Kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan harus mengedepankan prinsip


berkelanjutan, yaitu memperhatikan aspek ekologi dan lingkungan, teknis operasi,
sosial ekonomi dan aspek kelembagaan agar kelestarian sumberdaya ikan
terjamin. Oleh karena itu, perlunya wawasan tentang pengelolaan perikanan
tangkap khususnya untuk para nelayan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, S. B., & Nugroho, D.(2017). Upaya-upaya pengelolaan sumber daya ikan
yang berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia,
3(2), 101-113.

AZIS, A. Y. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI ALAT TANGKAP IKAN


NELAYAN DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN MUNCAR
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2001–2013.

Lokkebork S, Ferno S A, Odd-Borre Humborstad. 2010. Fish behavior in relation


to longline. In Behaviour of Marine Fishes: Capture Processes and
Conservation Challenges by P He. WilleyBlackwell: 1005-141.

Rusmilyansari, R., & Mahreda, E. S. (2019). RESOLUSI KONFLIK NELAYAN


DI PERAIRAN TERITORIAL KABUPATEN KOTABARU. Jurnal
Kebijakan Perikanan Indonesia, 11(2), 89-99.
Retnowati, E. (2011). Nelayan indonesia dalam pusaran kemiskinan struktural
(perspektif sosial, ekonomi dan hukum). Perspektif, 16(3), 149-159.
Somun, H. (2014). Tinjauan Kriminologis Penggunaan Bahan Peledak dalam
Penangkapan Ikan di Desa Kalupapi Kecamatan Bangkurung Kabupaten
Bangkep (Doctoral dissertation, Tadulako University).
Suroyya, A. N., Triarso, I., & Wibowo, B. A. (2017). Analisis ekonomi rumah
tangga nelayan pada alat tangkap gill net di PPP Morodemak, Kabupaten
Demak. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology, 6(4), 30-39.
Sumardi, Z., Sarong, M. A., & Nasir, M. (2014). Alat penangkapan ikan yang
ramah lingkungan berbasis code of conduct for responsible fisheries di
Kota Banda Aceh. Jurnal Agrisep, 15(2), 10-18.
Tupamahu, A., Haruna, H., Hutubessy, B. G., Siahainenia, S. R., Nanlohy, A. C.,
& Hehanusa, K. (2021). Supperior Fishing Gear for Coral Reef Fishes in
Western Seram Regency. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 14(1),
54-64.
LAMPIRAN

A. Laut adalah masa depan


peradaban bangsa. Hal ini
menunjukkan bahwa
B. sudah saatnya bangsa Indonesia
melihat laut sebagai sumber
kehidupan
C. manusia. Oleh sebab itu,
pembangunan kelautan dan
perikanan harus
D. dilakukan oleh seluruh
pemangku kepentingan untuk
mengubah suatu
E. keadaan menjadi lebih baik
dengan memanfaatkan sumber
daya kelautan dan
F. perikanan secara optimal,
efisien, efektif, dan akuntabel,
dengan tujuan akhir
G. untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan.
H. Pembangunan perikanan
dilakukan melalui upaya
peningkatan
I. produktivitas dan efisiensi
usaha. Ini diharapkan
meningkatkan produksi
J. perikanan yang diarahkan untuk
meningkatkan konsumsi,
penerimaan devisa
K. negara, penyediaan bahan baku
industri perikanan, dan
kesejahteraan pelaku
L. kegiatan perikanan. Semua
tersebut dilakukan dengan tetap
memperhatikan
M. kelestarian sumber daya dan
lingkungan dalam rangka
mewujudkan
N. pembangunan perikanan yang
berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
O. Lokasi Praktik Lapang
P. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai