Anda di halaman 1dari 51

FISIOLOGI PENGLIHATAN IKAN

• Ikan menerima berbagai informasi


mengenai keadaan sekelilingnya melalui
beberapa indera pada ikan
• Berguna mengindera jarak jauh
• Memungkinkan mendeteksi benda-benda
atau suatu larutan pada jarak tertentu
Indra Pada Ikan
1 Indra Pelihat (visual receptor)
2 Indra Penciuman (chemical receptor)
3 Indra Pendengar (Audio receptor)
4 Indra Perasa – Peraba
5 Gurat sisi
a Gurat sisi biasa
b Gurat sisi khusus
Beberapa Jenis ikan berbeda pula
alat indra utamanya
1. Ikan siang hari (ikan diurnal)
- Dijumpai di lapisan pelagis
- Lap. Ygg paling banyak menerima sinar
matahari
- Alat indera yang utama : matanya
2. Jenis ikan malam hari (ikan nokturnal)
-Aktif pada malam hari
-Siang hari bersembunyi pada gua@, rumput
laut, mengubur diri
-Alat penerima yg utama : lateral line (linea
lateralis), indera penciuman, indera peraba
-Ikan sidat, Gulamah, tiga waja, belida,
sebelah
Indra Pelihat

Merupakan indra terpenting pada jenis-


jenis ikan ekonomis penting CAHAYA

Hal-hal khusus yang menciptakan pola-pola TLI


berkaitan dengan:
-Jarak penglihatan yang jelas
-Kisaran/cakupan penglihatan
-Warna yang jelas
-Kekontrasan penglihatan
-Kemampuan membedakan obyek yang diam dan
bergerak
-dll
SIFAT IKAN :
FOTOTAXIS POSITIF

Penggunaan cahaya dalam proses penangkapan ikan sangat terkait dengan sifat
fototaksis ikan, dimana ketertarikan ikan akan cahaya akan mengumpulkan ikan-ikan
yang berukuran kecil dan besar dalam bentuk gerombolan (schooling) dan berada
pada jarak tertentu dari sumber cahaya

Mata ikan memiliki retina dengan struktur yang berisi reseptor dari indera
penglihatan dan sangat bervariasi untuk jenis ikan yang berbeda

Pendekatan respon mata ikan terhadap besarnya iluminasi cahaya tertentu dan
tingkah laku ikan terhadap penggunaan cahaya dalam proses penangkapan ikan,
maka akan dapat diketahui tingkat ketertarikan ikan terhadap cahaya yang dapat
membantu dalam kemudahan untuk keberhasilan penangkapan ikan
Hal-hal penting berkaitan dengan kuat dan kemampuan penglihatan
ikan dalam air

1. Kemampuan penglihatan pada hampir seluruh arah

2. Modifikasi bentuk dan letak mata sesuai tingkat adaptasii penglihatan


dalam air
- jarak, kontras, kejernihan air, kemampuan membedakan warna

3. Sensitifitas penglihatan dalam air


Penelitian terhadap Fototaksis ikan bisa dilaksanakan di
laboratorium atau di lapangan
-Ikan lebih aktif menunjukan fototaksis yang maksimal
sebelum tengah malam
-Ikan yang lapar lebih mudah terpikat cahaya
Teknik caha yang diperhitungkan dalam satuan internasional
1.Intensitas cahaya dengan satuan candela (cd)
2.Iluminasi cahaya dengan satuan Lux (Lx)
3.Kuat penyinaran dengan satuan lumen (Lm)

Iluminasi suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin


meningkatnya jarak dari sumber cahaya ersebut

Kedalaman penetrasi cahaya tergantung beberapa faktor:


- absorbsi cahaya oleh partikel-partikel air
-Panjang gelombang cahaya
-Kecerahan air
-Pantulan cahaya oleh permukaan laut
-Lintang
-Geografis
-Musim
-Sinar bulan
PERIKANAN TANGKAP

TEKNOLOGI

ALAT TANGKAP ALAT BANTU CAHAYA

PEMANFAATAN LAMPU PERMUKAAN LAMPU BAWAH AIR

SUMBERDAYA IKAN
ILUMINASI CAHAYA
SIFAT FOTOTAKSIS

MATA IKAN
RESPON IKAN TERHADAP TINGKAH LAKU IKAN
PROSES ADAPTASI STIMULI CAHAYA TERHADAP CAHAYA
MATA IKAN
TERHADAP CAHAYA

RETINA MATA IKAN PROSES DAN PENGEMBANGAN


PENANGKAPAN IKAN
CONE INDEX
CAHAYA

Cahaya yang umum masuk ke dalam perairan adalah berkas cahaya putih. Selanjutnya,
cahaya putih mengalami dispersi membentuk spektrum. Pada perairan dangkal, variasi
warna dapat dibedakan menurut panjang gelombangnya

Tingkah laku cahaya di air berbeda dengan di udara. Hal itu terjadi karena penyerapan
pada jarak yang pendek oleh laut dibanding dengan atmosfer. Cahaya yang masuk ke
dalam air laut mengalami absorpsi dan penghamburan oleh partikel-partikel suspensi,
seperti debu, organisme bersel tunggal, tumbuhan dan molekul-molekul garam

Cahaya mengalami penurunan intensitas seiring dengan bertambahnya jarak yang


dilaluinya, hal ini disebut pemudaran cahaya. Pada air yang jernih, penetrasi cahaya
cukup besar dan pemudaran cahaya yang kecil
CAHAYA

Hasil pengukuran terhadap iluminasi cahaya di udara untuk jenis lampu merkuri warna
putih intensitas 250 W dengan penutup lampu, iluminasinya pada jarak 1 meter dari
sumber cahaya dengan sudut 0o dan 90o masing-masing sebesar 610 lux dan 692 lux.
Iluminasi tertinggi didapatkan pada sudut 80o yaitu sebesar 800 lux (Sudirman, 2003)

180° 180°
150° 150°
800 lux
120° 120°
400 lux
300 lux
200 lux
100 lux
90° 90°

1 meter
60° 60°

30° 30°
0° 0° Digital Lux Meter
CAHAYA
Nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin
meningkatnva jarak dari sumber cahaya tersebut dan nilainya akan berkurang apabila
cahaya tersebut masuk ke dalam air karena mengalami pemudaran

Pemudaran intensitas cahaya di dalam kolom air terjadi secara eksponensial

Saat pemudaran energi secara vertikal sangat cepat melalui proses radiasi, cahaya
masuk ke laut berbeda untuk setiap panjang gelombang. Pemudaran energi cahaya
dirumuskan dengan hukum eksponensial (Pickard dan Emery, 1990) :

I(z) = Io. e -kz


I(z) = intensitas cahaya pada kedalaman z (candela)
Io = intensitas radiasi yang masuk ke permukaan air
k = koefisien pemudaran vertikal di dalam air
z = kedalaman air (m)
CAHAYA
Berkaitan dengan pemudaran cahaya yang dirumuskan secara eksponensial, ketika
cahaya masuk ke dalam air pada kedalaman tertentu dan diterima oleh mata ikan pada
intensitas tertentu disimbolkan I (candela) maka flux cahaya dalam mata ikan (Fernald,
1990) :
Cahaya yang masuk ke dalam perairan akan diterima oleh mata ikan yang selanjutnya mata
ikan melakukan fungsi untuk mengumpulkan cahaya dan menfokuskan gambar yang
diterimanya dan kemudian dianalisis oleh retina pada mata ikan

(Io.e-kx.Pa) F = flux cahaya pada mata ikan


I(z) = intensitas cahaya pada kedalaman z
F= Pa = pupillar area
D2 D = jarak dari sumber cahaya ke pupil mata ikan

Pada perairan keruh (turbid coastal), koelisien pemudaran (k) lebih tinggi (0,8)
dibandingkan dengan laut terbuka yang jernih dengan nilai koefisien pemudaran (k) 0,2.
Kondisi yang jernih merupakan faktor Iingkungan yang mempengaruhi adaptasi ekologi
mata ikan. Hal itu tercermin pada susunan sel kerucut yang dominan adalah set kerucut
ganda karena lebih sensitif dan adaptasinya lebih baik terhadap cahaya dibandingkan
dengan sel kerucut tunggal (Tamura, 1957)
Posis i Pengukuran di Bagian Lambung Kir i Kapal (m)
Posisi Pengukuran di B agian L am bung K iri K apal (m )
-6.5 0 -3.2 5 0.0 0 3.2 5 6.5 0
-6.50 -3.25 0.00 3.25 6.50
0 0
-1

(m )
-2 -1

K e d a la m a n
-3
-4 -2
-5
K e d a la m a n (m )

-6
-3
-7
-8
-9
-10
-11
-12
-13
-14
Pola sebaran vertikal iluminasi cahaya (lux)
bagan motor 2400 watt DAN 5000 watt
CAHAYA

Iluminasi lampu mercuri 16,4 kW di dalam air dari sumber cahaya pada bagan
(Sudirman, 2003)

Jarak dari bagan

WL

Kedalaman
(m)
MORFOLOGI MATA IKAN
RETINA MATA IKAN

Retina merupakan proyeksi dari otak dan terdiri dari berbagai tipe sel yang meliputi 8
lapisan dan 2 membran

Retina ini terdapat pada salah satu lapisan pada mata ikan dengan ketebalan berkisar 90-500 µm,
sedangkan lapisan sel penglihatannya mempunyai ketebalan 30-200 µm

Morfologi retina mata ikan


bertulang belakang
(Nicol, 1989)

Retina
強膜軟骨

ligament of lens
sclera 懸垂靭帯
強膜 網膜 角膜
retina cornea

optic nerve 水晶体


視神経 硝子体
vitreous body lens

lens muscle
水晶体筋 虹彩
脈絡膜
iris
retinal pigment
epithelium
MORFOLOGI MATA IKAN
RETINA MATA IKAN

Irisan transversal retina mata


ikan Jack mackerel (Sudirman
et.al, 2001)

Keterangan :
1. Inner limiting membrane 6. Outer plexiform layer
2. Nerve fiber layer 7. Outer nuclear layer
3. Ganglion cell layer 8. Outer limiting membrane
4. Inner plexiform layer 9. Cone and rod layer
5. Inner nuclear layer 10. Retinal pigment epithelium
MORFOLOGI MATA IKAN
STRUKTUR DAN FUNGSI RETINA MATA IKAN

Ikan bertulang keras memiliki jenis retina duplek, dimana pada retina terdapat sel rod
dan sel kon
Pada umumnya terjadi distribusi dari kedua jenis reseptor tersebut yang berbeda untuk
bagian yang berlainan dari retina. Hal ini berhubungan erat dengan pemanfaatan indera
penglihatan dalam lingkungan hidupnya. Adanya kontraksi dan ekspansi pada sel kon dan
rod sebagai respon terhadap perubahan cahaya disebut dengan retinomotor response

Sel kon berhubungan dengan adanya cahaya (photopic) dan sel rod berhubungan dengan
kondisi gelap (scotopic). Pada saat ada cahaya maka sel-sel kon akan bergerak ke limiting
membrane dan sebaliknya dalam kondisi gelap akan digantikan oleh sel rod

Pada jenis ikan yang aktif pada siang hari (diurnal), umumnya sel kon pada retina
tersusun dalam bentuk mosaik. Sel kon tersebut dapat tersusun dalam bentuk barisan
ataupun dalam bentuk empat persegi
MORFOLOGI MATA IKAN
STRUKTUR DAN FUNGSI RETINA MATA IKAN

Pada umumnya ikan-ikan yang memiliki sel kon dalam bentuk mosaik seperti ini adalah
jenis ikan yang intensif sekali menggunakan indera penglihatannya, biasanya mereka
adalah jenis ikan yang aktif memburu mangsa (predator fish)

Untuk jenis-.jenis ikan yang aktif pada malam hari (nocturna/) atau jenis ikan yang hidup
pada lapisan dalam (deep sea fish) banyaknva sel kon sangat kurang atau tidak ada sama
sekali, dan kedudukan sel kon tersebut digantikan oleh sel rod

Sel cone Sel rod

Terang Gelap
MORFOLOGI MATA IKAN
CONE INDEX RETINA MATA IKAN

Pengamatan proses adaptasi cahaya (light adaptation process) dilakukan melalui


pengamatan posisi sel kon (cone ce//) dan pigment

Pengamatan proses adaptasi retina mata ikan terhadap cahaya dimulai dengan
melakukan pengambilan sampel mata ikan melalui kegiatan penangkapan ikan. Pada
perikanan bagan, ikan hasil tangkapan diambil matanya dengan ukuran ikan/ekor
berbeda-beda
Tujuan fiksasi adalah untuk mempertahankan agar komponen-komponen sel sesuai
dengan bentuk aslinya. Selain itu fiksasi juga mencegah terjadinya kerusakan jaringan
yang disebahkan oleh mikroorganisme maupun perusakan oleh jenis enzim yang
terkandung dalam jaringan itu sendiri yang dikenal dengan autolisis

Larutan Bouin mempunyai beberapa kelebihan antara lain mempunyai penetrasi yang
cepat, mempunyai efek pewarnaan yang baik untuk nuklei dan jaringan penghubung
MORFOLOGI MATA IKAN
HEMATOXYLENE & EOSIN STAINING
Prosedur mikroteknik untuk pengamatan adaptasi (Proses pewarnaan)
1. Xylene 1 (10 menit)
retina mata ikan terhadap cahaya 2. Xylene 2 (10 menit)
3. Xylene 3 (10 menit)
4. Alkohol 1 100% (10 menit)
Mata ikan 5. Alkohol 2 100% (10 menit)
PARAFFIN INFILTRATION
6. Alkohol 95% (10 menit)
(Paraffin dipanaskan) 7. Alkohol 80% (10 menit)
8. Alkohol 60% (10 menit)
BOUIN’S FIXATION 1. Paraffin 1 60o C (30 menit) 9. Air (10 menit)
(Larutan Bouin selama 2. Paraffin 2 60o C (30 menit) 10. Hematoxylene (15 menit)
3. Paraffin 3 60o C (30 menit) 11. Air (10 menit)
24 – 48 jam) 12. Eosin (15 menit)
4. Paraffin 4 60o C (30 menit)
13. Air (1 – 2 menit)
14. Alkohol 70% (2 – 3 menit)
15. Alkohol 80% (2 – 3 menit)
DEHYDRATION EMBEDDING 16. Alkohol 90% (2 – 3 menit)
(Proses pengeringan) 17. Alkohol 1 100% (2 – 3 menit)
(Retina dibenamkan dalam blok 18. Alkohol 2 100% (2 – 3 menit)
paraffin) 19. Xylene 1 (10 menit)
1. Alkohol 75% (1 hari) 20. Xylene 2 (10 menit)
2. Alkohol 80% (30 menit)
3. Alkohol 85% (30 menit) MICROTOME DISSECTION
4. Alkohol 90% (30 menit) (Penyayatan retina mata ikan
Ditutup dengan
5. Alkohol 95% (30 menit) dengan mikrotom 4 µm)
cover glass
6. Alkohol 1 100% (30 menit)
7. Alkohol 2 100% (30 menit)
Sayatan retina mata ikan OBSERVATION BY MICROSCOPE
8. Xylene 1 (20 menit)
9. disusun pada slide glass (Pengamatan dengan mikroskop optik dan
Xylene 2 (20 menit)
pemotertan sayatan retina mata ikan)
MORFOLOGI MATA IKAN
CONE INDEX RETINA MATA IKAN

Adaptasi mata ikan dihitung dengan menggunakan Cone Index dan Pigment Index
(Arimoto et al., 1988; Baskoro, 1999)

CI = C/A x 100%

PI = P/A x 100% A
C
P
B

CI= Cone Index,


PI= Pigment Index;
A= jarak dari dasar lapisan pigmen ke lapisan terluar membrane;
C= jarak dari dasar lapisan pigmen ke pusat elipsoid cone;
P= jarak dari dasar lapisan pigmen ke lapisan tip pigment
RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA

Mayoritas mata ikan laut sangat tinggi sensitivitasnya terhadap cahaya

Ikan mempunyai respon terhadap rangsangan yang disebabkan oleh cahaya yang
besarnya 0,01 – 0,001 lux, sangat bergantung pada kemampuan jenis ikan beradaptasi,
namun demikian memiliki batas optimumnya

Sel rod pada ikan dapat melihat pada kegelapan 0,00001 lux, namun umumnya ikan
dapat tertarik oleh cahaya pada intensitas 0,001 - 10 lux

Tertariknya ikan oleh cahaya tidak semata-mata disebabkan oleh cahaya tetapi juga
Karena motif lain. Zusser yang diacu dalam Gunarso (1985) menyatakan bahwa bagi ikan
ternyata cahaya juga merupakan indikasi adanya makanan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan dalam keadaan lapar akan Iebih mudah
terpikat oleh cahaya dari pada ikan dalam keadaan kenyang
RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA
PERIKANAN BAGAN

Metode operasi penangkapan ikan dengan bagan

1 2
Pemadaman
Setting lampu

WL WL

3 Brailing 4
Hauling

WL WL
RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA
PENYEBARAN IKAN DARI SUMBER CAHAYA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulaeman (2005), dimana melalui
pendekatan akustik dengan alat side scan sonar colour, dapat diketahui pola pergerakkan
kelompok ikan yang mendekati sumber cahaya di bagan

Siang hari Sore hari Malam hari


RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA
PENYEBARAN IKAN DARI SUMBER CAHAYA

Penyebaran ikan di sekitar bagan


rambo

penyebaran ikan yang relatif masih


jauh dari sumber cahaya dan belum
terkonsentrasi di catchable area

1 2

= Transducer sonar
A = Tampak dari atas
B = Kedalaman air
3 4
RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA
PENYEBARAN IKAN DARI SUMBER CAHAYA

Penyebaran ikan di catchable area


bagan rambo

Penyebaran ikan yang sudah


mendekati sumber cahaya dan sudah
terkonsentrasi di catchable area

1 2

= Transducer sonar
A = Tampak dari atas
B = Kedalaman air
3 4
RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA
PENYEBARAN IKAN DARI SUMBER CAHAYA

Penyebaran ikan di catchable area saat


hauling

Penyebaran ikan yang sudah


mendekati sumber cahaya dan sudah
terkonsentrasi di catchable area saat
pengangkatan jaring bagan rambo
(hauling) serta adanya ikan yang
meloloskan diri (fish escape) dari
catchable area jaring bagan rambo

= Transducer sonar
A = Tampak dari atas
B = Kedalaman air
RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA
TINGKAT ADAPTASI MATA IKAN SAAT HAULING

Menurut Sudirman (2003), berdasarkan analisis histologi retina mata ikan teri
(Stolephorus insularis) dan layang (Decapterus ruselli) menunjukkan bahwa kedua jenis
ikan tersebut memperlihatkan tingkat adaptasi terhadap cahaya yang berbeda
RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA
TINGKAT ADAPTASI MATA IKAN SAAT HAULING

Pada ikan teri setiap waktu hauling menunjukkan bahwa cone cell sudah bergerak
sampai pada outer limiting membrane. Pergerakan cone cell tersebut diikuti oleh
pergerakan pigment

TERI

HAULING HAULING HAULING


SEBELUM TENGAH SESUDAH
TENGAH MALAM MALAM TENGAH MALAM
RESPON IKAN TERHADAP STIMULI CAHAYA
TINGKAT ADAPTASI MATA IKAN SAAT HAULING

Pada ikan layang setiap waktu hauling menunjukkan bahwa posisi sel kon yang masih
jauh di bawah outer limiting membrane

LAYANG

HAULING HAULING HAULING


SEBELUM TENGAH SESUDAH
TENGAH MALAM MALAM TENGAH MALAM
NOTES

Ikan yang bersifat fototaxis positif memiliki kemampuan untuk mendekati sumber
cahaya untuk tujuan mencari makan

Ikan yang bersifat fototaxis positif akan berada pada kolom perairan dengan
besaran iluminasi cahaya tertentu yang disukainya

Tingkat adaptasi retina mata ikan terhadap cahaya ditentukan oleh cone index
dan pigmen index, dimana semakin tinggi nilai cone index dan pigmen index,
maka ikan tersebut bersifat fototaxis positif dan memiliki kemampuan untuk
cepat beradaptasi terhadap iluminasi cahaya yang disukainya dan prosesnya
cepat dalam mendekati sumber cahaya

Pada suatu metode penangkapan ikan dalam perikanan light fishing, besarnya
kekuatan cahaya (watt) akan menentukan proses kegiatan pengumpulan ikan
dan pengkonsentrasian ikan pada catchable area dari alat tangkap yang
digunakan
PANCING (hand line)
LIFTNET
PURSE SEINE
BOAT SEINE
BEACH SEINE
GILL NET

Anda mungkin juga menyukai