Anda di halaman 1dari 211

Training Center

1
Training Center

Siswa dapat memahami dan menjelaskan tentang :


a. Macam-macam dan karakteristik kabel serat optik.
b. Kelebihan dan kekurangan masing-masing kabel serat optik.
c. Macam-macam dan karakteristik komponen optik.

2
Training Center

1. BAB-01 : SISTEM KOMUNIKASI OPTIK.


2. BAB-02 : KONSEP PERAMBATAN CAHAYA.
3. BAB-03 : SUSUNAN DAN JENIS SERAT OPTIK.
4. BAB-04 : KOMPONEN SISTEM KOMUNIKASI KABEL OPTIK.
5. BAB-05 : JENIS KABEL SERAT OPTIK DAN KODE WARNA.
6. BAB-06 : OPTICAL LINE TERMINAL EQUIPMENT (OLTE).
7. BAB-07 : KODE SALURAN.
8. BAB-08 : REKMENDASI ITU-T.

3
Training Center

4
Training Center

Sistem Komunikasi Serat Optik


Adalah Sistem Komunikasi yang dalam pengiriman dan penerimaan
sinyal menggunakan Sumber Optik, Detektor Optik, dan Serat Optik
dengan panjang gelombang cahaya 850 nm, 1300 nm dan 1550 nm.
Fungsi :
1. Arah Kirim :
a. Memperbaiki dan menggabungkan sinyal-sinyal input
b. Mengubah sinyal listrik/elektris menjadi sinyal optik/cahaya
2. Arah Terima :
a. Mengubah sinyal optik/cahaya menjadi sinyal listrik/elektris
b. Memperbaiki dan memisahkan sinyal-sinyal input.

5
Training Center

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERDIRI DARI :

a. Pemancar Optik (Optical Transmitter)


- LED (Light Emitting Diode) atau diode LASER (Light Amplifi-
cation by Stimulated Emission of Radiation)
- EC (Electrical Circuit)

b. Serat Optik sebagai Media (Optical Fiber)


Dibuat dari serat kaca dengan ukuran diameter mikro meter

c. Penerima Optik (Optical Receiver)


- Diode PIN (Positive Instrinsic Negative) atau APD (Avalanche
Photo Diode)
- EC (Electrical Circuit)

6
Training Center

DDF DDF

Serat Optik

Pemancar Optik Penerima Optik


(Optical Transmitter) (Optical Receiver)

DDF : Digital Distribution Frame

7
Training Center

Keuntungan :
 Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwidth) yang lebar, sehingga
jumlah informasi yang dibawa akan lebih banyak (sekarang > 100.000
percakapan secara simultan pada dua kabel serat optik).
 Teknologi mendatang > 10.000.000 percakapan dapat dilakukan
secara simultan pada dua kabel serat optik.
 Dapat mentransmisikan sinyal digital dengan kecepatan data yang
sangat tinggi dari beberapa Mbit/s s/d Tbit/s
 Kebal terhadap interferensi gelombang elektromagnetik misalnya
gangguan petir, transmisi RF, sentakan elektromagnetik yang di -
sebabkan karena ledakan nuklir/ petir
 Serat optik memiliki redaman yang sangat kecil dibandingkan dengan
kabel yang terbuat dari tembaga (copper)

8
Training Center

Keuntungan :

 Serat optik yang digunakan memiliki ukuran yang sangat


kecil dan ringan dibandingkan dengan kabel tembaga
 Serat optik dibuat dari kaca/ silika, sehingga tidak
mengalirkan arus
 Upgrading yang mudah
 Versatilitas yang besar
 Regenerasi sinyal yang mudah
 Insulator

9
Training Center

Kekurangan & Kerugian :


 Fiber optik tidak dapat menyalurkan energi listrik/ elektris, untuk itu
repeater harus dicatu secara lokal atau dicatu secara remote mengguna-
kan kabel tembaga yang terpisah (non konduktor).
 Konversi optik – Eektrik.
 Instalasi khusus.
 Perbaikan yang lebih kompleks.
 Intensitas energi cahaya yang dipancarkan pada sinar infra merah dan
jika kena retina mata dapat merusakkan mata.
 Konstruksi Serat Optik cukup lemah/ rapuh.
 Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang
berlebihan.

10
Training Center

11
Training Center

Karakteristik Cahaya :

 Cahaya merambat lurus dalam suatu medium


 Cahaya dibiaskan(refraksif)
 Cahaya dipantulkan (refleksif)

Hukum Optik :

 Cahaya merambat lurus dalam suatu bahan (medium)


 Cahaya yang dipantulkan ke cermin membentuk sudut
datang sama besarnya dengan sudut pantul.

12
Training Center

Refleksi Refraksi
Cahaya Cahaya
Sudut Sudut
Sudut
datang pantul Cahaya dibelokkan
bias
pada permukaan air
r
Udara

Air

Cahaya dipantulkan oleh cermin

Sudut
datang
Index bias (n) Air > index bias (n) udara

13
Training Center

Indeks Bias (Refractive Index)


Indeks Bias adalah perbandingan kecepatan perambatan cahaya
diruang hampa terhadap kecepatan perambatan cahaya dalam suatu
media.

Kecepatan Cahaya tidak konstan dan bergantung pada media


perambatannya

Cahaya yang merambat melalui dua media yang berbeda akan


mengalami pembelokan arah (refraksi)

Sebagai contoh kecepatan cahaya diruang hampa 300.000 km/ det dan
kecepatan cahaya di air 230.000 km/ det, maka n air adalah 1,3.

14
Training Center

Hukum Snellius :
Sinus sudut datang sin (i) dibagi dengan sinus sudut
refraksi sin (r) memiliki nilai yang konstan

Sin ( i ) n(r)
=
Sin ( r ) n(i)

15
Training Center

Gelas

Udara

n1 Gelas

n2
Udara
Udara
Perambatan cahaya
Hukum Snellius pada kaca/ gelas

16
Training Center

Sudut Kritis
Sudut Kritis adalah :
Sudut datang cahaya dengan kondisi dimana harga diperbesar
sampai suatu nilai tertentu; sehingga seluruh cahaya yang datang
akan dipantulkan secara total, hal demikian merupakan kondisi
ideal untuk mentransmisikan cahaya dalam serat optik.

17
Training Center

Contoh : Indeks bias dan Sudut kritis suatu materi/ media

Media Indeks Bias Kecepatan (km/dt) Sudut Kritis


Udara 1 300.000 -
Air 1,33 225.564 48,6
Gelas Kristal 1,9 157.895 31,8
Gelas Normal 1,5 186.780 41,8
Intan 2,4 125.000 24,4

18
Training Center

19
Training Center

SUSUNAN SERAT OPTIK

Jaket
Cladding
Core

2 ~ 125 m
5 ~ 250 m

20
Training Center

Core (Inti)
 Terbuat dari bahan kuarsa atau silika dengan kualitas sangat tinggi.
 Bagian utama dari serat optik, media tempat dimana cahaya
merambat.
 Memiliki d = 2 m, ukuran core sangat kecil mempengaruhi
karakteristik serat optik.
Cladding (Selimut)
 Terbuat dari bahan gelas atau silika dengan indeks bias < dari core.
 Merupakan selubung dari core.
 Hubungan indeks bias core dan cladding akan mempengaruhi
perambatan cahaya pada core.
 Memiliki diameter 5 ~ 250 m.
Coating (Jaket)
 Terbuat dari bahan plastik.
 Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan.

21
Training Center

Prinsip Perambatan Cahaya Dalam Serat Optik


Coating
3 Cladding

n1 Core
2 1
n2
n1 > n2

1. Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami


refleksi/refraksi
2. Sinar mengalami refleksi, karena memiliki sudut datang yang lebih besar
dari sudut kritis dan akan merambat sepanjang serat melalui pantulan-
pantulan.
3. Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan dirambatkan sepanjang
serat
karena memiliki sudut datang yang lebih kecil dari sudut kritis.

22
Training Center

Mode Perambatan Cahaya

 Cahaya dapat merambat dalam serat optik melalui sejumlah lintasan yang
berbeda.

 Lintasan cahaya yang berbeda-beda ini disebut Mode dari suatu serat optik

 Ukuran diameter core, besarnya sudut datang dan inseks bias menentukan
jumlah mode yang ada dalam suatu serat optik

 Serat optik yang memiliki lebih dari satu mode disebut serat optik
Multimode

 Serat optik yang hanya satu mode saja disebut Serat Optik Single Mode,
Serat Optik Single Mode memiliki ukuran core yang lebih kecil.

23
Training Center

JENIS-JENIS
JENIS-JENISSERAT
SERATOPTIK
OPTIK::

 Multimode
Multimode Step
Step Index
Index
 Multimode
Multimode Graded
Graded Index
Index
 Singlemode
Singlemode Step
Step Index
Index

24
Training Center

Multimode Step Index

Profil
indeks bias

100 m 140 m

 Indeks bias core konstan


n2 n1  Ukuran core : 50 ~ 250 m dan dilapisi cladding yang sangat tipis
 Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar
 Banyak terjadi dispersi
 Lebar pita frekuensi terbatas/ sempit
 Digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah
 Harga relatif murah.

25
Training Center

Multimode Graded Index

n1 50 m 125 m

n2

Profil  Core berupa sejumlah lapisan gelas dengan indeks bias berbeda,
indeks bias indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur -
angsur mengecil sampai ke batas core - cladding
 Ukuran diameter core : 30 ~ 60 m
 Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga
rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat
 Dispersi lebih kecil dibanding dengan Multimode Step Index
 Digunakan untuk jarak menengah dan lebar pita frekuensi besar
 Harga relatif mahal dari SI, karena faktor pembuatannya lebih sulit

26
Training Center

Singlemode Step Index


Profil
indeks bias

9 m 125 m

 Serat optik Singlemode memiliki diameter core antara 2 ~ 10 m


n2 n1
dan sangat kecil dibandingkan dengan ukuran claddingnya
 Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan
sumbu serat optik
 Memiliki redaman yang sangat kecil
 Memiliki lebar pita frekuensi yang sangat lebar
 Digunakan untuk jarak jauh dan mampu menyalurkan data dengan
kecepatan bit rate yang tinggi.

27
Training Center

Parameter-parameter Optik :

 Kecepatan Propagasi
 Pemantulan (Reflection) dan
Pembiasan (Refraction)
 Sudut Kritis
 Numerical Aperture
 Penghamburan (Scattering)
 Pantulan Fresnel
 Dispersi

28
Training Center

Kecepatan Propagasi

Kecepatan propagasi cahaya di ruang hampa menurut Maxwell


dirumuskan :
1 Dimana :
C=
o = Permeabilitas di ruang hampa
o o o = Permitivitas di ruang hampa

Sedangkan kecepatan Cahaya di ruang medium dirumuskan :


C Dimana :
V=
n C = Kec. cahaya pada ruang hampa sebesar 300.000 km/det
V = Kec. Perambatan cahaya melalui media/ materi
n = Indeks bias media/ materi yang dilalui berkas cahaya

29
Training Center

Sudut kritis :

Sudut yang terbentuk pada lintasan


cahaya yang datang dari materi dengan k
indeks bias yang besar ke materi dengan n1 > n2
indeks bias yang kecil sehingga terjadi n1
pemantulan total

n2 n2 B
Diformulasikan : Sin k =
n1
n2
k = Arc Sin
n1

30
Training Center

Pemantulan dan Pembiasan

 Setiapmateri/ bahan mempunyai indeks bias yang berlainan


 Cahaya yang merambat dari materi ke materi lainnya akan selalu
dibelokkan
 Jika cahaya jatuh pada media permukaan datar dan bening, maka
cahaya tersebut sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan
dibiaskan
 Berlaku hukum Pemantulan yaitu Sudut Datang = Sudut Pantul
 Pada pembiasan berlaku Hukum Snellius yaitu :

ni Sin i = nr Sin r

31
Training Center

Numerical Aperture

NA didefinisikan sebagai suatu ukuran atau besaran sinus sudut pancaran


maksimum dari sumber optik yang merambat pada inti serat dimana cahaya
tersebut masih dapat dipantulkan secara total.

Nilai NA dipengaruhi oleh nilai indeks bias dari core dan cladding.
Sumber cahaya harus memiliki pancaran yang sempit agar cahaya yang di
pancarkan dapat dirambatkan dalam serat optik.

n0 = Indeks bias udara


n0 n1 = Indeks bias core
NA =  
n1
n2 n2 = Indeks bias cladding

NA = Sin  2
n1 - n 2
2
(ratio) NA = Arc. Sin = 2
n1 - n 2
2
(der)

32
Training Center

Penghamburan (Scattering) Rayleigh


 Hamburan (Rayleigh scattering), disebabkan oleh struktur gelas
yang tidak murni, akan menghamburkan sebagian cahaya yang
merambat dalam serat optik.
 Absorpsi, disebabkan gelas serat optik menyerap cahaya dalam se-
rat optik, terdapat tiga daerah panjang gelombang yang memiliki
redaman cukup besar yang disebut puncak OH (OH-peak). Redaman
OH terjadi karena interaksi antara cahaya dengan atom-atom air
yang masih tinggal dalam serat optik.
 Redaman pada serat optik dinyatakan dengan satuan dB/km
Redaman yang terkait dengan karakteristik serat optik disebabkan
oleh hamburan dan absorpsi.
 Redaman karena sambungan-sambungan (splices) serat optik
 Redaman karena konektor-konektor optik.

33
Training Center

Pantulan Fresnel

Jika berkas cahaya yang datang dari satu media ke media


lain jatuhnya tegak lurus.

no
n1
Diformulasikan :

 
n - no
1

Af = 10 log (1-Kf) dB Sedangkan Kf =
n + no
1

34
Training Center

Dispersi :
 Dispersi adalah suatu berkas yang melintas di dalam serat optik
yang memiliki mode, panjang gelombang ataupun kecepatan yang
berbeda.
 Menyebabkan pelebaran pulsa pada sinyal yang ditransmisikan
pada serat optik.
 Akibat dari dispersi adalah membatasi jumlah pulsa per satuan
waktu (bit rate) dan jarak.
 Pada serat optik ada 2 jenis dispersi :
- Dispersi Modal
- Dispersi Chromatic; yang terdiri dari :
= Dispersi Material
= Dispersi Waveguide

35
Training Center

Dispersi (lanjutan) :
 Dispersi Modal terjadi pada serat optik multimode dan terjadi karena
mode lintasan cahaya yang berbeda-beda.
 Dispersi Material terjadi pada semua jenis serat optik dan terjadi
karena perbedaan kecepatan perambatan cahaya (indeks bias suatu
bahan merupakan fungsi dari panjang gelombang).
 Dispersi waveguide, nilainya sangat kecil dibandingkan jenis dispersi
yang lainnya terjadi karena kelambatan waktu yang disebabkan dari
perbedaan panjang gelombang.
 Satuan dispersi adalah ps/nm.km

36
Training Center

Chromatic Dispersion
30
DFC DSF
0
0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6
-30 DFF
 Dispersi Chromatic terdiri dari Dispersi Material dan Dispersi
Waveguide.
 Pada daerah 1.300 nm nilai dispersi chromatic sangat kecil ( = 0 )
 Dispersi merupakan faktor yang lebih membatasi operasi serat optik di
1.550 nm dari pada faktor redaman.
 Untuk mengkompensasikan keterbatasan pada 1.550 nm maka dibuat
jenis serat khusus yaitu “Dispersion Shifted Fiber” yang memiliki
dispersi 0 pada 1.550 nm dan “Dispersion Flattened Fiber” yang
memiliki nilai dispersi yang rendah pada rentang 1.300 - 1.550 nm.

37
Training Center

Celah/ Window Loss Serat Optik

7
6 Window 1
5
4
Window 2 OH
Window 3
Rayleigh
3 Scattering
2
OH absorpsi
1 absorpsi UV OH Infra merah
0
0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
Panjang Gelombang

38
Training Center

39
Training Center

Komponen Sistem Komunikasi Kabel Serat Optik

to other
Electrical Optical splice Equipment
Connector Optical
input Light
Drive coupler or
Circuit Source
signal beam splitter

Optical
receiver

Elektronics
Optical splice

Optical
Transmitter

Fiber Electrical
Optical Photo Signal signal
Amplifier Detector Restorer
flylead
out
Connector

40
Training Center

KOMPONEN UTAMA :

Sumber optik
Detektor Optik

KOMPONEN PENDUKUNG :

Optical coupler (Splitter-combiner)


Optical multiplexer
Optical demultiplexer
Konektor.
Attenuator.
Filter.

41
Training Center

KOMPONEN UTAMA :

SUMBER CAHAYA OPTIK (OPTICAL SOURECE).

Sumber cahaya optik adalah bagian yang berfungsi untuk


mengubah enerji listrik menjadi enerji cahaya.

Sumber cahaya optik juga disebut sebagai pemancar optik


(Tr).

42
Training Center

Sumber Optik yang diinginkan adalah :


 Cahaya bersifat monochromatis (berfrekuensi tunggal).

 Mempunyai output cahaya dengan intensitas tinggi.

 Dapat dimodulasi dengan mudah (response time-nya pendek).

 Kecil, kompak dan mudah digandengkan ke serat.

 Dapat menghasilkan power yang stabil, tdk tergantung.

 terhadap temperatur dan kondisi lingkungan lainnya.

43
Training Center

Komponen yg banyak dipakai sebagai sumber cahaya :

a. LED (Light Emitting Diode)

b. Diode LASER (Light Amplification by Stimulated


Emission of Radiation

44
Training Center

A. LED (Light Emitting Diode)


KARAKTERISTIK :
a. Umumnya memakai kabel serat optik multimode.
b. Sirkit lebih sederhana.
c. Harganya lebih murah.
d. Cahaya yang dipancarkan LED bersifat tidak koheren yang akan menyebabkan
dispersi chromatic sehingga LED hanya cocok untuk transmisi data dengan bit
rate rendah sampai sedang (Untuk komunikasi berkecepatan < 200 Mb/s).
e. Daya keluaran optik LED adalah -30 ~ -10 dBm.
f. LED memiliki lebar spektral (spectral width) 30-50nm pada panjang gelombang
850 nm dan 50-150nm pada panjang gelombang 1300nm.
Ada 2 macam LED :
a. Surface Emitters.
b. Edge Emitters.

45
Training Center

1. SURFACE EMITTER
Fiber Bonding
material
Circular Metalization
etched
well Ga AS
InP
Substrate
Confinement
layers Double
SiO2 isolation SiO2 isolation hetrojunction
layers
Metalization
Heat sink

Circular metal
Active region contact
KARAKTERISTIK :
a. Tempat keluarnya cahaya tegak lurus dengan kabel optik.
b. Kabel serat optik ditempelkan ke substrat untuk menerima cahaya.
c. Diameter emitter 50 µm.
d. Berpola isotropik (terangnya cahaya sama dari segala sudut)

46
Training Center

2. EDGE EMITTER
Stripe contact (defined active area)
Active area (output optik)
Metalization (for electric contact)
Light guiding layers

Substrate SIO2 isolation layer

Double-heterojunction layers
Metalization (for
electric contact)

1
120º
Heat sink 1

30º
Incoherent optical output

KARAKTERISTIK :
 Struktur ini membentuk kanal pandu gelombang yang membawa radiasi
cahaya langsung ke core kabel serat optik.
 Bentuk radiasi lebih terarah dibandingkan dengan surface emitter.

47
Training Center

B. Diode LASER
(Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation)

KARAKTERISTIK :
a. Umumnya menggunakan kabel optik single mode.
b. Response time < 1 nano detik
c. Cahaya yang dipancarkan oleh diode laser bersifat koheren.
d. Diode laser memiliki lebar spektral yang lebih sempit (~1nm) jika
dibandingkan dengan LED sehingga dispersi chromatic dapat ditekan.
e. Diode Laser diterapkan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi (Untuk
komunikasi berkecapatan diatas 200 Mb/s).
f. Daya keluaran optik dari diode laser adalah 0 ~ 10dBm.
g. Karakteristik arus kemudi-daya optik diode laser tidak linear.
h. Kinerja (keluaran daya optik, panjang gelombang, umur) dari diode laser
sangat dipengaruhi oleh temperatur operasi.
TIPE LASER SEMIKONDUKTOR :
a. Fabry Perrot Laser.
b. Distributed-Feedback Laser (DFB)
48
Training Center

FEBRY-PERROT LASER
Cavity sides are rough cut
Dielectric
reflecting layers Cavity ends are cleaved
(s) on crystal plane
Optical and
carrier
confinement
layers

Lasing spot
Transverse
size 0.1-0.2
Lon µm
g
250 itudin
-500 al
µm size 5-10º(1)
Lateral
size 5-15
µm
Opt1cal
output to be
coupled into 30-50º(2)
a fiber
Far-field
pattern

KETERANGAN :
• Belahan kristal (cleaved crystal) yang terdapat pada kedua ujung berfungsi sebagai kaca pemantul.
• Pada ujung yang tidak digunakan (facet bagian belakang) dibungkus dengan dielectric reflector
untuk mengurangi kehilangan cahaya di dalam cavity.
• Pancaran cahaya (light beam) yang keluar dari laser membentuk elip vertikal.

49
Training Center

DISTRIBUTED - FEEDBACK LASER (DFB)

Panjang tertentu
Corrugated
Active layer feedback Membersihkan komponen2
grating panjang gelombang yang
tidak diinginkan

Continement
layer
Substrate Laser output

50
Training Center

OPTICAL TRANSMITTER COMPONENTS

RF Optical
Signal Varying
Direct output
Electrical
Current Current core

LASER Focusing Lens Optical


Optical fiber
modulator

51
Training Center

KOMPONEN UTAMA :

Detektor Optik/Photodetector.
a. Detektor optik disebut juga sebagai penerima (Rx).
b. Photodetector berfungsi mengubah variasi intensitas optik/cahaya
menjadi variasi arus listrik.
c. Karena perangkat ini berada di ujung depan dari penerima optik maka
photodetector harus memiliki kinerja yang tinggi.
d. Persyaratan kinerja yang harus dipenuhi oleh photodiode meliputi:

a) Memiliki sensitivitas tinggi,


b) Memiliki lebar-bidang atau kecepatan response/tanggapan yang
cukup untuk mengakomodasi bit rate data yang diterima,
c) Hanya memberikan noise tambahan minimum, dan
d) Tidak peka terhadap perubahan suhu.

52
Training Center

Photodetector yang digunakan

a. diode PIN/FET, dan


b. Avalanche Photo-Diode (APD)

53
Training Center

Diode PIN (P Intrinsic N)

 Time response lebih lambat.


 Kecepatan tinggi.
 Tegangan yang dipakai rendah.

Diode APD (Avalance Photodiode)

 Time response lebih cepat/sensitivitas tinggi.


 Internal noise besar.
 Lebih sensitif terhadap perubahan temperatur.

54
Training Center

Prinsip Kerja Photo Detector :

a. Photodiode dioperasikan pada prategangan balik (reverse


bias).
b. Cahaya yang diterima akan diubah menjadi arus listrik, pada
tahanan RL arus tersebut diubah menjadi besaran tegangan.
c. Perbandingan arus yang dihasilkan photodetektor terhadap
daya optical yang diterima disebut Sensitivitas optik .
d. Sensitivitas suatu photodetektor sangat bergantung pada
panjang gelombang operasi dan bahan photo detector.

55
Training Center

Optical
Input RF Signal
rect Current
irect Distribution Plant

core Coaxial Cable

Photodiode
Optical
Focusing Lens RF Amplifier
fiber

56
Training Center

KOMPONEN PENDUKUNG :

COUPLER (SPLITTER – COMBINER).

Adalah komponen optik yang digunakan untuk


menginjeksikan daya optik dari beberapa sumber optik
ke dalam satu saluran serat optik.
Ada 4 macam coupler :
1. T coupler (tree & branch coupler).
2. Star coupler (multiport coupler).
3. Wavelength-division MUX/DEMUX coupler.
4. Directional Coupler.

57
Training Center

T- Coupler
 Berupa 3-port coupler atau 2 x 2 coupler.
 Membagi daya optik yang berasal dari satu fiber (port A) ke dua fiber
(Port B dan C).
 Dapat digunakan sebagai power splitter dan power combiner, atau
LAN terminal optical input/output coupler.

Port A Port B

T-coupler Port C

58
Training Center

APLIKASI T-COUPLER :
T-coupler T-coupler
RX-1
RX-1
TX-1
TX-1
FIBER LINK
a RX-2
RX-2
TX-2
TX-2 Power Combiner and splitter

1 T-coupler T-coupler 1
RX-1
RX-1
TX-1
TX-1
FIBER LINK
2 2
b Duplex multimode transmission TX-2
TX-2
RX-2
RX-2
link

T-coupler T-coupler T-coupler

TX
TX c LAN " tap" TX
TX
RX
RX RX
RX

59
Training Center

STAR COUPLER :
 Adalah suatu multiport coupler ( NxN coupler) yang memungkinkan daya
optik yang berasal dari salah satu dari N port (1 s/d N) untuk di bagi
(split) secara merata ke seluruh N output port.
 Dapat digunakan sebagai multiport power splitter, combiner atau
multiport star coupler dalam LAN.
 Coupling ratio (CR) adalah 1/N

Star-coupler

60
Training Center

Aplikasi Star-Coupler
Jaringan LAN

RX
tX

Star-Coupler

TX
RX

61
Training Center

WAVELENGTH MUX/DEMUX COUPLER


a. Adalah coupler 3-port yang memungkinkan :
a). Daya optik yang dipancarakan dari dua buah sumber dengan panjang
gelombang yang berbeda menuju ke satu fiber (port A dan B ke port 1).
b). Daya optik yang dipancarkan dari satu arah ke satu fiber (port A ke port 1),
sedangkan daya optik dengan panjang gelombang yang berbeda diterima dari
arah lain dan dirutekan dari port 1 ke port B
c). Memindahkan daya optik dengan panjang gelombang tertentu ke dalam arah
tertentu.
b. Tidak terjadi splitting loss, hanya ada sedikit insertion loss connector dan internal
excess loss.
C. Dapat berfungsi sebagai Wavelength Multiplex dan Wavelength Demultiplex.

1
1 1 A
1 2
A 1 1
B 2 2 B
2
a b

62
Training Center

APLIKASI WAVELENGTH MUX/DEMUX COUPLER

CONTROL 1 1 CONTROL
SIGNAL ENCODE Tx S DET Rx DECODE SIGNAL
1
WDM WDD
VIDEO 2 VIDEO
DATA
DEMOD Rx DET
2 2
S Tx MOD
DATA

a DUPLEX TRANSMISSION LINK APLICATION

CH1 PRI 1 1 PRI CH1


Tx 1 1 Rx
TDM WDM WDD TDM
MUX
SBY 2 2 SBY
DEMUX

CH N Tx 2 2 Rx CH N

WAVELENGTH MULTIPLEXER FOR


DOUBLING FIBER TRANSMISSION CAPACITY
OR ACCOMODATING PROTECTION CHANNEL
b ELECTRONICS

63
Training Center

APLIKASI WAVELENGTH MUX/DEMUX COUPLER


1 1 1
CH1 Tx Rx CH1
1

CH2 2 N N 2 a
Tx WDM Rx CH2
WDD

N N
CH N Tx Rx CH N

WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING

1 ROD LENS
OUTPUT
.
FIBERS
.
.
N

b
INPUT
FIBERS GRATING
1---------N

WAVELENGTH - DIVISION MULTIPLEXING GRATING COUPLER

64
Training Center

l1
l1+l2

l2
Splitter Multiplexer

l1+l2 l1

Combiner l2
Demultiplexer
port 1 3

2 4-port couper 4

65
Training Center

DIRECTIONAL COUPLER :
 Adalah coupler 3-port yang memungkinkan daya optik dikirimkan ke
arah fiber (port A ke port 1), dimana daya optik dengan panjang
gelombang yang sama diterima dari arah lain dan dirutekan dari port
1 ke port B.
 Tida terdapat splitting loss, hanya sedikit excess loss dan connector
insertion loss.

1 1
A 1
B 1

66
Training Center

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER


COUPLER FIBER LINK OR FIBER
UNDER TEST
PULSER

a
AMPLIFIER
AVERAGING DISPLAY

Optical-time-domainreflectometer

1 coupler
coupler 1
RX-1
RX-1
TX-1
TX-1 FIBER LINK

1 1 TX-2
Duplex single mode transmission TX-2
RX-2
RX-2 link (same wavelength in both
direction

67
Training Center

Coupler 2
P c P/2
1 3
a

1 3
2
2 4
Insertion loss P/2
(~1 dB)
b 4-port coupler
1 3
3-port coupler

68
Training Center

Connector
 Diperlukan pada saat fiber harus dihubungkan dengan suatu alat atau
dengan fiber lainnya dan sewaktu-waktu atau secara periodik harus
dapat dilepaskan.
 Secara umum konektor diperlukan untuk koneksi ke perangkat
terminal, optical cross connect panel (panel penyambungan optik) dan
coupler.
 Di dalam connector terdapat loss (insertion loss) yang harus
diperhitungkan di dalam kalkulasi link.
 Ada beberapa klasifikasi konektor sesuai dengan keperluannya :
 Fiber to fiber connector .
 Fiber to source connector.
 Fiber to detector connector.
 Multiport coupler connector.

69
Training Center

MACAM-MACAM CONNECTOR :

1. SMA (Sub
( Minature type A) Connector.
2. Biconic Connector.
3. ST (straight
( tip) Connector.
4. SC (Square
( connector) Connector.
5. FC (Face
( Contact Face Contact) Connector.
6. FDDI (Fiber Distributed Data Interface) Connector.]
7. D4 (D in 4 atau Deutche Institut Normung/German
Institute for Standardization).
8. Escon connector.

70
Training Center

1. SMA CONNECTOR
PRECISION
SLEEVE

PLUG PLUG

SMA
STYLE

SLEEVE (NUT
CONCENTRIC CONTROLS) END
SLEEVE SEPARATION
EPOXY FILLER

JACKETED
FIBER

STAINLESS STEEL
WATCH-JEWEL FERRULE
BEARING

71
Training Center

2. BICONIC CONNECTOR

BULKHEAD ADAPTOR
CONNECTOR PLUG

BULKHEAD
HOUSING

PLUG

BICONIC SLEEVE PLUG RETAINER

72
Training Center

3. ST Connector.

73
Training Center

4. SC Connector.

74
Training Center

5. FC Connector.

75
Training Center

6. FDDI Connector.

76
Training Center

7. KONEKTOR D4

77
Training Center

8. KONEKTOR ESCON

78
Training Center

Bentuk Konektor yang Paling Populer

Aplikasi Komunikasi Data Aplikasi Komunikasi Telekomunikasi

(umumnya multi-mode) (umum nya single-Mode)


ST (paling banyak digunakan) FC (banyak digunakan)
SMA (popularitasnya menurun) ST (versi single-node )
SC (dispesifikasikan untuk sistem baru) SC (mulai populer)
FDDI (duplex) D4 (kurang digunakan)
ESCON (duplex) Biconic (kurang digunakan)

79
Training Center

REPEATER

Didalam sistem komunikasi optik, jarak transmisi pada umumnya


dibatasi oleh dispersi chromatic dan fiber losses.

Beberapa tahun lalu, keterbatasan itu bisa dikompensasi dengan


menggunakan regenerator pada jarak tertentu, dengan maksud
untuk menguatkan kembali signal optik yang sudah meulai
melemah; yaitu dengan jalan mengubah signal optik menjadi signal
elektrik, untuk dikuatkan, kemudian diubah kem bali menjadi signal
optik, untuk kemudian dipancarkan kembali.
Lihat gambar berikut.

80
Training Center

81
Training Center

Regenerator seperti diatas akan menjadi sangat sulit jika diterapkan


pada sistem WDM, karena setiap kanal membutuhkan repeater
sendiri. Lihat gambar berikut.

82
Training Center

Untuk mengatasi kesulitan diatas, maka digunakanlah “Optical


amplifiers”; yang secara prinsip bisa menguatkan seluruh kanal
secara bersamaan, tanpa timbul cross talk diantara kanal-kanal yang
ada. Lihat Gambar berikut.

83
Training Center

OPTICAL AMPLIFIERS
1. Booster Amplifier

2. Pre - Amplifier

2. In - Line Amplifier

84
Training Center

PERBEDAAN TIPE-TIPE DARI OPTICAL AMPLIFIERS


Optical amplifier bisa melayani beberapa tujuan didalam design
sistem komunikasi fiber optik.

Salah satu hal terpenting didalam aplikasi sistem transmisi long haul
adalah mengganti “electronic generators” dengan “optical
amplifiers” yang dapat menguatkan beberapa kanal optik secara
bersamaan.

Dengan syarat bahwa penggantian tersebut tidak menimbulkan akibat


terkumpulnya dispersi dan optical noise, yang dapat membatasi
performansi sistem.

Jika amplifier tersebut digunakan untuk menggantikan electronic


generator, maka amplifer tersebut dinamakan “in-line amplifiers”.
85
Training Center

In-Line Amplifier

86
Training Center

Cara lain untuk penggunaan optical amplifiers adalah untuk


meningkatkan daya pancar, yaitu dengan menempatkan amplifier
dimaksud pada transmitter output.
Amplifiers ini disebut “booster amplifiers” .

Booster Amplifier

87
Training Center

Aplikasi lain dari penggunaan amplifier optik adalah untuk


meningkatkan sensitivitas penerima; yaitu dengan menempatkan
“high gain low noise amplifier” pada input receiver.
Amplifier yang demikian disebut “pre-amplifiers”

Pre-Amplifier

88
Training Center

Berdasarkan prinsip-prinsip physical yang berbeda, dikenal ada beberapa tipe


optical amplifiers.

1. “EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier)” yaitu amplifier yang bekerja


berdasar kepada penempatan ion-ion Erbium yang banyak didalam core fiber.
EDFA bekerja pada panjang gelombang mendekati 1550 nm. Sementara Erbium
Doped Fiber Amplifiers (EDFA) akan tetap mendominasi pada sistem optikal fiber,
sedangkan optical amplifiers tidak (hanya sebagai cadangan).
2. Raman dan Parametric, dimana keduanya bekerja berdasar prinsip dua proses
nonlinear (SRS dan FWM secara bersamaan).
Raman dan Parametric Amplifier bekerja pada daerah 1360 and 1625 nm.
3. Semiconductor Optical Amplifiers (SOA), adalah “semiconductor lasers”
dimana mirror feedback sudah di eliminasi.
SOA bekerja pada daerah 1300 and 1550 nm.

89
Training Center

90
Training Center

JENIS KABEL SERAT OPTIK BERDASARKAN


PEMBUATANNYA.
Ada 3 jenis kabel serat optik yang banyak digunakan,
yaitu :

1. Buffer tube
2. Slotted core
3. Tigh buffer

91
Training Center

1. BUFFER TUBE :
 Fiber ditempatkan pada tabung plastik (buffer tube) sebelum
dimasukkan kedalam selongsong kabel.
 Fiber dimungkinkan dapat bergerak di dalam tube pada saat instalasi
dan juga jika terjadi tekanan atau perubahan temperatur.
 Fiber dapat terlindungi dari daya tarikan atau tekanan oleh bagian luar
tabung (tube) yang keras.
 Di dalam tabung diisi dengan gel yang lunak untuk melindungi fiber
dari air atau embun yang masuk

RIP CORD JACKE


(OPTIONAL) T

SEPARATOR
TAPE
GEL FILLING

BUFFER TUBES
CENTER
STRENGTH
FIBER MEMBER

92
Training Center

ABCD FG
Dimana :
ACDEF A : Optical fiber
ACDEF B : Jacketed Kevlar; strength member.
C : Engineering plastic tubes.
D : Plastic separator tape
E : Braided kevlar strength member
F : PVC Jacket
G : Rip cord.
1 FIBER
3 FIBER
A B C D F G 2 FIBER

A B C D F G
12 FIBER 18 FIBER

93
Training Center

2. SLOTTED CORE OPTICAL CABLE DESIGN


Seperti pada buffer tube , memungkinkan fiber dapat bergerak pada saat
direntangkan sehingga dapat mengisolasi adanya kerusakan (putus).
Core terbuat dari polyethylene dan dapat berisi mulai 6 s/d 8 slot dan
dapat berisi s/d 144 fiber.

EXTRUDED
PLASTIC

OPTICAL
FIBER

TENSILE MEMBER

HEAT BARRIER

COMPOSITE
JACKET

94
Training Center

Colored marker
threads Water blocking Maximum number of fibers per slot ………………….. 18
tape
Maximum number of fibers per cable ………………… 144
Water blocking
core wrap Maximum recommended pulling tension …..4400N(1000 lbf)

Optical Cable outside diameter ……………….21,00  .25 mm (.83 in)


fibers & fill
Maximum band radius static ………… 210 mm (8,3in)
compound
dynamic …….. 336 mm (13,2 in)
Nylon
ripcord Approximate unit weight……………….374 kg/km (0,26 lb/ft)
Maximum length per reel(78" flange x 43"width) 2900m(9.500 ft)
12.0
mm DIA Recommended temperature range installation… -30ºC to +70ºC
polyeth
(-22ºF to +158ºF)
Aramid
ylene
ripcord
core Operating …... -40ºC to +70ºC(-40ºF to +158ºF)

Bonded
overlap 3,2 mm Corrugated
strength 15 mm steel
member Inner
black
polyethylene polyethylene
jacket (1,4 jacket (1,2
mm thick) mm thick)

95
Training Center

3. TIGHT BUFFER OPTICAL CABLE


Dalam disain ini proteksi utama untuk melindungi kabel agar tidak
terjadi kerusakan adalah dengan membungkus atau melapisi kabel
fiber dengan bahan yang keras (hard buffer coating) .
Karena tidak ada celah yang memungkinkan kabel dapat bergerak
jika ada daya tarikan maka dilakukan dengan melilit fiber dalam
bentuk sepiral di dalam pusat core dan sekitarnya dengan bahan
Kevlar atau benang Aramid.
POLYTHENE
LAP SHEATH
BUFFER TUBES

CUSHION
PLASTIC STRING

STRENGTH MEMBER

COATED FIBER

96
Training Center

 Jenis Kabel Serat Optik


 Kode Warna pada Serat Optik
 Penandaan Kabel Serat Optik

97
Training Center

KABEL SERAT OPTIK

Menurut konstruksinya ada dua jenis kabel optik, yaitu :


1. PIPA LONGGAR (Loose Tube).
Serat optik ditempatkan di dalam pipa longgar (loose tube)
yang terbuat dari bahan PBTP (Polybutylene Terepthalete)
dan berisi jelly.
Saat ini sebuah kabel optik maksimum mempunyai kapasitas
8 loose tube, di mana setiap loose tube berisi 12 serat optik.
2. ALUR (Slot)
Serat optik ditempatkan pada alur (slot) di dalam silinder
yang terbuat dari bahan PE (Polyethyliene). Pada saat ini di
Jepang telah dibuat kabel jenis slot dengan kapasitas 1.000
serat dan 3.000 serat.

98
Training Center

Penampang Kabel Optik Jenis Loose Tube

99
Training Center

Penampang Kabel Optik Jenis Slot

100
Training Center

MENURUT APLIKASINYA KABEL OPTIK ADA 4 MACAM :

Sesuai dengan konstruksinya kabel optik terdiri dari :

a. Kabel duct

b. Kabel tanah

c. Kabel atas tanah

d. Kabel rumah

101
Training Center

Konstruksi Dasar Kabel Optik Duct

102
Training Center

Konstruksi Dasar Kabel Optik Bawah Tanah

103
Training Center

Konstruksi dasar Kabel Optik Atas Tanah

104
Training Center

SINGLE FIBRE DESIGN

Konstruksi Dasar Kabel Rumah (2 s/d 6 fiber)

105
Training Center

Konstruksi Dasar Kabel Rumah (8 s/d 12 fiber)

106
Training Center

KABEL LAUT

KABEL LAUT DOUBLE ARMOUR KABEL LAUT SINGLE ARMOUR

107
Training Center

Karakteristik Mekanis :

1. Fibre Bending (tekukan Serat)


Tekukan serat yang berlebihan (terlalu kecil) dapat mengakibatkan bertambahnya
optical loss.

2. Cable Bending (tekukan Kabel)


Tekukan kabel pada saat instalasi harus di jaga agar tidak terlalu kecil, karena hal ini
dapat memerusak serat sehingga menambah optical loss.

3. Tensile Strength
Tensile strength yang berlebihan dapat merusakan kabel atau serat.

4. Crush
Crush atau tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak / patah,
sehingga dapat menaikkan optical loss

5. Impact
Impact adalah beban dengan berat tertentu yang dijatuhkan dan mengenai kabel optik.
Berat beban yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak / patah, sehingga dapat
menaikkan optical loss.

6. Cable Torsion
Torsi yang diberian kepada kabel dapat merusak selubung kabel dan serat

108
Training Center

Kode warna serat

1 2 3 4 5 6
Biru Oranye Hijau Coklat Abu-abu Putih

7 8 9 10 11 12
Merah Hitam Kuning Ungu Pink Turquoise

109
Training Center

Kode warna tabung

No. Tabung Warna


1 Biru
2 Oranye
3 Hijau
4 Coklat
5 Abu-abu
6 Putih
7 Merah
8 Hitam

110
Training Center

Penandaan Kabel Serat Optik

Kabel Optik harus diberi tanda pengenal yang tidak mudah hilang yang
tertera pada kulit kabel di sepanjang kabel.
Adapun tanda pengenal tersebut meliputi :
- Nama pabrik pembuat
- Tahun pembuatan

* Tipe serat optik :


- SM = Single Mode
- GI = Graded Indeks
- SI = Step Index
* Pemakaian kabel optik :
- D = Duct
- A = Aerial
- B = Buried
- S = Submarine
- I = Indoor

111
Training Center

* Jenis kabel optik :


- LT = Loose tube
- SC = Slotted core
- TB = Tight Buffered
* Struktur penguat :
- SS = Solid Steel Core
- WS = Standred Wire Steel
- GRP = Glass Reinforced Plastik

Panjang tanda pengenal kabel termasuk nama pabrik dan tahun pembuatan adalah 1 M.
Contoh: SM-D-LT SS 6-3T 2Q

Length mark Length mark

SMD-LT SS6-3T 2Q, adalah tanda pengenal kabel optik single mode untuk pemakaian duct
dengan jenis loose tube, struktur penguatnya Solid State Core, jumlah serat adalah 6
dengan 3 buah loose tube dan juga mempunyai 2 quad kabel tembaga

112
Training Center

SINGLE MODE MULTI MODE


Disain Material Disain Material
Core ………………… doped silica Core ………………… doped silica glass
glass Cladding ………………… pure silica glass
Cladding ………………… pure silica glass primary coating ……………. UV-cured acrylate
primary coating ……………. UV-cured
acrylate Transmisi unit Typical
value
Transmisi unit Typical Redaman pd 850 nm dB/km 3,5 max
value Redaman pd 1300 nm dB/km 1,0 max
Redaman pd 1265-1330 nm dB/km 0,38 max
Redaman pd 1310 nm dB/km 0,36 max
Redaman pd 1530-1570 nm dB/km 0,25 max

Geometry
Diameter cladding, …….. µm ……………125  2
Primary coating diameter.. µm ……………245 
10

113
Training Center

114
Training Center

Transmission Losses atau rugi-rugi transmisi adalah


karakteristik yang sangat penting untuk menentukan :
 Sepasi atau jarak repeater.
 Tipe dari pemancar optik (optical transmitter)
 Tipe dari penerima optik (optical receiver)

115
Training Center

 Redaman pada serat optik dinyatakan dengan satuan dB/km


 Redaman yang terkait dengan karakteristik serat optik
disebabkan oleh hamburan dan absorpsi.
 Hamburan (Rayleigh scattering), disebabkan oleh struktur gelas
yang akan menghamburkan sebagian cahaya yang merambat
dalam serat optik.
 Absorpsi, disebabkan gelas serat optik menyerap cahaya dalam
serat optik, terdapat tiga daerah panjang gelombang yang
memiliki redaman cukup besar yang disebut puncak OH (OH-
peak). Redaman puncak OH terjadi karena terjadi interaksi antara
cahaya dengan atom-atom air yang masih tinggal dalam serat
optik.
 Redaman karena sambungan-sambungan (splices) serat optik
 Redaman karena konektor-konektor optik

116
Training Center

CABLE ATTENUATION VS FREQUENCY


CHARACTERISTIC
140

-58/ U
/U

/U
-14

5 9/U
120

-62
RG

RG

RG
RG-
1 9 /U
RG-
ATTENUATION (Db/km)

100

80

60

40

20
LOW-LOSS OPTICAL FIBER
0

0 200 400 600 800 1000


FREKUENSI (MHz)

117
Training Center

1. Loss penghamburan Rayleigh (Rayleigh


scattering loss)
2. Loss penyerapan (Absorbtion loss)
3. Loss pembengkokan (Bending loss).
4. Loss refleksi freshnel (Fresnel Reflection Loss)
5. Loss penyambungan (Splicing Loss).

118
Training Center

Terjadi karena ada variasi kerapatan optik dan campuran-


campurannya shg membentuk facet-facet yang
memantulkan dan membiaskan serta menghamburkan
sebagian kecil cahaya yang melewatinya.

119
Training Center

Penyerapan oleh kotoran, air (ion OH) yang tercampur pada


saat proses pembuatan fiber.

OH

120
Training Center

Terjadi karena akibat adanya pembengkokan


ada 2 macam :

a. Micro bending Loss


b. Macro bending Loss

121
Training Center

disebabkan pembengkokan mikro dalam inti serat optik.

Backscattered light (loss) radiated light(loss)

microbend

122
Training Center

disebabkan karena adanya belokan tajam/lengkungan pada


saat instalasi.

B1

A 
B
B2
C

123
Training Center

(Freshnel Reflection Loss)

disebabkan karena adanya celah udara, sehingga cahaya


harus melewati dua interface yang memantul sebagian, karena
perubahan indek bias dari inti ke udara dan ke inti lagi.

n21
n1 n1

n = 1,5 n = 1,0

4%

124
Training Center

Loss sambungan
Adalah loss yang diakibatkan oleh "splicing" atau
penyambungan.

SPLICING

125
Training Center

 Merupakan pelebaran pulsa pada pulsa cahaya yang ditransmisikan lewat


serat optik.
 Akibat dari dispersi adalah membatasi jumlah pulsa per satuan waktu (bit
rate) data yang dikirimkan.
 Pada serat optik terjadi tiga jenis dispersi yaitu: modal dispersion, material
dispersion, dan waveguide dispersion.
 Modal dispersion terjadi pada serat optik multi mode dan terjadi karena
waktu propagasi setiap mode berbeda-beda .
 Dispersi Material terjadi pada semua jenis serat optik dan terjadi karena
waktu propagasi setiap panjang gelombang cahaya berbeda-beda (indeks
bias suatu bahan merupakan fungsi dari panjang gelombang).
 Dispersi Waveguide, nilainya sangat kecil dibandingkan jenis dispersi
yang lainnya, terjadi karena struktur serat optik sendiri yaitu terjadinya
perbedaan waktu propagasi cahaya karena sebagian cahaya merambat di
cladding.
 Satuan dispersi adalah ps/nm.km

126
Training Center

30
DFF DSF

0
0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6

- 30

 Dispersi chromatic terdiri dari Dispersi material dan Dispersi


Waveguide.
 Pada daerah 1.300 nm, nilai dispersi chromatis sangat kecil.
 Dispersi merupakan faktor yang lebih membatasi operasi serat optik
pada daerah 1.550 nm dari pada faktor redaman.
 Untuk mengkompensasikan keterbatasan pada daerah 1.550 nm
dibuat jenis serat optik khusus yaitu "Dispersion Shifted Fiber" yang
memiliki dispersi 0 pada 1.550 nm dan "Dispersion Flattened Fiber"
yang memiliki nilai dispersi yang rendah pada rentang 1.300 - 1550
nm.

127
Training Center
TYPICAL PERFORMANCE CHARRACTERISTICS OF CABLED FIBRE

MULTIMODE SINGLE MODE

General class
EIA class IA & IB IC II III IVA IVB IVC

Index descriptor Graded & Step Step Step Dispersion Dispersion Dispersion
Quasigraded unshifted shifted flat

Core material Glass Glass Glass Plastic Glass Glass Glass


Cladding material Glass Glass Plastic Plastic Glass Glass Glass

Core diameter (µm) 50 62,5 8,5 100 50-100 200-600 484-980 8,7-10 7-8,7 7-8,7
Clad. Diameter (µm) 125 125 125 125-140 125-140 230-650 500-1000 125 125 125

Tolerance
Core diameter  3 µm  3 µm  3 µm  4 µm  8 µm  10 µm  8 µm  8 µm  8 µm
Clad diameter  2 µm  3 µm  3 µm  4 µm  10 µm  10 µm  2 µm  2 µm  2 µm

Attenuation (dB/km)
@ 570 nm 70
@ 650 nm 130-160
@ 850 nm 2,6-3,5 3,0-4,1 30,4,1 3,0-70 4,0-6,0 3,0-8,0
@ 1310 nm 0,7-1,6 0,8-1,8 1,0-1,8 1,5-5,0 0,4-0,7 0,4-0,5
@ 1550 nm 0,25-0,3 0,25-0,3
@ 2-5 µm predicted 0,1

Numerical Aperture 0,19-0,25 0,27-0,31 0,24-0,3 0,21-0,3 0,15-0,3 0,27-0,37 0,47

Material dispersion (ps/nm/km)


@ 850nm 100-120 100-120 100-120 100-120 100-120 100-120 Not Applycable
@ 1300 nm 0,9-3,5 3,0-10 3,0-10 3,0-10 0,9-4,0 3,5
@ 1550 nm 20 3,5 3,5

(BW)o (MHz-km)
@ 850 nm 200-600 150-500 150-350 20-500 10-60 9-25 0,5
@ 1300 nm 400-1500 300-1000 300-1000 20-400 10+5 10+5 10+5

128
Training Center

129
Training Center

130
Training Center

131
Training Center

132
Training Center

133
Training Center

134
Training Center

135
Training Center

136
Training Center

137
Training Center

138
Training Center

139
Training Center

140
Training Center

141
Training Center

142
Training Center

Sinyal yang diproses didalam perangkat adalah sinyal-sinyal yang


didalamnya mengandung unsur tegangan DC, yang disebut dengan istilah
sinyal UNIPOLAR NON-RETURN TO ZERO” (Unipolar NRZ) atau
sinyal BINERY”.
Sinyal dengan unsur tegangan DC didalamnya, jika akan ditransmisikan
keluar perangkat, tidak akan bagus, karena :
1) Tegangan DC akan mengalami redaman yang besar.
2) Tegangan DC tidak bisa dilewatkan pada transformator penyesuai
impedansi.

143
Training Center

Karena alasan-alasan tersebut, maka sinyal yang akan ditransmisikan harus


diubah kedalam bentuk sinyal yang didalamnya mengandung unsur tegangan AC.

Sebab :

1). Tegangan AC bisa ditransmisikan dalam jarak yang jauh tanpa


mengalami redaman yang berarti.
2.) Tegangan AC bisa dilewatkan pada matching transformer.
Untuk keperluan ini, sinyal unipolar NRZ (atau sinyal binary) harus
diubah kedalam bentuk sinyal dengan kode :

a) AMI (Alternate Mark Inversion)


b) HDB-3 (High Density Bipolar - 3 Levels)
c) CMI (Coded Mark Inversion)

144
Training Center

Sinyal/Pulsa NRZ/RZ

Sinyal/Pulsa Non Return to Zero (NRZ) :


* Singkatan dari Non Return to Zero yang berarti tidak kembali ke Nol.
* Biasa dinamakan pulsa Unipolar.
* Memakai bilangan dasar dua (binery) yaitu bilangan (digit) 0 dan 1.
* Mempunyai dua harga yaitu high level ( + V volt ) dan low level (0 volt).
* Digit 0 dihargakan low level dan digit 1 dihargakan high level.
* Lebar pulsa sama dengan satu waktu periodenya (duty cycle = 100 %).
* Digunakan pada proses sinyal diperangkat dan perangkat saluran optik
pada
kecepatan bit dibawah 622 Mb/s.

145
Training Center

Sinyal/Pulsa Return to Zero (RZ) :


* Singkatan dari Return to Zero yang berarti kembali ke Nol.
* Biasa dinamakan pulsa Unipolar.
* Memakai bilangan dasar dua (binery) yaitu bilangan (digit) 0 dan 1.
* Mempunyai dua harga yaitu high level ( + V volt ) dan low level (0 volt).
* Digit 0 dihargakan low level dan digit 1 dihargakan high level.
* Lebar pulsa sama dengan separuh waktu periodenya (duty cycle = 50 %).
* Digunakan pada proses perubahan sinyal unipolar ke bipolar atau
sebaliknya dan perangkat saluran optik pada kecepatan diatas 622 Mb/s

146
Training Center

SINYAL AMI (ALTERNATE MARK INVERSION).

Kode AMI digunakan pada sinyal dengan kecepatan :


- 64 Kbit/s (Order-0).
- 565 Mbit/s (Order-5).
Aturan pengkodean menurut Kode AMI adalah sbb. :
1) Disini terdapat tiga kondisi tegangan; yaitu tegangan positif,
negatif dan nol Volt.
2) Digit “1” akan dikodekan menjadi tegangan positif atau
tegangan
negatif secara bergantian.
3) Digit “0” akan dikodekan menjadi tegangan “0” Volt.

Lihat Gambar-1.
147
Training Center

0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Sinyal Unipolar Non-Return to Zero (Sinyal Binary = 100 % duty cycle)

Sinyal Unipolar Return to Zero (Sinyal Binary = 50 % duty cycle)


+

-
Sinyal dengan Kode AMI NRZ (Sinyal Bipolar = 100 % duty cycle)

0 Sinyal dengan Kode AMI RZ (Sinyal Bipolar = 50 % duty cycle)

Gambar-1 : Konversi dari sinyal Unipolar menjadi sinyal


dengan Kode AMI

148
Training Center

SINYAL HDB-3 (HIGH DENSITY BIPOLAR - 3 LEVELS)

Kode HDB-3 digunakan pada sinyal dengan kecepatan :

- 2048 Kbit/s.
- 8448 Kbit/s
- 34368 Kbit/s.

Aturan pengkodean menurut Kode HDB-3 adalah sbb. :

1) Disini terdapat tiga kondisi tegangan; yaitu tegangan positif,


tegangan negatif dan tegangan nol Volt.
2) Digit “1” akan dikodekan menjadi tegangan positif atau
tegangan
negatif secara bergantian.
3) Digit “0” akan dikodekan menjadi tegangan “0” Volt.
4) Deretan digit “0” berturut-turut maksimum 3.
149
Training Center

Jika deretan digit “0” berturut-turut 4, atau kelipatannya; maka


deretan “0” tersebut akan diubah menjadi :

a.000V (V = bit violasi, polaritasnya sama dengan polaritas bit ”1” atau bit tambahan
sebelumnya ); apabila sebelum deretan 4 “0” tersebut terdapat digit “1” ganjil.

Polaritas bit violasi yang berdekatan harus berlawanan. Disini terdapat dua
kemungkinan polaritas bit “V”; yaitu :
a) 000V+ ; jika polaritas bit “1” atau bit tambahan sebelumnya adalah positif.
b) 000V- ; jika polaritas bit “1” atau bit tambahan sebelumnya adalah negatif.
b.B00V (B = bit tambahan, polaritasnya berlawanan dengan polaritas bit ”1” atau bit
tambahan/bit violasi sebelumnya ); apabila sebelum deretan 4 “0” tersebut terdapat
digit “1” genap, atau tidak ada digit “1”. Disini juga terdapat dua kemungkinan
polaritas bit “B” dan bit “V”; yaitu :
a) B+ 00 V+; jika polaritas bit “1” atau bit tambahan sebelumnya adalah negatif.
b) B- 00 V-; jika polaritas bit “1” atau bit tambahan sebelumnya adalah positif.

Lihat Gambar-2

150
Training Center

0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Sinyal Unipolar Non-Return to Zero (Sinyal Binary = 100 % duty cycle)

Sinyal Unipolar Return to Zero (Sinyal Binary = 50 % duty cycle)


+

- Sinyal dengan Kode HDB-3 NRZ (Sinyal Bipolar = 100 % duty cycle)

0
Sinyal dengan Kode HDB-3 RZ (Sinyal Bipolar = 50 % duty cycle)
-
Gambar-.2 : Konversi dari sinyal Unipolar menjadi sinyal
dengan Kode HDB-3

151
Training Center

SINYAL CMI (CODED MARK INVERSION).

Kode saluran ini digunakan pada sinyal dengan kecepatan :

- 140 Mbit/s (PDH Order-4)


- 155,52 Mbit/s (SDH STM-1)

Aturan pengkodean menurut Kode CMI adalah sbb. :

1) Disini terdapat dua kondisi; yaitu kondisi low level , dan kondisi high
level.
2) Digit “1” akan dikodekan menjadi satu periode penuh high level atau satu
periode low level, secara bergantian.
3) Digit “0” akan dikodekan menjadi :
a. Setengah periode pertama low level.
b. Setengah periode sisanya high level.

Tidak boleh terbalik, setengah periode pertama high level, dan setengah periode
berikutnya menjadi low level.

Lihat Gambar-.3.
152
Training Center

0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Sinyal Unipolar Non-Return to Zero (Sinyal Binary = 100 % duty cycle)

Sinyal Unipolar Return to Zero (Sinyal Binary = 50 % duty cycle)


H

L Sinyal dengan Kode CMI

0 Sinyal dengan Kode CMI


L
Gambar-3 : Konversi dari sinyal Unipolar menjadi sinyal
dengan Kode CMI

153
Training Center

SINYAL 1B/2B (1 BIT - 2BIT).

Kode saluran ini digunakan pada sinyal yang akan ditransmisikan melalui
kabel serat optik, dengan kecepatan :

- Sinyal elektrik 140 Mbit/s (PDH Order-4)


- Sinyal optik = 2/1 x 140 Mbit/s = 280 Mbit/s

Aturan pengkodean menurut Kode 1B/2B adalah sbb. :

1) Disini terdapat dua kondisi; yaitu kondisi low level , dan kondisi
high level.
2) Digit “1” akan dikodekan menjadi 2 digit “11” atau “00” secara
bergantian.
3) Digit “0” akan dikodekan menjadi 2 digit “01”.

Lihat Gambar-.4.

154
Training Center

0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

Sinyal Unipolar Non-Return to Zero (Sinyal Binary = 100 % duty cycle)

Sinyal Unipolar Return to Zero (Sinyal Binary = 50 % duty cycle)


H 0 1 11 01 01 01 01 00 11 01 0 1 01 0 1 01 01 0 1 01 00 0 1
0
L
Sinyal dengan Kode 1B2B
0 1 00 01 01 0 1 01 11 00 0 1 01 0 1 01 01 0 1 0 1 0 1 11 0 1
H
0
L
Sinyal dengan Kode CMI

Gambar-4 : Konversi dari sinyal Unipolar menjadi sinyal dengan Kode 1B/2B

155
Training Center

KODE 5B/6B (5 BIT - 6BIT).


Kode saluran ini digunakan pada sinyal yang akan ditransmisikan melalui kabel
serat optik, dengan kecepatan :
- Sinyal elektrik = 140 Mbit/s (PDH Order-4)
- Sinyal optik = 6/5 X 140 Mbit/s = 168 Mbit/s

Aturan pengkodean menurut Kode 5B/6B adalah sbb. :


1. Disini tidak terdapat kondisi yang baku; susunan digit 5B/6B itu harus
demikian;
melainkan terserah kepada masing-masing pabrik yang membuat OLTE.
Jadi antara kode 5B/6B satu dengan lain pabrik sangat mungkin berbeda;
misalnya 5B/6B OLTE Fujitsu tidak sama dengan 5B/6B OLTE AT&T atau
dengan 5B6B OLTE Philips.
2. Setiap block 5-bit biner akan diubah menjadi 1 block 6-bit biner.

Sebagai contoh lihat Gambar-5


156
Training Center

+
1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

Sinyal Unipolar NRZ (satu block = 5 bit)


-
Sinyal Unipolar NRZ (satu block = 6 bit)

+ Sinyal 5B/6B

0
Gambar-5 : Konversi dari sinyal Unipolar NRZ menjadi sinyal 5B/6B

157
Training Center

Contoh Pengkodean 5B/6B:


Kode 6B
Kode 5 B Mode + Mode Mode - Mode
Berikutnya Berikutnya
0 00000 50 110010 + 50 110010 -
1 00001 51 110011 - 33 100001 +
2 00010 54 110110 - 34 100010 +
3 00011 35 100011 + 35 100011 -
4 00100 53 110101 - 36 100100 +
5 00101 37 100101 + 37 100101 -
6 00110 38 100110 + 38 100110 -
7 00111 39 100111 - 7 000111 -
8 01000 43 101011 - 40 101000 +
9 01001 41 101001 + 41 101001 -
10 01010 42 101010 + 42 101010 -
11 01011 11 001011 + 11 001011 -
12 01100 44 101100 + 44 101100 -

158
Training Center

Contoh Pengkodean 5B/6B:


Kode 6B
Kode 5 B Mode + Mode Mode - Mode
Berikutnya Berikutnya
13 01101 45 101101 - 5 000101 +
14 01110 46 101110 - 6 000110 +
15 01111 14 001110 + 14 001110 -
16 10000 49 110001 + 49 110001 -
17 10001 57 111001 - 17 010001 +
18 10010 58 111010 - 18 010010 +
19 10011 19 010011 + 19 010011 -
20 10100 52 110100 + 52 110100 -
21 10101 21 010101 + 21 010101 -
22 10110 22 010110 + 22 010110 -
23 10111 23 010111 - 20 010100 +
24 11000 56 111000 + 24 011000 +
25 11001 25 011001 + 25 011001 -

159
Training Center

Kode 6 B
Kode 5 B Mode + Mode Mode - Mode
Berikutnya Berikutnya
26 11010 26 011010 + 26 011010 -
27 11011 27 011011 - 10 001010 +
28 11100 28 011100 + 28 011100 -
29 11101 29 011101 - 9 001001 +
30 11110 30 011110 - 12 001100 +
31 11111 13 001101 + 13 001101 -

160
Training Center

161
Training Center
Pertama kali sistem transmisi optik menggunakan single mode fiber (SMF) dengan
panjang gelombang zero-dispersion terletak pada window 1310 nm, yang diatur dengan
Recommendation ITU-T G.652.
SMF ini cocok untuk produksi masal, karena struktur core kabelnya sangat sederhana.
SMF menjadi kabel yang sederhana, instalasinya mudah dan penggunaannya sangat
murah; sehingga SMF menjadi kabel fiber optik standard.

Kemudian berikutnya ditemukan tipe optik yang lebih bagus lagi, yaitu dengan menggeser
(shifted) zero-dispersion dari 1310 nm ke posisi 1550 nm, dan tipe kabel ini disebut
“”ZERO DISPERSION SHIFTED FIBER” (ZDSF), yang diatur pada Rec. ITU-T G.653.

Tahap berikutnya dikembangkan tipe optik dari zero dispersion shifted fiber (ZDSF) ke
“1550 nm WAVELENGTH LOSS-MINIMIZED SINGLE-MODE OPTICAL FIBRE
CABLE”, yang diatur pada Rec. ITU-T G.654.
Produk ini kurang bagus (dianggap gagal), dan tidak (kurang) digunakan pada sistem
transmisi optik; dan kembali kepada Rec. ITU-T G.653.

Untuk Transmisi multi panjang gelombang didalam satu serat optik, G.653 (ZDSF) kurang
bagus, karena menimbulkan Four wave Mixing (FWM). Untuk itu maka dikembangkan
lagi serat optik jenis baru, dengan menggeser Zero Dispersi menjadi Non Zero Dispersion
Shifted Fiber (NZDSF); diatur pada Rec. ITU-T G.655.

162
Training Center

1. ITU-T RECOMMENDATION G.652

(SINGLE-MODE OPTICAL FIBRE CABLE)

163
Training Center

Table 1/G.652 − G.652A


Kabel optik yang diatur didalam ITU-T G.652A ini adalah “single-mode optical fibre cable” bisa
digunakan untuk sistem transmisi sampai dengan STM-16.
Fibre attributes
Attribute Detail Value
Mode field diameter Wavelength 1 310 nm
Range of nominal values 8.6-9.5 μm (± 0.7) μm
Cladding Diameter Nominal 125.0 μm ±1 μm
Core concentricity error Maximum 0.8 μm
Cladding noncircularity Maximum 2.0%
Cable cut-off wavelength Maximum 1 260
Macrobend loss Radius 37.5 mm
Number of turns 100
Maximum at 1 550 nm 0.50 dB
Proof stress Minimum 0.69 GPa
Chromatic dispersion coefficient λ0min/λ0max 1 300 nm/1 324 nm
S0max 0.093 ps/nm2·km
Cable attributes
Attribute Detail Value
Attenuation coefficient Wavelength
Maximum at 1 310 nm 0.5 dB/km
Maximum at 1 550 nm 0.4 dB/km

164
Training Center

Table 2/G.652 − G.652B


Kabel optik yang diatur didalam ITU-T G.652B ini adalah “single-mode optical fibre cable” bisa digunakan
untuk sistem transmisi sampai dengan STM-64. Dispersi Chromatic pada umumnya akan dibutuhkan untuk
mengakomodasi transmisi “high bit-rate” pada daerah panjang gelombang 1 550 nm.
Fibre attributes
Attribute Detail Value
Mode field diameter Wavelength 1 310 nm
Range of nominal values 8.6-9.5 μm (±0.7 μm)
Cladding Diameter Nominal 125.0 μm ±1 μm
Core concentricity error Maximum 0.8 μm
Cladding noncircularity Maximum 2.0%
Cable cut-off wavelength Maximum 1 260 nm
Macrobend loss Radius 37.5 mm
Number of turns 100
Maximum at 1 550 nm/at 1625nm 0.50 dB/0.50 dB
Proof stress Minimum 0.69 GPa
Chromatic dispersion λ0min/λ0max 1 300 nm/1 324 nm
coefficient S0max 0.093 ps/nm2·km
Cable attributes
Attenuation coefficient Maximum at 1 310 nm 0.4 dB/km
Maximum at 1 550 nm//at 1625 nm 0.35 dB/km//0.4 dB/km

165
Training Center

Table 3/G.652 − G.652C


Kabel optik yang diatur didalam ITU-T G.652C ini adalah “single-mode optical fibre cable” bisa
digunakan untuk sistem transmisi sampai dengan STM-64.. Dispersi Chromatic pada umumnya akan
dibutuhkan untuk mengakomodasi transmisi “high bit-rate” pada daerah panjang gelombang 1 550 nm.
Kabel optik ini bisa untuk transmisi ITU-T G.957 (SDH), pada panjang gelombang diatas 1 360 nm
dan dibawah 1 530 nm.
Fibre attributes
Attribute Detail Value
Mode field diameter Wavelength 1 310 nm
Range of nominal values 8.6-9.5 μm (±0.7 μm)
Cladding Diameter Nominal 125.0 μm ±1 μm
Core concentricity error Maximum 0.8 μm
Cladding noncircularity Maximum 2.0%
Cable cut-off wavelength Maximum 1 260 nm
Macrobend loss Radius 37.5 mm
Number of turns 100
Maximum at 1 550 nm/at 1625 nm 0.50 dB/0.50 dB
Proof stress Minimum 0.69 GPa
Chromatic dispersion λ0min/λ0max 1 300 nm/1 324 nm
coefficient S0max 0.093 ps/nm2·km
Cable attributes
Attenuation coefficient Maximum at 1 310 nm 0.4 dB/km
Maximum at 1 383 nm s/d1 480 nm 0.4 dB/km
Maximum at 1 550 nm//at 1625nm 0.35 dB/km//0.4 dB/km
166
Training Center

Table 4/G.652 − G.652D (Low-Water-Peak Single-Mode Fiber)


Untuk WDM Optical Transmission pada Metropolitan Networks
Full-Spectrum Utilization (Low Attenuation pada daerah 1383nm)
Parameters Unit FutureGuide®-LWP
Mode Field Diameter at 1310nm µm 9.2 ± 0.4
Mode Field Diameter at 1550nm µm 10.4 ± 0.8
Attenuation at 1310nm dB/km ≤ 0.35
Attenuation at Water Peak dB/km ≤ 0.31
Attenuation at 1550nm dB/km ≤ 0.21
Attenuation at 1625nm dB/km ≤ 0.23
Attenuation vs. wavelength (1285-1330nm) dB/km ≤ 0.05
Attenuation vs. wavelength (1525-1575nm) dB/km ≤ 0.05
Cable Cut-off Wavelength nm ≤ 1260
Chromatic Dispersion (1285-1330nm) ps/(nm km) ≤ 3.5
Chromatic Dispersion (1550nm) ps/(nm km) ≤ 18
Zero Dispersion Slope ps/(nm2 km) ≤ 0.092
Zero Dispersion Wavelength nm 1300-1324
Polarization Mode Dispersion ps/ km ≤ 0.2
Proof Level % ≥ 1.0

167
Training Center

ITU-T G.652D : Small-Bending, High Reliability, Low-Water Peak


SM Fibre.

• Memungkinkan Fibre di Bending s/d


Radius: 15mm
• Excellent Bending Performance
• Good Spliceability dengan
Conventional SM fibre
• Cocok untuk kabel di pelanggan
(optical fibre cord, etc) dan drop cable

168
Training Center

2. ITU-T G.653
( DISPERSION-SHIFTED SINGLE‑MODE OPTICAL FIBRE CABLE )

169
Training Center
Table 1/G.653  G.653.A cable base category
Fibre attributes
Attribute Detail Value
Mode field diameter Wavelength 1550 nm
Range of nominal values 7.8-8.5 μm (±0.8 μm)
Cladding Diameter Nominal 125 μm ±1 μm
Core concentricity error Maximum 0.8 μm
Cladding noncircularity Maximum 2.0%
Cable cut-off wavelength Maximum 1270 nm
Macrobend loss Radius 37.5 mm
Number of turns 100
Maximum at 1550 nm 0.5 dB
Proof stress Minimum 0.69 GPa
Chromatic dispersion coefficient λ0min//λ0max 1500 nm/1600 nm
S0max (chromatic dispersion slope coefficient) 0.085 ps/(nm2∙km)
Dmax (chromatic dispersion coefficient) 3.5 ps/(nm·km)
∆λ0max 50 nm
∆λw 25 nm
Uncabled fibre PMD coefficient Maximum ps/√km (Note)
Cable attributes
Attenuation coefficient Maximum at 1550 nm 0.35 dB/km
170
Training Center

Sementara itu, Dispersion Shifted Fiber (DSF) - Rec. ITU-T G.653


mempunyai suatu karakteristik redaman yang rendah.

Panjang gelombang zero-dispersion dari DSF 1550 nm ini mempunyai


redaman paling rendah dibandingkan dengan type-type fiber optik yang ada
sekarang, dan mempunyai dispersi rendah (hampir sama dengan nol).

Karenanya, DSF sangat cocok digunakan untuk transmisi jarak jauh;


misalnya pada sistem transmisi trunk.

171
Training Center

4. ITU-T G.654
(CUT-OFF SHIFTED SINGLE-MODE OPTICAL FIBRE CABLE)

172
Training Center
Table 1/G.654 – G.654.A
G.654 Adalah subkategori “cut-off shifted single-mode optical fibre cable”. Subkategori ini
cocok untuk sistem ITU-T G.691 (SDH s/d STM‑256) dan ITU-T G.692 (WDM) dengan
Optical Amplifier pada daerah panjang gelombang 1550 nm.

Attribute Detail Value


Mode field diameter Wavelength 1550 nm
Range of nominal values 9.5-10.5 μm (±0.7 μm)
Cladding Diameter Nominal 125 μm ±1 μm
Core concentricity error Maximum 0.8 μm
Cladding non-circularity Maximum 2.0%
Cable cut-off wavelength Maximum 1530 nm
Macrobend loss Radius 37.5 mm
Number of turns 100
Maximum at 1550 nm 0.50 dB
Proof stress Minimum 0.69 GPa (Giga Pascal)
Chromatic dispersion coefficient D1550max 20 ps/nm·km
S1550max 0.070 ps/nm2·km
Cable attributes
Attenuation coefficient Wavelength
Maximum at 1550 nm 0.22 dB/km

173
Training Center

4. ITU-T G.655
(NON-ZERO DISPERSION SHIFTED FIBER)

174
Training Center

Non-Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF).

Pada sistem WDM/DWDM, multi wavelength dipancarkan secara


bersamaan didalam satu optikal fiber. Pada kondisi panjang
gelombang mendekati dispersi nol akan mengalami beberapa
gangguan FWM.

Untuk mengatasi keadaan ini, yaitu menekan munculnya FWM;


maka pada kondisi wavelength dengan dispersi nol harus digeser
dari posisi panjang gelombang 1550 nm, menjadi sedikit lebih
besar atau menjadi sedikit lebih kecil.
Fiber dimana zero-dispersi wavelength digeser ini, disebut “NON-
ZERO DISPERSION SHIFTED FIBER” dan disingkat “NZDSF”;
dan ditetapkan pada Rec. ITU-T G.655. Lihat Gambar berikut.

175
Training Center

Attenuation

Single WDM
channel multi-channel

0,40dB/km
0,25dB/km

1319 nm 1550 nm
wavelength
Kurva Redaman versus wavelength

176
Training Center
wavelength
Dispersi(+) 1319 nm 1550 nm DSF
G.653

SMF ( Rec.G.652)
Dispersi Zero
Shifted
C-band : 1530-1565nm
Dispersi(-) L-band : 1565-1625nm
WDM multi-channel area
NZDSF(- )
(Rec. G.655) NZDSF(+)
(Rec. G.655)

Wavelength versus karakteristik dispersi; dan sejarah


pergeseran (shifted) zero dispersi dari 1310 nm ke 1550 nm.

177
Training Center

Wavelength zero-dispersi SMF 1310 nm (Rec. ITU-T G.652) digeser


(shifted) ke wavelength zero-dispersi single mode fiber 1550 nm, dan
yang disebut DSF (Rec. ITU-T G.653).
Dari zero-dispersion 1550 nm, diubah menjadi non-zero dispersion
shifted fiber (NZDSF) 1550 nm; NZDSF (+) dan NZDSF (-) (Rec.
ITU-T G.655.

178
Training Center

Ada 2 tipe kabel optik NZDSF; yaitu :

1) Dispersi negatif pada 1550 nm, dan disebut NZDSF (-).

NZDSF(-) digunakan pada jaringan komunikasi “ULTRA LONG HAUL


SUBMARINE CABLE SYSTEM”.
Karena mempunyai panjang gelombang > dari 1550 nm; redamannya lebih kecil
dan pembuatannya lebih sulit, yang berarti harganya mahal.

2) Dispersi positif pada 1550 nm, dan disebut NZDSF (+).

NZDSF (+) sangat cocok digunakan untuk jaringan komunikasi terrestrial jarak
jauh dengan kapasitas besar; sistem transmisi WDM/DWDM.
Mempunyai panjang gelombang <1550 nm; pembuatannya lebih mudah, dan
harganya lebih murah.

179
Training Center

3. CHARAKTERISTIK NZDSF DAN KABEL.

Tipe NZDSF (+) telah banyak dikembangkan dan diimplementasikan


dalam 2 standard susunan kabel; yaitu :

1) Susunan kabel core “ribbon-slotted”


2) Susunan kabel “loose tube”

3.1.Karakteristik NZDSF.

Karakteristik umum dari kabel optik NZDSF (+) bisa dilihat pada
Tabel-1; dimana “Geometrical properties” nya sama dengan fiber single
mode konvensional.

180
Training Center

Table 1/G.655 – G.655.A


Fibre attributes
Attribute Detail Value
Mode field diameter Wavelength 1550 nm
Range of nominal values 8-11 m (0.7 m)
Cladding Diameter Nominal 125 m 1 m
Core concentricity error Maximum 0.8 m
Cladding noncircularity Maximum 2.0%
Cable cut-off wavelength Maximum 1480 nm
Macrobend loss Radius 37.5 mm
Number of turns 100
Maximum at 1550 nm 0.50 dB
Proof stress Minimum 0.69 GPa
Chromatic dispersion min & max 1530 nm & 1565 nm
coefficient Minimum value of Dmin /Dmax 0.1 ps/nm  km//6.0 ps/nm  km
Band: 1530-1565 nm
Sign positive atau negative
Cable attributes
Attribute Detail Value
Attenuation coefficient Maximum at 1550 nm 0.35 dB/km

181
Training Center
Table 2/G.655 – G.655.B
Fibre attributes
Attribute Detail Value

Mode field diameter Wavelength 1550 nm


Range of nominal values 8-11 m (0.7 m)
Cladding Diameter Nominal 125.0 m 1 m
Core concentricity error Maximum 0.8 m
Cladding noncircularity Maximum 2.0%
Cable cut-off wavelength Maximum 1480 nm

Macrobend loss Radius 37.5 mm


Number of turns 100
Maximum at 1550 nm 0.50 Db
Maximum at < 1625 nm 0.50 dB
Proof stress Minimum 0.69 GPa
min & max 1530 nm & 1565 nm
Chromatic dispersion
coefficient Minimum value of Dmin /Dmax 1.0 ps/nm  km//10.0 ps/nm  km
Band: 1530-1565 nm Sign Positive atau negative
Dmax – Dmin
5.0 ps/nm  km
min & max
Chromatic dispersion coefficient TO BE DETERMINED
Band: 1565- <1625 nm Minimum value of Dmin TBD
Maximum value of Dmax TBD
Sign TBD
Cable attributes
Attribute Detail Value

Attenuation coefficient Maximum at 1550 nm 0.35 dB/km


Maximum at < 1625 nm 0.4 dB/km

182
Training Center

TABLE 1 CHARACTERISTICS OF NZDSF


Fiber type Non-zero dispersion-shifted single
mode fiber dengan dispersi
positive pada 1550nm.
Mode field diameter at 1550nm 8.4±0.6 microns
Chromatic dispersion at 1550nm +4.3±2.0 ps/nm/km
Dispersion slope at 1550nm Less than 0.05 ps/nm/km2 (Ave.
0.045)
Attenuation at 1550nm Max. 0.25 dB/km
Cladding diameter 125±1 microns
Coating diameter Approx. 0.25mm

183
Training Center

3.1. Tipe core “Ribbon-slotted”.


3.1.1. Susunan Kabel.

Kabel ini banyak digunakan di Jepang Dimana 2, 4 atau lebih


kabel diberi warna dan disusun didalam ribbon (pita).
Susunan kabel ini cocok untuk jumlah kabel fiber yang besar;
misalnya : 200 - 300 atau bahkan sampai dengan 1000 fiber.
Lihat Gambar berikut.

184
Training Center

Central strength member


Slotted Core

Four-fiber ribbon

Optical fiber
Binder

Wrapping

Sheath

Gambar Contoh kabel core Ribbon-slotted (200 fiber)


185
Training Center

3.1.2. Performansi Redaman.

Hasil pengukuran redaman terhadap kabel core ribbon-slotted


seperti Gambar-3 adalah sbb. :
- Redaman rata-rata 0,209 dB/km
- Redaman maksimum 0,230 dB/km

3.1.3. Kehilangan (loss) Sambungan.


Hasil pengukuran splice loss pada ribbon-slotted (splicing
menggunakan mesin penyambung) rata-rata adalah sbb. :
- Loss Rata-rata 0,039 dB
- Loss maksimum 0,130 dB.

186
Training Center

3.1.4. Redaman versus Perubahan Temperatur.


Gambar berikut memperlihatkan redaman kabel versus perubahan
temperatur untuk kabel ribbon-slotted. Perubahan temperatur dari -
30 s/d +70 derajad celcius; dimana setiap perubahan temperatur
berlangsung 6 jam, dan ternyata NZDSF mempunyai kestabilan
redaman terhadap perubahan temperatur sangat stabil..

187
Training Center

Kenaikan
Loss (dB/km)
0,10
0,05
0,00
-0,05
-0,10
awal 20 -30 70 -30 70 -30 70 20
Temperatur (derajad C)

Gambar Contoh Redaman versus Perubahan Temperatur NZDSF.

188
Training Center

3.2. Tipe Kabel “Loose Tube”


3.2.1. Susunan Kabel.

Kabel “loose tube” adalah susunan kabel fiber optik standard yang
banyak digunakan didunia telekomunikasi. Satu atau lebih fiber
optik diberi warna (biasanya 6, 8 atau 12 fiber), dan dibungkus
didalam tabung thermoplastic, dan dibalur kompon.
Lihat Gambar berikut.

189
Training Center

Central member
Optical Fiber
Loose tube filling compound
Loose tube

Cable filling compound


Wrapping
Inner Sheath

Corrugated steel amour


Outer Sheath

Gambar Contoh kabel loose tube dengan 196 fiber


190
Training Center

3.2.2. Performansi Redaman.


Hasil pengukuran redaman terhadap kabel loose tube (1550 nm)
adalah sbb. :
- Redaman rata-rata 0,204 dB/km
- Redaman maksimum 0,230 dB/km

191
Training Center

5. ITU-T G.656
(ULTRA SMALL-DISPERSION-SLOPE
NON-ZERO DISPERSION-SHIFTED SINGLE-MODE FIBER )

192
Training Center

Ultra Small-Dispersion-Slope Non-Zero Dispersion-Shifted


Single-Mode Fiber (ITU-T G.656)
Digunakan untuk DWDM Optical Transmission, pada S-, C- &
L-Bands pada Metro Networks

Fitur-fitur.

Ultra Small Dispersion Slope didalam suatu Wide Range dari


Wavelengths pada S-, C- dan L-bands.

Small Chromatic Dispersion didlam suatu Wide Range dari


Wavelengths pada S-, C- dan L-bands.

Sama dengan Relative Dispersion Slope (RDS) pada SM fiber

193
Training Center
Specification ITU-T G.656
Parameters Unit FutureGuide®-USS
Mode Field Diameter at 1550nm 7.7 0.4
Effective Area(Aeff) mm2 45(Typical)
Attenuation at 1460nm dB/km ≤ 0.35
Attenuation at 1550nm dB/km ≤ 0.23
Attenuation at 1625nm dB/km ≤ 0.26
Attenuation vs. wavelength (1460-
dB/km ≤ 0.1
1625nm) Ref 1550nm
nm
Cable Cut-off Wavelength ≤ 1450
Chromatic Dispersion (1460-1625nm) ps/(nm km) 2.0-8.0
Chromatic Dispersion (1530-1565nm) ps/(nm km) 4.0-7.0
Relative Dispersion Slope
nm-2 0.0033(Typical)
(1550nm)
Polarization Mode Dispersion ps/ km ≤ 0.1
Proof Level % ≥ 1.0

194
Training Center

KESIMPULAN.

• ITU-T G.652 – standard Single


Mode Fiber (SMF) atau Non
Dispersion Shifted Fiber (NDSF).
– Paling banyak dikembangkan
(95% dari produksi diseluruh
dunia).
• “Water Peak Region”: ini adalah
daerah panjang gelombang sekitar
80 nm dari pusat panjang
gelombang 1383 nm dengan
redaman tingi.

195
Training Center

• ITU-T G.652c - Low Water Peak Non Dispersion Shifted Fiber.

196
Training Center

• ITU-T G.653 – Dispersion Shifted Fiber (DSF)


– Dia menggeser harga “zero dispersion” diantara window 1550nm.
– Kanal-kanal yang dialokasikan dekat dengan panjang gelombang
1550 nm pada DSF akan sangat dipengaruhi oleh induksi noise
“nonlinear effects” yang disebabkan oleh Four Wave Mixing
(FWM).

197
Training Center

• ITU-T G.655 – Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF)


– Sedikit dispersi chromatic pada panjang gelombang 1550 nm:
akan meminimalkan “nonlinear effects”.
• Bagus untuk transmisi DWDM (band C dan L)

198
Training Center

ITU-T Nama Typical Typical CD Applicability


Standard Attenuation value
value (1550nm)
(1550nm)
G.652 standard Single 0.25dB/km 17 ps/nm-km OK untuk xWDM
Mode Fiber
G.652c Low Water 0.25dB/km 17 ps/nm-km Baik untuk CWDM
Peak SMF
G.653 Dispersion- 0.25dB/km 0 ps/nm-km Jelek untuk xWDM
Shifted Fiber
(DSF)
G.655 Non-Zero 0.25dB/km 4.5 ps/nm-km Bagus untuk
Dispersion- DWDM
Shifted Fiber
(NZDSF)

199
Training Center

SOAL-SOAL UNTUK LATIHAN.


1. Apa yang anda ketahui tentang Sistem Transmisi Optik ? Jelaskan !
2. Gambarkan block diagram Sistem Transmisi Optik tersebut, dan jelaskan fungsi masing-masing
komponen secara singkat !
3. Apa yang dimaksud dengan Index Bias (N) ?
4. Apa yang anda ketahui dengan sudut kritis ?
5. Gambarkan susunan serat optik !
6. Sebutkan prinsip perambatan sinar didalam serat optik !
7. Sebutkan jenis-jenis Serat Optik !
8. Sebutkan Parameter-parameter Optik !
9. Gambarkan Komponen Sistem Komunikasi Kabel Serat Optik !
10. Sebutkan 2 komponen utama Sistem Komunikasi Kabel Serat Optik !
11. Sebutkan komponen pendukung Sistem Komunikasi Kabel Serat Optik !
12. Sebutkan 5 macam konekktor optik yang anda ketahui !
13. Sesuai penempatannya didalam jaringan optik, ada 3 macam amplifier optik, sebutkan ketiga
macam amplifier optical dan fungsinya !
14. Sesuai prinsip-prinsip kerja dan phisical yang berbeda, dikenal ada 3 tipe Optical Amplifier;
sebutkan ketiga tipe amplifier tersebut !
15. Sebutkan 3 jenis kabel berdasarkan pembuatannya !
16. Sebutkan jenis-jenis kable menurut aplikasi konstruksinya!
17. Sebutkan jenis-jenis redaman didalam serat optik !
18. Gambarkan Block Diagram OLTE, dan jelaskan fungsinya secara singkat !
19. Sebutkan Recommendations ITU-T yang berisi tentang jenis dan spesifikasi kabel serat optik !
20. Sebutkan beberapa kode saluran yang digunakan pada OLTE !
200
Training Center

KUNCI JAWABAN.
1. Sistem Komuniksai Serat Optik adalah :
Sistem komunikasi yang menyalurkan sinyal informasi dari pengirim ke penerima melalui kabel
serat optik, jadi sinyal elektrik diubah menjadi sinyal optik di transmisikan melalui media kabel
serat optik, untuk kemudian di ubah lagi menjadi sinyal elektrik.
Untuk keperluan tersebut diperlukan Sumber Optik, Detektor Optik, dan Serat Optik dengan
panjang gelombang cahaya 850 nm, 1300 nm dan 1550 nm.

2. Gambar Block Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik dan fungsinya adalah :
DDF DDF

Serat Optik
Pemancar Optik Penerima Optik
(Optical Transmitter) (Optical Receiver)
DDF : Digital Distribution Frame

201
Training Center

2. Gambar Block Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik dan fungsinya adalah :a. Pemancar
a. Optik (Optical Transmitter)
LED (Light Emitting Diode) atau diode LASER (Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation).
Untuk mengubah sinyal informasi dengan daya listrik menjadi sinyal informasi dengan
daya
optik.

b. Serat Optik sebagai Media (Optical Fiber)


Dibuat dari serat kaca dengan ukuran diameter mikro meter.
Untuk menyalurkan sinyal optik dari transmitter ke receiver.

c. Penerima Optik (Optical Receiver)


Diode PIN (Positive Instrinsic Negative) atau APD (Avalanche Photo Diode).
Untuk mengubah sinyal informasi dengan daya optik menjadi sinyal informasi dengan daya
listrik.

202
Training Center
3. Indeks Bias adalah : perbandingan kecepatan perambatan cahaya diruang hampa terhadap
kecepatan perambatan cahaya dalam suatu media.
4. Sudut Kritis adalah :
Sudut datang cahaya dengan kondisi dimana harga diperbesar sampai suatu nilai tertentu; sehingga
seluruh cahaya yang datang akan dipantulkan secara total, hal demikian merupakan kondisi ideal
untuk mentransmisikan cahaya dalam serat optik.
5. Gambar susunan serat optik :

Jaket
Cladding
Core

2 ~ 125 m

5 ~ 250 m

203
Training Center
6. Prinsip perambatan sinar didalam serat optik adalah :

Coating
3 Cladding
n1 Core
n2 2 1
n1 > n2

1. Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami refleksi/refraksi.


2. Sinar mengalami refleksi, karena memiliki sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis dan akan
merambat sepanjang serat melalui pantulan-pantulan.
3. Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan dirambatkan sepanjang serat karena memiliki sudut
datang yang lebih kecil dari sudut kritis.

7. JENIS-JENIS SERAT OPTIK :


a. Multimode Step Index. b. Multimode Graded Index. c. Singlemode Step Index.
8. Parameter-parameter optik adalah :
a. Kecepatan Propagasi. b. Pemantulan (Reflection) dan Pembiasan (Refraction), c. Sudut
Kritis.
d. Numerical Aperture. e. Penghamburan (Scattering). f. Pantulan Fresnel. g Dispersi.
9. Komponen Sistem Komunikasi Kabel Serat Optik adalah terdiri dari :

204
Training Center

Komponen Sistem Komunikasi Kabel Serat Optik

to other
Electrical Optical splice Equipment
Connector Optical
input Light
Drive coupler or
Circuit Source
signal beam splitter

Optical
receiver

Elektronics
Optical splice

Optical
Transmitter

Fiber Electrical
Optical Photo Signal signal
Amplifier Detector Restorer
flylead
out
Connector

205
Training Center
10. Dua Komponen utama Sistem Komunikasi Kabel Serat Optik adalah :
a. Optical Transmitter (LASER).
b. Optical Receiver (Avalanche Photo Diode).
c. Kabel serat optik.
11. Komponen-komponen pendukungnya adalah :
a. Optical coupler (Splitter-combiner)
b. Optical multiplexer
c. Optical demultiplexer
d. Konektor, Attenuator dan Filter.

12. Macam-macam konektor optik adalah :


a. SMA (Sub Minature type A) Connector.
b. Biconic Connector.
c. ST (straight tip) Connector.
d. SC (Square connector) Connector.
e. FC (Face Contact Face Contact) Connector.
f. FDDI (Fiber Distributed Data Interface) Connector.]
g. D4 (D in 4 atau Deutche Institut Normung/German Institute for Standardization).
h. Escon connector.

13. Tiga Macam Amplifier Optik adan fungsinya adalah sbb. :

206
Training Center

a. Booster Amplifier

Booster Amplifier berfungsi memperkuat sinyal yang akan dikirimkan oleh


Transmitter optik, dan dipasang tepat setelah Transmitter.

b. Pre - Amplifier

Pre-Amplifier berfungsi memperkuat sinyal yang akan diterima oleh Receiver


optik, dan dipasang tepat sebelum Receiver.

c. In - Line Amplifier

In-Line Amplifier berfungsi memperkuat sinyal sepanjang saluran optik, dan


dipasang saluran (antara booster amplifier dan pre amplifier).
207
Training Center
14. Tiga tipe Amplifier Optik menurut prinsip-prinsip kerja dan phisiknya adalah sbb. :
a. “EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier)” yaitu amplifier yang bekerja berdasar kepada
penempatan ion-ion Erbium yang banyak didalam core fiber.
b. Raman dan Parametric, dimana keduanya bekerja berdasar prinsip dua proses nonlinear
(SRS dan FWM secara bersamaan).
c. Semiconductor Optical Amplifiers (SOA), adalah “semiconductor lasers” dimana
mirror feedback sudah di eliminasi.
15. Tiga jenis kabel optik berdasarkan pembuatannya adalah :
a. Buffer tube
b. Slotted core
c. Tigh buffer
16. Jenis-jenis kable optik menurut aplikasi konstruksinya adalah :
a. Kabel duct
b. Kabel tanah
c. Kabel atas tanah
d. Kabel rumah
17. Jenias-jenias redaman didalam serat optik adalah :
- Loss penghamburan Rayleigh (Rayleigh scattering loss)
- Loss penyerapan (Absorbtion loss)
- Loss pembengkokan (Bending loss).
- Loss refleksi freshnel (Fresnel Reflection Loss)
- Loss penyambungan (Splicing Loss).

208
Training Center

18. Block Diagram OLTE, dan fungsinya secara singkat adalah :

209
Training Center

18. Block Diagram OLTE, dan fungsinya secara singkat adalah :

210
Training Center

19. Kode saluran yang digunakan pada OLTE adalah :


- HDB-3
- CMI
- 1B/2B
- 5B/6B
- DLL

20. Recommendations ITU-T yang berisi tentang jenis dan spesifikasi kabel serat optik ialah :
- G.652.
- G.653.
- G.654.
- G.655.

211

Anda mungkin juga menyukai