Anda di halaman 1dari 16

OSN-Pertamina 2011 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana
telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat, aman,
dan juga kapasitas besar dalam menyalurkan informasi. Seiring dengan
perkembangan telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi
dengan menggunakan teknologi serat optik semakin dikembangkan, sehingga
dapat menggeser penggunaan sistem transmisi konvensional di masa mendatang,
terutama untuk transmisi jarak jauh.
Dampak dari perkembangan teknologi ini adalah perubahan jaringan analog
menjadi jaringan digital terutama dalam sistem transmisinya. Hal ini akan
meningkatkan kualitas dan kuantitas yang dikirim, serta biaya operasi dan
pemeliharaan lebih ekonomis. Sebagai sarana transmisi dalam jaringan digital,
serat optik berfungsi sebagai pemandu gelombang cahaya. Serat optik dari bahan
gelas atau silica dengan ukuran kecil dan sangat ringan dapat mengirimkan
informasi dalam jumlah besar dengan rugi-rugi relatif rendah.
Dalam sistem komunikasi serat optik, informasi di ubah menjadi sinyal
optik (cahaya) dengan menggunakan cahaya LED atau diode laser, kemudian
dengan dasar hukum pemantulan sempurna, sinyal optik yang berisi informasi
dilewatkan sepanjang serat sampai pada penerima, selanjutnya detektor optik akan
mengubah sinyal optik tersebut menjadi sinyal listrik kembali.
Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan
pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur
(bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data
menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel
konvensional. Pada prinsipnya serat optik memantulkan dan membiaskan
sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.
Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh
serat optik (Anonim:2011).
OSN-Pertamina 2011 2

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah proses transmisi cahaya pada serat optik?
- Apa saja yang mempengaruhi faktor loss (kehilangan energi/ rugi-rugi
daya) pada proses transmisi cahaya pada serat optik?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui dan menjelaskan proses transmisi cahaya pada serat
optik.
- Untuk mengetahui dan menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi faktor
loss (kehilangan energi / rugi-rugi daya) pada proses transmisi cahaya
pada serat optik.

1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode teoritis
atau telaah kepustakaan yang merupakan metode yang dilakukan dengan
mempelajari buku-buku dan literature-literatur lain yang berkaitan dengan
masalah penulisan, kemudian pengambilan kesimpulan berdasarkan teori
kepustakaan tersebut.











OSN-Pertamina 2011 3

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pemantulan dan Pembiasan
Bila seberkas cahaya datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang
kurang rapat maka cahaya akan mengalami dua kemungkinan pemantulan atau
pembiasan. Pemantulan cahaya terjadi apabila suatu sinar mengenai batas antara
dua medium kemudian sinar di pantulkan pada medium yang sama. Sinar yang
mengenai permukaan bidang pantul yang datar akan menghasilkan sudut pantul
yang sama besar dengan sudut datangnya. Sinar akan dibiaskan melalui bidang
batas antara dua medium, apabila sinar mengenai medium yang berbeda dan di
teruskan kedalam medium yang berbeda tersebut dengan sudut yang proporsional
terhadap indeks bias medium yang dilaluinya. Jika medium yang dilalui sinar
lebih renggang maka sinar akan menjauhi garis normal bidang batas. Tetapi jika
sinar masuk kepada medium yang lebih rapat terhadap medium semula, maka
sinar yang dibiaskan akan mendekati garis normal bidang.
2 2 1 1
sin sin o o n n =
Dengan n
1
adalah indeks bias medium 1, n
2
adalah indeks bias medium 2,
1
o adalah sudut antara sinar datang dan garis normal dan
2
o adalah sudut antara
sinar bias dan garis normal, seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1.1: Pembiasan dan pemantulan cahaya pada bidang batas antara dua
medium optik (Harsono:2010)
Pada gambar diatas dapat dilihat adanya dua medium dengan indeks bias n
1

dan n
2
dimana n
1
>n
2
(indeks bias medium pertama lebih besar dari indeks bias
OSN-Pertamina 2011 4

medium kedua). Sinar datang dari medium pertama berindeks bias n
1
menuju
medium kedua dengan indeks bias n
2
. Sebagian sinar yang mengenai bidang batas
akan mengalami pemantulan dan sebagian yang lain mengalami pembiasan. Sinar
datang dipantulkan dengan sudut yang sama besar dengan
1
o dan sinar bias
dibiaskan menjauhi garis normal dengan sudut
2
o . Pemantulan internal sudut
kritis terjadi ketika sinar bias sejajar dengan bidang batas medium
2
o (sudut
2
o
mencapai 90
0
) maka sudut
1
tersebut dinamakan sudut kritis (
c
o ). Pernyataan
tersebut dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.
1
2
sin
n
n
c
= o
Sinar datang dari medium n
1
lebih rapat (kaca) menuju ke medium n
2
kurang
rapat (air) akan menghasilkan 3 bentuk sinar yang diteruskan seperti tergambar
sebagai berikut.

Gambar 2.1.2: Sinar datang dari medium lebih rapat (kaca) menuju medium kurang
rapat (air).
(a) Sudut datang lebih kecil dari sudut kritis, maka sinar akan
dibiaskan menjauhi garis normal
(b) Sudut datang sama dengan sudut ktitis, maka sinar akan
dibiaskan sejajar dengan bidang batas
(c) Sudut datang lebih besar dari pada sudut kritis, maka sinar akan
dipantulkan sempurna (Harsono:2010)

Untuk semua sudut datang yang lebih kecil dari
c
o akan ada berkas bias,
walaupun sebagian cahaya juga akan dipantulkan pada perbatasan.
Bagaimanapun, untuk sudut datang yang lebih besar dari
c
o , hukum snelius akan
memberitahukan kita bahwa sin
2
o lebih besar dari 1,00. Tetapi sinus sebuah sudut
OSN-Pertamina 2011 5

tidak akan pernah bisa lebih dari 1,00. Dalam hal ini tidak ada berkas bias sama
sekali, dan seluruh cahaya terpantulkan. Efek ini disebut pantulan internal
sempurna. Tetapi perhatikan bahwa pantulan internal sempurna hanya terjadi jika
cahaya menimpa batas dimana medium sesudahnya memiliki indeks bias yang
lebih kecil (Giancoli:2001).

2.2 Konsep Dasar Sistem Transmisi Serat Optik
Prinsip dasar dari sistem komunikasi serat optik adalah pengiriman sinyal
informasi dalam bentuk sinyal cahaya. Pemancar, kabel serat optik dan penerima
merupakan komponen dasar yang digunakan dalam sistem komunikasi serat optik.
Pemancar berfungsi mengubah sinyal listrik menjadi sinyal optik, kabel serat
optik berfungsi sebagai media tranmisi dan penerima berfungsi mengubah sinyal
optik yang diterima menjadi sinyal listrik kembali.
Proses pengiriman informasi yang melalui serat optik menggunakan prinsip
pemantulan sinyal optik yang berupa cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
Secara umum, konfigurasi sistem serat optik ditunjukkan seperti gambar di bawah
ini.




Sinyal Sinyal
Informasi Informasi



Gambar 2.2: Konfigurasi system transmisi serat optik (Salim:2008)
2.3 Struktur Serat Optik
Serat optik terbuat dari bahan dielektrik yang berbentuk seperti kaca (glass).
Di dalam serat inilah energi cahaya yang di bangkitkan oleh sumber cahaya
disalurkan (ditransmisikan) sehingga dapat diterima di ujung unit pertama
(receiver). Struktur gambar serat optik seperti gambar.

Pemancar (transmited) Penerima (receiver)
Serat optik


Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)

Converter
E/O
Sumber
cahaya
Detektor
cahaya
Converter
O/E
OSN-Pertamina 2011 6


Gambar 2.3: Bagian-bagian serat optik (Anonim:2011)

Struktur serat optik terdiri atas 3 bagian:
- Inti (core)
Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana
gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai
indeks bias lebih besar dari pada lapisan kedua. Terbuat dari kaca (glass)
yang berdiameter antara 2-125, dalam hal ini tergantung dari jenis
serat optiknya.
- Cladding
Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat
merambat ke ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat
merambat dalam core serat optik. Cladding terbuat dari bahan gelas
dengan indeks bias lebih kecil dari pada core. Diameter cladding antara
5. Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan
mempengaruhi perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya
sudut kritis).
- Jaket (coating)
Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan
terbuat dari bahan plastik. Berfungsi sebagai pelindung serat optik dari
kerusakan (Anonim:2011).

2.4 Jenis-jenis Kabel Serat Optik
2.4.1 Berdasarkan Indeks Bias Bahan
a. Serat S.I (Step Indeks)
Serat step indeks memiliki karakteristik indeks bias inti yang tetap dan juga
memiliki indeks bias yang konstan. Karakteristik serat Step Indeks ditunjukkan
oleh gambar di bawah ini.
OSN-Pertamina 2011 7


Gambar 2.4.1.1: Serat optik bermode jamak dengan sebaran indeks bias
(Harsono:2010)

Pada serat step indeks ini, terjadi permasalahan dalam perambatan pulsa
optik di mana sinyal yang merambat akan mengalami pemantulan pada dinding-
dinding cladding. Perambatan sinyal seperti ini akan mengakibatkan terjadinya
keterlambatan sinyal dating yang mengalami pemantulan beberapa kali
dibandingkan dengan sinyal yang merambat lurus tanpa mengalami pemantulan.
b. Serat G.I (Gradded-Indeks)
Inti serat gradded-indeks memiliki indeks bias yang tidak seragam sehingga
mengikuti profil tertentu. Tujuan menggunakan indeks bias seperti ini adalah
untuk membuat sinyal tepi yang lintasannya lebih jauh, mengalami kecepatan
yang lebih tinggi daripada sinyal yang merambat melalui tengah, sehingga pada
penerimaan sinyal didapatkan sinyal yang darting bersamaan tanpa terjadi
keterlambatan. Gambar di bawah ini menunjukkan karakteristik gradded-indeks.

Gambar 2.4.1.2: Serat optik bermode jamak dengan nilai sebaran indeks bias
(Harsono:2010)
2.4.2 Berasarkan Jumlah Mode yang Merambat dalam Serat Optik
Jika dilihat dari jumlah mode yang merambat dalam serat, di kenal 2 macam
serat optik yaitu:

OSN-Pertamina 2011 8

a. Serat Optik Singlemode (monomode)
Serat singlemode merupakan jenis khusus serat step-index yang memiliki
ukuran inti (core) antara 2-10 dan perbedaan indek bias reaktif antara inti
dengan selubung kecil sehingga hanya sebuah energi cahaya singlemode yang
dapat merambat sepanjang serat. Cahaya merambat hanya dalam satu mode, yaitu
sejajar dengan sumbu serat optik.

Gambar 2.4.2: Serat optik bermode tunggal dengan sebaran indeks bias
(Harsono:2010)
Karena hanya ada satu lintasan cahaya sepanjang serat, maka serat optik
singlemode mengalami penyebaran dan penyerapan cahaya lebih sedikit. Oleh
karena itu, serat jenis ini memiliki redaman yang sangat kecil dan lebar pita
frekuensi besar dan kecepatan tinggi. Dengan kelebihan tersebut, serat optik
singlemode banyak digunakan untuk aplikasi jarak jauh dan mampu menyalurkan
data kapasitas besar dengan bit rate yang tinggi.
b. Serat Optik Multimode
Serat optik multimode merupakan jenis serat yang memiliki jumlah mode
lebih dari satu yang merambat pada panjang gelombang pengoperasian sistem.
Umumnya, serat multimode dengan dengan jumlah mode mulai dari dua mode
sampai dengan ratusan mode, digunakan untuk aplikasi komersial tertentu.
Meskipun tidak memiliki kapasitas pengangkutan informasi yang besar, serat
multimode memiliki diameter inti yang sangat besar sehingga lebih mudah saat
penyambungan dilakukan. Selain itu, dengan nilai NA (numerical aperture) yang
lebih tinggi dan biasanya jarak sambungan lebih pendek, serat multimode bisa
menggunakan sumber cahaya yang lebih murah seperti LED.

OSN-Pertamina 2011 9

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Numerical Aperture
Sinar cahaya yang masuk kedalam inti serat optik membentuk sudut datang
tertentu terhadap poros serat optik. Sudut yang menuju ke arah permukaan serat
optik (n
udara
=1), tidak semua akan diteruskan. Tetapi ada syarat tertentu agar sinar
yang datang tersebut dapat diteruskan. Gambar berikut menunjukkan adanya
sudut dimana sinar diterima oleh serat optik yang disebut sebagai Numerical
Aperture.

Gambar 3.1: Sudut dimana sinar dapat diterima oleh serat optik (Harsono:2010)
Sinar tidak dapat diterima jika melebihi wilayah
max
. Karena sinar yang
masuk memiliki sudut datang lebih besar daripada
max
sehingga sinar tersebut
masuk namun tidak dapat berlanjut keluar. Sedangkan semua sinar yang berada di
wilayah
max
dapat masuk ke dalam serat optik, dengan batas kritis sejauh
max.

Sudut kritis (
c
) sinar laser yang melalui bagian inti terhadap selubung
dinyatakan dengan:
|
|
.
|

\
|
=

1
2 1
sin
n
n
c
u
OSN-Pertamina 2011 10

Selanjutnya sinar masuk dari udara menuju ke serat optik sesuai dengan
hukum Snellius:
n sin
max
= n
1
sin
c

n adalah indeks bias udara =1, n
1
adalah indeks bias inti, n
2
adalah indeks
bias selubung (cladding).
( )
2
1
2
1 1 max
cos 1 sin sin
c c
n n u u u = =

( )
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
1 n n
n
n n
n
n
n
n =
|
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
=

sin
max
pada serat optik disebut celah numeris atau numerical aperture
(NA), maka NA=(n
1
2
-n
2
2
)
1/2
.
Perbedaan indeks bias inti-selubung (n
cor
-n
clad
)==
1
2 1
2
1
2
2
2
1
2 n
n n
n
n n
~


Sehingga
2 1 1
n n n = A dan ( ) A = 1
1 2
n n , jadi
( ) | | { } ( ) | | ( )
2
1
2
1
2 2
1
2
1
2
1
2
1
2
1 1
2
1
2
1
2
1
2
1
2 1 n n n n n n n n n NA A A + = A = A =
( )
2
1
2
1
2 2
1
2 n n NA A A =
Karena <<1, sehingga nilai
2
harganya sangat kecil, maka dapat
diabaikan (
2
, selanjutnya
NA= A 2
1
n
Perkiraan data pada ruas kanan dipengaruhi oleh nilai , biasanya harga
dipengaruhi oleh jenis serat optiknya. Untuk serat optik bermode jamak nilainya
antara 1% sampai 3%. Sedangkan serat bermode tunggal nilainya 0.2% sampai
1% (Harsono:2010).

OSN-Pertamina 2011 11

Tabel 3.1: Numerical Aperture (NA) pada serat optik bermode jamak (Harsono:2010)

3.2 Rugi-rugi Daya pada Serat Optik
Energi atau daya yang dibawa oleh cahaya akan mengalami pelemahan
(rugi-rugi/loss) akibat terjadinya kebocoran atau karena kurangnya kejernihan
bahan serat optik. Besarnya pelemahan energi sinyal informasi dari fiber optik
yang biasa dinyatakan perbandingan antara daya pancaran awal terhadap daya
yang diiterima dinyatakan dalam deci-bell (dB) disebabkan oleh 3 faktor utama
yaitu absorpsi, hamburan (scattering) dan bending losses. Gelas yang merupakan
bahan pembuat fiber optik biasanya terbentuk dari silicon-dioksida (SiO
2
). Variasi
indeks bias diperoleh dengan menambahkan bahan lain seperti oksida titanium,
thallium, germanium atau boron. Dengan susunan bahan yang tepat maka akan
didapatkan atenuasi yang kecil. Atenuasi menyebabkan pelemahan energi
sehingga amplitudo gelombang yang sampai pada penerima menjadi lebih kecil
dari amplitudo yang dikirim oleh pemancar.
Cahaya yang merambat serat optik mengalami penurunan energi secara
eksponensial terhadap jaraknya. Jika P(0) tenaga optik awal dalam serat (pada
z=0), selanjutnya P(z) tenaga optik setelah menempuh z, maka selanjutnya
dinyatakan dengan rumus:

=
=
) (
) 0 (
ln
1
) 0 ( ) (
z P
P
z
e P z P
p
z
p
o
o


OSN-Pertamina 2011 12

o
p
merupakan koefesien atenuasi satuannya km
-1
, z adalah panjang lintasan
atau ketebalan serat optik yang digunakan untuk perjalanan sinar (gelombang
elektromagnetik). Secara ringkas perhitungan atenuasi dalam serat optik
dinyatakan dengan decibel per kilometer (dB/km). Beberapa hal yang
menyebabkan atenuasi dalam serat optik yaitu absorpsi, pancaran Reyleigh,
pemantulan Fresnel, rugi-rugi karena pembengkokan. Penjabaran masing-masing
sebagai berikut:
a. Absorpsi
Zat pengotor (impurity) apapun yang masih tersisa di dalam bahan inti akan
menyerap sebagian dari energi cahaya yang merambat didalam serat optik.
Kontaminan yang menimbulkan efek paling serius adalah ion-ion hidroksil (OH)
dan zat-zat logam. Ion-ion hidroksil yang merupakan wujud lain dari air akan
menyerap energi gelombang dengan panjang gelombang 1380 nm, sedangkan zat-
zat logam akan menyerap energi gelombang dengan berbagai nilai panjang
tertentu.

b. Hamburan Rayleigh
Hamburan Rayleigh (Rayleigh scatter) adalah efek terpencarnya cahaya
akibat terjadinya perubahan kecil yang bersifat lokal pada indeks bias bahan inti
dan bahan mantel. Dikatakan bersifat lokal karena perubahan hanya terjadi di
lokasi-lokasi tertentu saja di dalam bahan, dan ukuran daerah yang terkena
pengaruh perubahan ini sangat kecil, yaitu kurang dari satu panjang gelombang
cahaya.
Terdapat dua hal yang menyebabkan fenomena ini. Sebab pertama adalah
terdapatnya ketidakmerataan di dalam adonan bahan-bahan pembuat serat optik.
Ketidakrataan dalam dalam jumlah yang sangat kecil dan bersifat acak mustahil
untuk sepenuhnya dihilangkan. Penyebab kedua adalah pergeseran-pergeseran
kecil pada kerapatan bahan yang biasanya terjadi saat kaca silica mulai membeku
menjadi padat.



OSN-Pertamina 2011 13

c. Pemantulan Fresnel
Ketika sinar cahaya menumbuk sebuah bintik perubahan indeks bias dan
terpencar ke segala arah, komponen pencaran yang merambat dengan sudut
datang mendekati garis normal (90
0
) akan lewat begitu saja menembus bidang
perbatasan. Akan tetapi tidak semua bagian dari cahaya yang datang dengan sudut
mendekati garis normal akan menembus bidang perbatasan. Sebagian kecil dari
cahaya itu akan terpantul balik ke bidang perbatasan.
Efek ini dapat menjadi masalah bagi cahaya yang meninggalkan ujung
output serat optik. Di titik ini, terjadi perubahan seketika dari indeks bias inti ke
indeks bias yang ada di luar serat optik. Efek yang sama juga terjadi pada arah
yang berlawanan. Sebagian kecil dari cahaya yang datang dan hendak memasuki
serat optik terpantul balik oleh bidang perbatasan udara-inti.

d. Rugi-rugi Pembengkokan
Bending yaitu pembengkokan fiber optik yang menyebabkan cahaya yang
merambat pada fiber optik berbelok dari arah transmisi dan hilang. Sebagai
contoh, pada fiber optik yang mendapat tekanan cukup keras dapat menyebabkan
ukuran diameter fiber optik menjadi berbeda dari diameter semula, sehingga
mempengaruhi sifat transmisi cahaya di dalamnya.
Rugi-rugi akibat pelengkungan fiber optik dibedakan menjadi dua macam
yaitu:
a. Macro Bending / Pembengkokan Makro
Rugi-rugi makro bending terjadi ketika sinar atau cahaya melalui serat
optik yang dilengkungkan dengan jari-jari lebih besar dibandingkan dengan
diameter serat optik sehingga menyebabkan rugi-rugi seperti gambar berikut.

Gambar 3.2.1: Pembelokan sinar didalam inti serat optik dengan variasi sudut sinar datang
OSN-Pertamina 2011 14

Gambar tersebut memperlihatkan secara fisi mode gelombang yang
merambat pada bengkokan serat optik. Berdasarkan prinsip pemantulan dan
pembiasan cahaya, sudut sinar datang yang lebih kecil dari sudut kritis (o
1
dan
o
2
< o
critis
), maka mode cahaya tidak dipantulkan secara sempurna melainkan
lebih banyak dibiaskan keluar inti serat optik. Sedangkan sinar yang membentuk
sudut datang lebih besar dari sudut kritis (o
3
o
critis
), maka sebagian besar mode
cahaya akan dipantulkan kembali masuk ke dalam selubung seperti halnya prinsip
pemantulan total. Kondisi ini mengakibatkan perubahan moda. Jumlah radiasi
optik dari lengkungan serat tergantung kekuatan medan dan kelengkungan jari-jari
R.
b. Micro Bending/ Pembengkokan mikro
Pembengkokan mikro terjadi karena ketidakrataan permukaan batas antara
inti dan selubung secara acak atau random fiber optik karena proses pengkabelan
ataupun karena proses penarikan saat instalasi, seperti terlihat pada gambar.

Gambar 3.2.2: Peristiwa rugi-rugi akibat pembengkokan mikro (Harsono:2010)










OSN-Pertamina 2011 15

BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Numerical aperture merupakan sudut dimana sinar diterima oleh serat optik,
yang nilai adalah:

A = 2
1
n NA

Dimana n
1
= indeks bias core

cladding core
n n = A

2. Dalam transmisi cahaya pada serat optik, sinar akan dipantulkan sempurna
jika sudut datang dari medium core lebih besar dari sudut kritis, jika sudut
datang lebih kecil dari sudut kritis maka sebagian sinar akan dibiaskan
oleh medium cladding,
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi loss/ rugi-rugi daya diantaranya sebagai
berikut:
- Absorpsi
- Hamburan Rayleigh
- Pemantulan Fresnel
- Rugi-rugi Pembengkokan











OSN-Pertamina 2011 16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Sistem Transmisi Kabel Serat Optik, (online), (http://

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22686/.../Chapter%20II.pdf,
diakses 6 Oktober 2011).
Giancoli, C Dauglas. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga.
Harsono. 2010. Rugi-Rugi pada Serat Optik Bermode Tunggal dan Jamak dengan
Sebaran Indeks Bias Undakan Akibat Pelilitan pada Silinder Secara
Malar. Tesis tidak diterbitkan, Surakarta: Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret.
Salim, Dian Agus. 2008. Serat Optik dan Jaringan DWDM, (online), (http://
digital_124571-R230835-Perencanaan jaringan-Literatur, diakses 2
Oktober 2011).

Anda mungkin juga menyukai