Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN II

INTERFERENSI CELAH PADA KISI

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK I:

ABD NAZAR A 241 21 054


ADIRATNA A 241 21 036
ASTIN SULASTRI A 241 21 047
IYANG GIOLOROSI A 241 21 015
LISDWATI A 241 21 025
NIRMAYANTI A 241 21 005
NURFAIDAH A 241 21 047
RISTY A 241 21 008
SITI NURHALIZA A 241 21 057

ASISTEN: SANTOSO ISMAIL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO
2023
LEMBAR KOREKSI

PERCOBAAN II

INTERFERENSI CELAH PADA KISI

Kelompok :I

Asisten : Santoso Ismail

No Hari/Tanggal Keterangan Paraf


1.

2.

3.
PERCOBAAN II

INRERFERENSI CELAH PADA KISI

I. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan pada percobaain ini :


Mengamati pola interferensi yang dihasilkan oleh kisi

II. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaain ini :


1. Sumber cahaya/ Laser 1 Buah
2. Bangku optik 1 Buah
3. Layar 1 Buah
4. Celah kisi 100 garis/mm dan 300 garis/mm 1 Buah
5. Mistar 30 cm 1 Buah
III. Dasar Teori

Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan sangat banyak fenomena


fisika yang terjadi, mulai dari pergerakan benda, kelistrikkan, transfer energi
hingga getaran maupun gelombang. Kita sering melihat cahaya dengan warna
yang berbeda-beda. Ada beberapa hal yang membedakan cahaya-cahaya
tersebut kecuali warna yang tampak padanya, yaitu panjang gelombangnya.
Setiap cahaya memiliki panjang gelombang yang berbeda. Seperti kita
ketahui, cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Sifat yang
dimilikinya adalah ia dapat dibiaskan, dapat dipantulkan, refleksi dan difraksi.
Sifat cahaya dapat didifraksi adalah bahwa cahaya dapat melewati penghalang
atau celah yang kecil nan sempit, lalu cahaya tersebut akan mengalami
pelenturan yang menyebabkan terjadinya pembelokan di sekitar pinggiran
lubang penghalang hingga batas tertentu. Panjang gelombang dari suatu
cahaya atau sinar yang diberikan dapat diukur melalui fenomena difraksi ini.

Interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah.


Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika
beda fase kedua gelombang sama dengan nol, sehingga gelombang baru yang
terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat
merusak jika beda fasenya adalah 180 , sehingga kedua gelombang saling
menghilangkan. Interferensi merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih
gelombang cahaya dapat menghasilkan suatu pola yang teratur terang-gelap.
Intererensi adalah hasil kerja sama dua gelombang atau lebih yang bertemu
pada satu titik di dalam ruang dan menimbulkan fenomena fisik yang dapat
diamati.

Interferensi celah pada kisi merujuk pada fenomena di mana cahaya


atau gelombang lainnya melewati kisi dengan celah yang teratur dan
menghasilkan pola interferensi yang terlihat pada permukaan terang atau
gelap. Kisi sendiri adalah sebuah struktur yang terdiri dari serangkaian celah
paralel yang ditempatkan dalam jarak yang sama satu sama lainnya, sehingga
cahaya yang melewati kisi mengalami difraksi dan interferensi.

Interferensi celah pada kisi terjadi karena adanya interferensi antara


gelombang-gelombang cahaya yang lewat melalui celah-celah atau urat-urat
pada kisi. Jika jarak antara celah-celah atau urat-urat pada kisi sama dengan
panjang gelombang cahaya yang melewatinya, maka gelombang-gelombang
tersebut akan saling memperkuat satu sama lain, sehingga menghasilkan
puncak-puncak gelombang yang lebih besar. Sebaliknya, jika jarak antara
celah-celah atau urat-urat pada kisi tidak sama dengan panjang gelombang
cahaya yang melewatinya, maka gelombang-gelombang tersebut akan saling
merusak satu sama lain, sehingga menghasilkan pola-pola interferensi yang
kurang terang.

Interferensi terjadi ketika dua gelombang datang bersamaan pada suatu


tempat. Agar hasil interferensi dapat diamati maka syarat yang harus dipenuhi
oleh dua sumber cahaya haruslah kedua cahaya harus kohern, keduanya
memiliki beda fase yang selalu tetap (memiliki frekuensi dan amplitude harus
sama). Peristiwa interferensi hanya dapat dijelaskan jika cahaya dipandang
sebagai gelombang. Pola hasil interferensi dapat ditangkap pada layar dengan
pengamatan:

a. Garis terang, merupakan hasil interferensi maksimum.

b. Garis gelap, merupakan hasil interferensi minimum

Interferensi dua gelombang dapat menghasilkan gelombang yang


amplitudonya saling menguatkan, karena kedua gelombang tersebut memiliki
arah yang sama.
Interferensi dua gelombang dapat menghasilkan gelombang yang
amplitudonya saling melemahkan, karena kedua gelombang tersebut memiliki
arah yang berlawanan.

Gelombang resultan bergantung pada tingkat kesamaan fase (langkah)


gelombang-gelombang itu satu terhadap yang lain, artinya, berapa jauh bentuk
satu gelombang bergeser dari bentuk gelombang lainnya. Jika gelombang-
gelombang itu mempunyai fase yang persis sama (sehingga puncak-pundak
dan lembanh-lembanh gelombang yang satu persis berimpit dengan puncak-
puncak dan lembah-lembah gelombang yang lain), gelombang-gelombang
tersebut secara bersama-sama menghasilkan perpindahan dua kali lipat
perpindahan yang dihasilkan masing-masing jika beraksi sendiri-sendiri. Jika
gelombang-gelombang tersebut berada dalam fase yang sama sekali berbeda
(puncak-puncak gelombang satu persis berimpit dengan lembah-lembah
gelombang yang lain tanpa pergeseran sedikit pun), gelombang-gelombang
tersebut saling menghapuskan disegala tempat dan tali tetap lurus. Fenomena
penggabungan ini dinamakan interferensi (gangguan), dan gelombang-
gelombang tersebut dikatakan berinterferensi.
Adapun persamaan dalam menghitung panjang gelombang cahaya
dalam percobaan ini yaitu:

pd
λ= kl

Ket: λ = Panjang Gelombnag (m)

p = Jarak garis gelap/terang ke terang pusat (m)

d = Jarak anatar dua celah (m)

k = Orde interferensi

l = Jarak kisi ke layar (m)

Contoh: paling umum dari pola hasil interferensi adalah pola


interferensi cahaya pada percobaan Young, yang telah dibuktikan. Dalam
percobaan Young, dua celah sempit ditempatkan di depan sumber cahaya dan
cahaya yang melewati celah-celah tersebut akan menghasilkan pola terang dan
gelap yang terbentuk di layar di belakang celah. Pola terang terbentuk ketika
puncak gelombang dari kedua sumber bertemu (interferensi konstruktif),
sedangkan pola gelap terbentuk ketika puncak gelombang dari sumber yang
satu bertemu dengan lembah gelombang dari sumber yang lain (interferensi
destruktif).
IV. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada percobaan ini :


1. Menyiapkan sumber cahaya yang digunakan, bangku optik, celah kisi
dan layar.
2. Menyusun alat dan bahan seperti pada gambar dibawah ini:

3. Menggunakan kisi 100 mm/garis sebagai perlakuan pertama.


4. Mengatur letak celah dengan menggeser ke arah sumber cahaya atau ke
arah layar agar pola interferensi yang diperoleh terlihat jelas.
5. Mengukur jarak kisi ke layar dan jarak celah kisi ke sumber cahaya dan
mencatat hasilnya.
6. Menyalakan laser ke arah kisi dan layar.
7. Setelah terbentuk pola interferensi beri tanda titik tebal sebagai terang
pusat dan titik kecil hingga orde ke-3.
8. Mengukur jarak masing-masing pita terang ke terang pusat hingga orde
ke-3.
9. Melakukan percobaan yang sama dengan mengganti kisi 100 garis/mm
dengan kisi 300 garis/mm.
V. Hasil Pengamatan

Adapun hasil penamatan pada percobaan ini:

1. Untuk kisi = 100 garis/ mm

1 1 −5
d= = =0,01mm=1 x 10 cm
N 100

a. ᶩ = 20 cm = 0,2 m

NO k P ( m) p g (m)
1 1 1,5 x 10
−2
1 x 10
−2

2 2 2,5 x 10−2 2 x 10−2


3 3 4 x 10
−2
3,4 x 10
−2

b. ᶩ = 40 cm = 0,4 m

NO k P ( m) p g (m)
1 1 2 , 6 x 10−2 1 ,3 x 10−2
2 2 5 , 1 x 10
−2
4 x 10
−2

3 3 7 , 8 x 10−2 6 , 5 x 10−2

2. Untuk kisi = 300 garis/ mm

1 1 −5
d= = =0,003 mm=0 , 3 x 10 cm
N 300

a. ᶩ = 20 cm = 0,2 m

NO k P ( m) p g (m)
1 1 4 x 10
−2
2,1 x 10
−2

2 2 8 x 10−2 6 , 2 x 10−2
3 3 13 , 6 x 10
−2
11 x 10−2

b. ᶩ = 40 cm = 0,4 m

NO k P ( m) p g (m)
1 1 7,5 x 10
−2
3 , 8 x 10
−2

2 2 18 , 2 x 10
−2
12 x 10
−2

3 3 27 x 10−2 21 ,5 x 10−2

Keterangan :
d = jarak antara dua celah
N = jumlah celah/garis tiap satuan panjang
l = jarak kisi kelayar
k = orde interferensi
p = jarak garis gelap/terang keterang pusat
VI. Analisa Data

Perhitungan Umum

1. Untuk kisi=100 garis/ mm

d =1 x 10−5 m

a). 1 = 20 x 10−2 m

 Terang
Pd
1. λ=
KI

−2 −5
1,5 x 10 x 1 x 10
= −2
1 x 20 x 10

−7
1,5 x 10
= −2
20 x 10

= 0,075 x 10−5

= 7 , 5 x 10−7
Pd
2. λ=
KI

−2 −5
2,5 x 10 x 1 x 10
=
2 x 20 x 10−2

2, 5 x 10−7
=
40 x 10−2

= 0,0625 x 10−5

= 6 , 25 x 10−7
Pd
3. λ=
KI

−2 −5
4 x 10 x 1 x 10
= −2
2 x 20 x 10
4 x 10−7
=
60 x 10−2

= 0,066 x 10−5

= 6,6 x 10−7

 Gelap
Pd
1. λ=
KI

1 x 10−2 x 1 x 10−5
=
1 x 20 x 10−2

1 x 10−7
= −2
20 x 10

= 0,05 x 10−5

= 5 x 10−7

Pd
2. λ=
KI

−2 −5
2 x 10 x 1 x 10
= −2
2 x 20 x 10

2 x 10−7
=
40 x 10−2

= 0,05 x 10−5

= 5 x 10−7

Pd
3. λ=
KI
3,4 x 10−2 x 1 x 10−5
=
3 x 20 x 10−2

3,4 x 10−7
= −2
60 x 10

= 0,056 x 10−5

= 5,6 x 10−7
b).ᶩ = 40 x 10−2 m

 Terang

Pd
1. λ=
KI

−2 −5
2, 6 x 10 x 1 x 10
= −2
1 x 20 x 10

2, 6 x 10−7
=
40 x 10−2

= 0,065 x 10−5

= 6 , 5 x 10−7

Pd
2. λ=
KI

−2 −5
5,1 x 10 x 1 x 10
= −2
2 x 40 x 10

5,1 x 10−7
=
60 x 10−2

= 0,085 x 10−5

= 8 , 5 x 10−7
Pd
3. λ=
KI

−2 −5
7,8 x 10 x 1 x 10
= −2
3 x 40 x 10

7,8 x 10−7
= −2
120 x 10

= 0,065 x 10−5

= 6 , 5 x 10−7
 Gelap

Pd
1. λ=
KI

1,3 x 10−2 x 1 x 10−5


= −2
1 x 40 x 10

1,3 x 10−7
=
40 x 10−2

= 0,0325 x 10−5

= 3,2 5 x 10−7

Pd
2. λ=
KI

4 x 10−2 x 1 x 10−5
=
2 x 40 x 10−2

−7
4 x 10
= −2
80 x 10

= 0,05 x 10−5
= 5 x 10−7

Pd
3. λ=
KI

−2 −5
6,5 x 10 x 1 x 10
=
3 x 40 x 10−2

−7
6,5 x 10
= −2
120 x 10

= 0,054 x 10−5

= 5,4 x 10−7

2. Untuk kisi=300 garis/ mm

d =0,3 x 10−5 m

a). 1 = 20 x 10−2 m

 Terang

Pd
1. λ =
KI

4 x 10−2 x 0,3 x 10−5


=
1 x 20 x 10−2

−7
1,2 x 10
= −2
20 x 10

= 0,06 x 10−5
= 6 x 10−7

Pd
2. λ=
KI

−2 −5
8 x 10 x 0,3 x 10
= −2
2 x 20 x 10

2, 4 x 10−7
=
40 x 10−2

= 0,06 x 10−5

= 6 x 10−7

Pd
3. λ=
KI

−2 −5
13 ,6 x 10 x 0,3 x 10
=
2 x 20 x 10−2

−7
4 ,08 x 10
= −2
60 x 10

= 0,068 x 10−5

= 6,8 x 10−7
 Gelap

Pd
1. λ=
KI

−2 −5
2, 1 x 10 x 0,3 x 10
= −2
1 x 20 x 10

0 , 63 x 10−7
=
20 x 10−2

= 0,0315 x 10−5

=3,15 x 10−7

Pd
2. λ=
KI

6 , 2 x 10−2 x 0,3 x 10−5


= −2
2 x 20 x 10

1, 86 x 10−7
=
40 x 10−2

= 0,0465 x 10−5

= 4,65 x 10−7

Pd
3. λ=
KI

11 x 10−2 x 0,3 x 10−5


=
3 x 20 x 10−2

3,3 x 10−7
= −2
60 x 10

= 0,055 x 10−5
= 5,5 x 10−7

b).ᶩ = 40 x 10−2 m

 Terang

Pd
1. λ=
KI

7,5 x 10−2 x 0,3 x 10−5


=
1 x 40 x 10−2

−7
2, 25 x 10
= −2
40 x 10

= 0,0562 x 10−5

= 5,62 x 10−7

Pd
2. λ=
KI

18,2 x 10−2 x 0,3 x 10−5


=
2 x 40 x 10−2

5,46 x 10−7
= −2
80 x 10

= 0,0682 x 10−5

= 6 , 82 x 10−7

Pd
3. λ =
KI

27 x 10−2 x 0,3 x 10−5


= −2
3 x 40 x 10
8,1 x 10−7
=
120 x 10−2

= 0,0675 x 10−5

= 6,7 5 x 10−7

 Gelap

Pd
1. λ=
KI

−2 −5
3,8 x 10 x 0,3 x 10
= −2
1 x 40 x 10

1,14 x 10−7
=
40 x 10−2

= 0,0285 x 10−5

= 2 , 85 x 10−7

Pd
2. λ =
KI

12 x 10−2 x 0,3 x 10−5


=
2 x 40 x 10−2

−7
3,6 x 10
=
80 x 10−2

= 0,045 x 10−5

= 4 , 5 x 10−7

Pd
3. λ =
KI
21, 5 x 10−2 x 0,3 x 10−5
=
3 x 40 x 10−2

6,45 x 10−7
= −2
120 x 10

= 0,0537 x 10−5

= 5,37 x 10−7

VII. Perhitungan Ralat

UNTUK KISI = 100 garis / mm

1
d =3 x 10−5 ΔP= ΔL = x NST mistar
2
1
ᶩ = 20 cm = 20 x 10−2 = x 0,001
2

= 5 x 10−4

 Pola terang

1). Δλ 1= |kd1||ΔP|+|kPd1 ||ΔL|


2

| |
−5
1 x 10 |5 x 10− 4|+¿
¿ −2
1 x 20 x 10

| |
−2
12 x 10
= |15 x 10 ||5 x 10 |+ |5 x 10−4|
−5 −4
4
40 x 10

= |5 x 10−5||5 x 10− 4|+|3 x 10−6||5 x 10− 4|

= 75 x 10+15 x 10−8

= 765 x 10−6

KTPm = 765 x 10−6

Δλ 765 x 10−6
KTPr = x 100 %= x 100 %=127 %
λ 6 x 10−7

Δλ
AB = ᶩ - Log =1−log 0 , 375=1 , 10 ≈ 2 AB
λ

Pelaporan = λ ± Δλ = 6 x 10−7 ± 765 x 10−6

2). Δλ 2= |kd1||ΔP|+|kPd1 ||ΔL|


2

| |
−5
3 x 10 |5 x 10−4|+¿
¿ −2
2 x 20 x 10

| |
−7
= |75 x 10 ||5 x 10−4|+ 24 x 104 |5 x 10−4|
−5

8 x 10

= |75 x 10−5||5 x 10−4|+|3 x 10−11||5 x 10−4|


= 3,75 x 10−9+ 15 x 10−15

= 375 x 10−7

KTPm = 375 x 10−7

−7
Δλ 375 x 10
KTPr = x 100 %= x 100 %=6,25 %
λ 6 , 22 x 10
−7

Δλ
AB = ᶩ - Log =1−log 6,25=0 ,79 ≈ 2 AB
λ

Pelaporan = λ ± Δλ = 6 x 10−7 ± 375 x 10−7

3 ). Δλ 1= |kd1||ΔP|+¿
¿ | 3 x 10−5 |
3 x 20 x 10 |
−3
5 x 10 |+¿
−4

| |
−2
40,8 x 10 |
= |5 x 10 ||5 x 10 |+ 5 x 10 |
−5 −4 −2
4
120 x 10

= |5 x 10−5||5 x 10− 4|+|34 x 10−4||5 x 10−2|

= 25 x 10−5+ 170 x 10−6

= 1,70 x 10−5

KTPm = 1,70 x 10−5

−5
Δλ 1,70 x 10
KTPr = x 100 %= x 100 %=0,25 x 100=1,25 %
λ 13,6 x 10−2

Δλ
AB = ᶩ - Log =1−log 1,25=1,90 ≈ 2 AB
λ

Pelaporan = λ ± Δλ =13,5 x 10−2 ± 1,70 x 10−5

L = 40 cm = 40 x 10−2 m
1 ). Δλ 1= |kd1||ΔP|+¿
| |
−5
3 x 10 |5 x 10−4|+¿
¿ −2
1 x 40 x 10

| ||
−7
2,2,5 x 10
= |75 x 10 ||5 x 10 |+ |
−5 −4 −2
5 x 10
160 x 10 4

= |75 x 10−5||5 x 10−4|+|1,40 x 10−6||5 x 10−4|

= 3,75 x 10−9+ 8 ,1 x 10−8

=1,075 x 10−7

KTPm = 1,075 x 10−7

−7
Δλ 1,075 x 10
KTPr = x 100 %= −7
x 100 %=1, 91 %
λ 5,62 x 10

Δλ
AB = ᶩ - Log =1−log 1 , 91=0 , 91 ≈ 2 AB
λ

Pelaporan = λ ± Δλ =5,62 x 10−7 ±1,075 x 10−7


VIII. Pembahasan

Interferensi celah pada kisi terjadi karena adanya interferensi antara


gelombang-gelombang cahaya yang lewat melalui celah-celah atau urat-urat
pada kisi. Jika jarak antara celah-celah atau urat-urat pada kisi sama dengan
panjang gelombang cahaya yang melewatinya, maka gelombang-gelombang
tersebut akan saling memperkuat satu sama lain, sehingga menghasilkan
puncak-puncak gelombang yang lebih besar. Sebaliknya, jika jarak antara
celah-celah atau urat-urat pada kisi tidak sama dengan panjang gelombang
cahaya yang melewatinya, maka gelombang-gelombang tersebut akan saling
merusak satu sama lain, sehingga menghasilkan pola-pola interferensi yang
kurang terang.

Tujuan Percoabaan kali ini yaitu mengamati pola interferensi yang


dihasilkan oleh kisi.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, laser berfungsi
sebagai sumber cahaya, bangku optik berfungsi sebagai dudukan laser, layar
berfungsi sebagai tempat yang akan menampilkan pola terang dan pola
gelap yang terbentuk dari kisi, celah kisi 100 garis/mm dan 300 garis/mm
berfungsi sebagai media yang akan menghasilkan pola terang dan gelap, dan
mistar 100cm berfungsi untuk mengukur jarak laser ke kisi dan kisi ke layar.

Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu menyiapkan sumber cahaya


yang digunakan, bangku optik, celah kisi dan layar, kemudian menyusun
seperti pada gambar, setelah itu agar memperoleh pola interferensi yang
jelas pada layar, mengatur letak celah dengan menggeser ke arah sumber
cahaya atau kearah layar, lalu mengukur jarak kisi ke layar dan jarak celah
kisi ke sumber cahaya dan catat hasilnya, selanjutnya mengukur jarak
masing-masing pita terang ke terang pusat hingga orde ke-3 dan terakhir
melakukan percobaan yang sama dengan mengganti kisi 100 garis/mm
dengan kisi 300 garis/mm.

Adapun data yang diperoleh pada hasil pengamatan untuk kisi =


100 garis/ mm dengan ᶩ = 20 cm = 0,2 m nilai pada pola terang yaitu
1,5 x 10−2 m, 2,5 x 10−2 m, 4 x 10−2 m Pola gelap yaitu 1 x 10−2 m, 2 x 10−2 m,
−2
3,4 x 10 m.Dengan ᶩ = 40 cm = 0,4 m diperoleh nilai pada pola terang
yaitu 2,6 x 10−2 m , 5,1 x 10−2 m, 7,8 x 10−2 m Pola gelap yaitu 1,3 x 10−2 m,
−2 −2
4 x 10 m, 6,5 x 10 m . Untuk kisi = 300 garis/ mm dengan ᶩ = 20 cm =
−2 −2
0,2 m diperoleh nilai pada pola terang yaitu 4 x 10 m, 8 x 10 m ,
−2 −2 −2 −2
13,6 x 10 m Pola gelap yaitu 2,1 x 10 m, 6,2 x 10 m, 11 , x 10 m.
Dengan ᶩ = 40 cm = 0,4 m diperoleh nilai pada pola terang yaitu
−2 −2 −2 −2
7,5 x 10 m, 18,2 x 10 m, 27 x 10 m Pola gelap yaitu 3,8 x 10 m,
−2 −2
12 x 10 m, 21,5 x 10 m

Adapun hasil yang diperoleh pada analisis data untuk perhitungan


umum kisi = 100 garis/ mm dengan ᶩ = 20 cm = 0,2 m nilai λ pada pola
−7 −7 −7
terang yaitu 7,5 x 10 m , 6,25 x 10 m ,6,6 x 10 m Pola gelap yaitu
−7 −7 −7
5 x 10 m , 5 x 10 m , 5,6 x 10 m. Dengan ᶩ = 40 cm = 0,4 m diperoleh nilai
λ pada pola terang yaitu 6,5 x 10−7 m , 6,37 x 10−7 m, 6,5 x 10−7 m Pola gelap
yaitu 3,3 x 10−7 m , 5 x 10−7 m , 5 x 10−7 m . Untuk kisi = 300 garis/ mm dengan
ᶩ = 20 cm = 0,2 m diperoleh nilai λ pada pola terang yaitu 6 x 10−7 m,
−7 −7 −7 −7 −7
6 x 10 m, 6,8 x 10 m Pola gelap yaitu 3 x 10 m , 4,6 x 10 m, 5,5 x 10 m .
Dengan ᶩ = 40 cm = 0,4 m diperoleh nilai λ pada pola terang yaitu
5,62 x 10−7 m, 6,7 x 10−7 m, 6,75 x 10−7 m Pola gelap yaitu 2,8 x 10−7 m ,
−7 −7
4,5 x 10 m, 5,4 x 10 m. Untuk perhitungan ralat kisi = 100 garis/ mm
dengan ᶩ = 20 cm = 0,2 m nilai λ pada pola terang yaitu 2,68 x 10−9 m ,
−9 −7
7,50 x 10 m , 96,5 x 10 m. Dengan ᶩ = 40 cm = 0,4 m diperoleh nilai λ
pada pola terang yaitu 83,1 x 10−9 m , 6,32 x 10−7 m , 49,7 x 10−10 m. Untuk
kisi = 300 garis/ mm dengan ᶩ = 20 cm = 0,2 m nilai λ pada pola terang
yaitu 765 x 10−6 m , 375 x 10−7 m , 1,70 x 10−5 m Dengan ᶩ = 40 cm = 0,4 m
−7 −7
diperoleh nilai λ pada pola terang yaitu 1,075 x 10 m , 851 x 10 m ,
−8
965 x 10 m.

Dari hasil analisa data yang diperoleh bahwa semakin besar celah
pada kisi maka semakin besar pula jarak antara pola interferensi dari terang
pusat ke terang berikutnya, dan semakin jauh jarak kisi ke layar maka
panjang gelombang untuk pola terang semakin pendek dan ada juga yang
semakin besar, tetapi panjang pola gelap hanya semakin besar.

Adapun kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat melakukan


percobaan ini yaitu bersumber pada pengamat atau praktikan itu sendiri
diantaranya adanya kesalahan penafsiran yang timbul saat melakukan
percobaan sehingga hasil yang di peroleh tidak begitu maksimal.
IX. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang kami telah lakukan dapat di tarik


kesimpulan sebagai berikut :
1. Interferensi terjadi ketika dua gelombang datang bersamaan pada suatu
tempat. Agar hasil interferensi dapat diamati maka syarat yang harus
dipenuhi oleh dua sumber cahaya haruslah kedua cahaya harus koheren,
keduanya memiliki beda fase yang selalu tetap (memiliki frekuensi dan
amplit ude harus sama).
2. Semakin jauh jarak kisi ke layar maka panjang gelombang untuk pola
terang semakin pendek dan ada juga yang semakin besar, tetapi panjang
pola gelap hanya semakin besar.
3. Semakin besar celah pada kisi maka semakin besar pula jarak antara pola
interferensi dari terang pusat ke terang berikutnya.
4. Adapun persamaan dalam menghitung panjang gelombang cahaya dalam
percobaan ini yaitu:

pd
λ= kl
Ket:

λ = Panjang Gelombnag (m)


p = Jarak garis gelap/terang ke terang pusat (m)
d = Jarak anatar dua celah (m)
k = Orde interferensi
l = Jarak kisi ke layar (m)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, T. 2016. Makalah Interferensi Cahaya. URL:


https://www.academia.edu/32097603/Makalah_Interferensi_Cahaya.
Diakses tanggal 04 April 2023.

Samantha, F. 2017. Laporan Praktikum Kisi Difraksi. URL:


https://www.academia.edu/38960380/Fisika_Laporan_Praktikum_Kisi_
Difraksi. Diakses tanggal 4 April 2023.

Tim Penyusun. 2023. Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Palu: Universitas
Tadulako

Anda mungkin juga menyukai