Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ABORTUS
(DOSEN PENGEMPU :Asrawaty, S. Tr.Keb., M.Tr.Keb)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9 :
Sulistiawati : PO7124320062
Wahyuni Zaidatul Umrah : PO7124320067

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI S.TR KEBIDANAN
TINGKAT 2B
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmatnya lah kami diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “ABORTUS”. Penulisan makalah ini

merupakan salah satu tugas mata kuliah Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan dari

dosen pengempu ibu Asrawaty S.Tr.Keb., M.Tr.Keb.Di jurusan kebidanan, Prodi

S.Tr Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

Terlepas dari semuanya itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami

dapat memperbaiki makalah ini.

Mamboro, 25 Februari 2022

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1

A. Latar Belakang………………...………………………..………………………1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………2

C.Tujuan……………………………………………………………………………2

D.Manfaat……………………………………………………………......2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3

A. Pengertian Abortus……………………………………………….........3

B. Penyebab Abortus……………………………………………………..3

C. Patofisiologi…………………………………………………………..6

D.Macam-Macam Abortus………………………………………………..6

E. Komplikasi Akibat Abortus……………………………………………12

F. Hukum Abortus Menurut Undang- Undang……………………………..12

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..14

A.Kesimpulan…..………………………………………………………………....14

B.Saran…………………………………………………………………………….14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester
III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan
pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang
menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa
batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda,
salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus disebabkan oleh beberapa
faktor  baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan
harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk  selalu memeriksakan
kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
            Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang
mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya
keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta
tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat
remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas
seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri.

(1)

4
B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian abortus?
2. Apa saja penyebab abortus?
3. Bagaimana patofisiologi abortus?
4. Apa saja macam-macam abortus?
5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda?
6. Bagaimana komplikasi akibat abortus?

C.Tujuan
a. Tujuan umum
agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan
penatalaksanaan dari abortus.
b.Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian abortus
2. Menjelaskan penyebab abortus
3. Menjelaskan patofisiologi abortus
4. Menyebutkan macam-macam abortus
5. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus

D.Manfaat
a.Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus.
b.Bagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan
penatalaksanaan abortus.
c.Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi
kesehatan agar dapat mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.

(2)

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk
abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak  yang lahir beratnya antara
500 – 999 gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

B.Penyebab Abortus
1.  Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1). Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus
dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang
sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan
pula kelainan kromosom seks.
2).Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium
belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang
karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3).Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil
konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol,
kafein, dan lainnya.

(3)

6
2.    Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian
janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.

3.    Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi
virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.
Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin
akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik
akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian
janin, kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat
kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat
meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan
peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4.    Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus


pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan
serviks postpartum.

(4)

7
5.    Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali.

6.    Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.

7.    Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.

8.    Penyebab dari segi Maternal


 Penyebab secara umum:
 Infeksi
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria.
 Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia
berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
 Penyebab yang bersifat lokal:
a. Fibroid, inkompetensia serviks.
b. Radang pelvis kronis, endometrtis.
c. Retroversi kronis.
d. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.

(5)

8
9.    Penyebab dari segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
d. Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa
pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau
terjadi malformasi pada tubuh janin.
e. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal.
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar
dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
D. Macam-macam Abortus
1.    Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan
tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung
beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita
yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada
bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin
mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau
dipertahankan.
Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit,
sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan
bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan
pertumbuhan dalam rahim.

(6)

9
 Diagnosa pada abortus imminent adalah :
a. Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
b. Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
c. Serviks dan OUE masih tertutup.
d. PP test (+).
 Penanganan abortus imminens meliputi :
a. Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
b. Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti
efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
c. Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.

2.    Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)


Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,
kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan
dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung
dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak
dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam
saja.
 Diagnosa abortus insipiens  :
a. Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
b. Nyeri hebat disertai kontraksi rahim.
c. Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
d. Ketuban dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
e. PPtest dapat positif atau negatif .
 Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan
aspirasi vakum manual.
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan
40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
c. untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

(7)

10
3.    Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan dengan
retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah
terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini
perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan
yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
 Diagnosa abortus inkomplit adalah:
a. Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
b. Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak
jarang pasiendatang dalam keadaan syok.š
c. Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
d. PP test positif atau negatif, anemia.

 Penanganan abortus inkomplit :


a. Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per
oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

(8)

11
4.    Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim
telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan – janin, selaput
ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan
berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
 Diagnosa abortus komplets adalah : 
a. Perdarahan yang sedikit
b. Ostium uteri telah menutup
c. Uterus telah mengecil   
 Penanganan abortus komplit :
a. Tidak perlu evaluasi lagi.
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg
per hari

5.    Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus
spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap
antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah
atau tidak ada akan mengalami abortus.
 Diagnosa abortus habitualis adalah :
a. Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
b. Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
c. Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan
vaginal tiap minggu.
d. Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari
vagina
e. Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan
histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
 Penanganannya terdiri atas :
a. Memperbaiki keadaan umum.
b. Pemberian makanan yang sempurna.
c. Anjuran istirahat cukup banyak.
d. Larangan koitus dan olah raga.
e. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnya
mungkin  hanya mempunyai pengaruh psikologis.

(9)

12
7. Missed abortion

Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-
kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus
imminens. Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya
terjadi pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan
dengan pemasangan laminaria stift.

 Diagnosa missed abortion adalah :


a. Gejala subyektif kehamilan menghilang
b. Mammae agak mengendor lagi
c. Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil
d. Tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
e. Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati
dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
 Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil
konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai
faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang
wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang
telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan

7.    Abortus infeksiosa, abortus septik


Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman
atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis.
Perdarahan hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada
abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
 Diagnosa abortus infeksiosa adalah :
a. Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti
panas,takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar,
lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
b. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang
menggigil.
c. Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
d. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan
getah pada serviks uteri.

(10)

13
8.     Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
            80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.Menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah
1000 gram dapat terus hidup.
 Macam-macam abortus provokatus :
1).   Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan, biasanya
dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa
maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat
dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan
(vakum) atau dengan sendok curet.
2).    Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.Abortus provokatus
kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas
permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit
janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan
saat ini termasuk dalam katagori ini.
  

(11)

14
E.   Komplikasi Akibat Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama
dikenal,tetapi keduanya bukan kasus signifikan pada manusia.
 4.Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik).

F. Hukum Abortus Menurut Undang- Undang


Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) :
Pasal 229
1.Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karenapengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2.Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang
tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3.Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.

(12)

15
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

(13)

16
BAB III
PENUTUP

     A.Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi,
kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-faktor
hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan).
Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu
aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan
ilegal). Dalam perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat
dalam dua undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU
Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan,
tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau
medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat
melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut
melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena
operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia
kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori
aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.

B. Saran
Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap
komplikasi yang terjadi.
Mudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan mengetahui
tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan tindakan aborsi karena tindakan
tersebut selain malanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum perdata, juga
mempunyai banyak resiko atau akibat dari perbuatan aborsi.

                                                           

                                                               (14)

17
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI.
Jakarta: Media Aesculapius.
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di
Indonesia.
(http://id.wikipedia.org/wiki/
Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indonesia)

(15)

18
19

Anda mungkin juga menyukai