Anda di halaman 1dari 34

ALAT BANTU PENGUMPUL

IKAN
CURICULUM VITAE
• Nama : AGUNG WAHYONO
• Tgl.Lahir : 8 Desember 1952
• Pendidikan : AUP Th.1975 ;
Diploma IV Th.1988
• Jabatan : Perekayasa Madya
• Riwayat Pekerjaan : Teknisi PPSHPP, 1975 -1977
Nakhoda Kapal Survey, 1978 – 1982
Pejabat Struktural, 1982 – 1993
Pejabat Fungsional, 1993 - Sekarang
• Alamat : Komplek Perikanan No.21
Jl.Yos Sudarso Ungaran
Telp. (024) 6924 587
HP. 081 325 528 713
• E-mail : agungwahyono@lycos.com
UMUM
• Ikan pelagis cenderung menyukai berada disekitar "
marine debris " yaitu benda-benda terapung di
permukaan laut, antara lain : batang kayu hanyut,
bangkai hewan hanyut, pelampung dan lain-lain. Hal
tersebut diantaranya di sebabkan oleh hasrat ikan
menyukai berlindung dan bernaung di sekitar marine
debris, atau karena hasrat mereka mencari makanan di
sekitar benda terapung
• Ikan pelagis besar terutama tuna dan cakalang
umumnya merupakan perenang cepat untuk melakukan
ruwaya tahunan (anual migration) menempuh lintasan
ruwaya yang tetap dengan jarak tempuh yang panjang
dan jauh
• Salah satu upaya untuk menangkap ikan
dengan menghemat waktu, tenaga dan biaya
operasi penangkapan dengan cara menghambat
aktifitas ruwaya, yaitu dengan cara menghadang
lintasan ruwaya ikan pelagis besar terutama
tuna dan cakalang dengan alat bantu
pengumpul ikan.
• Alat bantu pengumpul ikan telah sejak lama
digunakan dalam penangkapan ikan dan
berkembang sesuai dengan perkembangan
teknologi (dikenal : rumpon, ALPIN, LACUDA,
dan lain-lainnya).
• Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan
berupa alat, obyek atau struktur yang bersifat
permanen atau sementara yang desain dan
dikonstruksinya dari bahan material alami atau
buatan yang dijangkar menetap atau dapat
dipindahkan ditempatkan di laut dalam atau
dangkal untuk maksud memikat ikan dengan
efek utama memusatkan gerombolan ikan untuk
memudahkan menangkapnya.
• Rumpon modern dan tradisional mempunyai
kesamaan dalam struktur konstruksinya.
KONSTRUKSI RUMPON TRADISIONAL
• Pelampung, umumnya terbuat dari rakit bambu
• Tali jangkar, terbuat dari bahan ijuk atau rotan bahan ijuk
banyak digunakan oleh nelayan Jawa dan Madura,
sedangkan bahan rotan umumnya digunakan oleh
nelayan Sulawesi
• Jangkar dan pemberat umumnya terbuat dari batu dan
jangkar kayu
• Pemikat (atraktor); yang kesemuanya terbuat dari bahan
alami umumnya terbuat dari pelepah daun kelapa, daun
lontar, ranting bambu.
ILUSTRASI RUMPON
TRADISIONAL
KONSTRUKSI RUMPON MODERN
• Pelampung terbuat dari bahan besi plat, atau drum yang
dilapisi fibre glass atau dapat pula drum yang diisi dengan
busa (plastik foamed).
• Tali jangkar umumnya tersusun dari rangkaian kabel baja
(steel wire), rantai besi, tali sintetis (tali poly ethylene atau
tali poly propylene) dan dilengkapi pula dengan segel dan
swivel.
• Pemberat umumnya terbuat dari semen cor (beton) yang
dilengkapi jangkar besi.
• Pemikat (atraktor), umumnya masih menggunakan bahan
alami, antara lain : daun kelapa, daun nipah, ranting
bambu. Sesungguhnya atraktor dapat pula dibuat dari
bahan sintetis antara lain: ban sepeda, pita plastik, tali yang
diurai, jaring bekas dan lain-lain.
ILUSTRASI RUMPON MODERN
• Di Indonesia sudah sejak lama dikenal nelayan tradisional
menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan,
dan sampai sekarang alat bantu tersebut masih digunakan
secara meluas dalam operasi penangkapan ikan.
• Sesuai dengan fungsinya, lampu dipergunakan untuk
mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi
penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap,
seperti : payang, jaring oras, soma dampar, soma redi, bagan,
boke ami, jaring insang lingkar, pancing, serok dan lain-lain.
• Jenis lampu yang digunakan oleh nelayan dalam operasi
penangkapan ikan berdasarkan bentuk dan sistimnya terdiri
dari bermacam-macam, seperti oncor (obor), lampu minyak
tekan (petromax/stronking) dan lampu listrik. Untuk
penggunaan lampu listrik secara besar-besaran
penggunaannya masih terbatas untuk nelayan bermodal kuat.
(Subani,W. dan HR. Barrus, 1988/1989)
LAMPU DIATAS AIR
LAMPU PERMUKAAN ……..
LAMPU DALAM AIR
LAMPU DALAM ……..
HASIL UJI ………
Ilustrasi Nilai Luminasi Cahaya Lampu Atraktor
yang Ditempatkan di Atas Permukaan Laut

1991 lux *
1m > 2000 lux ** Ilustrasi Nilai Luminasi Cahaya Lampu Atraktor
589 lux * yang Ditempatkan di Permukaan Laut
996 lux **
2m
300 lux *
3m 445 lux **

1m 145 lux *
275 lux ** 1583 lux *
1m 1753 lux **
75 lux *
136 lux ** 567 lux *
2m 656 lux **
2m
39 lux *
3m 77 lux **
126 lux *
3m 256 lux **
Keterangan : *) Nilai Luminasi Lampu Mercury 2 x 250 watt
**) Nilai Luminasi Lampu Halogen 2 x 500 watt
HASIL UJI ………

Ilustrasi Nilai Luminasi Cahaya Lampu Atraktor Yang


Ditempatkan 5 – 7 m di Bawah Permukaan Air /
Underwater Lamp

1 meter 2 meter 3 meter 4 meter 5 meter


210 lux 175 lux 86 lux 50 lux 15 lux
CARA PENGUKURAN
TINGKAH LAKU IKAN PADA
LAMPU DIATAS AIR
• 30 Menit
pertama
• Posisi
lampu
pada
lambung
kiri dan
kanan
serta
buritan
• Ikan kecil
pada area
“pusat”
lampu
TINGKAH LAKU………………
Gerombolan ikan pada
area haluan
TINGKAH LAKU………………
Target sasaran dikunci
TINGKAH LAKU………………
Muncul gerombolan baru

Target bergerak mendekati


pusat cahaya dan menyebar
PEREKAYASAAN ALAT BANTU
PENGUMPUL IKAN AKUSTIK
SASARAN
– Perolehan besaran kisaran frekuensi dari gelombang
bunyi yang dihasilkan alat pemanggil ikan elektronik
tersebut terhadap ikan yang dapat merespon.
– Jangkauan kedalaman efektif respon ikan terhadap alat
pemanggil ikan elektronik tersebut yang diukur dari
permukaan air laut dengan menggunakan fish finder.
– Jangka waktu yang dibutuhkan dari saat mulai
diaktifkannya alat pemanggil ikan elektronik tersebut
sampai dengan respon ikan.
– Jarak pancaran (radius) yang masih dapat menerima
frekuensi gelombang bunyi yang dihasilkan alat
pemanggil ikan elektronik tersebut melalui perekaman
dengan hydrophone.
RANCANG BANGUN
CONTROLL DEVICE AMPLIFIER RECORDER

INTERFACE

SOUND GENERATOR

“BBPPI” FISH CALLER


EDITOR

HYDROPHONE / TRANSDUCER BLOCK DIAGRAM


 Penghasil bunyi elektrik (electrical sound generator),
dibuat berdasarkan rangkaian komponen elektronik
yang dapat memproduksi bunyi dengan kisaran
frekwensi 0 s/d 100 Hertz dan dapat dipancarkan
secara variabel sesuai besaran frekwensi yang
diinginkan dengan menggunakan potentio meter yang
dipasang khusus dalam rangkaian tersebut.
 Penghasil bunyi digital (digital sound generator), yang
dibangkitkan dari rancang bangun piranti lunak yang
dibuat khusus untuk kepentingan produksi bunyi
dengan kisaran frekwensi 0 s/d 10.000 Hertz yang
dilengkapi dengan sistim penyuntingan dan
penyimpanan data.
• B1- catu daya 1.5volt
• C1- Kapasitor
elektrolit 100 mfd.
• E1 – Crystal Speaker
atau Earphone
• R1 – Tahanan 27k
ohm
• R2 – potentio meter
5k
• T1 - Transformer
Audio (1000/8 ohm
c/t
• S1-SPST Slide
Switch
• Q1 – Transistor 2N
3906

SUMBER BUNYI ELEKTRIK


SUMBER BUNYI DIGITAL
SINE SAW

TRIANGLE SQUARE

KARAKTER BUNYI DIGITAL


KONSEP KERJA
• Bunyi yang berasal dari ikan atau biota laut
pada daerah penangkapan ikan tertentu
direkam, dan dilakukan koreksi-koreksi kondisi
oceanografis dan biologis untuk bahan
identifikasi karakter bunyi tersebut.
• Karakter bunyi hasil analisa dibuat tiruannya
atau padanannya melalui sistim digital untuk
selanjutnya dipancarkan dalam kolam uji coba
laboratorium
• Bunyi tiruan dilakukan penyeserasian untuk
memperoleh karakter bunyi yang mendapatkan
respon dari ikan.
TERIMA KASIH
ADA KOMENTAR ?

Anda mungkin juga menyukai