Anda di halaman 1dari 34

APA ITU GELOMBANG CAHAYA?

Gelombang Cahaya, atau dalam definisi modern adalah Cahaya Tampak, merupakan gelombang
elektromagnetik yang memiliki kisaran panjang gelombang 400-700 nm, dari yang paling panjang: merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.
PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA
Pemantulan cahaya terjadi apabila pancaran cahaya
mengenai bidang pantul kemudian bidang pantul
tersebut meneruskan pancaran cahaya tersebut.
Sebagai contoh pemantulan cahaya adalah pada saat
kita mangarahkan pancaran cahaya senter ke suatu
cermin, maka cahaya tersebut diteruskan oleh
cermin. Pada kejadian ini senter adalah sumber
cahaya kemudian cermin adalah bidang pantul.

Bunyi Hukum Pemantulan :


- Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul
terletak pada satu bidang datar.
- Sudut datang, sama besar dengan sudut pantul.
I=p
Pembiasan atau difraksi cahaya adalah adalah peristiwa pembelokan
arah cahaya ketika melewati bidang batas antara dua medium yang
berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya terjadi akibat kecapatan
cahaya berbeda pada setiap medium.

Ada dua syarat terjadinya proses pembiasan cahaya, yaitu:


■ Cahaya merambat melalui dua medium yang memiliki perbedaan
kerapatan optik, misalnya udara dengan air, udara dengan kaca, air
dengan kaca, dan sebagainya.
■ Cahaya yang datang harus miring pada batas dua medium, karena jika
tegak lurus maka tidak akan mengalami proses pembiasan.
■ Cahaya yang datang dari medium lebih rapat menuju medium kurang
rapat (ex. kaca ke udara) harus menghasilkan sudut bias lebih kecil dari
90°. Hal ini karena jika sinar bias sama dengan 90° maka cahaya tidak
akan memasuki medium kedua. Sedangkan jika sudut bias lebih besar
dari 90° maka akan terjadi peristiwa pemantulan sempurna.
SUDUT KRITIS DAN PEMANTULAN
TOTAL
sudut kritis adalah sudut datang yang menghasilkan sudut bias sebesar 90°. Jika sudut datang diperbesar lagi
melebihi sudut kritis, cahaya tidak akan dibiaskan melainkan dipantulkan secara sempurna. Artinya, cahaya
tidak akan keluar dari medium kaca, seperti yang ditunjukkan oleh sinar 4. Peristiwa inilah yang disebut
pemantulan sempurna.
POLARISASI
C
APA ITU POLARISASI?
• Peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang acak menjadi satu arah getar.
• Cahaya dapat terpolarisasi karena merupakan gelombang transversal; yang mempunyai arah getaran
tegak lurus dengan arah perambatannya.
• Terpolarisasi atau terkutub artinya memiliki satu arah getar tertentu saja.
• Pada cahaya tidak terpolarisasi, medan listrik bergetar ke segala arah, tegak lurus arah rambat
gelombang.
BAGAIMANA CARA MEMBUAT
CAHAYA TERPOLARISASI?
Ada 4 cara menghasilkan cahaya terpolarisasi, yaitu :
1. Penyerapan Selektif
• Terjadi jika cahaya melalui zat yang dapat memutar
bidang polarisasi gelombang cahaya.
• Zat semacam ini disebut zat optik aktif.
• Polarisasi dengan penyerapan selektif diperoleh dengan
memasang dua buah polaroid, yaitu: Polarisator dan
Analisator.
• Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya
terpolarisasi.
• Analisator untuk mengetahui apakah cahaya sudah
terpolarisasi atau belum.
• Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Lalu cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu hanya komponen
medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator,
semua komponen E yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejajar
sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan analisator menjadi :
E2 = E cos θ
• Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas I0,
maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah :
• I1 = ½ I0
• Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas menjadi :
• I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ
2. Pemantulan
Saat berkas sinar alami (sinar yang belum
terpolarisasi) dijatuhkan dari medium udara, ke
medium kaca (cermin datar).
Dengan sudut datang i = 57°, maka sinar yang
dipantulkan akan terpolarisasi, seperti pada
gambar berikut:

3. Hamburan
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali
sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal
sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami hamburan
dengan intensitas yang besar.
Salah satu gejala polarisasi cahaya akibat hamburan adalah langit yang berwarna biru. Hal ini disebabkan
gelombang cahaya warna biru lebih banyak dihamburkan oleh atmosfer. Atmosfer kita cenderung lebih banyak
menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang yang pendek daripada panjang gelombang yang panjang.
4. Pembiasan Ganda
Gejala pembiasan ganda merupakan fenomena rumit yang terjadi pada kristal kalsit atau kristal plastik yang
ditegangkan, misalnya
selofen. Pada kebanyakan zat, laju cahaya adalah sama untuk semua arah. Pada kristal kalsit, laju cahaya
bergantung arah rambat pada material tersebut. Kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-
bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence). Zat semacam ini disebut zat isotropik.
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang
berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa), sedangkan sebagian
yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).
DIFRAKSI
C
Difraksi adalah peristiwa pelenturan muka gelombang ketika melewati celah
sempit.

Pola difraksi gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen menggunakan


difraksi celah tunggal dan kisi difraksi.
DIFRAKSI CELAH TUNGGAL
Jika muka gelombang melalui celah sempit , maka akan mengalami difraksi.
Difraksi dapat terjadi jika cahaya melewati suatu celah tunggal dan menghasilkan pola garis terang & gelap
seperti disamping
DIFRAKSI CELAH BANYAK
Jika muka gelombang melalui celah sempit , maka akan mengalami difraksi.
Difraksi dapat terjadi jika cahaya melewati suatu celah majemuk.
Cahaya putih melewati kisi difraksi sehingga mengalami difraksi dan terurai menurut panjang gelombang
masing-masing
INTERFERENSI
CAHAYA
C
Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya. Interferensi
terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini.

a. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang
cahaya harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus
memiliki frekuensi yang sama.
b. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama.

Bila dua atau lebih gelombang tiba sefase di sebuah titik, maka ampitudo gelombang
resultan adalah jumlah dari amplitudo gelombang-gelombang individu, gelombang-
gelombang individu itu saling memperkuat. Hal ini dinamakan interferensi
konstruktif. Apabila kedua gelombang cahaya berinteferensi saling memperkuat
(bersifat konstruktif), maka akan menghasilkan garis terang yang teramati pada layar.

Jika amplitudo-amplitudo individu sama, maka amplitudo total ini adalah nol.
Keadaan saling meniadakan dari gelombang-gelombang individu itu yang disebut
interferensi destruktif. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi saling
memperlemah (bersifat destruktif), maka akan menghasilkan garis gelap yang
teramati pada layar.
INTERFERENSI CELAH GANDA
YOUNG
Fenomena interferensi cahaya ditunjukkan oleh percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young. Pada
eksperimen Young, dua sumber cahaya kohern diperoleh dari cahaya monokromatis yang dilewatkan dua
celah. Kedua berkas cahaya kohern itu akan bergabung membentuk pola-pola interferensi.

Terjadinya garis gelap atau terang pada layar


tergantung pada selisih lintasan cahaya yang
berinterferensi. Pada gambar, selisih lintasan cahaya
S2P dan S1P adalah ∆S yang memenuhi:

∆S = d sin θ = d p
L
A. SYARAT TERJADINYA TERANG (INTERFERENSI MAKSIMUM)
Dengan m = 0,1,2,3,.. Dari terang ke-nol/pusat (TP) ke
∆S = m λ terang ke-n

B. SYARAT TERJADINYA GELAP (INTERFERENSI MINIMUM)

∆S = (m - ½) λ Dengan m = 1,2,3,... Dari terang pusat ke gelap ke-n

KETERANGAN:
• d = jarak antara dua celah
• L = jarak celah ke layar
• p = jarak terang atau gelap ke terang pusat (TP)
• λ = panjang gelombang cahaya
• m = orde interferensi
CONTOH SOAL
Dua celah sempit dengan jarak pisah 1 mm berada sejauh 1 m dari layar. Jika cahaya merah dengan panjang
gelombang 6500 Å disorotkan pada kedua celah, tentukan:
a) Jarak antara garis gelap kelima dan garis terang utama (dalam mm)
b) Jarak antara garis terang ketiga dan garis terang utama (dalam mm)

1 Å = 10ˉ¹º m
a) diketahui: ∆S = (m - ½) λ
d = 1 mm = 10ˉ³ m d p/L = (m - ½) λ
8
L=1m 10ˉ³ p = (5 - ½) 65. 10ˉ
8
λ = 6500Å = 65 . 10ˉ p = 4,5 . 65 . 10ˉ 8
10ˉ³
p = 292,5 . 10ˉ 5m
p = 292,5 . 10ˉ² mm
p = 2,925 mm

b) ∆S = m λ
d p/L = m λ 8
10ˉ³ p = 3 . 65 . 10ˉ
8
p = 3 . 65 . 10ˉ
10ˉ³
5
p = 195 . 10ˉ m
p = 195 . 10ˉ² mm
p = 1,950 mm
INTERFERENSI PADA LAPISAN TIPIS
Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak. Jika seberkas cahaya
mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan
kemudian dipantulkan lagi. Gabungan berkas pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini
membentul pola interferensi.

Sinar AB merupakan sinar monokromatik yang datang pada permukaan


pelat tipis. Sebagian sinar AB dipantulkan oleh permukaan bidang batas
udara dan pelat (sinar BE) dan sebagian lagi dibiaskan ke dalam medium
pelat (sinar BC). Sinar BC dipantulkan oleh permukaan bidang batas pelat
dan udara (sinar CD). Sinar CD dipantulkan oleh permukaan atas dan
sebagian lagi dibiaskan keluar film (sinar DF). Sinar BE dan DF datang
bersamaan di mata kita.

Sinar datang dengan sudut datang i pada lapisan tipis dengan ketebalan d
dan indeks bias n, sehingga sinar mengalami pemantulan dan pembiasan
dengan sudut bias r.
A. Terjadi Interferensi maksimum (terang) jika:
m = 0,1,2,3,....

B. Terjadi Interferensi minimum (gelap) jika:


m = 1,2,3,...

KETERANGAN:
• n = indeks bias lapisan tipis
• d = tebal lapisan
• r = sudut bias sinar
• λ = panjang gelombang sinar
• m = orde interferensi
CONTOH SOAL
Suatu lapisan minyak diatas permukaan aiar memantulkan warna merah. ini berarti warna biru mengalami
interferensi dan hilang dari spektrum. jika indekas refraksi (indek bias) minyak adalah 1,25, sedangkan
warn biru mempunyai panjang gelombang λ= 5000 Å, maka tebal lapisan minimum lapisan minyak adalah
(dalam Å)
diketahui :
n = 1,25
λ= 5000 Å
cos r = 1
m=1

"biru mengalami interferensi dan hilang dari spektrum“ gunakan rumusan gelap (interferensi minimum)

2n.d.cos r = m λ
2.1,25.d.1 = 5000 Å
2,5.d = 5000 Å
d = 2000 Å
DISPERSI
C
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji,
ku, hi, bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan terjadi karena pembiasan indeks bias. Hal ini
membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda
panjang gelombang.

Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna warna
spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan
menjadi komponen komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah prisma dari kristal, untuk cahaya putih
adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah prisma dari garam batu.

Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya berwarna merah
mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar.
Bila diurut dari merah sampai ungu terdapat sifat berikut:
• Frekuensi semakin besar
• Indeks bias semakin besar
• Panjang gelombang semakin kecil
• Deviasi semakin besar

Selisih sudut deviasi warna ungu (Du) dan sudut deviasi warna merah (Dm) disebut sudut dispersi (ϕ)
CONTOH SOAL
Seberkas cahaya putih menembus sebuah prisma tipis dengan sudut pembias 10°, jika indeks bias untuk
cahaya merah dan ungu masing-masing 1,49 dan 1,52, tentukanlah besar sudut dispersinya!
Diketahui:
β = 10°
nm = 1,49
nu = 1,52
Ditanyakan: φ = . . .?
Jawab:
φ = (nu – nm) β
φ = (1,52 – 1,49)10°
φ = (0,03)10°
φ = 0,3°
PELANGI
C
BAGAIMANA PROSES TERJADINYA PELANGI?
1. Pembiasan Sinar Matahari. Pelangi terbentuk karena adanya
pembiasan sinar matahari (cahaya) yang dibelokkan berpindah tempat ke
arah lain dari perjalanan satu medium ke medium lainnya oleh tetesan air
yang ada di atmosfer.
2. Sinar matahari melewati tetasan air. Ketika cahaya matahari melewati
tetesan air maka cahaya tersebut akan dibengkokkan sehingga akan
membuat warna-warna tersebut berpisah dengan warna lainnya.
3. Pembelokkan cahaya. Setiap warna-warna pelangi akan dibelokkan
pada sudut yang berbeda sehingga akan memberikan warna yang indah
pada pelangi.
4. Terbentuklah warna pelangi. Warna yang akan pertama di belokkan
adalah warna ungu, sedangkan warna terakhir yang akan di belokkan
adalah warna merah serta akan menyusul warna pelangi lainnya yaitu
jingga, kuning, hijau, biru, dan nila maka kita akan melihat warna pelangi
secara utuh yang disebabkan oleh geometri optik dalam proses
penguraian warna.
PROSES PEMBENTUKKAN PELANGI
BAGAIMANA WARNA-WARNA PELANGI
BISA TERBENTUK?
Prosesnya berawal dari cahaya matahari karena cahaya matahari memiliki
beberapa warna yang memiliki peran penting dalam pembentukan pelangi.
Cahaya matahari tersebut dinamakan polikromatik. Cahaya yang akan
ditangkap oleh kasat mata manusia ada 7 warna yaitu merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, ungu yang akan muncul pada langit yang disebut dengan
cahaya tampak. Menurut ilmu fisika cahaya tampak merupakan gelombang
elektromagnetik yang terjadi akibat adanya medan magnet dan medan listrik.
Cahaya tampak memiliki panjang yang berbeda-beda dimulai dari 4000 A
sampai 7000 A dan tampak cahaya juga memiliki frekuensi 4,3 x 1014 Hz.

Anda mungkin juga menyukai