Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN MOTIVASI KLIEN DALAM DIET DIABETES MELLITUS

DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES


MELLITUS DI RAWAT INAP PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG
KABUPATEN CIANJUR

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
MUHAMAD RIZAL
NIM : C1AB23115

PROGRAM RPL KELAS B ANGAKATAN KE 2


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI 2023

JUDUL
PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Mata Kuliah Skripsi Pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Nama Lengkap :
NIM :C1AB23…

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2024

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari pembangunan


kesehatan nasional sebagai upaya dalam meningkatkan kesadaran, kemauan,
serta kemampuan setiap orang untuk berprilaku hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesehatan menjadi
kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia untuk dapat hidup layak dan
produktif sehingga di perlukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
terkendali dalam biaya dan mutu pelayanan yang diberikan (Departemen
Kesehatan RI, 2008). Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025,
disebutkan bahwa pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya
yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial, ekonomi dan ancaman kesehatan. (Departemen Kesehatan RI,
2020-2024).

Kesehatan yang tidak dapat diabaikan adalah ancaman dalam bentuk


risiko biologi, kimia, terorisme, radio-nuklir, penyakit zoonosis (penyakit
tular hewan), kedaruratan kesehatan masyarakat, dan ancaman penyakit yang
baru muncul (new emerging diseases) baik penyakit menular atau penyakit
tidak menular. Secara umum faktor risiko kegawat daruratan kesehatan yaitu
penyakit tidak menular yang tidak langsung dibagi dalam tiga kelompok,
yakni faktor risiko gangguan metabolik, faktor risiko perilaku, dan faktor
risiko lingkungan. Faktor risiko utama penyaki tidak menular (PTM) adalah
faktor metabolik (tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, obesitas,
dislipidemia, gangguan fungsi ginjal, malnutrisi pada maternal dan anak),
faktor perilaku (perilaku diet, merokok, risiko kesehatan kerja, kurang
aktivitas fisik, konsumsi alkohol), dan faktor lingkungan (polusi udara,
kekerasan, kemiskinan) (Departemen Kesehatan RI, 2020-2024).

Sehat adalah hal yang mendasar didalami kehidupan manusia, salah


satu masalah kesehatan yang saat ini menjadi permasalahan adalah kejadian
diabetes mellitus. Diabetes Mellitus (DM) termasuk kedalam penyakit tidak
menular (PTM) yang saat ini telah menjadi ancaman serius kesehatan global
dimana setiap tahunnya mengalami jumlah penderita ataupun kematian.
Karena kebutuhan inilah yang menjadikan masyarakat merasa perlu menjaga
kesehatan agar terhindar dari berbagai penyakit, baik itu penyakit yang
menular maupun yang tidak menular. Akhir-akhir ini perhatian pada penyakit
tidak menular menjadi semakin meningkat karena frekuensi kejadiannya pada
masyarakat yang semakin meningkat pula, yang menjadikan hal tersebut
menjadi penyebab dua dari sepuluh utama penyebab kematian. Salah satu
penyakit tidak menular yang menjadi perhatian masyarakat saat ini adalah
penyakit Diabetes Mellitus.

Menurut Wold Health Organizatom (WHO) tahun 2019 penyebab


utama penyakit tidak menular yang merupakan diabetes melitus dengan
urutan nomor ke tujuh, setelah penyakit jantung meningkat lebih dari 2 juta
menjadi 8,9 juta kematian pada tahun 2019. Diabetes mellitus sebagai
permasalahan global yang terus meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun
baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data International Diabetes
Federation (IDF) prevalensi DM global pada tahun 2019 diperkirakan 9,3%
(463 juta orang), naik menjadi 10,2% (578 juta) pada tahun 2030 dan 0,9%
(700 juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019). Pada tahun 2014, Indonesia
menempati peringkat ke 7 sebagai negara penyandang DM terbanyak di
dunia, dan diperkirakan akan naik peringkat ke 6 pada tahun 2014 (Perkeni,
2019 dalam Widiastuti, 2020). Diabetes mellitus di Indonesia mencapai 41.8
ribu orang pada tahun 2022 dan diabetes mellitus terbanyakan di asean,
menduduki peringkat ke 34 dari 204 negara di skala global.
Indonesia merupakan negara ke empat terbesar untuk jumlah
penderita diabetes mellitus terbanyak. Hasil survei Word Health
Organization (WHO) tahun 2016 menyatakan bahwa jumlah penderita DM di
Indonesian adalah 8,4 juta jiwa dan diperkirakan tahun 2030 jumlah penderita
penyakit DM di Indonesia meningkat menjadi 21,3 juta jiwa. Untuk wilayah
Jawa Barat, prevalansi DM berdasarkan diagnosis dokter pada usia ≥15 tahun
yaitu sebesar 1,7% sedangkan pada umur lebih rendah yaitu sebesar 1,3%.
(Kemenkes RI, 2019). Angka kejadian DM di Indonesia berdasarkan laporan
dari Riskesdas tahun 2018 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada
penderita DM yaitu sebanyak 2,0% (9,1 juta jiwa) pada tahun 2013
menjadi 3,4% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika


pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin (hormone yang mengatur
gula darah, atau glukosa), ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
secara efektif. Diabetes mellitus merupakan msalah serius dalam kesehatan
masyarakat, dan salah satu dari empat priotitas penyakit tidak menular yang
menjadi perhatian dunia (WHO, 2016). Sesorang dikatakan menderita
diabetes jika memiliki kdar gula puasa ≥ 126 mg/dl dan pada tes gula darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl (Perkeni, 2015 dalam Kemenkes RI, 2019). Diabetes
pada populasi ini juga memberikan konsekuensi angka kematian yang tinggi
terkait dengan diabetes, yaitu diperkirakan lebih dari 6,7 juta pada kelompok
orang dewasa berusia antara 20–79 tahun (Saraswati, 2022 dalam Kemenkes
RI, 2022).

Diabetes mellitus atau dikenal dengan kencing manis/ penyakit gula


yang merupakan penyakit dimana kadar gula darah cukup tinggi, karena
tubuh tidak melepaskan atau menggunakan insulin sehingga gula darah tidak
dapat di metabolisme, disertai metabolisme, lipid, dan protein. Diabetes
mellitus sendiri bisa disebabkan karena faktor keturunan, pola hidup yang
salah, pola makanan yang sudah berubah, aktivitas yang kurang dari faktor
lingkungan. Selain menimbulkan banyak keluhan bagi penderitanya, DM
juga sangat berpotensi menimbulkan komplikasi yang berat, memberikan
beban bagi keluarga, dan merugikan dari segi ekonomi, karena memerlukan
perawatan dan pengobatan seumur hidup (Kwek, 2013 dalam Purwandri &
Susanti, 2017).

Kompliksi yang sering terjadi apabila penyakit diabetes mellitus


tidak ditangani dengan baik yaitu akan timbulnya berbagai penyakit penyerta
pada berbagai organ tubuh. Bila yang terkena pembuluh darah di otak maka
akan timbul stroke, pada jantung akan terjadi penyakit jantung koroner, pada
ginjal menjadi ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir. Bila pada kaki
timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi busuk (gangren). Selain itu
bila saraf yang terkena timbul neuropati diabetic, sehingga ada bagian yang
tidak berasa apa-apa atau mati rasa (Smeltezer & Bare, 2013 dalam Melinda,
2018). Oleh karena itu perlu kerjasama yang baik antara penderita, keluarga,
masyarakat dan juga petugas kesehatan dalam menangani dan mengelola
diabetes mellitus (Kemenkes RI, 2016 dalam Melinda, 2018).

Gejala umum dari diabetes mellitus adalah polyuria, polifagia,


polydipsia. Klasifikasi dari diabetes mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1,
Diabetes Mellitus Tipe 2, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes
Mellitus Type Lainnya. Jenis diabetes mellitus yang paling banyak diderita
adalah Diabetes Mellitus Tipe 2, dimana sekitar 90-95% orang mengidap
penyakit ini (Black & Hawks; ADA, 2010) dalam (Chaidir et al.,2017). Pada
umumnya setiap akan mengalami penurunan fungsi organ tubuh ketika
individu tersebut mencapai usia ≥ 30 tahun. Biasanya penurunan fungsi
fisiologis ini akan berdampak pada penurunan fungsi endoktrin sehingga hal
ttersebut akan berdampak pula penurunan sensitivitas insulin dan
kemampuan sel β di pankreas yang mengakibatkan pengendalian kadar gulad
di dalam darah kurang optimal (Diani et al., 2018).

Manajemen penanganan diabetes mellitus pada umumnya adalah


melalui pendekatan pengobatan yang bertujuan untuk mengendalikan kadar
gula darah dan meningkatkan kualitas hidup penderita (Krisnatuti, Yenria, &
Rasjmida, 2014 dalam Purwandri & Susanti, 2017). Berdasarkan Perkeni,
terdapat empat pilar penatalaksanaan DM untuk mencegah terjdinya
komplikasi yaitu: eduksi, terapi gizi medis (diet), latihan jasmani, intervensi
farmakologi (Risti & Isnaeni, 2017). Salah satu faktor penting untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada penderita diabtese mellitus adalah
dengan penatalaksanaan diet.

Penatalaksanaa DM meliputi pengaturan makan, latihan jasmani,


edukasi dan konsumsi obat antidiabetik. Pola makanan merupakan kunci
keberhasilan penatalaksanaan DM. Tujuan diet diabetes mellitus adalah
mempertahankan atatu mencapai berat badan ideal, mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta
meningkatkan kualitas hidup penderita (Basra, et al., 2018). Terapi nutrisi
medis (diet) DM merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur
asupan nutrisi pasien agar tetap terpenuhi dan tidak mengakibatkan gula di
dalam darah meningkat sehingga perlu adanya pengaturan jadwal, jenis, dan
jumlah makanan sebagai acuan diet DM (Mamesah, et al., 2019).

Pengaturan pola makan pada penderita DM yaitu dengan


memperhatikan pedoman 3J yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh
penderita diabetes mellitus, yaitu tepat jumlah yang memerlukan perhitungan
kebutuhan kalori dan zat gizi yang sesuai status gizi penderita diabetes
mellitus. Selanjutnya tepat jenis dengan memperhatikan atau mengontrol
indeks glikemik dari setiap bahan makanan yang dikonsumsi. Tepat jadwal,
makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 2-3 kali makan selingan
dengan interval lebih sering dan dalam porsi sedang (Petersmann, et al.,
2018).

Diet sangatlah penting untuk mempertahankan gula darah pada


pasien DM agar pasien dapat hidup secara normal dan menghindarkan pasien
dari komplikasi sehingga pasien dapat menikmati hidupnya. Jika pasien
diabetes mellitus tidak melaksanakan dietnya dengan benar makan kadar gula
darah tidak dapat dikontrol dengan baik, sehingga dapat mengakibatkan
timbulnya komplikasi dan penyakit serius lainnya.

Penderita DM telah melaksanakan diet, tetapi tidak semua penderita


DM berhasil mengontrol kadar gula darahnya. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan ketidakberhasilan diet, salah satu faktor yang sering
menyebabkan ketidakberhasilan dalam diet adalah kepatuhan pasien pada
diet itu sendiri. Kepatuhan diet merupakan suatu hal yang penting untuk
dapat mengembangkan rutinitas (kebiasan) yang dapat membantu penderita
dalam mengikuti diet untuk mencegah kadar gula yang tidak terkendali.

Menurut Stanley, kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang


tertuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi
apapun yang ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji
pertemuan dengan dokter (Putri, 2017). Kepatuhan diet merupakan suatu
perubahan perilaku yang positif dan diharapkan, sehingga proses kesembuhan
penyakit lebih cepat dan terkontrol (Azis & Aminah, 2018). Keptuhan akan
diet harus dilakukan seumur hidup secara terus menerus dan rutin yang
memungkinkan terjadinya kebosanan pada pasien (Purwandi & Susanti,
2017).

Kepatuhan diet dalam perencanaan makan banyak dipengaruhi oleh


beberapa faktor antara seperti pendidikan, dukungan keluarga, motivasi,
perubahan model terapi, modifikasi lingkungan dan sosial, serta
meningkatkan ineraksi professional tenaga kesehatan dengan pasien.
Kepatuhan akan diet harus dilakukan seumur hidup secara terus menurus dan
rutin yang memungkinkan terjadinya kebosanan pada pasien (Sutrisno, 2012
Purwandri & Susanti, 2017). Pengaturan diet yang seumur hidup bagi
penderita DM menjadi sesuatu yang sangat membosankan, jika dalam diri
penderita tidak timbul pengertian dan kesadaran yang kuat dalam menjaga
kesehatannya (Aziz & Aminah, 2018).
Menurut burner & Suddarth, terdapat beberapa hal yang
mempengaruhi keberhasilan kepatuhan diet yaitu pengetahuan, motivasi,
persepsi, dukungan keluarga dan keikutsertaan penyuluhan gizi (Risti &
Isnaeni, 2017). Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan diet
pda pasien DM adalah motivasi menurut Yulia (2015), motivasi merupakan
dorongan, baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk
menggerakan dan mendorong sikap serta perubahan perilaku. Faktor yang
mempengaruhi motivasi ada dua faktor intrisik dan ekstrinsik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, et al. (2022)


dalam Comprbensive Nursing Journal (SINTA 3) Vol. 8 Spesial Edition
tentang “ The Effect of Health Education on Diet Compliance Among
Patients with Diabetes Mellitus” , diperlukan tingkat kepatuhan yang tinggi
saat melaksanakan diet agar dapat mengontrol kadar gula darah pada pasien
diabetes. Menurut Niven, kepatuhan diet sering terabaikan pada pasien
diabetes karena kurangnya perhatian pada asupan makanan yang seimbang,
yang mengakibatkan peningkatan kadar gula darah dan akhirnya
ketidakseimbangan jumlah insulin yang diproduksi (Bistara & Ainiyah,
2018).

Menurut Yulia (2015), motivasi merupakan dorongan, baik dalam


maupun dari luar diri seseorang untuk menggerakkan dan mendorong sikap
serta perubahan perilakunya. Faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua
yaitu faktor intrinsik dan ekstrensik, menurut Taufik, faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu kebutuhan, harapan, dan minat,
sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekstrensik yaitu dorongan
keluraga, lingkungan, imbalan (Putri, 2017). Motivasi terdapat faktor lain
yang mempengaruhi kepatuhan terhadap diet DM yaitu dukungan keluarga
dan kesadaran akan manfaat diet DM. Dari kedua faktor tersebut, sangat
penting bagi pasien DM untuk memiliki pengetahuan tentang diet DM, oleh
karena itu, untuk meningkatkan kepatuhan pasien DM dalam menjalani diet
DM, sangat penting untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
penderita Diabetes Mellitus dan keluarganya (Halawa & Nancye, 2017).

Motivasi sangatlah penting peranannya karena dengan motivasi


mampu membuat sesorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Tanpa motivasi dalam pengaturan diet, pasien DM akan
mengalami ketidakpatuhan dalam mengatur pola makan sehari-hari
(Indarwati, dkk, 2012). Pada prinsipnya seseorang yang memiliki motivasi
yang tinggi, akan berusaha mewujudkan apa yang tengah diinginkan,
misalnya pada penderita DM yang diharuskan menjalankan kepatuhan diet
DM, motivasi yang sangat tinggi mempengaruhi fikiran untuk melaksanakan
dan kemudian diaplikasikan dengan terbentuknya suatu perbuatan
(menjalankan diet DM), apabila berhasil orang yang bersangkutan akan
merasa puas (Notoadmodjo, 2010 dalam Risti & Isnaeni, 2017).

Pengontrolan kadar gula darah dengan mengatur pola makan pada


pasien diabetes mellitus tidaklah mudah, pasti akan timbul kejenuhan karena
menu yang dikonsumsi serba diabatsi. Adanya moivasi dapat mengontrol
pasien dalam mengatur kadar gula darah. Motivasi sangat penting, karena
dapat membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan (Susnti, 2018). Motivasi sangat berperan dalam perawatan
mandiri karena motivasi adalah suatu dorongan atau sesuatu yang mendorong
seseorang beringkah laku untuk mencapai tujun tertentu. Motivasi yng tinggi
akan memiliki perawatan diri yang baik terutama untuk diet dan pemeriksaan
kadar gula darah (Mamesah, et al., 2019).

Peran dan fungsi perawat dalam memotivasi pasien untuk mematuhi


diet diabetes mellitus yaitu perawat harus meluangkan waktu untuk
memberikan motivasi bagi pasien, memberikan pendidikan kesehatan yang
jelas untuk meningkatkan kesadaran diri pasien serta meningkatkan motivasi
pasien agar memiliki keyakinan akan kemampuannya dalam kepatuhan diet
pada penderita diabetes mellitus.
RSUD Sayang Cianjur adalah Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dibawah Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur yang berlokasi di
JL. Pasir Gede Raya No. 1b,Bojongherang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat, dengan status layanan rumah sakit kelas B, yang
menyediakan pelayanan umum seperti menangani masalah penyakit,
jantung,kandungan, saraf, penyakit dalam, paru dan lain sebagainya.

Data tabel 1.1 Distribusi Frekuensi 10 Besar Penyakit di RSUD Sayang


Cianjur Tahun 2023.

N Nama Penyakit Kasus Baru Menurut Jumlah Jumlah


o Jenis Kelamin Kasus Kunjungan
Laki-laki Perempuan Baru
1 Stroke 588 521 1109 1671
2 After Katarak 169 218 387 572
3 Dispepsia 118 191 309 669
4 Law Back Paint 105 195 300 1997
5 Senile Katarak 113 122 235 345
6 Hipertensive Renal Desease/ CKD 108 93 201 2007
7 Diabetes 72 144 186 440
8 Hipertensi 68 118 186 570
9 Necrosis Of Pulmo 48 135 183 548
10 Radioculopaty 75 106 181 1100
Jumlah 1.567 1.843 3.277 9.919
Sumber Data : Instalasi Rekam Medik RSUD Sayang Cianjur, 2023.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilalukan oleh peneliti pada


tanggal 26 September 2023 kepada 10 orang penderita diabetes melitus
melalui wawancara langsung dengan penderita diabetes melitus mengenai
diet diabetes mellitus didapatkan hasil bahwa dari 10 orang, hanya 2 orang
yang patuh tentang diet diabetes mellitus, 2 orang tidak melaksanakannya
diet diabetes melitus dan 2 orang melaksanakan diet diabetes mellitus dan 4
orang yang tidak melaksanakan diet diabetes mellitus dan tidak patuh diet
diabetes melitus. Dan hasil dari wawancara di dapatkan alasan mereka tidak
melaksanakan diet diabetes mellitus yaitu kurang termotivasi untuk
melakukan diet DM dengan alesan malas, bosan dengan menu makanan
yang itu-itu saja serta sering lupa dan pada saat wawancara kepada
penderita diabetes mellitus orang yang melaksanakan diet DM mengatakan
termotivasi untuk melakukan diet DM dengan alasan agar gula darahnya
selalu terkontrol.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang “Hubungan Motivasi Klien Dalam Diet Diabetes
Mellitus Dengan Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Di
Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sayang Kabupaten Cianjur”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Hubungan Motivasi
Klien Dalam Diet Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Diet Pada
Penderita Diabetes Mellitus Di Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengidentifkasi Hubungan Motivasi Klien Dalam Diet


Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes
Mellitus Di Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini, diantaranya


a. Untuk Mengidentifikasi Gambaran Motivasi Klien Dalam Diet Diabetes
Mellitus Di Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur.

b. Untuk Mengidentifikasi Gambaran Kepatuhan Diet Pada Penderita


Diabetes Mellitus Di Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur.

c. Untuk Mengidentifikasi Hubungan Motivasi Klien Dalam Diet Diabetes


Mellitus Dengan Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Di
Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di harapkan dapat berguna bagi:

1. Peneliti

Sebagai penerapan dari ilmu yang telah dimiliki, meningkatkan


ilmu pengetahunan wawasan, pengalaman dan sebagai media
pembelajaran serta pengaplikasian teori dangan praktik sehingga dapat
meningkatkan kompetensi perawat untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah dicapai di akademik

2. Bagi STIKes Sukabumi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebgai bahan


referensi bagi peneliti berikutnya, serta sebagai informasi bagi
pengembangan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan medikal bedah
untuk terutamanya yang berkaitan dengan hubungan motivasi dan
kepatuhan pelaksanaan diet Diabetes Mellitus.

3. Bagi RSUD Sayang Kabupaten Cianjur

Sebagai suatu bahan masukan informasi yang diharapkan dapat


digunakan sebagai masukan dalam rangka upaya peningkatan kegiatan
dan pelayanan asuhan keperawatan dan meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan keperawatan, serta dapat memberikan solusi penanganan pada
penyakit diabetes mellitus khususnya diet diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai