Anda di halaman 1dari 4

Analisis Kualitas Massa Batuan Menggunakan Metode Rock

Mass Rating (RMR)

Menurut Hoek dan Bray (1981) massa batuan adalah batuan insitu yang dijadikan
diskontinuitas oleh sistem struktur, seperti: kekar, sesar, dan bidang pelapisan.
Bidang diskontinuitas memiliki beberapa jenis yang dapat digolongkan
berdasarkan ukuran dan proses keterbentukannya, sebagai berikut: patahan, kekar,
fracture, dan crack.

Klasifikasi massa batuan merupakan kegiatan mengumpulkan data dan


mengklasifikasikan singkapan tubuh batuan berdasarkan parameter-parameter
yang telah diyakini dapat menjadi representasi kualitas massa batuan tersebut.
Metode klasifikasi massa batuan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Umumnya metode yang digunakan adalah metode RMR (Rock Mass Rating) yang
dikembangkan oleh Bieniawski (1989). Metode ini menggunakan lima parameter
yang memiliki bobot yaitu Kekuatan Batuan Utuh, Rock Quality Designation.
Jarak Diskontinuitas, Kondisi Diskontinuitas, dan Kondisi Air Tanah. (Tabel I.1).
Setelah seluruh parameter diberi bobot, massa batuan yang diukur akan
dikategorikan berdasarkan klasifikasi Bieniawski (1989) seperti yang bisa dilihat
pada Tabel I.2.

Tabel I.1 Parameter Klasifikasi dan Pembobotan RMR (Bieniawski,1989)


Tabel I.2 Klasifikasi Massa Batuan Berdasarkan Nilai RMR (Bieniawski,1989)

Kekuatan batuan utuh dapat diketahui melalui pengujian secara langsung di


lapangan maupun uji laboratorium. Pengujian nilai kuat tekan batuan secara
langsung di lapangan dilakukan dengan memukul batuan dengan palu geologi.
Selanjutnya, nilai kuat tekan dilapangan tersebut dikorelasikan dengan nilai kuat
tekan batuan hasil uji laboratorium yaitu uji kuat tekan uniaksial atau uniaxial
compressive strength (UCS). UCS pada pengujianya dilakukan preparasi dengan
mengubah sampel batuan berbentuk tabung atau core (Ulusay, 2015).

Namun karena keterbatasan alat yang digunakan, sampel disesuaikan yaitu


dibentuk menjadi balok dengan ukuran tertentu. Pengujian menggunakan mesin
kuat tekan yang pada mekanismenya memberi tekanan sampel batuan utuh dari
satu arah. Tekanan tersebut akan menghasilkan gaya hingga batuan tersebut
mengalami retakan. Sampel batuan yang mengalami retakan tersebut akan
mengeluarkan nilai hasil uji UCS dengan skala kekuatan batuan megapascal
(Mpa).

Rock Quality Designation (RQD) merupakan ukuran kasar mengenai derajat


keretakan pada massa batuan. Perhitungan nilai RQD memiliki dua metode yang
digunakan yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Perhitungan dengan
metode tidak langsung dilakukan apabila tersedia data bor atau core log.
Perhitungan ini dilakukan dengan menghitung data kekar yang memiliki jarak
kekar lebih dari 10 cm (Deere, 1989). Sedangkan metode langsung digunakan
apabila core log tidak tersedia. Metode langsung di kembangkan oleh (Priest &
Hudson, 1976).

Jarak diskontinuitas merupakan suatu ketidakmenerusan pada suatu massa batuan


yang mempengaruhi kualitas dari batuan tersebut. Dalam hal ini kemenerusan
tersebut berupa kekar, sesar, dan bidang diskontinuitas lainnya. Kemenerusan
diskontinuitas mempunyai panjang lebih besar dari bukaan atau lebih panjang dari
3 meter. Bisa juga dikatakan menerus jika kurang dari 3 meter tetapi dipisah oleh
bidang diskontinuitas.

Pengamatan kondisi diskontinuitas dilakukan dengan mengukur dan menghitung


beberapa sub parameter yang ada di dalamnya. Sub parameter tersebut yakni
panjang bidang diskontinuitas (persistence), bukaan bidang diskontinuitas
(aperture), kekasaran dari permukaan bidang diskontinuitas (roughness), jenis
material pengisi bidang diskontinuitas (infilling), dan kondisi pelapukan yang ada
pada setiap bidang diskontinuitas (weathered).

Air tanah juga sangat berpengaruh terhadap setiap material yang ada di dalam
permukaan bumi baik itu tanah maupun batuan, sehingga pola dan muka air tanah
sangat perlu diperhatikan. Kondisi air tanah dapat dinyatakan secara umum yaitu
kering (dry), lembab (damp), basah (wet), menetes (dripping), dan mengalir
(flowing).

Klasifikasi ini dapat digunakan untuk mengestimasi banyak rancangan


pembangunan seperti umur berdiri suatu bangunan, periode berdiri jembatan.
Klasifikasi RMR juga dapat digunakan untuk memilih metode penggalian dan
sistem pendukung permanen. Kohesi, sudut geser dalam, modulus deformasi
massa batuan, dan daya dukung pondasi juga dapat diperkirakan untuk
menganalisis stabilitas lereng batuan. Hal ini juga dapat direkomendasikan untuk
pemotongan sudut kemiringan lereng (Waltham, 2002 dalam Singh & Goel, 2011)

Anda mungkin juga menyukai