Anwar Saputra-Fsh
Anwar Saputra-Fsh
SKRIPSI
Oleh
Anwar Saputra
NIM: 1111045200011
1. Konsonan
2 ة B 17 ظ ẓ
3 ت T 18 ع ‘
4 ث ṡ 19 غ G
5 ج J 20 ف F
6 ح ḥ 21 ق Q
7 خ Kh 22 ك K
8 د D 23 ل L
9 ذ Ż 24 م M
10 ز R 25 ن N
11 ش Z 26 و W
12 س S 27 ه H
13 ش Sy 28 ء ‘
14 ص ṣ 29 ي Y
15 ض ḍ
2. Vokal Pendek
-َ--- = a كتـت kataba
-َ--- = i سُئل su’ila
ُ =
-َ-- ُي ْر ىت yażhabu
iv
3. Vokal Panjang
4. Diftong
ْ = أيai = كيْفkaifa
maupun qamariyyah.
ّ
6. Tasydid (-َ—(
syiddah. Namun, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syiddah
tersebut terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf al-
al-ḍarūratu.
7. Tā’ Marbūṭah
v
a. Bila berdiri sendiri atau dirangkai dengan kalimat lain yang menjadi na‘at
Islāmiyyah.
Indonesia dari bahasa Arab seperti zakat, salat, dan sebagainya, kecuali
9. Singkatan
M = Masehi
H = Hijriyah
w. = Wafat
h. = Halaman
v = Volume
vi
ABSTRAK
vii
س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم
ْ ِب
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan
kekhalifahan di bumi dan atas semua yang telah dilimpahkan kepada umat
manusia secara umum dan penulis secara khusus. Shalawat beserta salam tak
sahabat, dan mereka semua yang telah berjuang untuk menegakkan kalimat tauhid
di muka bumi ini dan membimbing umat manusia sehingga dapat menjalani
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adanya bimbingan, kritikan dan masukan
yang sangat berarti diperlukan penulis untuk dapat lebih menyempurnakan dan
Dalam perjalanan penulisan skripsi ini, satu hal yang menjadikan sebuah
perjalanan ini begitu banyak pengalaman serta pengetahuan baru yang penulis
dengan melewati itu semua maka kepribadian dan kedewasaan dalam bersikap
viii
Menyelesaikan skripsi ini tentu banyak rintangan dan halangan yang
penulis hadapi. Butuh extra kerja keras untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis
faham bahwa dalam mengerjakan skripsi bukan perkara yang mudah karena butuh
ketelitian dan kemauan yang tinggi. Tetapi bersyukur alhamdulillah, semua itu
bisa diatasi berkat motivasi dan dorongan yang diberikan oleh semua pihak yang
membantu dan memberikan dukungan tiada henti kepada penulis. Semoga Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu mengasihi dan
menyayangi kalian, dimana kalian berada. Rasa terima kasih ingin penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para wakil Dekan yang telah
2. Ibu Dra. Hj. Maskufa, MA, Ketua Program Studi Siyasah Syar’iah yang telah
3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag, Sekretaris Program Studi Siyasah Syar’iyah yang
baiknya.
4. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA, dosen Penasehat Akademik yang
perkuliahan dan dalam proses pembuatan proposal skripsi ini sehingga skripsi
ix
dapat diseminarkan dengan baik.
5. Bapak Dr. Rumadi, M. Ag, dosen pembimbing yang sangat penulis hormati,
banyak ilmu dan waktunya kepada penulis sehingga banyak hal baru yang
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
kuliah.
Jakarta yang membuat penulis mudah untuk mencari bahan dan literatur
maupun materil kepada penulis. Tak lupa untuk kakak-kakak penulis tercinta,
Winarsih, Zainal Abidin, Titi Maryati dan Saipul Anwar, terima kasih untuk
segala doa yang kalian berikan, semoga Allah SWT selalu melimpahkan kasih
9. Ratnasari Ayi yang sama-sama sedang berjuang dalam meraih mimpi dan juga
x
Tangerang, Kyai H. Drs. Ahmad Ikhsan, beserta guru-guru yang berada di
Pesantren tidak lupa ta’dzim dan hormat penulis, terima kasih atas doa dan
ilmu yang sangat berguna bagi penulis dalam membentuk kepribadian yang
11. Sahabat tercinta Yasir, Deni (Jawir), Indra (Abo), Widi Pramono (Cimeng),
M. Soleh, Adam Husen, Ryan Erlangga, Reza F.H, Bambang M.K, Bpk.
Abdul Rojak, Bpk. Suryadi (Ambon), Hary (Amoy), Tomi (Adon), Mukhlis
(Monon), Jul Saputra, Adisty Rozak. Terima kasih atas kebersamaan, bantuan,
Tiwa, Arista, Tomi, Uti, Dwi, Anwar, Fajar, Devi, Fifit, Gilang, Mun'im, Rezi
dan Buya. Dan tidak lupa juga untuk teman-teman dari jurusan Pidana Islam
angkatan 2011.
Ipoy, Irvan, Januar, Mas Hans, Mas Husen, Husni, Nafis, Nita, Anet, Ayi,
Eces, Kiki, Sebulan bersama kalian adalah sesuatu yang sangat berkesan.
Terima kasih semua atas perhatian dan dukungannya. Dan tak lupa kepada
warga kp. Slapajang Kecamatan Cisoka khususnya Bapak Lurah Eden, Ibu
Lurah Yuli, Bapak Naya, dan Bapak Guru. Terima kasih untuk segala doa dan
dukungannya.
14. Semua pihak yang sudah membantu, penulis berdo’a semoga kebaikan dan
ketulusan yang telah diberikan oleh berbagai pihak di balas oleh Allah SWT.
xi
Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk para pembaca umumnya
Penulis
Anwar Saputra
xii
DAFTAR ISI
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11
F. Metodologi Penelitian .................................................................. 12
G. Sistematika Penyusun ................................................................. 12
xiii
BAB V: PENUTUP
1. Kesimpulan ............................................................................ 68
2. Saran ....................................................................................... 69
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
politik kawulo adalah salah satu wujud keunikan tersebut. Budaya politik kawulo
familinya.
atau keluarga merupakan alat yang sangat tepat untuk membentuk kekuasaan yang
kuat. Bahkan kekuatan politik itu bukan hanya sekedar fenomena politik belaka.
Tetapi sudah menjadi budaya politik di Indonesia yang sudah semakin menjamur
2017-2022 Wahidin Halim dan Andika Hazrumy yang nota bene merupakan anak
kandung Ratu Atut Chosiyah Gubernur Banten dua periode 2004-2014. Kali ini
1
Suyadi, “Bentuk dan Karakter Politik Dinasti di Indonesia” (Skripsi S 1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Yogyakarta, 2014), h. 1.
1
2
Andhika merupakan yang palingb mutakhir dari keluarga Atut yang menjadi
pejabat di Provinsi Banten. Sebelumnya Atut sendiri lah yang menjabat sebagai
Gubernur Banten setelah di tahun 2014 di tahan karena kasus sengketa Pilkada
Lebak,
Selain itu, ada sekitar 57 kepala daerah atau wakil kepala daerah,
Utara, Sumateraa Barat, Jawa Barat, Jawa tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan
Maluku2.
Berkaca dari fakta diatas, bisa dilihat dari analisa politik modern,
kekuasaan etnis di daerah. Dari etnisitas inilah dinasti tumbuh , sementara etika
politik rendah karena kaderisasi partai politik dan pendidkan dalam berpolitik
runtuhnya rezim otoritarian Orde baru. Transisi dari rezim non-demokratik yang
demokrasi terbukti tidak mudah dilalui. Berbagai hambatan dan distorsi mewarnai
2
Suyadi, “Bentuk dan Karakter Politik Dinasti di Indonesia” (Skripsi S 1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Yogyakarta, 2014), h. 2.
3
kerangka domokrasi dan penataan kehidupan politik yang lebih baik itu adalah
Sochib sebagai salah satu tokoh pembentukan Provinsi Banten yang paling
dengan topangan tiga sumberdaya, yakni (1) sumber daya finansial yang
koersif (kekerasan) yang dilakukan oleh para jawara yang diikatnya melalui
tradisi patronase, dan (3) control terhadap partai politik, dalam hal ini partai
Golkar yang sejak era orde baru telah didominasinya bersama anggota keluarga
Salah satu teori yang Ibnu Khaldun gambarkan di dalam bukunya yaitu
dari sampingan agresi yang tak terbatas pada bangsa Arab saja tetapi juga pada
Yahudi, Siria, Yunani, dan Romawi. Dia hidup dikalangan orang-orang nomad
dan mengamati transisi (terutama melalui agresi dan penyerbuan) dari badawa
bangunnya siklus dinasti-dinasti yang juga merupakan proses dialektis yang setiap
tahapan baru muncul dari kontradiksi yang berkonflik pada tahap sebelumnya.
Perubahan dinasti ini terjadi karena hubungan dialektis yang kompleks antara
3
Jurnal. Agus Sutisna, “Gejala Proliferasi Dinasti Politik di Banten Era Kepemimpinan
Gubernur Ratu Atut Chosiyah”, artikel di akses pada 19 Oktober 2017 dari
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI.
4
dasar ekonomi masyarakat dan faktor tertentu seperti „ashabiyyah. Lebih lanjut
legitimasi dan tidak akan dapat bertahan memimpin kelompok tersebut4. Karena
itu, Ibnu Khaldun menyimpulkan bahwa kuat atau lemahnya suatu Negara
kelemahan.
hubungannya dengan dinasti politik dimana keduanya sangat berkaitan satu sama
Undang tersebut dengan teori politik Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa
4
Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa
Klasik hingga Indonesia Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2013), h. 49.
5
tengah gejolak sosial yang sangat masif ditahun 1999. Gejolak sosial tersebut
didahului oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia disekitar tahun 1997.
Gejolak sosial yang melanda Negara Indonesia disekitar tahun 1997 kemudian
pemerintahan orde lama yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun di
daerah yang selama ini telah memberikan kontribusi yang besar dengan kekayaan
Indonesia yang dianggap telah usang dan perlu diganti. Inilah yang menjadi latar
Dibalik itu semua ternyata ada banyak faktor yang menjadi latar belakang
referensi dapat dilihat dari dua aspek internal, yakni kondisi yang terdapat dalam
5
Osman Baliby, Ibnu Khaldun “Tentang Masyarakat dan Negara” (Jakarta: Tanpa
penerbit, 1965), h. 44.
6
Siska Agustina, “ Latar Belakang Otonomi Daerah di Indonesia”, artikel diakses pada
17 Januari 2017 dari http://www.academia.edu/4728435/latar_Belakang_Otonomi_Daerah
6
aspek eksternal yakni faktor dari luar Negara Indonesia yang mendorong dan
daerah secara internal timbul sebagai tuntutan atas buruknya pelaksanaan mesin
daerah secara internal sebagaimana maksud diatas, ternyata terdapat juga faktor
eksternal yang menjadi salah satu pemicu lahirnya otonomi daerah di Indonesia
kepada Daerah Provinsi dan Kabupaten serta pemerintah kota suatu kewenangan
serta otonomi yang lebih luas dibandingkan dengan daerah sebelumnya. Ada
langsung, semakin banyak munculnya daerah baru hasil dari pemekaran daerah,
dan lahirnya beberapa partai lokal. Untuk kalimat kedua mengenai pemilihan
kepala daerah secara langsung atau dalam hal ini pemilihan kepala daerah atau
reformasi.
yang berkuasa masih dari kalangan keluarga, yaitu pemerintahannya Ratu Atut
Chosiyah. Apa latar belakang yang menjadikan keluarga Atut tersebut berjaya
dalam memerintah provinsi Banten, pengaruh apa saja yang sudah dilakukan
Apakah ada unsur-unsur yang menyebabkan banyak pendapat bahwa apa yang
saat itu dibangun Ratu Atut merupakan dinasti politik yang justru menutup ruang
demokrasi.
dinasti politik, dimana persoalan seperti ini masih tabu untuk dibahas, padahal
Abbassiyyah dll sudah muncul dan berkuasa lebih dulu dengan waktu yang sangat
lama. Dalam hal ini penulis menelaah dinasti politik yang sudah terjadi di Banten,
7
Lihat UU No. 15 tentang Penyelenggaraan Pemilu Pasal Satu Ayat (1)
8
berawal dari kepemimpinan Ratu Atut Chosiyah, hingga ditahan karena kasus
korupsi sengketa Pilkada kabupaten Lebak serta kasus pengadaan alat kesehatan
pada 2013 lalu yang menjeratnya, sebelumnya adik Atut sendiri Tubagus Chaeri
Wardana sudah terlebih dahulu dinyatakan sebagai tersangka dalam dugaan suap
yang dilakukan terhadap mantan ketua MK Akil Mochtar. Wawan sendiri tidak
Di lain kasusnya tersebut ternyata Ratu Atut beserta keluarga besarnya sudah
8
Bathoro Alim, “Perangkap Dinasti Politik Dalam Konsolidasi Demokrasi” (Jakarta:
Tim Pengelola Jurnal Perbatasan Fisip Umrah), h. 2. artikel diakses pada 17 Januari 2017 dari
http://riset.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/PERANGKAP-DINASTI-POLITIKDALAM-
KONSOLIDASI-DEMOKRASI
9
Banten dan sangat berindikasi bahwa hal tersebut merupakan dinasti politik dan
baru disadari setelah Ratu Atut sendiri tesandung kasus korupsi yang
ternyata malah menimbulkan masalah baru yang justru menutup ruang aspirasi
rakyat.
di instrumen demokrasi itu sendiri. Kalau kita telusuri sejak pilkada pertama tahun
B. Rumusan Masalah
Ibnu Khaldun?
9
Jerome Wirawan, “Keluarga Ratu Atut Berjaya di Banten”. Banten, 2015. Artikel di
akses pada 17 Januari 2017 dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151210
10
C. Batasan Masalah
Dalam hal ini penulis membatasi bahasan dalam skripsi. Penulis hanya
menjelaskan latar belakang dan faktor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya
dinasti politik di Banten. Periode yang menjadi fokus penulis yakni dari periode
2007-2014.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini merupakan kelanjutan atau jawaban dari apa yang
penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Bertolak dari
definisi tersebut dan permasalahan diatas maka, penelitian ini mempunyai tujuan
untuk beberapa hal yang berkaitan dengan analisis efektifitas dinasti politik yang
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
F. Studi Pustaka
Dari hasil pengetahuan penulis, ada beberapa kajian pustaka yang terkait
diantaranya sebuah buku yang berjudul Mukaddimah Ibnu Khaldun oleh Ibnu
Khaldun. Buku kedua yaitu Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga
Indonesia Kontemporer ,oleh Muhammad Ikbal dan Amin Husain Nasution. Buku
ketiga yakni Ibnu Khaldun: Tentang Masyarakat dan Negara oleh Osman Baliby.
Khaldun Dari Tunis 1332-1406 oleh Charles Issawi, skripsi yang berjudul
Pemikiran Etika Politik Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Khaldun oleh Asep
Yogyakarta).
12
Perbedaan tulisan ini dengan sumber karya sebelumnya yakni dari segi
penulis gunakan.
G. Metode Penelitian
menunjukkan bahwa praktik dinasti politik atau politik kekerabatan di era Ratu
pertumbuhan), bukan saja pada ranah kekuasaaan eksekutif dan legislatif, seperti
observasi.
dokumentasi.
H. Sistematika Penulisan
mengenai hal yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu
pengertian dan unsur-unsur dinasti politik menurut teori politik „Ashabiyyah Ibnu
Khaldun .
KHALDUN. Bab ini membahas cikal bakal terjadinya dinasti politik di Banten
dan latar belakang dinasti politik persfektif teori „ashabiyyah Ibnu Khaldun.
Abu Zaid Abdul-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun Wali al-Din al-
1332 M). Ia di didik oleh keluarga yang terkemuka dalam bidang ilmu
pengetahuan maupun politik. Para kakeknya Banu Khaldun yang tertua yaitu
Afrika Utara merupakan tanah air Ibnu Khaldun, pada abad ke-14 telah
Kekuasaan muslim Arab telah jatuh sehingga banyak Negara bagian melepaskan
diri dari pemerintah pusat. Pertentangan, intrik, perpecahan dan kericuhan meluas
1
Fuad Ali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam (Jakarta: Pustaka
Firdaus. 1989), h. 9.
14
15
agama, bahasa, puisi, logika, dan filsafat. Pendidikan yang diperoleh dari gurunya
yang satu ke yang lain, dan Ibnu Khaldun mulai merasa lelah dalam petualangan
politiknya. Ketika Abu Hamu memintanya agar mencari dukungan dari para suku
dengan meminta bantuan kepada Banu Arif. Itulah masa dia menulis buku
Fuad Ali dan Ali Wardi mengutip ungkapan Ibnu Khaldun dalam bukunya
sebagai berikut:
luas dan menyenangkan yang telah dibangun oleh Abu Bakar Bin Arif.
Selama saya tinggal bersama di rumah tersebut, saya sama sekali
melupakan kerajaan Maghrib dan Tilimisan dan tidak memikirkan hal lain
kecuali pekerjaan yang sedang saya tekuni2.
pengalamannya yang kaya dan pemikiran yang realistis. Karya tersebut sepertinya
menjadi sebuah pedoman politik yang sangat penting sampai sekarang, dimana
untuk mencapai tujuan suatu golongan. Buku tersebut merupakan karya yang
dapat di lihat dari perspektif yang berbeda melalui pengarang sendiri, yaitu dari
mengikat. Secara fungsional „ashabiyah menunjuk pada ikatan budaya yang dapat
digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Selain itu, „Ashabiyah juga
juga bisa dipahami sebagai solidaritas sosial, dengan tekanan pada kesadaran,
barengi solidaritas sosial, maka keberlangsungan dan eksistensi suatu Negara itu
2
Fuad Ali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam (Jakarta: Pustaka
Firdaus. 1989), h. 9.
17
akan sulit terwujud, dan sebaliknya Negara tersebut berada dalam dampak
isi politik dan Negara. „Ashabiyah adalah kunci awal lahir dan terbentuknya
sebuah Negara. Jika unsur „ashabiyah suatu Negara sudah aktif, maka Negara itu
berada dalam ancaman keruntuhan. Oleh karena itu „ashabiyah ini tidak bisa
disangkal keberadaannya, dan pun teori „ashabiyyah ini menjadi inspirasi bagi
3
Taufiq Hidayatillah, “Ibnu Khaldun, Konsep Ashabiyah Dan Teori Siklus
Pemerintahan”, artikel diakses pada 19 Oktober 2017 dari
https://archivehidayatillah.wordpress.com/2012/01/28/ibnu-khaldun-konsep-ashabiyah-dan-teori-
siklus-pemerintahan/
18
karena faktor-faktor pertalian darah atau pertalian kaum dan rasa cinta seseorang
terhadap nasab dan golongannya. Hal ini akan menimbulkan perasaan senasib dan
.5َحاَ ِم
َ َوََأَ َه ِلََالََر
membuta yang tidak dibangun pada aspek. Pengertian yang kedua inilah
4
Fuad Ali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam ( Jakarta: Pustaka
Firdaus. 1989), h. 9.
5
,) صا حب المكتبة أ لتجا ر ية لشا ر ع محمد علي بمصر, (مطبعة مصطفي محمد, مقدمة,إ بن خلد و نو
.٨٢١ .ص
19
Khaldun sangat dominan. „Ashabiyahlah yang telah menjadi motor dari kekuasaan
karena itu dapat dikatakan yang menjadi penggerak utama dari sejarah manusia
menumbuhkan rasa aman, dan tentram bersama. Dengan kata lain bahwa tujuan
bernegara Ibnu Khaldun melihat terdapat dua kekuatan dominan yang membentuk
nasib sebuah Negara. Keuatan pertama adalah kekuatan primitif dan utama yang
masyarakat, sebuah Negara, maupun kerajaan, dan kelompok yang lebih luas.
bahwa, sebuah Negara atau kelompok sosial yang unsur „ashabiyah atau
6
Taufiq Hidayatillah, “Ibnu Khaldun, Konsep Ashabiyah Dan Teori Siklus
Pemerintahan”, artikel diakses pada 19 Oktober 2017 dari
https://archivehidayatillah.wordpress.com/2012/01/28/ibnu-khaldun-konsep-ashabiyah-dan-teori-
siklus-pemerintahan/
20
mempunyai ikatan pertalian darah atau pertalian lain yang mempunyai arti
yang sama
pada kebanyakan umat manusia, yang membuat mereka memiliki rasa satu
sama lain baik pada tiap penderitaan yang menimpa kaummya maupun
menimpa kaumnya, semua itu merupakan kodrat yang telah tertanam pada
diri suatu kaum. Apabila tingkat kekeluargaan antara kedua orang yang
bantu-membantu itu dekat sekali, maka jelaslah bahwa ikatan darah sesuai
Apabila tingkat kekeluargaan itu jauh, maka ikatan darah itu semakin
Meski demikian, setiap orang hanya ingin membantu orang lain karena
b. Kerajaan dan dinasti hanya bisa ditegakkan atas bantuan dan solidaritas
yang banyak
lahir dan batin. Karena itu kekuasaan menjadi sasaran perebutan dan
kerajaan, yang semua itu tidak bisa terjadi kalau tidak dengan solidaritas
ditaklukkan; dan penduduk yang berada ditempat yang jauh dan telah
memberikan dukungan kekuatan, boleh jadi tetap tunduk dan patuh kepada
7
Charles Issawi, Filsafat Islam Tentang Sejarah: Pilihan Dari Karangan Muqaddimah
Ibn Khaldun Dari Tunis 1332-1406 (Jakarta: Tintamas 1976), h. 141.
22
ikut serta dengan penduduk yang berada diluar kerajaannya, lalu para
dan kokoh. Mereka mengharap agar dapat memperkuat diri pada (hak-hak)
sebagai suatu ketaatan atas bentuk superioritas material yang kokoh pada
mereka terhadap agama, bahwa mereka harus tunduk kepada dia dan
pelosok Negara itu. Negara yang mempunyai banyak suku dan orang-
8
Ibnu Khaldun, Muqaddimah. Penerjemah Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus.
1986), h. 191.
23
orang yang mempunyai semangat dan solidaritas, maka Negara itu akan
lebih kuat dan lebih banyak punya kerajaan dan daerah kekuasaan yang
tertentu, sebab ciri bawaan itu merupakan hasil alami dari situasi khas
Menurut Ibnu Khaldun kondisi dinasti biasanya tidak lebih dari lima
tahap: Pertama ialah tahap suksesi, penggulingan seluruh oposisi, dan penguasaan
kedaulatan dari dinasti sebelumnya. Pada tahap ini yang memimpin Negara
9
Charles Issawi, Filsafat Islam tentang Sejarah: Pilihan Dari Karangan Muqaddimah Ibn
Khaldun Dari Tunis 1332-1406 (Jakarta: Tintamas. 1976), h. 147-148.
10
Ibnu Khaldun, “Muqaddimah” Penerjemah Ahmadie Thoha (Pustaka Firdaus, Jakarta:
1986), h. 214.
24
bawahan, bahkan mengacuhkan mereka agar tidak turut campur dan ambil bagian
dalam urusan pemerintahan. Pada tahap ini, orang yang menjadi pemimpin
pintu bagi mereka yang ingin turut campur dalam urusannya. Akibatnya, seluruh
Segala perhatian raja tercurah pada usaha mengumpulkan pajak, mengatur uang
dia mengabulkan permohonan yang diajukan oleh para pengikutnya, baik berupa
uang maupun kedudukan. Sebab biasanya pada tahap ini mereka dapat bebas
segala sesuatu bagi calon penggantinya jika kelak pergantian kekuasaan sudah di
depan mata.
Keempat adalah tahap kepuasan hati, tentram, damai, dan sejahtera. Pada
tahap ini sang raja merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun oleh
kebiasaan itu diikuti persis seperti adanya, dan dengan sangat berhati-hati ia
berpendapat bahwa keluar dari tradisi yang sudah berlaku berarti suatu
malapetaka bagi dirinya sendiri, dan bahkan mereka lebih tahu tentang apa yang
Kelima adalah tahap boros dan hidup berlebihan. Pada tahap ini pemegang
orang sipil. Dia juga mengambil bawahannya yang tidak memiliki pengalaman
memikul beban seberat itu, dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Sang
raja merusak orang-orang besar yang dicintai rakyat dan para pendukung
pendahulunya11.
11
Ibnu Khaldun, “Muqaddimah” Penerjemah Ahmadie Thoha (Pustaka Firdaus,Jakarta,
1986), h. 214.
26
peranannya, karena ketika seorang ingin menyatukan usaha untuk tujuan yang
sama maka dibutuhkan banyak paksaan dan masa yang banyak, maka solidaritas
tetapi apabila solidaritas telah terbentuk lewat kedudukan raja yang telah berdiri
sebelumnya dan diwarisi oleh satu keturunan demi satu keturunan atau oleh satu
dinasti demi satu dinasti, maka orang akan lupa keadaan yang asal, mereka yang
dari kuatnya solidaritas sosial yang ada. Dinasti politik keluarga Gubernur Banten
Ratu Atut Chosiyah memang sudah terbentuk sejak lama. Bahkan keluarga Ratu
Atut sudah membangun dinasti politiknya sejak orde baru. Jika ayah dari Ratu
Atut yakni Tubagus Chasan Sochib memang telah membangun jaringannya sejak
tahun 1960. Pada tahun 1960 Chasan Sochib merangkul seluruh jawara yang ada
di Banten dan para jawara Banten ini lantas berkumpul dan diakomodasi oleh
12
Munawwir Syadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (UI-
Press: Jakarta, 1993), h. 105.
27
keluarga Atut. Setelah dijaga dan dirangkul para jawara-jawara di Banten tersebut
saat ini. Bahkan dengan jaringan organisasi itu keluarga Atut mendapat intensif
politik lewat jaringan tersebut. Jawara itu muncul dan jadi organisasi kemudian
dirangkul oleh almarhum ayahnya Atut. Untuk itu, jika banyak para jawara yang
dimiliki oleh keluarga Atut sebagai pemimpin hal ini menjadi sebuah hal yang
wajar. Sebab, jaringan politik yang sudah dibangun oleh keluarga Atut tersebut
kekerabatan dalam politik di Banten, Ratu Tatu Chasanah menyebut hal itu telah
„konflik kepentingan‟ adalah sang calon berhubungan darah hingga ipar dan
menantu dengan pemimpin daerah, misalnya Bupati atau Gubernur. Jika memang
keluarga Ratu Atut terlihat mendominasi, itu akibat dari demokrasi. Karena semua
13
Jerome Wirawan, “Keluarga Ratu Atut Berjaya di Banten”. 2015, Artikel di akses pada
17 Januari 2017 dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151210_indonesia
28
dan latar belakang dinasti politik yang terjadi di Banten. Dengan berakhirnya
orde lama dan terbentuknya otonomi daerah, yang membuat tiap daerah baik
tersebut.
BAB III
cara-cara yang demokratis. Salah satu cara yang umum dipakai dalam pemilihan
pengurus adalah melalui sistem formatur, yaitu memilih satu atau sejumlah orang
melalui rapat umum anggota. Formatur atau tim formatur ini selanjutnya memilih
untuk masa tertentu seperti ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
1
Rifyal Ka‟bah, Politik dan Hukum Dalam Al Qur’an. (Jakarta: Khairul Bayan. 2005), h.
53.
29
30
demokrasi yang penting di tingkat daerah dan menjadi agenda Nasional yang
sangat penting seiring dengan semangat otonomi daerah yang mulai bergulir sejak
Walikota yang berkualitas merupakan keinginan dan harapan kita semua, terutama
penyelenggara pemilu, baik KPU maupun Bawaslu dan seluruh jajaran masing-
masing.
2
Bungaran Antonius Simanjuntak, Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia: Merangkai
Sejarah Politik Pemerintahan Indonesia (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013), h. 5.
31
Tahun 2011.
yang mengatur tentang pemilihan kepala daerah. Dari semua aturan yang telah
pemilihannya. Periode dan sistem pemilihan tersebut dapat kita bedakan atas tiga,
Kabupaten/Kota.
Provinsi Kabupaten/Kota.
3
Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari: Pilkada: Penuh Euforia, Miskin Makna (Jakarta:
Bestari. 2015), h. 27.
32
Negara? Dalam hal ini pemilihan kepala daerah atau pun adanya unsur
wakil kepala daerah dipilh oleh DPRD. Para pembentuk undang-undang meyakini
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 daripada dipilih
oleh DPRD4.
Pada tahun 2014, di DPR kembali terjadi tarik ulur yang sangat kuat
nuansa politiknya tentang pemilihan kepala daerah secara langsung atau sistem
pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Tarik menarik ini terjadi antara 2 (dua)
kubu besar yang menguasai Dewan yakni antara kubu koalisi Indonesia Hebat
(KIH) dengan kubu Koalisi Merah Putih (KMP). KIH mendukung pemilihan
melalui DPRD. Melalui sidang Paripurna DPR tanggal 26 september 2014 (dini
4
Dodi Achmad, Demokrasi Lokal: Evaluasi Pemilukada di Indonesia (Jakarta: Konstitusi
Press. 2012), h. 7.
33
gejolak dan mendapatkan penolakan hebat oleh banyak pihak, baik dari Presiden,
Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Nomor 8 Tahun 2015 tentang perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 2015
Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-
daerah5.
tentang Pemilukada langsung atau tidak sudah terjadi sejak 2005 lalu, pasca
5
Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari.: PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.
(Jakarta: Bestari. 2015), h. 148.
34
hukum tata negara sesungguhnya sesuatu yang lazim dilakukan sejak orde baru
hingga kini. Akan tetapi, menjadi tidak lazim lahirnya PP khusus guna mengatur
soal Pilkada, karena dengan PP ini ada kesan yang cukup kuat bahwa
2004 dan Pilpres 2004 yang lalu, baik dalam hal struktur, infrastruktur, maupun
cara dan perlengkapan logistiknya, maupun asasnya yang langsung, umum, bebas
dan rahasia (luber). Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa Pilkada ini seolah-
atas PP ini yakni; Pertama, hendak menempatkan Pilkada bukan bagian dari
federal, karena memiliki dua sistem pemilu, yakni (1) pemilu bersifat nasional
yang diselenggarakan KPU dan jajarannya hingga ke daerah, dan (2) Pilkada yang
6
Agust Riewanto, Ensiklopedi Pemilu: Analisis Kritis Intropeksi Pemilu 2004 Menuju
Agenda Pemilu 2009 (Wonogiri: Lembaga Studi Agama dan Budaya. 2007), h. 185.
35
Padahal jika kita konsisten dengan bangunan Negara kesatuan, mestinya hanya
memiliki satu sistem pemilu, yakni Pemilu bersifat Nasional. Motif politik yang
mungkin sampai pada derajat tidak percaya pada institusi KPU, karena realitanya,
dalam UU No. 32/2004 dan PP ini, peran KPU dalam mengatur KPUD
2015, salah satu diantaranya adalah adanya persyaratan untuk calon kepala daerah
(Calon Gubernur, dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil
Bupati, serta Calon Walikota dan Wakil Walikota) tidak mempunyai ikatan
keluarga dengan incumbent seperti yang disampaikan dalam pasal 7 huruf (r)
Jika diamati secara seksama, maka pasal ini merupakan upaya untuk
mencegah timbulnya dinasti-dinasti politik di daerah. Pada saat ini dinasti politik
karena tidak ada aturan yang mengatur dan membatasinya. Peraturan perundang-
undangan yang ada tidak mengatur hubungan kekeluargaan pasangan calon kepala
aturan yang ada lebih menitik beratkan pengaturan sistem pemilihan, persyaratan,
7
Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari.: PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.
(Jakarta: Bestari. 2015), h. 149.
36
Berbicara tentang dinasti politik, apa yang dimaksud dengan dinasti politik
itu? Dinasti politik adalah kekuasaan yang diperoleh karena adanya hubungan
kekeluargaan. Sedangkan makna dinasti politik dalam bahasan ini terkait dengan
kekuasaan pemerintahan yang ada di daerah. Oleh karena itu dinasti politik dapat
melalui DPRD ataupun pemilihan langsung dengan dukungan dari kepala daerah
yang sangat kuat ini mampu mempengaruhi dan meyakinkan masyarakat pemilih
bahwa calon yang mereka usung adalah calon yang terbaik, sehingga
mengandalkan darah dan keturunan dari hanya bebarapa orang. Oleh karena itu di
dalam dinasti tidak ada politik karena peran publik sama sekali tidak
dalam demokrasi, rakyatlah yang memilih para pemimpinnya. Jadi, politik dinasti
8
Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari: PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.
(Jakarta: Bestari. 2015), h. 149.
37
Pertama, politik dinasti muncul dalam dimensi yang halus, berupa gejala
dinasti politik yang mendorong sanak keluarga elite-elite lama untuk terus
pendahulu mereka. Pada gejala ini, penyesuaian terhadap etik demokrasi modern
pendidikan & rekrutmen politik yang sedemikian dini. Jadi saat mereka muncul,
terkadang gelar pendidikan mereka dapat dibeli dengan nama keluarga mereka.
Cara ini tentu masih ada di negara kita, bahkan masih dipraktikkan dalam negara-
Kedua, politik dinasti dapat tampil dalam bentuk yang lain, lebih vulgar &
identik dengan otoriterianisme. Ia muncul dari suatu sistem politik modern yang
sudah ada sebelumnya dan yang sudah dibekukan & dikondisikan sedemikian
rupa sehingga rakyat melalui wakilnya hanya bisa memilih anak/istri dari keluarga
yang sedang berkuasa. Dengan demikian, yang sebenarnya terjadi adalah politik
dinasti yang dipilih bukan secara sukarela oleh rakyat, tetapi secara represif9.
Hidupnya ruh dinasti politik bukanlah hanya sebatas isu atau isapan
9
Ivan Fauzan, “Buku Ajar III Bangsa, Budaya, dan Lingkungan Hidup di Indonesia”
(Jakarta: Balai Penerbit, tanpa tahun), h. 2. artikel diakses pada 17 Desember 2017 dari
https://id.scribd.com/mobile/doc/105224306/Definisi-Politik-Dinasti.
38
bahwa cukup banyak istri kepala daerah yang ikut bertarung menjadi pasangan
calon pada pemilihan kepala daerah. Sebut saja Aida Zulaikha Ismet Abdullah
yang mencalonkan diri menjadi Gubernur kepulauan Riau pada tahun 2010.
Tetapi akhirnya kalah dari pasangan Muhammad Sani dan Suryo Respationo.
Kemudian ada juga Walikota Probolinggo Rukmini. Rukmini merupakan istri dari
daerah. Dinasti politik dibangun kokoh oleh satu keluarga di wilayah tertentu,
seakan tak teramati, dan tersentuh oleh pemerintah pusat. Gubernur, Bupati,
sampai pemimpin DPRD dijabat oleh orang-orang yang menjalin kekerabatan bak
struktur politik dan peta politik formal seperti dihasilkan oleh pemilu dan Pilkada.
Dalam konteks Banten faktor pengaruh terpenting adalah kontrol politik yang
10
Christie Stefanie, Anggi Kusumadewi, “Riwayat Tanah Banten di Bawah Kaki Dinasti
Atut” ,artikel di akses pada 20 Januari 2017 dari
http//m.cnnindonesia.com/politik/20150709101059-32-65363/riwayat-tanah-banten-di-bawah-
kaki-dinasti-atut.
39
berada di tangan dinasti Haji Chasan Sochib beserta segenap keluarganya yang
Masalah muncul karena sistem seperti itu amat rawan. Siapa diawasi dan
dipimpin oleh keluarga yang sama, bahkan dinasti yang di bangun merupakan
bersih, kompeten, dan berintegritas lantas membuat aturan baru disusun: calon
atau ikatan perkawinan ke atas, ke bawah, dan ke samping dengan petahana yang
merupakan ayah, ibu, mertua, paman, bibi, kakak, adik, ipar, anak, dan menantu
sang calon kepala daerah, kecuali telah melewati jeda satu kali masa jabatan.
Akan tetapi aturan tersebut dianulir oleh Mahkamah Konstitusi lantaran Pasal 7
J ayat (2) UUD 1945. Aturan tersebut dianulir oleh Mahkamah Konstitusi, karena
11
Syamsuddin Haris, Partai Pemilu dan Parlemen : Era Reformasi (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. 2014), h. 262.
40
menyuburkan dinasti politik merupakan legal karena hal tersebut hak konstitusi
Dinasti politik yang selama ini telah terpelihara di beberapa daerah dapat
kembali diteruskan. Salah satu contoh kuatnya politik dinasti di ujung pulau Jawa,
yakni Provinsi Banten yang berada dibawah „kaki‟ Mantan Gubernur Banten Ratu
Desember 2013 atas dugaan suap kepada Mantan ketua MK Akil Mochtar dalam
Fenomena korupsi dalam politik dinasti yang dilakukan gurita para dinasti
Ada dua hal yang memjadi pemicu utama potensi korupsi yang dilakukan
dinasti politik. Pertama, persoalan utama dari dinasti politik adalah soal
penguasaan sumber daya dan dampaknya dapat melemahkan check and balance
untuk mengakses sumber daya ekonomi. Kedua, pola yang terbangun dalam
dinasti politik saat ini membutuhkan dana besar untuk merawat kekuasaan dan
12
Abraham Utama, 2015. MK Anulir Larangan Dinasti Politik di Pilkada, Artikel diakses
pada 20 Januari 2017 darihttps://www.cnnindonesia.com/politik/20150708143504-32-65195/mk-
anulir-larangan-politik-dinasti-di-pilkada
41
Dari data yang dilansir Indonesia Corupption Watch (ICW), Pada Pilkada
serentak 2017 kali ini ada 12 calon kepala daerah di 11 daerah yang
berasal dari dinasti politik. Beberapa daerah tersebut antara lain, Banten;
Gorontalo; Musi Banyuasin; Barito Kuala; Pringsewu, Lampung; Kota
Batu; Landak, Kalbar; Lampung Barat; Kota Cimahi; Kabupaten Mesuji;
serta Maluku Tengah13.
politik yang dipimpin serta dikendalikan oleh dinasti keluarga almarhum Prof. Dr
(HC). H. Tubagus Chasan Sochib. Seperti diketahui, Chasan Sochib adalah ayah
kandung dari Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang terpilih dalam Pilkada
Banten pada 2007 silam dan kemudian terpilih kembali dalam Pilkada Banten
pada akhir 2011 berpasangan dengan Rano Karno. Sebelum menjadi Gubernur,
puteri Haji Chasan ini menjadi wakil Gubernur mendampingi Joko Munandar,
sesepuh, dan jawara yang merintis bisnisnya dari pedalaman Banten pada 1960-
an. Semua bermula ketika alm. Chasan menyuplai logistik bagi Komando Daerah
13
Achmad Maulani, “Dinasti Politik dan Banalitas Korupsi” (Kompas: 8 Februari 2017),
h. 7.
42
Kodam VI Siliwangi serta pemerintah Jawa Barat. Berkat jasa dan usahanya
dalam membantu logistik Chasan menjadi orang yang berpengaruh di Banten dan
dan industry (KADIN) di Banten serta sejumlah organisasi bisnis lainnya dia
kuasai secara bertahap dan sistematis dibantu dengan orang-orang terdekat dan
secara kekeluargaan14.
Atut, aktif berpolitik. Atut menjadi Wakil Gubernur Banten pertama, Oktober
2000. Lima tahun kemudian Oktober 2005 Atut menggantikan Gubernur Bantun
Atut resmi menjadi Gubernur Banten pada 2007 silam setelah memenangi
Pilkada. Setelah menjadi orang nomor satu di Banten, Atut pun memiliki cukup
ruang yang luas untuk memasukkan keluarganya ke dalam ranah politik, persis
seperti yang dilakukan sang ayah. Dinasti politik di “Kerajaan Banten” tidak
hanya sebatas perebutan kepala daerah di satu wilayah saja tetapi telah
Ratu Atut sebagai Gubernur Banten. Kemudian juga ada Heryani (ibu tiri) Wakil
14
Christie Stefanie, Anggi Kusumadewi. “Riwayat Tanah Banten di Bawah Kaki Dinasti
Atut”, artikel diakses pada 20 Januari 2017 dari,
http//m.cnnindonesia.com/politik/20150709101059-32-65363/riwayat-tanah-banten-di-bawah-
kaki-dinasti-atut.
43
Bupati Pandeglang, Ratu Tatu Chasanah (adik kandung) Wakil Bupati Serang,
Tubagus Chaerul Jaman (adik tiri) Walikota Serang, adik ipar Atut Airin Rachmi
anggota DPR, anggota DPD dan DPRD. Begitu besarnya kekuasaan yang mereka
Jika kita cermati seksama, aturan yang membatasi tentang ikatan keluarga
dalam pilkada ini ternyata tidak akan banyak berpengaruh terhadap dinasti politik
kepala daerah yang terbaru hanya mengatur tentang jabatan kepala daerah untuk
daerah yang sama saja. Misalnya calon Bupati Kabupaten Serang dengan Bupati
Serang yang menjabat sebelumnya. Aturan baru ini tidak mengatur tentang kepala
diperoleh keluarga besar Ratu Atut bukan kekuasaan pemerintahan pada wilayah
yang sama, tetapi kekuasaannya pada wilayah yang berbeda. Sebagai contoh
Gubernur Atut punya ikatan saudara dengan Walikota Tangsel, Walikota Serang,
dan seterusnya. Tidak ada larangan bagi keluarga Atut untuk menjadi calon kepala
dengan Gubernur Banten Ratu Atut. Tetapi aturan hanya membatasi kesempatan
keluarga besar Ratu Atut untuk maju dalam pemilihan Gubernur Banten. Para
keluarga Atut yang merupakan Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota,
15
Rahmat Hollyson MZ & Sri Sundari PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.
(Jakarta: Bestari. 2015), h. 151.
44
Anggota Legislatif dari keluarga Ratu Atut hanya akan terganjal oleh aturan
yaitu ayah, ibu, mertua, paman, bibi, kaka, adik, ipar, anak, menantu kecuali telah
melewati jeda 1 (satu) kali masa jabatan. Aturan baru ini telah menutup
politik Banten bukan hanya setelah daerah ini menjadi provinsi sendiri yang
terpisah dari Jawa Barat, melainkan juga berlangsung sejak era sistem otoriter
Orde Baru. Kendali politik Haji Chasan atas Banten justru merupakan produk dan
warisan Orde Baru yang cenderung memanfaatkan tokoh dan penguasa lokal
seperti ulama dan tokoh adat untuk memenangkan Golkar dalam pemilu serta
Meskipun partai Golkar kalah dari partai Demokrat pada pemilu 2009 di
Banten, tidak berarti kontrol Haji Hasan atas politik Banten berkurang.
16
Syamsuddin Haris, Partai Pemilu dan Parlemen: Era Reformasi (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. 2014), h. 255-256.
45
politik formal yang dipimpin oleh Ratu Atut, pengaruh dan cengkraman dinasti
Haji Chasan atas politik dan ekonomi Banten justru semakin meluas dan berkibar.
proyek-proyek yang dibiayai oleh APBN dan APBD Banten, masih berada dalam
Chaeri Wardhana alias Wawan (adik Atut), Hikmat Tomet (suami Atut), Tatu
Chasanah (adik Atut), Andhika Hazrumy (anak Atut), Ade Rossi Khaerunnisa
(isteri Andhika), Chaerul Jaman (adik tiri Atut), Lilis Karyawati (adik Atut), Airin
Rachmi Diani (menantu Haji Chasan, isteri Caeri Wardhana), Muhadi, Ratna
bisnis dan ekonomi (melalui Kadin, Gapensi, Gapeksindo, dll), serta politik
(kepala daerah, anggota DPR, DPRD, dan DPD), melainkan juga menguasai
Tidak mengherankan jika berbagai kasus dugaan korupsi yang melibatkan dinasti
Haji Chasan hampir selalu tidak ada tindak lanjutnya di lembaga peradilan.
Sebagai orang kuat local, jaringan kekuasaan Haji Chasan ditenggarai dapat
2009 di Banten tidak banyak artinya. Meskipun Pemilu untuk memilih anggota
DPRD Banten dimenangkan oleh partai Demokrat, realitas politik tersebut sama
sekali tidak mengubah peta politik informal yang dikuasai oleh dinasti Haji
Chasan. Lebih jauh dari itu, partai-partai politik yang duduk di DPRD Banten
akhirnya hanya sekedar menjadi “boneka politik” dari keluarga Ratu Atut serta
berkelompok, saling percaya diri, dan tidak mampu hidup sendiri tanpa
membutuhkan bantuan orang lain (zoon politicon. Begitu dari sifat alamiah itu
juga dibarengi adanya tujuan yang sama dari masing-masing manusia, maka
yang berkompeten memiliki kekuasaan, dan hal sebaliknya pun bisa terjadi,
dimana orang yang berkompeten menjadi tidak terpakai karena alasan bukan dari
tugas.
47
48
Fenomena dinasti politik yang terjadi di Negeri ini memang sudah lama
menjadi kasus yang tabu dan seringkali di perdebatkan. Alasannya adalah dinasti
politik bukanlah sistem yang tepat untuk diterapkan di Negara kita Indonesia,
berdampak pada masyarakat yang memiliki hak demokrasi dalam memilih dan di
pilih, kemudian hak nya tersebut dibatasi oleh sistem monarki tersebut.
maraknya praktek ini di berbagai Pilkada dan pemilu Legislatif, maka proses
rekrutmen dan kaderisasi di partai politik tidak berjalan atau terbatasi. Jika para
kian marak juga praktek-praktek yang bisa merugikan Negeri ini, seperti
jika digunakan untuk perbuatan yang dzalim. Penggunaan kata „ashabiyah atau
dalam hal ini politik kekerabatan identik dengan orang yang menolong kaumnya,
ٍَ
َ ٍَالَأٌَََتَ َؼ
َ ٍََبََُتَََٔاَثَهَتََبٍَََألََسَقَغََأََ َٓاَسًََؼَتََأَبَا َْاٌََقََٕلََقَهَتٌَََاَرَسَََٕ َلَﷲَ َياَاَنَ َؼصََبٍَتََق
َ َػ
َ]َ[َرٔاَِابَٕدأد.َىَانظهَى
َ َقََٕيَكََػَه
1
Al Fadhil, “Menyapu Debu-Debu „Ashabiyah”, artikel diakses pada 20 Oktober 2017
dari https://www.google.cp.id/amp/s/alfadhil.wordpress.com
49
Dari putri Watsilah bin al-Asqa‟, ia mendengar ayahnya berkata: aku berkata,
Dalam hadits lain, terdapat larangan yang tegas bagi orang-orang yang
َ]َ[رٔاَِيسهى.َاَْهٍََت
َ َصَبٍَتََفَقَتَهَتََج
َ َأٌَََََُٔصَرََػ
[HR. Muslim]
berperang membela jamaah (kelompok) yang dihimpun dengan dasar yang tidak
jelas (majhûl), yang tidak diketahui apakah haq atau batil. Karena faktor tersebut
tinnggi kalimat Allah. Dengan demikian, jelas bahwa makna „ashabiyah disini
bersifat spesifik, yaitu ajakan untuk membela orang atau kelompok, tanpa melihat
apakah orang atau kelompok tersebut benar atau salah; juga bukan untuk membela
50
Islam, atau menjunjung tinggi kalimat Allah, melainkan karena amarah dan hawa
nafsu2.
Kemudian apakah ada korelasi terkait teori Ibnu Khaldun mengenai dinasti
politik yang terjadi di beberapa daerah khususnya di Banten. Dalam hal ini Ibnu
Khaldun berpendapat bahwa suatu dinasti dapat terbentuk melalui ikatan darah.
Pertalian darah merupakan suatu ikatan yang dapat menimbulkan cinta atau
suatu kaum agar ikatan tersebut tidak sampai dicela bahkan dapat bertahan dari
bencana yang dapat menimpa kaum tersebut. Jika hal-hal yang demikian tersebut
telah muncul dalam suatu kaum, maka akan timbul rasa solidaritas „ashabiyyah.
Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang telah terjadi di Banten dengan teori
„ashabiyyah Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa solidaritas itu memiliki ikatan
suku dapat dilihat dari faktor psikologis masyarakat tidak dapat dibentuk Negara
tanpa dukungan perasaan persatuan dan solidaritas yang kuat. Kedua, proses
pembentukan Negara itu harus melalui perjuangan yang keras dan berat. Bila
imamah tidak mampu menundukkan lawan sendiri, maka akan kalah dan Negara
tersebut hancur dengan sendirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan kekuatan yang
2
Al Fadhil, “Menyapu Debu-Debu „Ashabiyah”, artikel diakses pada 20 Oktober 2017
dari https://www.google.cp.id/amp/s/alfadhil.wordpress.com
51
Dengan demikian, solodaritas yang kuat ini memberikan efek yang dapat
persatuan rakyat yang dibentuk melalui peran agama itu tidak bisa ditandingi oleh
semangat persatuan yang dibentuk oleh faktor lainnya. Hal tersebut didukung oleh
visi agama dalam meredakan pertentangan dan perbedaan visi rakyat, sehingga
Lebih lanjut dalam teori nya Ibnu Khaldun juga berpendapat bahwa
dan keadaan yang berbeda. Setiap kerajaan memiliki gaya hidup tertentu dalam
Ketiga, fase stabilitas dan ketenangan karena manfaat dari kekuasaan atau
Keempat, fase kepuasan dan mudah menyerah atau pasrah. Dalam fase ini,
rezim yang berkuasa sudah merasa puas dengan pembangunan yang dicapai
generasi pendahulu mereka dalam kehidupan damai dengan para penguasa yang
bersahabat dengannya maupun yang masih bermusuhan. Hal ini dilakukan dengan
oleh para pendahulu mereka, membenamkan diri mereka dalam pemuasan nafsu
menjalankannya. Mereka juga tidak mengetahui apa yang harus dan yang tidak
boleh dikerjakan. Rezim ini juga berupaya menyingkirkan para pemimpin dan
53
politisi yang tidak mendukung maupun senang terhadap bangsanya dan orang-
Dalam konteks provinsi Banten arah, proses, dan alur dinamika politik
yang dipimpin serta dikendalikan oleh dinasti dan dibangun oleh Tubagus Chasan
Sochib yang mengontrol beberapa sektor baik dari ekonomi, politik, dan sosial
yang telah dibangun sejak tahun 1960. Seperti diketahui Chasan Sochib
merupakan ayah kandung dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang
terpilih pada pemilihan Gubernur Banten 2007 silam kemudian terpilih lagi pada
Jika ditelaah lewat kelima fase tersebut, arah dan proses dinasti politik di
Banten hingga sekarang masih sama seperti di era Ratu Atut, walaupun
mengalami masalah internal sejak Ratu Atut dijadikan tersangka kasus korupsi
yang menjeratnya. Jika dilihat latar belakang era kepemimpinan dinasti Ratu Atut
sejak tahun 2002 silam, tahun tersebut merupakan awal dari dimulainya proyek
dinasti politik yang di bangun oleh Ratu Atut. Di 2002 silam Ratu Atut di usung
oleh partai Golkar mewakili Joko Munandar sebagai wakil Gubernur Banten.
pebisnis di Banten pada tahun 1960 dan mendapatkan proyek besar sejak tahun
pembentukan provinsi Banten, Chasan Sochib segera berbalik dan berperan aktif
ke ranah politik dan bergabung dengan partai Golkar, selain politik, beliau juga
sebagai client Capitalism yang sangat bergantung pada koneksi pejabat sipil dan
militer, tetapi tidak aktif dalam merancang siapa yang berkuasa atas politik Jawa
Barat, Chasan Sochib bertindak aktif dalam menentukan siapa yang pantas
dominasi oleh kaum pria. Sudah sangat banyak perempuan yang memimpin suatu
mantan wakil Gubernur dan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Dra. Hj.
Rustriningsih, M.Si (wakil Gubernur Jawa Tengah), Hj. Rina Iriani Sri
Ratnaningsih (mantan Bupati Karang Anyar), Hj. Airin Rachmi Diani (Walikota
aktif Tangerang selatan), Hj. Ratu Tatu Chasanah, SE, M.Si (wakil Bupati
Serang), Hj. Heryani (wakil Bupati Pandeglang) dan masih banyak lagi. Bermula
55
dari upaya memajukan Ratu Atut sebagai calon wakil Gubernur dan sukses
aktif terlibat di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hasilnya sangat
Sudah menjadi rahasia umum jika keluarga mantan Gubernur Banten Ratu
dan yang terbaru anak kandung Ratu Atut yakni Andhika Hazrumy yang
Chasan Sochib yang di jalankan oleh Ratu Atut maka kekayaan dalam hal ini
merupakan hal yang perlu di paparkan, pasalnya selain kekayaan yang diperoleh
dari bisnis dalam politik keluarga Chasan Sochib juga mendapatkan durian
runtuh. Kekayaan Ratu Atut mencapai Rp 41,9 miliar, itu hanya jumlah yang ia
patut digaris bawahi, laporan itu berdasarkan yang ia berikan pada 2006 silam.
Artinya selama 7 tahun pejabat yang menguasai Provinsi Banten itu tidak
4
Rio Muhammad, 2013. Chasan Sochib: The Banten‟s God father. Artikel di akses pada
21januari2107darihttp://m.voaislam.com/news/intelligent/2013/10/07/27094/menguak/godfatherny
a-banten-dari-haji-chasan-sochib-hingga-ratu-atut/
56
KPK juga punya catatan harta suami Ratu Atut, alm. Hikmat Tomet.
Anggota DPR itu memiliki harta yang lebih sedikit dari istrinya. Pada LHKPN
2009, Hikmat mempunyai harta Rp 33,856 miliar. Kepada KPK dia melaporkan
juga harta berupa tanah dan bangunan di 43 lokasi. Sementara itu anak Atut yang
5
Zulfikar Akbar. 2013. “Fakta-Fakta Seputar Kekayaan Dinasti Atut”. Artikel di akses
pada 13 Februari 2017 dari kompasiana.com/soefi/fakta-fakta-seputar-kekayaan-dinasti-atut
57
juga anggota DPD, Andhika Hazrumy pun memiliki koleksi tanah sekitar Rp 19,6
miliar. Selain itu KPK juga mencatat harta milik anggota dinasti lain, yakni
Heryani. Ibu tiri Ratu Atut ini memiliki kekayaan harta sebesar Rp 26,512 miliar
rumahnya terdapat tak kurang dari 11 mobil mewah berada di garasi suami
milik Tubagus terdapat jenis Rolls-Royce yang bisa mencapai harga hingga Rp.
17 miliar. Selain itu ia juga memiliki Nissan GT-R R35, Ferarri 458 Italia, Ferarri
masing memiliki harga di angka miliaran, sedangkan yang berharga ratusan juta
hanyalah Land Cruiser Prado, Toyota Camry, dan Kijang Innova, kemudian
terdapat Harley Davidson dengan kisaran harga Rp 350 juta. Akan tetapi semua
harta kekayaan dinasti Atut itu karena warisan, jauh sebelum ia menjadi Gubernur
Banten, terlebih karena sebelumnya juga karena Ratu Atut merupakan seorang
pengusaha.
LHKPN pada tanggal 24 Agustus 2010 adalah Rp. 103.944.292.628 bahkan bisa
6
lihat di https://kabarnet.in/2013/10/14/inilah-harta-karun-dan-dinasti-ratu-atut-chosiyah
58
Walikota Tangsel7.
Atut di Banten dan nama-nama ini belum termasuk yang berada di DPD, DPRD,
Jadi, kira-kira jumlah kekayaan keluarga besar Ratu Atut diperoleh dari
hasil bisnis dan tentunya dari gaji dan pendapatan dari sejumlah jabatan yang di
sangat sulit memperkirakan jumlah kekayaan dari bisnis mereka. Perkiraan uang
seperempat triliyun itu hanya dilaporkan secara resmi ke KPK, kira-kira berapa
apa yang sudah terjadi di Banten atau di beberapa daerah yang sudah dikuasai
oleh dinasti Ratu atut berdampak pada lumpuhnya kekuatan kritis dalam politik
kelemahan dalam kekuatan politik lokal masyarakat sipil (civil society). Dari segi
jumlah, sebenarnya sudah cukup banyak surat kabar, tabloid, dan bahkan media
keberadaan sebagian media tersebut turut disokong oleh dinasti Haji Chasan,
7
Agung Supriyanto, “Ini Jumlah Kekayaan Airin Sekarang”. Artikel di akses pada 16
Februari 2017 dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/15/11/25/nydc0u326-ini-
jumlah-kekayaan-airin-rachmi-diany-sekarang.
59
sehingga suara kritis terhadap pemerintah daerah dan DPRD setempat tidak
tersebut.
Di sisi lain, para aktivis CSO yang biasanya bersuara kritis dapat
dikatakan timbul-tenggelam karena mereka harus mencari kiat dan
siasat agar bisa ‟‟selamat‟‟ dari kemungkinan mendapat teror dari
anak buah keluarga ‟‟Rawu‟‟ alias dinasti Haji Chasan Sochib.
Apalagi keluarga sang Gubernur Banten ini memiliki kaki tangan
yang menyebar dalam berbagai kelompok dan organisasi, resmi
maupun tidak resmi, tampak ataupun tidak tampak sama sekali.
Seperti diketahui, dinasti Chasan Sochib juga menguasai organisasi
masyarakat seperti Satkar Ulama, Komando Pendekar, dan
PPSBSBBI (Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten
Indonesia). Untuk mengamankan kepentingan politik bisnisnya,
Haji Chasan Sochib sering mengerahkan massa dari ormas-ormas
seperti ini jika ada pihak-pihak yang menggugat kepentingannya8.
Dari kelima fase tersebut dapat dilihat bahwa suatu kekuasaan memiliki
masa transisi yang cukup signfikan melihat arah proses kepemimpinan tanpa
sehingga dapat dimusuhi dan rakyat akan menarik dukungan terhadap rezim
tersebut. Dinamika kekuatan masyarakat sipil yang lemah, terpecah dan mudah
tehasut akhirnya juga turut berpengaruh pada kinerja dan akuntabilitas DPRD
Banten.Karena relatif tidak ada suara kritis masyarakat maka sikap dan perilaku
8
Syamsuddin Harris “Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi” (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor, Indonesia 2014), h. 263.
60
para wakil rakyat di DPRD pun cenderung lunak dalam merespons kebijakan-
Dinasti politik oleh Atut selama ini secara bertahap cukup terjal walau
banyak hambatan yang harus dilalui, oleh Atut sampai saat ini berhasil
membangun dinasti politiknya. Bisa dilihat dari Ratu Atut “menobatkan” kakak
kandungnya sebagai wakil Bupati Serang yakni Ratu Tatu Chasanah. Kakak tiri
Atut sebagai Walikota Serang; Tb Chaerul Jaman, Adik Ipar Atut, Walikota
Tangerang Selatan; Airin Rachmi Diany, dan anak tirinya menjabat sebagai wakil
Bupati Pandeglang; Hervani, dan yang paling mutakhir ialah terpilihnya anak
mendampingi Wahidin Halim dan masih banyak lagi keluarga besar Atut yang
Fenomena seperti ini bukanlah hal yang baru dan tidak terjadi hanya di
Banten saja, melainkan terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut selalu
dikatakan oleh para kerabat kekuasaan, bahwa politik yang dikuasai lewat ikatan
persaudaraan mereka pada intinya dipilih secara demokratis, dipilih sesuai dengan
arena demokrasi.
61
dalam „ashabiyah memiliki peranan yang sangat mengikat dan saling terhubung
ًََيَاَنقَرََب
َ َٔ ًَذ
َ َػه
َ ٍَََصَهَتَ َٓاَأََنَُؼَرََة
َ َشرََاَ َلَفًََاَلََفَمََََٔي
َ َََٔ َذَاَنَكََاٌََََصَهَتََاَانرََحَىََطَبٍََؼَئََفًَََانب
حاَو
َ َََٔاََ َْمََاَلََر
konteks apa „ashabiyah memiliki makna khusus, yakni rasa solidaritas atau kohesi
sosial diantara anggota satu kelompok yang diperoleh dari kesadaran bahwa
mereka berasal dari keturunan yang sama. Gagasan tentang solidaritas kelompok
atau kohesi sosial sebagian diambil dari ikatan-ikatan darah yang ada dalam
dan pendidkan. Semua suku memiliki solidaritas berdasarkan ikatan darah atau
keluarga.
Ibnu Khaldun mengemukakan dua premis sebagai berikut: Pertama, dalam teori
tanpa didukung persatuan dan solidaritas yang kuat. Didalamnya terdapat ajakan
untuk senantiasa waspada dan siaga penuh jiwa dan raga untuk mempertahankan
negaranya.
yang keras dan berat, dengan mempertaruhkan nyawa sekalipun. Kalau dirinya
62
tidak mampu menundukan lawan, maka dirinya sendiri yang akan kalah. Oleh
dibutuhkan.
Relasi antara agama dan politik itu sangat dinamis, unik, menarik,
sekaligus lucu. Keduanya kadang saling berseteru. Tapi, bisa pula berdampingan
dengan mesra. Agama dan politik merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan
dan saling terhubung satu sama lain. Sejarah gerakan Tarekat Qadiriyah-
didasarkan pada faktor-faktor keagamaan atau faktor duniawi yang legal, artinya
karena seorang pemimpin yang tetap taat beragama maka dia akan tetap
9
Sumanto Al Qurtubhy, “Agama, Politik, dan Politik Agama”, artikel diakses pada 12
November 2017 dari http://www.dw.com/id/agama-politik-dan-politik-agama/a-19131469
63
„ashabiyah bukanlah pendekatan yang tepat. Karena agama jarang menjadi sentral
c. Ikatan Kelompok
Ikatan berkelompok dalam politik khususnya dalam partai adalah hal yang
warga negara. Partai politik tidak bisa lepas dari peran warga negara sebagai
yang mana hal tersebut mencakup semua kegiatan sukarela seseorang dalam
Dalam hal ini Partai Golkar merupakan partai yang paling berpengaruh di
Banten baik dalam hal politik dan kekuasaan. Dinasti politik kembali
memperpanjang track record dinasti di Banten dengan terpilihnya anak Ratu Atut
Chosiyah Andhika Hazrumy sebagai wakil Gubernur Banten. Kondisi ini bisa
kader partai Golkar yang sangat berpengaruh di Banten, hampir total berada di
10
Khoiruddin, “Analisis Teori „Ashabiyah Ibnu Khaldun Sebagai Model Pemberdayaan
Ekonomi Umat”, h. 3. artikel di akses pada tanggal 20 Oktober 2017 dari www.google.co.id
64
Pimpinan Daerah Golkar Banten yakni Ratu Tatu Chasanah, sementara Partai
Golkar di Tangerang Selatan dipimpin oleh adik ipar Atut, Airin Rachmi Diany
bertetangga, persekutuan atau aliansi, dan hubungan antara pelindung dan yang
bangsa Arab adalah bangsa yang paling tidak mau tumduk satu sama lain, kasar,
kawasan panas, seperti orang-orang Sudan dan Mesir lebih cepat marah, gembira,
dan bingung, berbeda dengan penduduk yang tinggal di iklim yang dingin yang
tampak lebih melankolis dan peka terhadap rasa sedih. Faktor-faktor ekologis ini
11
Ibnu Khaldun, Muqaddimah. Penerjemah Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus.
1986), h. 151.
12
Madjid Fachry, Sejarah Filsafat Islam Sebuah Peta Kronologis, (Jakarta: Mizan, 2001),
h. 126.
65
d. Ikatan Kedaulatan
di Kodam VI Siliwangi serta pemerintah Jawa Barat. Berkat jasa dan usahanya
dalam membantu logistik Chasan menjadi orang yang berpengaruh di Banten dan
industri (KADIN) di Banten serta sejumlah organisasi bisnis lainnya dia kuasai
secara bertahap dan sistematis dibantu dengan orang-orang terdekat dan secara
kekeluargaan.
Atut, aktif berpolitik. Atut menjadi Wakil Gubernur Banten pertama, Oktober
2000. Lima tahun kemudian Oktober 2005 Atut menggantikan Gubernur Bantun
membuat keluarganya mampu membentuk kedaulatan baik dari segi sosial, politik
maupun ekonomi. Dominasi dan kontrol keluarga Chasan Sohib atas Banten
mengendalikan politik Banten bukan hanya setelah daerah ini menjadi provinsi
sendiri yang terpisah dari Jawa Barat, melainkan juga berlangsung sejak era
66
sistem otoriter Orde Baru. Kendali politik Haji Chasan atas Banten justru
merupakan produk dan warisan Orde Baru yang cenderung memanfaatkan tokoh
dan penguasa lokal seperti ulama dan tokoh adat untuk memenangkan Golkar
kedaulatan meliputi politik partai, birokrasi tata kelola di Banten yang sampai saat
jawara.
Budaya Banten yang di pimpin oleh dirinya sendiri dan Maman Rizal yang
berkata:
ٍَ
َ ٍٍََاَأٌَََاََدَ َي
َ َُأٌَََاَنؼَصبٍََ َتَبََٓاَتَكٌََََٕانَحًََاٌََتَََٔانًََ َدافَؼَتَََٔانًََطَاَنَبَتََََٔكَمََأَيَ ٍَرٌََجَتًََغََػَهٍََ ََََّٔقَدَ َي
َض
ٍ َعََٔحَاَكَ ٍَىٌََسعََبَؼَضَ َٓ َىَػٍَََبَؼ
ٍَ َاَعَإَنَىََٔاَز
ٍَ ًََىَك َمَإَجَت
َ َساٍََََ َتٌََحَتَاَجٌََََٕف
َ َََبَاَنطَبٍََؼَتََاَل
musuh, bahkan mampu mengalahkan lawan jika sudah bersatu. Perlu diketahui
juga bahwa tiap manusia harus memiliki kekuatan, guna dapat mencegah dari hal-
Ketika solidaritas sosial telah bersatu dan secara pemerintahan telah sah
maka ia akan mencari solidaritas sosial golongan lain yang tidak ada hubungan
dengannya. Jika solidaritas sosial itu setara, maka orang-orang yang dibawahnya
akan sebanding. Jika solidaritas sosial dapat menaklukkan solidaritas sosial yang
lain, keduanya akan bercampur dan secara bersamaan menuntun tujuan yang lebih
tinggi dari kedaulatan. Akhirnya, apabila suatu Negara sudah tua umurnya dan
para pembesarnya yang terdiri dari solidaritas sosial yang sudah tidak lagi
Negara. Bisa juga ketika Negara sudah berumur tua, maka butuh solidaritas sosial
yang lain. Dalam situasi demikian, Negara akan memasukkan para pengikut
solidaritas sosial yang kuat kedalam kedaulatannya dan dijadikan sebagai alat
13
Ibnu Khaldun, Mukaddimah. Penerjemah Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka Firdaus.
1986), h. 166-167.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
berikut:
menyebabkan satu sama lain memiliki rasa yang sama, baik dalam urusan
sosial politik maupun ekonomi. Semua tujuan yang ingin di capai suatu
Atut Chasanah yang menjadi Gubernur Banten. Ketika Ratu Atut menjadi
68
69
dinasti akan sulit terwujud, dan sebaliknya dinasti tersebut berada dalam
B. SARAN
sebagai berikut:
1. Para aktivis yang terdapat di berbagai daerah dan di bantu oleh masyarakat
sendiri.
2. Bagi para pelaku dinasti politik yang terdapat di berbagai daerah, agar
3. Bagi para instansi pemerintahan agar dapat mencari solusi yang lebih baik
CHASAN SOCHIB
Pengusaha
Meninggal 30 Juni 2011
Hikmat Tomet
Suami Atut/Alm
Ketua DPD Partai Golkar
Anggota DPR Periode 2009-2014 TB. Chairul Jaman Ratu Lilis Karyawati
Meninggal 9 November 2013 Adik Tiri Ratu Atut Chosiyah Adik TB. Choirul Jaman
Wakil Walikota Serang 2011-2016
Andiara Andika. H
DPD Banten 2014- Anggota DPR Banten 2014-2019
2019 Wakil Gubernur Banten 2017-2022
A. Sumber Buku
Ali, Fuad dan Ali Wardi. Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1989.
Baliby, Osman. Ibnu Khaldun “Tentang Masyarakat dan Negara”. Jakarta:. Tanpa
penerbit, 1965.
Fachry, Madjid, Sejarah Filsafat Islam: Sebuah Peta Kronologis, Jakarta: Mizan,
2001.
Hollyson MZ, Rahmat & Sri Sundari: PILKADA: Penuh Euforia, Miskin Makna.
Jakarta: Bestari. 2015.
Ikbal, Muhammad dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa
Klasik hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2013.
71
72
Ka’bah, Rifyal, Politik dan Hukum Dalam Al Qur‟an Jakarta: Khairul Bayan. 2005.
Kencana, Inu, Syafi’ie, “Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur‟an” Jakarta: Bumi Aksara:
1995.
Riewanto, Agus. Ensiklopedi Pemilu: Analisis Kritis Intropeksi Pemilu 2004 Menuju
Agenda Pemilu 2009. Wonogiri: Lembaga Studi Agama dan Budaya. 2007
Sholahuddin, Asep. “Pemikiran Etika Politik Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Khaldun”.
Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
Syadzali, Munawwir, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. UI-
Press: Jakarta 1993.
Syamsuddin, Haris. Partai Pemilu dan Parlemen: Era Reformasi. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. 2014.
B. Sumber Lain
Fauzan, Ivan. 2012. “Buku Ajar III Bangsa, Budaya, dan Lingkungan Hidup di
Indonesia”. Jakarta: Balai Penerbit, tanpa tahun. Artikel diakses pada 17
Desember 2017 dari https://id.scribd.com/mobile/doc/
https://kabarnet.in/2013/10/14/inilah-harta-karun-dan-dinasti-ratu-atut-chosiyah
https://bantenbangkit.com/optimisme-pertumbuhan -ekonomi-banten/
Junita, Nancy. “Tahun 2017 Ekonomi Banten Dipatok Tumbuh 5,2%-5,5%”. Artikel
di akses pada 20 februari 2017 dari m.bisnis.com/Jakarta/read/
74
Muhammad, Rio. 2013. Chasan Sochib: The Banten‟s God father. Artikel di akses
pada 21 januari2107darihttp://m.voaislam.com/news/intelligent
Sumber: Dokumen RPJM Provinsi Banten Tahun 2007-2012. Artikel di akses pada
20 Februari 2017 dari bantenprov.go.id/read/perekonomian-daerah.html.
Supriyanto, Agung. “Ini Jumlah Kekayaan Airin Sekarang”. Artikel di akses pada 16
Februari 2017 dari http://nasional.republika.co.id
Stefanie, Christie dan Anggi Kusumadewi. 2015 “Riwayat Tanah Banten di Bawah
Kaki Dinasti Atut”, artikel diakses pada 20 Januari 2017 dari
http//m.cnnindonesia.com/politik/20150709101059-32-65363/riwayat-tanah-
banten-di-bawah-kaki-dinasti-atut.
Wirawan, Jerome. 2015 “Keluarga Ratu Atut Berjaya di Banten”. Artikel di akses
pada 17 Januari 2017 dari http://www.bbc.com/indonesia
75
C. Peraturan Perundang-Undangan