Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PENDIDIKAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR Arif Rahman Heriansyah, S.Pd.I., M.A.


SPESIFIK

IDENTIFIKAS ANAK DISLEKSIA BESERTA PENANGANANNYA


OLEH :

KELOMPOK I

AHMAD MAULANA YUSUF : 220101010139


SA’ADAH NAJWA : 220101010166

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2024
KATA PENGANTAR

‫الرِحْي ِم‬
َّ ‫الر ْح ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫اّلل‬
‫ْ ه‬

Assalamu’alaikum waramatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur saya ucapkan kepada
Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua. Shalawat dan salam kita sampaikan kehadirat junjungan nabi besar
Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir
zaman. Atas berkat, rahmat dan keridhaan-Nya lah makalah dengan judul
“Identifikas Anak Disleksia Beserta Penanganannya” ini dapat
diselesaikan.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih khusus kepada bapa Arif
Rahman Heriansyah, S.Pd.I., M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah
ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu,
saya mengharapkan makalah yang dibuat mampu menambah wawasan
pembaca serta meminta kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak.

Banjarmasin, 22 Februari 2024

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

A. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II ISI ................................................................................................................... 3

A. Pengertian Disleksia .......................................................................................... 3

B. Karakteristik Anak Disleksia ........................................................................... 3

C. Penyebab Anak Disleksia .................................................................................. 4

D. Perkembangan Anak Disleksia ........................................................................ 5

E. Klasifikasi Disleksia .......................................................................................... 7

F. Penanganan Anak Disleksia ............................................................................. 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang berhak menerima pendidikan. Fungsi dan tujuan dari
pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik,
sehingga terbentuknya watak kepribadian yang bersesuaian dengan
Pancasila dan nilai-nilai norma yang berlaku dalam masyarakat.1 Untuk
menunjang hal ini didirikan lah lembaga yang disebut sekolah.
Dalam sekolah anak-anak akan diberikan pelajaran-pelajaran sesuai
dengan jenjang pendidikan yang dirinya tempuh. Akan tetapi, tidak jarang
anak-anak mengalami kesulitan saat belajar secara akademis seperti
kesulitan membaca, menulis ataupun berhitung. Kesulitan belajar ini
disebut dengan “Kesulitan Belajar Spesifik”, karena anak yang dianggap
mempunyai tingkat kecerdasan normal ataupun diatas rata-rata
mengalami kesulitan di salah satu bidang akademis.2
Satu diantara kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik
adalah disleksia. Disleksia secara umum merupakan kesulitan dalam
membaca teks. Menurut International Dyslexia Association 10-15%
populasi didunia menderita Disleksia. Adapun di Indonesia sendiri 5 juta
dari 50 juta jumlah anak sekolah menderita Disleksia.3 Sehingga perlu
penangan khusus dari guru dan orang tua. Oleh karena itu, kami
membahasnya dalam makalah ini.

1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3.
2
Erna Zumrotun & Vannesa Almayra Nugroho Hamidaturrohmah, Pendidikan Inklusi Di
Sekolah Dasar (Semarang: Cahya Ghani Recovery, 2023)
<https://books.google.co.id/books?id=alfWEAAAQBAJ&pg=PA59&dq=anak+berkesu
litan+belajar+spesifik&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search
&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUKEwjywLGrgsCEAxUwTGwGHQgBB1QQ6wF6BAgO
EAU#v=onepage&q=anak berkesulitan belajar spesifik&f=false>. hlm. 69.
3
Toni Elmansyah, Riki Maulana, & Nini, ‘Deskripsi Gangguan Disleksia Pada Siswa
Sekolah Dasar Kecamatan Segerdong’, Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda,
Bermakna, Mulia, 9.1 (2023), 262 <https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/AN-
NUR/article/download/10187/5155> [accessed 22 February 2024]. hlm. 262.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui anak disleksia?
2. Bagaimana cara menangani anak disleksia?
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui anak-anak yang mengalami disleksia saat
mengajar di sekolah.
2. Untuk mengetahui cara menangani anak disleksia.

2
BAB II

ISI
A. Pengertian Disleksia
Disleksia merupakan kata yang diambil dari bahasa Yunani yaitu dis
yang berarti kesulitan dan lexia berarti huruf. Jadi, Disleksia merupakan
kondisi seorang anak yang kesulitan memahami ataupun
mengekspresikan bahasa termasuk didalamnya membaca dan menulis
akibat adanya gangguan neurologi. Tidak hanya itu, anak yang
didiagnosis Disleksia juga mengalami kesulitan membaca emosi dan
situasi. Biasanya anak didiagnosis mengidap Disleksia saat berumur 7
tahun, karena prestasi mereka mulai menurun.
Angka kejadian Disleksia lebih sering terjadi pada anak laki-laki
dibanding perempuan yaitu 2:1 atau 5:1.4 Karena adanya perbedaan antara
otak laki-laki dan perempuan baik dari kecepatan pemrosesan dan
pengendalian implus. Anak perempuan unggul dalam dua hal ini,
sehingga mereka cenderung unggul dalam bidang akademis dan bahasa.5
Tetapi ada juga yang mengatakan jenis kelamin tidak berpengaruh dengan
orang yang didiagnosis Disleksia. Disleksia sendiri tidak dapat
disembuhkan, tetapi hanya dapat diatasi melalui terapi. Anak-anak yang
mendapat diagnosa Disleksia dapat meraih kesuksesan apabila di tangani
dengan tepat.6
B. Karakteristik Anak Disleksia
Secara umum anak disleksia mengalami keterlambatan dalam
perkembangan penuturan dan bahasa, memiliki kemampuan mengeja dan
membaca yang lemah, keliru membedakan kata yang mirip, sulit

4
B. Anggara, Kunci Mendidik Dan Mengasuh Anak Disleksia (Yogyakarta: FAMILIA,
2013). hlm. 25.
5
Sonic Learning, ‘Does Dyslexia Affect More Boys than Girls?’, 25 Juli, 2022
<https://soniclearning.com.au/does-dyslexia-affect-more-boys-than-girls/> [accessed 24
February 2024].
6
Diba Tesi Zalziyati, Aku Disleksia (Yogyakarta, 2019). hlm. 8-9.

3
mengikuti arahan dan menyalin tulisan serta sulit melewati jalan yang
memiliki banyak belokan.
Menurut Mercer, karakteristik anak yang didiagnosis disleksia ada
empat yaitu:
1. Kebiasaan Membaca
Pada umumnya anak disleksia akan mengeluarkan ekspresi tegang,
mengernyitkan kening, dan gelisah ketika disuruh membaca. Mereka
akan sering melompati barisan kata serta membaca buku dengan jarak
yang sangat dekat kurang dari 15 inci.
2. Kekeliruan Dalam Mengenal Kata
Kekeliruan yang dialami mencakup penghilangan, penyisipan,
penggantian, pembalikan, salah ucap dan pengubahan tempat.
Misalnya “Bapak pergi kerumah paman” akan dibaca anak disleksia
dengan penambahan “ibu” dalam kalimatnya “Bapak dan Ibu pergi
kerumah paman”.
3. Kekeliruan Pemahaman
Anak disleksia akan sulit mengemukakan urutan cerita yang
dibacanya. Sehingga mereka tidak bisa memahami tema utama dari
suatu cerita yang mereka baca.
4. Gejala Serba Aneka
Gejala ini ditunjukkan ketika anak membaca tiap kata dengan penuh
ketegangan, nada tinggi dan menekankan suara tidak pada tempat
yang tepat.7
C. Penyebab Anak Disleksia
Selain karena kelainan pada bagian neurologi anak, terdapat faktor
yang meningkatkan anak menderita disleksia. Berikut faktor-faktornya.
1. Keturunan
Dalam penelitian John Bradford, 80% anak disleksia memiliki latar
belakang keluarga yang mengalami learning disabilities dan 60%

7
Kurnia Nur Hidayatullah & Diah Rahmawati, Panduan Pendampingan Gangguan Belajar
Disleksia (Tangerang: Albasil Aksara, 2018). hlm. 41-42.

4
diantaranya punya anggota keluarga kidal. Tetapi, tidak semua orang
kidal ataupun orang tuanya disleksia menurunkan langsung pada
anaknya. Dalam kasus disleksia 70 % terjadinya disleksia karena
genetis dan 30% non genetis yang tidak diketahui penyebabnya
hingga saat ini.
2. Gangguan Pendengaran Sejak Dini
Usia 5 tahun pertama sangat penting bagi perkembangan anak.
Apabila sering mengalami flu dan infeksi tenggorokan di masa-masa
ini dapat mempengaruhi pendengaran dan perkembangannya. Jika
kesulitan pendengaran sejak dini tidak terdeteksi, maka otak yang
sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang
didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya. Sehingga
perkembangan bahasa anak mengalami hambatan.
3. Trauma Otak
Trauma otak terjadi akibat adanya cidera pada daerah otak yang
mengontrol membaca dan menulis. Cidera ini bisa didapatkan akibat
benturan keras di kepala.
4. Faktor Hormonal
Faktor ini terjadi saat berada dalam kandungan. Akibat kurangnya
pembentukan hormon di awal kehamilan menjadikan anak mengidap
disleksia. Akan tetapi, disleksia yang disebabkan faktor ini bisa
membaik seiring dengan bertambahnya usia anak.8
D. Perkembangan Anak Disleksia
Anak yang didiagnosis disleksia memiliki bentuk fisik yang normal,
karena mereka mengalami kelainan pada neuorologis atau sistem syaraf
pada otak. Menurut Galaburda, otak manusia memiliki dua belahan yang
tidak simetris dengan belahan kiri lebih besar. Otak kiri ini berkaitan
dengan urutan, cara berpikir linier dan kemampuan berbahasa. Sedangkan
pada anak disleksia belahan otaknya simetris. Mereka memiliki otak

8
Teguh Susanto, Terapi Dan Pendidikan Bagi Anak Disleksia (Yogyakarta: FAMILIA,
2013). hlm. 32-33.

5
kanan yang lebih besar dari manusia pada umumnya dan otak kiri yang
lebih kecil. Sehingga mereka lebih unggul dengan intuisi, kreativitas,
serta kemampuan visual dibanding berbahasa.9 Dengan kata lain anak
disleksia dalam perkembangannya mengalami hambatan pada aspek
kognitif. Apabila tidak ditangani dengan benar akan berdampak terhadap
perkembangan sosio emosionalnya. Berdasarkan usianya, anak disleksia
dapat dikenali melalui gejala-gejala berikut.
1. Usia 0-2 tahun, anak mengalami keterlambatan berbicara dan
terbatasnya kosa kata serta pengucapannya yang tidak jelas.
2. Usia 3-6 tahun (prasekolah), mengalami kesulitan memilih kosa kata
misalnya “kolam yang tebal”, kesulitan menyusun kalimat misalnya
“Mama, dede makan mau” yang seharusnya “Mama, Dede mau
makan”, kesulitan menerima perintah beruntun, kesulitan
membedakan kanan dan kiri, kesulitan melakukan gerak koordinasi
dan menjaga keseimbangan, sulit berkonsentrasi, Kidal atau tidak
terampil jika hanya menggunakan 1 tangan saja, sulit mengenali huruf
dan bunyi huruf serta senang dibacakan buku tapi tidak tertarik
membaca.
3. Usia sekolah, anak disleksia akan melakukan penambahan dalam suku
kata misalnya “batu” menjadi “baltu”, menghilangkan huruf dalam
satu kata misalnya “masak” menjadi “masa”, membalikkan huruf atau
kata dengan arah terbalik kiri kanan misalnya “dadu” menjadi “babu”,
membalikkan bentuk huruf atau kata dengan arah atas bawah
misalnya “papa” menjadi “qaqa”, mengganti huruf atau angka dalam
kata misalnya “lupa” menjadi “luga”, kesulitan menyalin tulisan,
kesulitan melakukan instruksi lebih dari satu dalam waktu bersamaan,
kesulitan mengingat judul cerita atau dongeng dan memegang dan
melihat buku dengan terbalik.10

9
Olivia Bobby Hermijanto, Dkk, Disleksia Bukan Bodoh, Bukan Malas, Tetapi Berbakat
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2016). hlm 37-38.
10
Teguh Susanto, Terapi Dan Pendidikan Bagi Anak Disleksia (Yogyakarta: FAMILIA,
2013). hlm. 37.

6
Diluar daripada usia, anak disleksia selalu menggerakkan tangan
terlampau cepat, kesulitan menggunakan gunting, kesulitan naik tangga
dan menendang bola, memiliki daya ingat yang lemah, sering merasa
tertekan, sering salah memakai sepatu antara kiri dan kanan serta
kemampuan untuk mandiri yang rendah.11
Jadi secara garis besar masalah yang dihadapi anak disleksia ada
lima, tetapi tidak semua anak mengalaminya sekaligus. Secara umum
mereka mengalami lebih dari satu masalah. Berikut kelima masalah itu.
1. Mencampur huruf atau kata-kata yang sama pengucapannya, seperti B
dan D, P dan Q.
2. Permasalahan dengan urutan linier seperti abjad, jadwal, kalimat, dan
daftar instruksi.
3. Permasalahan dengan ingatan jangka pendek, mereka mempunyai
masalah dalam mempertahankan, memproses, serta mengingat
kembali informasi yang ada.
4. Permasalahan koordinasi, mereka sering terluka karena ceroboh dan
tidak seimbang dan apa yang mereka katakan terkadang berbeda
dengan yang ingin disampaikan saat berbicara.
5. Permasalahan dalam membaca dan menulis, mereka memiliki masalah
dalam fonologikal yaitu kemampuan mengenali, memisahkan dan
membedakan bunyi didalam kata.12
E. Klasifikasi Disleksia
Kondisi disleksia tidak sama pada setiap anak. Apabila
diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya disleksia terbagai menjadi dua
yaitu:
1. Developmental Dyslexia, yaitu berdasarkan bawaan anak karena
faktor keturunan dan tidak dapat disembuhkan.

11
Kurnia Nur Hidayatullah & Diah Rahmawati, Panduan Pendampingan Gangguan Belajar
Disleksia (Tangerang: Albasil Aksara, 2018). hlm. 43-45.
12
Olivia Bobby Hermijanto, Dkk, Disleksia Bukan Bodoh, Bukan Malas, Tetapi Berbakat
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2016). hlm 39-40.

7
2. Acquired Dyslexia, yaitu gangguan membaca setelah mengalami
kecelakaan atau stroke yang menyebabkan cideranya otak sebelah
kiri.
Adapun berdasarkan tingkatannya, disleksia terbagi menjadi
tingkatan ringan, sedang dan parah. Berikut penjelasannya.
1. Disleksia Ringan atau Disleksia Murni, anak yang berada dalam
kondisi ini hanya mengalami kesulitan membaca dan mengeja ringan.
Mereka dapat melakukan penyesuaian dengan bantuan dan dukungan.
Tetapi, biasanya anak disleksia ini sering luput dari perhatian guru
karena prestasinya biasa saja dan tidak terlalu tampak gejala disleksia
pada dirinya.
2. Disleksia Dengan Keparahan Yang Sedang, anak yang berada dalam
kondisi ini memiliki gejala-gejala disleksia yang jelas dan
memerlukan bantuan secara intensif serta tenaga khusus yang
mempunyai spesialisasi untuk ini.
3. Disleksia Yang Parah, anak yang berada dalam kondisi ini tidak
mampu mengikuti semua mata pelajaran tanpa bimbingan dan tenaga
khusus. Selain itu, dirinya juga tidak dapat melakukan berbagai
aktivitas dengan efesien.13
Selain berdasarkan penyebab dan tingkat keparahannya, anak
disleksia dapat diklasifikasikan berdasar pada kesulitan yang dialaminya
saat membaca yaitu:
1. Disleksia Visual, yaitu disleksia yang disebabkan adanya gangguan
fungsi otak dibagian belakangan yang dapat menimbulkan gangguan
persepsi visual dan memori visual. Mereka dapat melihat dengan baik
tetapi tidak dapat membedakan, mengingat perkataan, bentuk gambar
dan angka. Contohnya seseorang mengalami kesulitan membaca dan
menulis huruf “w” dan “m”, sulit membedakan perkataan dan huruf
yang hampir sama missal bas-pas, ubi-ibu dan sapu-supa.

13
Endang Widyorini & Julia Maria Van Tiel, DISLEKSIA Deteksi, Diagnosis, Penanganan
Di Sekolah Dan Rumah (Jakarta: PRENADA, 2017). hlm. 78-79.

8
2. Disleksia Auditoris merupakan kondisi anak dapat mendengar dengan
baik tetapi tidak dapat membedakan bunyi, menyimpulkan persamaan
dan perbedaan suatu hal dengan baik. Misalnya diucapkan kata “buku”
dan didengarnya kata “kubu”. Penyebab kondisi ini karena adanya
gangguan vestibular di bagian telinga yang berfungsi sebagai alat
detektor posisi kepala terhadap gravitasi. Guy Bread menjelaskan
bahwa anak disleksia mendengarkan suara dengan tidak lazim karena
pendengaran mereka terlalu sensitif.
3. Disleksia Visual-Auditoris merupakan kondisi anak yang tidak dapat
mengintrepetasikan apa yang mereka lihat dan dengar.
F. Penanganan Anak Disleksia
Anak disleksia memerlukan penanganan khusus baik dari orang tua
maupun gurunya. Ada dua jenis penanganan untuk disleksia yakni
remedial dan akomodasi.
1. Remedial atau pengulangan merupakan cara belajar anak disleksia
agar dapat membaca huruf, kata dan kalimat.
2. Akomodasi yaitu pemenuhan kebutuhan anak disleksia. Misalnya
waktu ujian yang diberikan kepada anak disleksia lebih Panjang
dibandingkan anak umumnya.14
Adapun peran yang dapat dilakukan oleh guru dan orang tua sebagai
bentuk dukungan mereka kepada anak yang didiagnosis disleksia antara
lain:
1. Orang tua, hal yang bisa dilakukan oleh orang tua ketika anak
didiagnosis disleksia antara lain:
a. Segera memeriksakan anak ke psikiater ataupun dokter anak
ketika mulai muncul gejala disleksia dan rutin melakukan terapi,
memberikan anak semangat dan tidak memaksakan anak untuk
terus belajar membaca.

14
B. Anggara, Kunci Mendidik Dan Mengasuh Anak Disleksia (Yogyakarta: FAMILIA,
2013). hlm. 28-29.

9
b. Melakukan permainan yang dapat mengasah kemampuan anak
dalam membaca, bermain kata dan mengurutkan. Sehingga anak
merasa senang dalam belajar. Hal ini dilakukan secara
berkesinambungan.
c. Memberikan hadiah ketika anak melakukan sesuatu yang baik dan
saat melihat perubahan pada nilai-nilainya disekolah.
2. Guru
a. Guru memilihkan tempat duduk khusus bagi anak disleksia yaitu
di barisan paling depan kelas, dan selalu mendampingi dan
mengawasi anak tersebut.
b. Memberikan motivasi dan tidak membanding-bandingkan anak.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Disleksia bukan hanya sekedar kesulitan anak dalam membaca
tetapi juga kesulitan mengerti simbol-simbol, emosi dan situasi. Anak
disleksia dalam perkembangannya secara fisik terlihat seperti anak
normal pada umumnya. Tetapi mengalami hambatan dalam
perkembangan kognitif. Karena penyebab utama disleksia berupa
kelainan neuron pada otak kiri. Selain itu faktor gen, hormon, gangguan
pendengaran sejak dini dan trauma otak juga dapat menjadikan seorang
anak di diagnosis disleksia.
Dalam pengklasifikasiannya disleksia dapat dibagi berdasarkan
penyebab, tingkat keparahan serta pada kesulitan yang dialaminya saat
membaca. Anak yang didiagnosis disleksia memerlukan bimbingan dan
perhatian khusus dari orang tua dan guru. Anak tersebut harus rutin
mengikuti terapi, karena penderita disleksia tidak dapat disembuhkan.
Oleh karena itu penanganan anak disleksia terbagi menjadi dua jenis yaitu
remedial dan akomodasi.
B. Saran
Sebagai guru, kita dituntut untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki peserta didik tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang
lainnya. akan tetapi, kesamaan sikap guru kepada seluruh peserta didik
bukan berarti tidak mempertimbangkan kebutuhan peserta didik tersebut.
Terdapat kasus-kasus tertentu yang membuat guru terlihat
memprioritaskan salah satu peserta didik. Oleh karena itu, kita harus
memberikan pengertian, pemahaman dan contoh yang baik dan dapat
diterima peserta didik agar tidak muncul kecemburuan sosial di antara
mereka.

11
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, B., Kunci Mendidik Dan Mengasuh Anak Disleksia (Yogyakarta:
FAMILIA, 2013)
Hamidaturrohmah, Erna Zumrotun & Vannesa Almayra Nugroho, Pendidikan
Inklusi Di Sekolah Dasar (Semarang: Cahya Ghani Recovery, 2023)
<https://books.google.co.id/books?id=alfWEAAAQBAJ&pg=PA59&dq=ana
k+berkesulitan+belajar+spesifik&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sourc
e=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUKEwjywLGrgsCEAxUw
TGwGHQgBB1QQ6wF6BAgOEAU#v=onepage&q=anak berkesulitan
belajar spesifik&f=false>
Hermijanto, Olivia Bobby, dkk, Disleksia Bukan Bodoh, Bukan Malas, Tetapi
Berbakat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2016)
Hidayatullah, Kurnia Nur & Diah Rahmawati, Panduan Pendampingan Gangguan
Belajar Disleksia (Tangerang: Albasil Aksara, 2018)
Sonic, Learning, ‘Does Dyslexia Affect More Boys than Girls?’, 25 Juli, 2022
<https://soniclearning.com.au/does-dyslexia-affect-more-boys-than-girls/>
[accessed 24 February 2024]
Susanto, Teguh, Terapi Dan Pendidikan Bagi Anak Disleksia (Yogyakarta:
FAMILIA, 2013)
Toni Elmansyah, Riki Maulana, & Nini, ‘Deskripsi Gangguan Disleksia Pada Siswa
Sekolah Dasar Kecamatan Segerdong’, Jurnal Mahasiswa BK An-Nur :
Berbeda, Bermakna, Mulia, 9.1 (2023), 262 <https://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/AN-NUR/article/download/10187/5155> [accessed 22
February 2024]
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, p. 4 Pasal 3
Widyorini, Endang & Julia Maria Van Tiel, DISLEKSIA Deteksi, Diagnosis,
Penanganan Di Sekolah Dan Rumah (Jakarta: PRENADA, 2017)
Zalziyati, Diba Tesi, Aku Disleksia (Yogyakarta, 2019)

Anda mungkin juga menyukai