Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PSIKOLOGI AGAMA ARIEF RAHMAN HAKIM, M.A

JIWA KEAGAMAAN PADA USIA LANJUT


OLEH :

KELOMPOK VI

MUHAMMAD FARHAN GHANI F : 220101010037


SA’ADAH NAJWA : 220101010166

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... i

PEMBAHASAN ......................................................................................................... 1

A. Pengertian Lansia .............................................................................................. 1

B. Keberagamaan Lanjut Usia.............................................................................. 3

C. Peran Agama Bagi Kesehatan Mental Lansia ................................................ 8

D. Perlakuan dan Cara Bersikap terhadap Usia Lanjut Menurut Islam ......... 9

PENUTUP ............................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

i
PEMBAHASAN
A. Pengertian Usia Lanjut
Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik
secara fisik dan psikologis. Secara garis besar tahapan tumbuh kembang
manusia dari bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan lanjut usia.
Lansia atau lanjut usia atau usia lanjut adalah fase akhir sebelum kematian
yang ditandai dengan kemunduran diri secara fisik dan psikologis. Usia
yang termasuk dalam fase ini adalah 60 tahun keatas. Sebagaimana
terdapat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun
2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan Pasal 1 ayat 3.1 Tetapi, ada
juga yang mengatakan usia 55 tahun termasuk lansia dengan ketentuan
tidak berdaya mencari nafkah untuk kebutuhan pokok. Hal ini merujuk
pada UU no. 4 Tahun 1965.2 Sejalan dengan itu, WHO
mengklasifikasikan usia lanjut menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia (45 - 59 tahun).
2. Lanjut usia (eldery) antara (60 - 74 tahun).
3. Lanjut usia (old) antara (75 dan 90 tahun).
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.3
Setiap kelompok usia memiliki karakteristik tersendiri. Secara umum,
lansia mengalami kemunduran seperti kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
memburuk, dan tubuh tidak proporsional. Berikut karakteristik fisik dan
psikologis lansia dari usia 41 tahun keatas.

1
‘PERPRES No.88 Tahun 2021’ <https://peraturan.bpk.go.id/Details/178090/perpres-no-
88-tahun-2021> [accessed 17 September 2023].
2
‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1965’
<https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1965_4.pdf> [accessed 19 September
2023].
3
Dede Nasrullah, Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1, 1st edn (Trans Info Media
Jakarta, 2016) <http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf>. hlm 1-2.
1
1. Karakteristik Usia 41-65 Tahun
a) Masa menakutkan yang ditandai dengan penurunan kondisi fisik.
Contohnya Wanita yang mengalami menopause.
b) Masa transisi adalah masa dimana orang tersebut tidak dapat
dikatakan muda ataupun tua.
c) Usia berbahaya merupakan usia yang rentan terkena penyakit
seperti diabetes, dan darah tinggi. Upaya yang dapat dilakukan
untuk menghindari kerentanan penyakit dengan mengkontrol pola
makan. Biasanya ketika pemeriksaan Kesehatan rutin akan
dijelaskan hal yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh lansia
agar tetap sehat.
d) Masa berprestasi, karena dalam usia ini orang akan menduduki
jabatan tinggi.
e) Masa sepi adalah waktu anak keturunannya mulai berkeluarga.
Mereka akan merasa ditinggalkan dan kesepian karena aktivitas
sehari-hari (bekerja) mulai berkurang menjelang pensiun. Untuk
mengisi waktunya, kebanyakan mereka pergi ke tempat pengajian
agama untuk mengurangi rasa sepi tersebut.
f) Keseimbangan dan ketidak seimbangan. Hal ini berupa masa
penyesuaian diri dengan kondisi fisik dan psikologis yang
berubah.
2. Karakteristik Usia 65 Tahun Keatas
a) Periode kemunduran secara fisik dan psikologis. Kemunduran
fisik disebabkan karena sel-sel tubuh yang juga ikut menua. Juga
kemunduran pada aspek psikologis, merasa tidak senang pada diri
sendiri, orang lain, yang dapat membawa efek menua.
b) Perbedaan individual pada efek menua. Proses ini tergantung
pada sifat bawaan, kondisi orang tersebut, tingkat pendidikan,

2
bahkan jenis kelamin. Misalnya Wanita tua yang selalu
fashionable karena ekonominya mendukung hobi tersebut.4

Adapun dalam tahap perkembangan psikososial usia lanjut, terdapat


tiga gejala penting yaitu:

1. Perkembangan Keintiman

Ketika memasuki usia lanjut, kedekatan dengan orang lain akan


berkurang. Sehingga dirinya merasa terisolasi. Hal ini menjadi
tantangan utama yang perlu dihadapi, karena manusia merupakan
makhluk sosial.

2. Perkembangan Generatif
Gejala ini berkaitan dengan cara memandang kehidupan. Orang
yang memasuki usia lanjut tidak lagi memandang sesuatu seperti
anak-anak atau remaja. Mereka cenderung memikirkan waktu hidup
yang tersisa.
3. Perkembangan Integeritas
Pada perkembangan ini, orang berusia lanjut merasakan
kepuasan dan keberhasilan menyesuaikan diri berdamai dengan
keadaan.5

B. Keberagamaan Usia Lanjut


Penurunan kondisi fisik juga menyebabkan perubahan kondisi
mental terutama keyakinan terhadap agama. Menurut ahli psikologi,
kehidupan keagamaan meningkat karena ketidak berdayaan manusia
melakukan hubungan seksual. Hal ini menjadi penyebab terbentuknya

4
Mahasiswa Psikologi Agama Cosma A, Buku Panduan Perkuliahan Psikologi Agama, 1st
edn (Surabaya, 2020)
<https://www.academia.edu/44793431/Buku_Panduan_Perkuliahan_Psikologi_Agama
>. hlm 296-298.
5
Dede Iskandar, ‘Adapun Dalam Tahap Perkembangan Psikososial Usia Lanjut Terdapat
Tiga Gejala Penting Yaitu’: (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)
<https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27414/1/DEDE
ISKANDAR-FDK.pdf>.
3
sikap keagamaan. Tetapi pendapat ini dianggap berlebihan oleh Robert H.
Thouless. Menurutnya meskipun kegiatan seksual secara biologis tidak
ada pada usia lanjut, namun kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
masih tetap ada.6
Selain akibat penurunan kondisi fisik yang dijelaskan diatas, kondisi
mental usia lanjut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu:
1. Banyaknya persoalan kompleks yang dihadapi. Sehingga
memunculkan sikap egois, mudah tersinggung dan kekanakan.
2. Terjadinya konflik batin karena muncul rasa penyesalan, keterasingan
dan ketakutan. Munculnya perasaan tesebut akibat sudut pandang
Masyarakat kita yang menganggap lansia itu “merepotkan”.
Sedangkan dalam islam kita diajarkan untuk memperlakukan lansia
dengan baik. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah, “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
Allah dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai usia lanjut
dalam pemeliharaan, maka jangan sekali-sekali engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
mereka dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang santun.”
(QS. Al Israa' (17): 23).
3. Keinginan untuk diakui lebih besar dari orang lain disekitarnya. Hal
ini yang nantinya mempengaruhi sikap lansia dalam beragama. Proses
peningkatan usia dan keyakinan akan agama telah tercantum dalam
hadits qudsi berikut.
Artinya: “Apabila hamba-Ku mencapai usia 40 tahun, Aku
menyelamatkannya dari tiga macam penyakit, yaitu gila, lepra, dan
sopak (belang). Apabila mencapai usia 50 tahun Aku akan
menghisabnya dengan hisab yang ringan. Apabila mencapai usia 60
tahun Aku akan membuatnya suka bertaubat. Apabila mencapai 70

6
Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku Dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip
Psikologi, II (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2015).
4
tahun, para malaikat menyukainya. Apabila mencapai usia 80 tahun,
Aku mencatat semua kebaikannya dan membuang semua
keburukannya. Apabila mencapai usia 90 tahun, para malaikat
berkata, ‘Orang ini adalah tawanan Allah di bumi-Nya Allah telah
mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, serta
dapat memberi manfaat kepada keluarganya.’” (HR Tirmidzi).7
Hadits qudsi ini menandakan Allah sangat menyayangi orang yang
berumur 40 tahun keatas. Ketika usia seseorang barada pada 40 tahun
Allah SWT akan menyelamatkannya dari penyakit gila, lepra
(kusta), dan sopak (vitiligo). Hal itu berarti bahwa Allah SWT
menyelamatkannya dari penyakit yang berbahaya, baik pada akal
maupun fisiknya. Ketika berusia 50 tahun, seseorang akan tercurah
dari kasih sayang Allah SWT dengan pengurangan timbangan
keburukannya sehingga sehingga hisabnya ringan.
Pada usia 60 tahun, Allah menjadikan lansia gemar bertaubat
kepada-Nya. Usia 80 tahun, Allah berikan lansia kemudahan bahwa
setiap amal baiknya akan dicatat dan dosanya dihapus. Sehingga di
dirinya hanya ada nilai-nilai kebaikan.
Secara umum sikap keberagamaan orang usia lanjut bercirikan
sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama atas dasar pertimbangan pemikiran
bukan orang lain.
2. Norma agama tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma agama. Sehingga akan
terus berusaha untuk memahami dan memperdalam pemahaman
tentang agama yang dianutnya.
4. Menyadari tanggung jawab nya sebagai penganut agama untuk
meningkatkan ketaat-an.

7
Jalaluddin. hlm 99-100.
5
5. Bersikap kritis pada ajaran agama. Tujuannya untuk lebih
memantapkan keyakinannya.
6. Bersikap terbuka dan berwawasan agama yang luas.
7. Sikap keberagamaan seseorang dipengaruhi oleh kepribadiannya
masing-masing.8
Adapun para ahli mengkategorikan sikap lansia dalam beragama
menjadi tiga kategori yaitu:
1. Orang yang semakin matang dan mantap dalam meyakini agama yang
dianut. Mereka menyadari bahwa pilihan manusia itu terbatas.
Sehingga fokus mereka untuk kehidupan akhirat. Karena itu, mereka
berupaya melaksanakan ritual atau ajaran keagamaan sebaik mungkin
disisa hidupnya.
Di sisi lain, mereka yang memiliki kematangan dalam beragama
saat usia lanjut merupakan orang yang telah membekali dirinya
dengan agama dimasa dewasa awal. Kemampuan berfikir masa
dewasa awal dapat dikatakan sebagai bentuk dari sumber jiwa
beragama. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Thomas Van
Aquino bahwa sumber jiwa beragama adalah berfikir. Keyakinan
akan adanya Tuhan karena manusia menggunakan kemampuan
berfikirnsya. Sehingga kehidupan beragama seseorang terefleksi
melalui kehidupan berfikirnya.9
Kematangan dalam keberagamaan sendiri menurut Allport
terbentuk karena pengalaman. Pengalaman-pengalam tersebut akan
membentuk respon terhadap objek-objek atau stimulus yang telah
diterimanya yang berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Konsep
dan prinsip tersebut nantinya akan menjadi bagian penting dan

8
Rifki Rosyad, Pengantar Psikologi Agama Dalam Konteks Terapi, ed. by Naan Naan
(Bandung: Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2021)
<https://etheses.uinsgd.ac.id/46118/1/Buku Pak Rifki-A5_removed.pdf>. hlm 33.
9
Endang; Zubaedi Kartikowati, Psikologi Agama & Psikologi Islami, 1st edn (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP, 2016). hlm 17.
6
menetap dalam kehidupan pribadi individu tersebut. Berikut ciri-ciri
kematangan keberagamaan individu:
a) Kemampuan melakukan diferensiasi, artinya orang tersebut
mampu meletakkan rasio sebagai bagian dari kehidupan
beragama. Sehingga pandangan orang tersebut lebih
kompleks dan realistik serta terhindar dari fanatisme buta.
b) Berkarakter dinamis, artinya orang tersebut memiliki
karakter untuk selalu berubah kearah yang lebih baik.
Sehingga aktivitasnya terkontrol dan terarah.
c) Konsistensi moral, artinya tingkah laku orang tersebut
selaras dengan nilai moral agama yang dianutnya.
d) Komprehensif dapat diartikan sebagai keberagamaan yang
luas, universal dan toleran dalam arti mampu menerima
perbedaan.
e) Integral, artinya orang mampu menggabungkan atau
memasukkan agama dengan ilmu pengetahuan.
f) Heuristik, artinya orang tersebut menyadari keterbatasannya
dalam beragama. Sehingga dirinya selalu berusaha untuk
meningkatkan pemahaman dan penghayatan dalam
beragama.10
2. Orang yang tertutup untuk melaksanakan ritual atau ajaran
keagamaan. Faktor penyebabnya berupa ketidak berdayaan secara
fisik dan keinginan untuk bebas dari segala aturan.
3. Orang yang bimbang terhadap keyakinan dalam menganut agamanya.
Mereka berada di titik final antara beragama dan tidak beragama.
Kategori ini sifatnya tersembunyi diantara dua sikap sebelumnya.
Akibat dari kebimbangan ini adalah terjadinya konversi agama.11

10
Rifki Rosyad. Pengantar Psikologi Agama dalam Konteks Terapi. hlm 34-35.
11
Endin Nasrudin and Ujam Jaenudin, Psikologi Agama Dan Spiritualitas, 1st edn (Bandung:
Lagood’s Publishing, 2021) <https://etheses.uinsgd.ac.id/54385/1/Buku Psikologi
Agama dan Spiritualitas - Ujam Jaenudin.pdf%0A>. hlm 182-186.
7
C. Peran Agama Bagi Kesehatan Mental Usia Lanjut
Dari penjelasan sebelumnya, agama memiliki peranan penting bagi
Kesehatan mental lansia. Jiwa keagamaan termasuk dalam aspek Rohani
berpengaruh terhadap perkembangan aspek fisik. Agama membuat
mereka dapat merasakan dukungan, karena mereka merasa diberi
motivasi untuk berbuat sesuai ajaran dan nilai-nilai norma yang berlaku.
Mereka juga merasa diterima karena dalam agama ada aturan untuk
menghormati yang lebih tua dan bersikap santun padanya. Misalnya
pendapat mereka menjadi sebuah pertimbangan penting. Selain itu,
agama juga mempersatukan mereka berdasarkan kesamaan niat dan
hiburan. Melalui ritual atau kegiatan serta ajaran keagamaan mereka dapat
berinteraksi dan mengurangi depresi karena perubahan fisiknya.12
Orang yang sehat atau mempunyai kelainan jiwa dalam menjalankan
agama dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai berikut;
1. Orang yang sehat jiwanya dalam menjalankan agama
a) Optimisme dan gembira, karena orang yang beriman tidak pernah
sedih dan selalu berusaha sebaik mungkin.
b) Ekstrovert, mereka selalu suka bersilaturrahmi.
c) Menyenangi ajaran tauhid
2. Orang yang mempunyai kelainan jiwa dalam menjalankan agama
a) Pesimis, karena merasa takut akan kegagalan dan kurang
bersyukur.
b) Introvert, dalam artian memendam emosi yang dapat memicu
timbulnya penyakit dalam hati seperti iri, dengki, egois dan
pendendam.
c) Sulit toleransi khususnya dalam agama apabila tidak sepaham
dengannya.13

12
Michael J. McFarland, ‘Religion and Mental Health Among Older Adults: Do the Effects
of Religious Involvement Vary by Gender?’, The Journals of Gerontology Series B:
Psychological Sciences and Social Sciences, 2009
<https://doi.org/10.1093/geronb/gbp112>.
13
Ifham Choli, ‘PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA USIA LANJUT’, Al-
Risalah, IX.1 (2018), hlm. 104–105
8
D. Perlakuan dan Cara Bersikap terhadap Usia Lanjut Menurut Islam
Islam adalah agama perdamaian. Orang yang berusia lanjut
dipandang seperti bayi yang memerlukan kasih sayang dan perhatian
lebih dari orang disekelilingnya. Kasih sayang dan perhatian tersebut
diberikan oleh anak atau keluarga bukan dititipkan ke panti jompo.
Karena itu sudah kewajiban anak untuk merawat orang tuanya.

Adapun cara kita bersikap kepada orang yang berusia lanjut antara
lain sebagai berikut:
1. Tidak berkata kasar dan merendah kepada orang tua, sebagaimana
terdapat dalam firman Allah berikut
ۗ
‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُدْْٓوا اِاَّلْٓ اِ اَّيهُ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن اِ ْح ٰسنًا اِاما يَْب لُغَ ان عِْن َد َك‬
َ ُّ‫َوقَضٰى َرب‬
ٍّ ُ‫الْكَِب اَح ُد ُُهآْ اَو كِ ٰلهما فَ ََل تَ ُقل اَّلمآْ ا‬
‫ف اوََّل تَْن َه ْرُُهَا َوقُ ْل اَّلَُما قَ ْوًَّل‬ َُ ْ َ ُ ْ َ َ ََ
ِ ‫الذ ِل ِمن ال ار ْْحَ ِة وقُل ار‬ ِ ‫َك ِرْْيًا۞ و‬
‫ب ْار َْحْ ُه َما َك َما‬ ْ َ َ ُّ ‫اح‬ َ َ‫ض ََّلَُما َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
ۗ
۞‫صغِ ْ ًْيا‬
َ ‫َرباٰي ِ ِْن‬

Artinya: “23. Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan
yang baik. 24. Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya

<https://drive.google.com/file/d/1SqBJneqgNXrZyaIhwbAvgx_kJak6bggO/view>
[accessed 20 September 2023].
9
sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku
pada waktu kecil.” (Q.S Al-Isra’:23-24)
2. Menghormati yang lebih tua diantaranya dengan mendahulukan orang
yang lebih tua berjalan didepan kita. Aisyah r.a. yakni dalam dialog
rasulullah Saw. Kepada seorang laki-laki bertanya: Siapakah yang
bersamamu? Orang itu menjawab: “ayahku”. Beliau berkata: jangan
berjalan di depannya dan jangan duduk sebelum dia, jangan
memanggilnya dengan namanya dan jangan berbuat sesuatu yang
menyebabkan orang lain memakinya.”14
Kedua sikap diatas dapat menggambarkan bagaimana islam
memperlakukan lansia. Mereka diberikan kasih sayang dan cinta bukan
dititipkan. Kasih sayang dan cinta merupakan wujud kebaikan dalam
bentuk kebaktian terhadap yang lebih tua. Sebaliknya apabila kita
melakukan perbuatan tercela seperti menitipkan ke panti jompo
merupakan kedurhakaan.

14
Ifham Choli, ‘PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA USIA LANJUT’, Al-
Risalah, IX.1 (2018), 106–107
<https://drive.google.com/file/d/1SqBJneqgNXrZyaIhwbAvgx_kJak6bggO/view>
[accessed 20 September 2023].
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jiwa keagamaan usia lanjut merupakan keyakinan orang yang
berumur lebih dari 40 tahun dalam menganut, mempelajari dan
mengamalkan nilai-nilai agama yang dianutnya. Terjadinya perubahan
fisik dan psikologis berdampak besar terhadap keberagamaan lansia.
Setiap lansia pasti memiliki karakteristik yang berbeda, karena terdapat
campuran dari sifat bawaan masing-masing dan kondisinya. Selain itu,
penerimaan akan agama yang dianutnya juga diambil berdasarkan
pengalaman yang pernah dijalani serta kemampuan berfikirnya.
Oleh karena itu, keberagamaan lansia bisa jadi semakin menambah
keimanan melalui pengajian dan pengaplikasian ajaran dikehidupan
sehari-hari atau sebaliknya menjadi tidak percaya dengan agama.
Disamping itu, agama dapat mengontrol tingkah laku kita maupun lansia
melalui nilai-nilai yang diajarkan. Dengan adanya ajaran agama, lansia
mendapat perlakuan yang baik. Sehingga diri lansia tersebut merasa
diterima, didukung dan dibersamai.
B. Saran
Menurut kami, sekarang ini kita perlu meningkatkan cara bersikap
dan berperilaku saling menghormati antara yang tua dengan yang muda.
Yang tua dengan yang tua, yang muda dengan yang tua serta sesama anak
muda. Karena semakin canggih teknologi kami menyadari kurangnya
pengaplikasian nilai-nilai moral ajaran agama islam di kehidupan sehari-
hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

A, Mahasiswa Psikologi Agama Cosma, Buku Panduan Perkuliahan Psikologi


Agama, 1st edn (Surabaya, 2020)
<https://www.academia.edu/44793431/Buku_Panduan_Perkuliahan_Psikolo
gi_Agama>
Choli, Ifham, ‘PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA USIA
LANJUT’, Al-Risalah, IX.1 (2018), 104–7
<https://drive.google.com/file/d/1SqBJneqgNXrZyaIhwbAvgx_kJak6bggO/v
iew> [accessed 20 September 2023]
Iskandar, Dede, ‘Adapun Dalam Tahap Perkembangan Psikososial Usia Lanjut
Terdapat Tiga Gejala Penting Yaitu’: (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)
<https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27414/1/DEDE
ISKANDAR-FDK.pdf>
Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku Dengan Mengaplikasikan
Prinsip-Prinsip Psikologi, II (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA,
2015)
Kartikowati, Endang; Zubaedi, Psikologi Agama & Psikologi Islami, 1st edn
(Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2016)
McFarland, Michael J., ‘Religion and Mental Health Among Older Adults: Do the
Effects of Religious Involvement Vary by Gender?’, The Journals of
Gerontology Series B: Psychological Sciences and Social Sciences, 2009
<https://doi.org/10.1093/geronb/gbp112>
Nasrudin, Endin, and Ujam Jaenudin, Psikologi Agama Dan Spiritualitas, 1st edn
(Bandung: Lagood’s Publishing, 2021)
<https://etheses.uinsgd.ac.id/54385/1/Buku Psikologi Agama dan Spiritualitas
- Ujam Jaenudin.pdf%0A>
Nasrullah, Dede, Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1, 1st edn (Trans Info
Media Jakarta, 2016) <http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf>
‘PERPRES No.88 Tahun 2021’
<https://peraturan.bpk.go.id/Details/178090/perpres-no-88-tahun-2021>
[accessed 17 September 2023]
Rosyad, Rifki, Pengantar Psikologi Agama Dalam Konteks Terapi, ed. by Naan
Naan (Bandung: Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, 2021) <https://etheses.uinsgd.ac.id/46118/1/Buku Pak Rifki-
A5_removed.pdf>
‘Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1965’
<https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1965_4.pdf> [accessed 19
September 2023]

Anda mungkin juga menyukai