Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH SIMPANAN PELAJAR DEMI INDONESIA MAJU

DITENGAH ZAMAN KONSUMERISME

I. Latar Belakang Masalah

Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi di hadapan Majelis Permusyarawatan


Rakyat tanggal 16 Agustus 2019 yang mengajak segenap bangsa Indonesia untuk
sepakat dengan satu visi yaitu “Indonesia Maju”. Persaingan dunia yang semakin
ketat dan disrupsi di berbagai bidang, membutuhkan kualitas SDM yang tepat. Kita
butuh SDM unggul yang terus belajar bekerja keras, berdedikasi. Kita butuh inovasi-
inovasi yang disruptif yang membalik ketidakmungkinan menjadi peluang.
Kapasitas kita dalam mengelola risiko menghadapi gejolak ekonomi global
yang tidak terduga harus kita perkuat. Pembangunan kita harus sensitif terhadap
berbagai resiko. Masyarakat juga harus waspada dan sadar resiko. Kita harus sigap
dan waspada menghadapi kepastian karena hal itu sangat penting.

Karakter umum yang dilakukan oleh masyarakat dalam sebuah lingkungan


akan menjadi sebuah budaya di tempat tersebut. Salah satu budaya penting yang perlu
mendapat perhatian serius adalah pentingnya anak mengenal pengelolaan keuangan
sejak dini. Menabung adalah menyisihkan sebagian uang yang dimiliki untuk
disimpan. Menabung ialah salah satu cara dalam mengelola keuangan untuk
mencapai keinginan. Menabung merupakan kegiatan yang baik untuk dilakukan sejak
dini, karena dengan melatih menabung dapat memberikan dampak positif untuk
kehidupan mendatang.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya untuk mendorong penyediaan akses


keuangan yang seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat dengan
perlindungan konsumen yang padu. Salah satu upaya yang saat ini digencarkan yaitu
SimPel (Simpanan Pelajar) tabungan ekonomis bagi siswa SD hingga SMA dengan
persyaratan yang mudah dan sederhana serta fitur yang menarik, dalam rangka
edukasi dan inklusi keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.

Konsumerisme, Hedonisme dan Materialisme adalah hal hal yang


mengahambat kegiatan menabung para pelajar di Indonesia karena ketiga kegiatan
tersebut membuat para pelajar di Indonesia hidup boros dan tidak menghemat uang.
Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga
ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Salah satu dampak
dari perilaku konsumerisme yaitu mengurangi kesempatan untuk menabung. Jiwa
konsumtif dalam masyarakat akan lebih banyak membelanjakan uangnya
dibandingkan dengan sikap untuk hemat.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menulis essay dengan


judul :

“KREATIFITAS OTORITAS JASA KEUANGAN UNTUK


MENINGKATKAN GEMAR MENABUNG DI ERA GLOBALISASI
MELALUI SIMPANAN PELAJAR UNTUK INDONESIA MAJU

II. Rumusan Masalah


1. Apa itu OJK dan peranannya bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia
2. Bagaimana kreatifitas OJK dalam meningkatkan gemar menabung di era
globalisasi
3. Apa itu Simpanan pelajar dan keuntungannya
4. Bagaimana peranan simpanan pelajar untuk Indonesia Maju

III. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan memahami pengertian OJK dan peranannya bagi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Memahami kreativitas OJK dalam meningkatakan gemar menabung di era
globalisasi.
3. Mengetahui dan memahami pengertian Simpanan Pelajar dan
keuntungannya.
4. Mengetahui dan memahami peran Simpanan Pelajar untuk Indonesia Maju

IV. Pembahasan Materi

IV.1 Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebuah lembaga negara yang memiliki
fungsi dan tugas dalam penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap
industri jasa keuangan secara terintegrasi. Beberapa yang termasuk dalam industri
jasa keuangan yang masuk dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
diantaranya adalah:

 Perbankan
 Pasar modal
 Asuransi
 Dana pensiun
 Lembaga pembiayaan
 Dan beberapa lembaga jasa keuangan lainnya

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21


Tahun 2011. OJK merupakan lembaga negara yang sifatnya independen dan bebas
dari campur tangan pihak lain dalam menjalankan tugasnya. OJK juga harus mampu
menjaga kepentingan nasional yang meliputi sumber daya manusia, pengelolaan,
pengendalian dan kepemilikan di sektor jasa keuangan dengan tetap
mempertimbangkan aspek positif. Latar belakang pembentukan OJK adalah karena
adanya kebutuhan dalam hal penataan beberapa lembaga pelaksana yang bertugas
mengatur dan memberikan pengawasan di sektor jasa keuangan. Mengacu pada
pengertian OJK di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang melandasi pembentukan
Otoritas Jasa Keuangan:

1. Amanat Undang-Undang

Adanya amanat Undang-undang untuk melakukan pembentukan lembaga


pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup Perbankan, Asuransi, Sekuritas,
Dana Pensiun, Modal Ventura, Jasa Pembiayaan, dan badan-badan lain yang
menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.

2. Perkembangan Industri Jasa Keuangan


Proses globalisasi dalam system keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang
teknologi informasi serta inovasi keuangan telah menciptakan industri keuangan yang
sangat kompleks, dinamis dan saling terkait.

3. Konglomerasi Lembaga Jasa Keuangan

Pengawasan perlu dilakukan terhadap lembaga jasa keuangan yang memiliki


beberapa anak perusahaan di bidang jasa keuangan yang berbeda kegiatan usaha
(konglomerasi). Sebagai contoh, Bank punya anak perusahaan di bidang jasa
Asuransi, Pembiayaan, Sekuritas, dan Dana Pensiun.

4. Perlindungan Konsumen

Semakin kompleksnya layanan jasa keuangan tentu permasalah dan


pelanggaran di industri ini juga semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan
fungsi edukasi, perlindungan konsumen dan pembelaan hukum terhadap konsumen
dari pihak-pihak terkait.
Karasitesik khusus yang dimiliki OJK serta menjadi nilai tambah keberadaan
OJK sebagaiamana diamanatkan dalam UU OJK adalah kewenangannya di bidang
edukasi dan perlindungan konsumen. Hal ini tercermin dalam amanat pasal 4 UU
OJK yang menyebutkan bahwa pembentukan OJK dilakukakn dengan tujuan agar:

 Keseluruhan kegiatan di dalam sistem jasa keuangan terselenggara


secara teratur, adil, transparan dan akuntabel
 Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil
 Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat

Secara umum OJK memiliki tugas dan wewenang dalam


hal penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa
keuangan di Indonesia. Sesuai dengan pengertian OJK di atas, berikut ini adalah
beberapa tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan:

1. Tugas OJK

Secara umum ada 3 tugas OJK, diantaranya:

 Mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan, baik di sektor Perbankan


maupun Non Perbankan.
 Mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal.
 Mengatur dan mengawasi aktivitas jasa keuangan di sektor Asuransi, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Keuangan Lainnya.

2. Wewenang OJK

Berikut ini adalah beberapa wewenang OJK dalam tugas pengaturan dan
tugas pengawasan:

 Menetapkan peraturan perundang-undangan di industri jasa keuangan.


 Membuat dan menetapkan peraturan tentang pengawasan di industri jasa
keuangan.
 Membuat dan menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan tugas OJK.
 Mengatur tentang tata cara penetapan pengelola statuter di lembaga jasa
keuangan.
 Mengatur tentang struktur organisasi dan infrastruktur, serta pengelolaan
kekayaan dan kewajiban.
 Membuat dan menetapkan peraturan tentang tata cara pemberian sanksi
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di sektor jasa
keuangan.
 Membuat dan menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengawasan terhadap
industri jasa keuangan.
 OJK dapat melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, dan
perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan.
 Memberikan sanksi administratif kepada pihak yang melanggar peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
 OJK berwenang memberikan dan/ atau mencabut ijin usaha, pengesahan, dan
penetapan lain dalan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Berikut ini adalah beberapa asas dalam pelaksanaan tugas Otoritas Jasa Keuangan
(OJK):

1. Asas Independensi

Seperti yang telah disebutkan pada pengertian OJK, lembaga negara ini
bekerja secara independen dalam mengatur jasa keuangan di Indonesia.

2. Asas Kepastian Hukum

Dalam pembentukan dan penyelenggaraan lembaga OJK berlandaskan pada


hukum dan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.
3. Asas Kepentingan Umum

OJK dibentuk dan menjalankan tugasnya mengacu kepada kepentingan


umum (konsumen). Dengan kata lain, dalam pelaksanaan tugas OJK harus
melindungi dan membela kepentingan konsumen.

4. Asas Keterbukaan

OJK memberikan akses terbuka kepada masyarakat apabila ingin


memberikan informasi yang jujur dan tidak diskriminatif terkait dengan adanya
pelanggaran di sektor jasa keuangan.

5. Asas Profesionalisme

OJK terdiri dari individu-individu yang profesional sehingga dalam


pelaksaan tugas dan wewenangnya OJK harus berlandaskan asas profesionalisme.

6. Asas Integritas

Dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, OJK harus berpegang teguh


kepada nilai-nilai moral dan norma yang berlaku.

7. Asas Akuntabilitas

Segala tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh OJK adalah untuk
kebaikan konsumen dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

IV.2 Peran OJK Dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Keseriusan OJK dalam melakukan kinerja mengawasi dan mengatur


lembaga keuangan bank dan non bank terlihat dari banyaknya program yang
diluncurkan agar semakin berdampak dalam menumbuhkan ekonomi di masyarakat.
Program-program tersebut mencakup untuk dapat diterapkan oleh lembaga perbankan
maupun non bank.
Program-program yang dikeluarkan OJK pada sektor keuangan ditujukan agar
pertumbuhan ekonomi di masyarakat dapat segera tumbuh secara perlahan-lahan
dengan melibatkan peran dari industri jasa keuangan secara penuh di dalamnya.
Adapun program yang dikembangkan oleh OJK untuk memajukan pertumbuhan
ekonomi Indonesia ditujukan kepada berbagai pihak yang diantaranya industri
keuangan, pengembangan obligasi daerah, dan masyarakat secara keseluruhan.

Berikut ini kreativitas OJK dalam meningkatakan gemar menabung di era


globalisasi :

1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong fasilitas yang dapat dipakai


untuk pendanaan di pasar modal melalui penerbitan efek berbasis utang,
Reksa Dana Panyertaan Terbatas (RDPT), Efek Beragun Aset (EBA),
Dana Investasi Real Estate (DIRE), dan Dana Investasi Infrastruktur
(DINFRA). Selain juga , ada pula instrumen derivatif berupa Indonesia
Government Bond Futures (IGBF) dan pengembangan produk investasi
berbasis syariah, di antaranya Sukuk Wakaf

2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mendorong lembaga jasa keuangan


meningkatkan kontribusi pembiayaan kepada sektor prioritas seperti
industri ekspor, substitusi impor, pariwisata, atau sektor perumahan.
Realisasi yang dapat mendukung hal itu seperti pengembangan skema
pembiayaan serta ekosistem pendukungnya, termasuk asuransi pariwisata.
3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berusaha memperluas penyediaan akses
keuangan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan
masyarakat kecil di daerah terpencil yang belum terlayani lembaga
keuangan formal. Salah satunya melalui pendirian bank wakaf mikro yang
jumlahnya akan ditambah menjadi 100 lembaga pada akhir tahun 2019.
Lembaga jasa keuangan juga akan didorong untuk meningkatkan akses
keuangan ke daerah-daerah terpencil melalui pemanfaatan teknologi.
4. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong inovasi industri jasa keuangan
dalam menghadapi dan memanfaatkan revolusi industri 4.0. Selain itu juga
menyiapkan ekosistem yang memadai dan mendorong lembaga jasa
keuangan melakukan digitalisasi produk dan layanan keuangannya dengan
manajemen risiko yang memadai. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga
terus meningkatkan literasi masyarakat terhadap fintech dan memperkuat
penegakan hukum bagi start-up fintech ilegal yang merugikan masyakat
luas. Sambil terus memfasilitasi dan memonitor perkembangan start up
fintech, termasuk start up fintech peer-to-peer (P2P) lending dan equity
crowdfunding.
5. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan memanfaatkan teknologi dalam
proses bisnis, baik di dalam pengawasan perbankan yang berbasis
dengan teknologi, serta perizinan yang lebih cepat dan tepat, termasuk
proses fit and proper test dari yang sebelumnya 30 hari kerja menjadi 14
hari kerja.

IV.3 Pengertian Simpanan Pelajar

SIMPEL merupakan singkatan dari Simpanan Pelajar, yaitu tabungan untuk


siswa yang diterbitkan secara nasional oleh bank-bank di Indonesia dengan
persyaratan mudah dan sederhana serta fitur yang menarik untuk mendorong budaya
menabung sejak disini dalam rangka peningkatan literasi dan inklusi keuangan.
Tabungan pelajar SIMPEL dicetuskan oleh pemerintah dan dijalankan oleh OJK.
Dengan membuka tabungan pelajar SIMPEL memberikan pelajar di Indonesia
pengalaman belajar untuk membangun budaya gemar menabung dan melatih
mengelola keuangan pelajar. Tujuan dibuat tabungan Simpel yaitu:

 Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa, orang tua


dan komunitas sekolah mengenai layanan keuangan khususnya produk
tabungan
 Meningkatkan akses keuangan yang mudah dijangkau, biaya ringan, dan
fitur yang menarik bagi para siswa
 Menciptakan budaya gemar menabung dan melatih pengelolaan
keuangan sejak dini
 Mengajarkan kepada siswa untuk dapat memiliki dan mengembangkan
kekayaan sendiri dengan cara menabung

Sebagai produk simpanan khusus untuk pelajar, nasabah tabungan ini bisa
saja mulai dari anak usia dini (PAUD) sampai SMU dan sekolah sederajatnya. Untuk
mendukung program ini Presiden Jokowi sendiri yang meluncurkan produk tabungan
ini yaitu pada tanggal 14 Juni 2015. Pemerintah melalui Presiden berharap bahwa
anak-anak Indonesia mulai mengenal perencanaan keuangan sejak dini dan mulai
tertarik mengenal perbankan melalui produk tabungan ini sehingga akan muncul
generasi melek keuangan yang menjadikan kebiasaan menabung bukanlah kewajiban
tetapi berkembang menjadi bagian dari gaya hidup. Manfaat menabung di SimPel
yaitu:

 Bagi Siswa :

1. Memberi edukasi keuangan tentang produk tabungan


2. Mendorong budaya gemar menabung
3. Melatih pengelolaan uang sejak dini
4. Sarana untuk menerima manfaat dari program pemerintah

 Bagi Orang Tua:

1. Memberi edukasi keuangan tentang produk tabungan


2. Mengajarkan kemandirian dan kedisiplinan anak dalam mengelola keuangan
3. Memudahkan orang tua untuk mengontrol pengeluaran anak

 Bagi Sekolah:
1. Menjadi sarana edukasi praktis keuangan dan perbankan bagi siswa dan guru
2. Menumbuhkan budaya menabung di sekolah
3. Mengelola sistem pembayaran yang efektif dan efisien di sekolah

 Bagi perbankan:

1. Meningkatkan basis nasabah tabungan khususnya siswa


2. Merupakan potensi bisnis yang besar bagi industri perbankan

IV.4 Keuntungan Menabung Di Simpanan Pelajar bagi Siswa Indonesia

Keuntungan menabung di Simpel bagi para pelajar di Indonesia yaitu :

 Siswa dapat memiliki Tabungan atas nama sendiri.


 Setoran awal ringan hanya Rp.5.000,- dan setoran lanjutan minimal
Rp.1.000,-.
 Tidak dikenakan biaya administrasi rekening.
 Siswa SMP s/d SMA atau Sederajat langsung mendapatkan fasilitas Kartu
Debit BNI SimPel yang dapat digunakan Siswa untuk transaksi di ATM, di
jaringan ATM Link, Bersama, dan Prima.
 Mendapatkan fasilitas SMS Banking.
 Kesempatan mengikuti program hadiah yang dilaksanakan bank bank tertentu.

SIMPEL merupakan langkah tepat dari pemerintah untuk mendorong siswa


belajar menabung sehingga memiliki tujuan keuangan yang jelas di masa depannya.
Jika ini berjalan dengan lancar cita cita untuk mewujudkan bangsa yang lebih
sejahtera dimasa mendatang akan tercapai. Berdasarkan jumlah siswa di Indonesia
saat ini adalah sekitar 49,8 juta jiwa atau 20% dari total penduduk Indonesia.
Sungguh, ini merupakan bonus demografi bagi bangsa ini untuk bisa mempercepat
pembangunan nasional.
Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2014-2019, program SIMPEL ini memang di tujukan agar dapat menjadi
sarana penyaluran dana Program Indonesia Pintar (PIP) mengingat SimPel/SimPel iB
ini memiliki karakteristik yang spesifik seperti nama siswa yang tercatat sebagai
pemilik rekening dan tercantum pada buku tabungan.

IV.5 Faktor-Faktor Penghambat Kegiatan Menabung Pada Pelajar

Melihat di era globalisasi ini banyak pelajar di Indonesia yang hidup boros
dan menghamburkan uang untuk hal hal yang tidak penting. Kita harus
meninggalkan cara hidup kita sebagai pelajar yang boros agar kita tidak menjadi
generasi yang menderita dan tidak memiliki harapan di masa depan. Terlebih dahulu
kita harus mengenal perilaku perilaku yang dapat membuat hidup kita yang kedepan
menderita dan tidak memiliki harapan. Perilaku perilaku tersebut terdiri dari
Hedonisme, Konsumerisme, dan Materialisme

1.Hedonisme

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan


menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat
mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan
ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup
dan tindakan manusia. Gaya hidup Hedonisme tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa
faktor yang memicu seseorang menjadi penganut paham hedonisme, baik itu faktor
dari dalam diri sendiri (internal) ataupun dari luar (eksternal).

1. Faktor Internal

Faktor internal atau dari dalam diri sendiri merupakan penyebab hedonisme yang
paling utama. Sudah menjadi sifat dasar manusia ingin memiliki kesenangan
sebanyak-banyaknya dengan bekerja seringan mungkin. Selain itu, manusia juga
memiliki sifat dasar tidak pernah puas dengan hal yang sudah dimiliki. Sifat dasar
manusia inilah yang menjadi penyebab hedonisme.

2. Faktor Eksternal

Faktor penyebab hedonisme dari luar yang paling utama adalah arus
informas dari luar yang sangat besar atau globalisasi. Kebiasaan-kebiasaan dan
paham orang dari luar negeri yang dianggap bisa membuat senang kemudian
diadaptasi oleh masyarakat Indonesia.

Dampak Perilaku Hedonisme:

1. Bersikap individualisme

2. Membeli barang yang tidak dibutuhkan

3. Mementingkan diri Sendiri daripada orang lain

4. Menjadi orang pemalas dan tidak menghargai waktu

5. Kurang Bertanggungjawab

6. Hidup Boros

7. Kebiasaan korupsi(korupsi waktu, korupsi pekerjaan,dan lain lain)

2. Konsumerisme

Konsumerisme muncul seiring dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat


terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap penanggulangan yang cepat
dari hal-hal yang baru. Seperti produk baru, pengalaman baru dan citra baru.
Konsumerisme adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-barang
(mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Dapat dikatakan
pula konsumerisme adalah gaya hidup yang sifatnya tidak hemat. Tujuan dari
konsumerisme adalah untuk mencapai kepuasan diri dengan mengonsumsi atau
membeli barang-barang (mewah) tanpa melihat nilai guna dari barang yang
dikonsumsi tersebut. Karakteristik dalam konsumerisme ini, antara lain sebagai
berikut:

 Pembeli ingin tampak berbeda dari yang lain.


 Kebanggaan penampilan
 Sekedar ikut-ikutan (pengikut)
 Menarik perhatian orang lain

Dampak dari adanya konsumerisme terbagi menjadi 2 bentuk sebagai berikut:

Dampak Positif
 Membuka Lapangan Kerja
 Mengurangai Dampak Pengangguran

 Meningkatkan Motivasi
 Menciptakan Pasar Produsen

Dampak Negatif
 Konsumerisme menjadi budaya dalam masyarakat
 Uang tidak lagi memiliki arti
 Menimbulkan keresahan
 Ketimpangan sosial
 Mengurangi kesempatan untuk menabung
 Tidak memikirkan masa depan

3. Materialisme
Materialisme adalah pandangan hidup yang semata mata hanya mencari,
kesenangan, dan kekayaan/kebendaan merupakan satu-satunya tujuan atau nilai
tertinggi. Materialisme juga mengesampingkan nilai nilai rohani, bahkan
materialisme tidak mengakui adanya budaya immaterial atau adanya “Tuhan”.
Materialisme semata mata mencari dan mementingkan materi tanpa mengingat
Tuhan, dia lupa bahwa pekerjaan, jabatan, rezeki Tuhanlah yang mengatur. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut antara lain:

1. Orang dengan paham materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar


atas ilmu pengetahuan.
2. Paham materialisme berpegang pada kenyataan-kenyataan yang mudah
dimengerti, bukan pada dalil-dalil abstrak.
3. Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum.

Ciri-ciri materialisme:

a. Diskriminatif adalah sikap seseorang yang membeda-bedakan atau


meninggirendahkan orang lain berdasarkan keadaan ekonomi, suku, dan
biologis.

b. Pelit atau kikir adalah sikap seseorang yang tidak mau rugi atau sulit untuk
mengeluarkan atau memberi sesuatu kepada sesamanya yang membutuhkan
tanpa alasan yang jelas.

c. Mudah merendahkan atau meremehkan segala yang bersifat keagamaan


atau moralitas dalam ucapan dan tindakan nyata.

d. Mengukur relasi atau pergaulan hanya dari sisi untung dan rugi, tanpa mau
berkorban bagi orang lain

Dampak-dampak materialisme:

 Sikap materialisme bisa membawa orang jauh dari Tuhan


 Sikap materialistis bisa melahirkan banyak tindakan kejahatan,
seperti korupsi, pemerasan terhadap orang yang tidak berdaya
 Sikap materialistis bisa menjauhkan manusia dari Tuhan dan
sesama sebab materi menjadi yang paling utama bagi orang
tersebut. sesama bisa diperalat dan diperas
 Sikap materialistis bisa membuat orang tidak hidup bahagia
karena ambisi yang semakin menigkat untuk materi.

IV.7 Peran Simpanan Pelajar untuk Indonesia Maju

Pelajar Indonesia kita harus mampu menyesuaikan diri dengan


perkembangan zaman jangan sampai kita terhanyut di era globalisasi, kita tidak boleh
hidup boros dan membeli barang yang tidak sesuai kebutuhan. Kita harus
menghindari perilaku konsumerisme, hedonism dan materialism karena perilaku
tersebut akan membawa kita kepada kejatuhan dan akan berdampak buruk seperti
sekarang banyak orang ingin hidup senang dengan cara menjadi buruh/kuli bangunan.
Hedonisme, Konsumerisme dan Materialisme berpengaruh kepada negara yang dapat
melemahkan negara, terjajah secara ekonomi, menjadi pusat penjualan produk asing,
dan tidak ada kemandirian dalam bangsa itu.
Kedepan generasi bangsa Indonesia harus membiasakan diri untuk menabun
g sejak dini karena itu tabungan Simpanan Pelajar sangat membantu generasi penerus
bangsa untuk memperoleh masa depan yang penuh harapan Agar kedepan Generasi
penerus bangsa dapat keluar dari keterpurukan bangsa dan selalu berjalan bersama
dengan visi presiden Jokowi yaitu SDM Unggul, Indonesia Maju.
Tabungan Simpel harus dapat meningkatkan sikap mandiri gemar menabung
sejak dini, tanggalkan korupsi, kolusi dan nepotisme warisan penjajah. Tabungan
Simpel Bersama seluruh Pelajar Indonesia bergandengan tangan demi mewujudkan
masa depan bangsa yang lebih baik.
Pelajar Indonesia gelorakan gemar menabung di Tabungan Simpanan Pelajar
(Simpel) agar kita memiliki masa depan yang cerah serta meningkatkan
pembangunan di Negara yang kita cinta agar segenap bangsa Indonesia mampu
mewujudkan visi presiden Jokowi pada pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 2019
yaitu SDM unggul Indonesia maju.

V. Penutup
1. Kesimpulan
 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebuah lembaga negara yang memiliki
fungsi dan tugas dalam penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan
terhadap industri jasa keuangan secara terintegrasi
 Tujuan utama dari OJK yaitu mendukung kepentingan sektor jasa keuangan,
sehingga meningkatkan daya saing perekonomian.
 SIMPEL merupakan singkatan dari Simpanan Pelajar, yaitu tabungan
anak yang diciptakan khusus untuk kalangan pelajar mulai dari jenjang PAUD
sampai SMA.
 Manfaat menabung di SimPel yaitu:

1. Memberi edukasi keuangan tentang produk tabungan.


2. Mendorong budaya gemar menabung.
3. Melatih pengelolaan keuangan sejak dini.
 SIMPEL merupakan langkah tepat dari pemerintah untuk mendorong siswa
belajar menabung sehingga memiliki tujuan keuangan yang jelas di masa
depannya
 Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat
mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
 Konsumerisme adalah paham terhadap gaya hidup yang menganggap barang-
barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya
 Materialisme adalah pandangan hidup yang semata mata hanya mencari,
kesenangan, dan kekayaan/kebendaan merupakan satu-satunya tujuan atau
nilai tertinggi.
 Hedonisme, Konsumerisme dan Materialisme berpengaruh kepada negara
yang dapat melemahkan negara, terjajah secara ekonomi, menjadi pusat
penjualan produk asing, dan tidak ada kemandirian dalam bangsa itu.
 Pelajar Indonesia gelorakan gemar menabung di Tabungan Simpanan Pelajar
(Simpel) agar kita memiliki masa depan yang cerah serta meningkatkan
pembangunan di Negara yang kita cinta

2. Saran
 Kita sebagai generasi penerus bangsa harus hidup berhemat dan tidak
membeli barang yang tidak dibutuhkan
 Siswa Indonesia tingkatkan gemar menabung agar kelak kita mempunyai
masa depan yang cerah dan pembangunan di negara kita akan terus
berkembang
 Pelajar Indonesia tanggalkan hedonism, konsumerisme dan materialisme yang
semakin membara di tanah yang kita cinta ini.

Anda mungkin juga menyukai