Anda di halaman 1dari 111

PANDUAN

KETERAMPILAN KLINIK DASAR


(K K D)
( untuk Kalangan Sendiri )
Internal

SEMESTER

7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020
2|KKD-7 FKUC
KKD-7 FKUC |3

PENDAHULUAN

PENGANTAR
Keterampilan klinis perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan dokter secara
berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan dokter harus menguasai keterampilan
klinis untuk mendiagnosis maupun melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan. Materi
Keterampilan Klinis ini disusun berdasarkan lampiran Daftar Keterampilan Klinis SKDI 2012.

Panduan Keterampilan Klinis ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan dokter dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan keterampilan minimal
yang harus dikuasai oleh lulusan dokter layanan primer.

Kemampuan klinis di dalam standar kompetensi ini dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan dalam rangka menyerap perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran
yang diselenggarakan oleh organisasi profesi atau lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi
profesi, demikian pula untuk kemampuan klinis lain di luar standar kompetensi dokter yang telah
ditetapkan. Pengaturan pendidikan dan pelatihan kedua hal tersebut dibuat oleh organisasi
profesi, dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan
berkeadilan (pasal 28 UU Praktik Kedokteran no.29/2004).

SISTEMATIKA

Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia untuk menghindari
pengulangan. Pada setiap keterampilan klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang harus dicapai di
akhir pendidikan dokter dengan menggunakan Piramid Miller (knows, knows how, shows, does).

Gambar 3 menunjukkan pembagian tingkat kemampuan menurut Piramida Miller


dan alternatif cara mengujinya pada mahasiswa.
4|KKD-7 FKUC

Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan

Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan psikososial
keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/pasien dan keluarganya, teman
sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul.
Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar
mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.

Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan Lulusan dokter
menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan

penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan
mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian
tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral test).

Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah


supervisi

Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik
dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized
patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured
Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).

Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri

Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh teori,
prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.
Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4
dengan menggunakan Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter

4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan (PKB)
KKD-7 FKUC |5

PENILAIAN

A. Penilaian Formatif
a. Kehadiran minimal 70 % per semester kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh
institusi
b. Telah mengerjakan semua tugas yang diberikan
Semua penilaian formatif ini adalah prasyarat untuk mengikuti ujian KKD

B. Penilaian Sumatif
Bobot penilaian terdiri dari nilai tugas (T), nilai ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir
semester (UAS). Nilai akhir (NA) ditentukan dengan rumus berikut :

C. Nilai Akhir Blok


Penilaian Acuan Patokan (PAP) / criterion-reference dengan nilai patokan berdasarkan aturan
institusi.
Huruf Mutu Bobot Skore Nilai

A 4 80 – 100

B 3 70 – 79,99

C 2 60 – 69,99

D 1 50 – 59,99

E 0 < 50

D. Contoh Soal Ujian OSCE KKD dan Sistem Skoring Penilaian


1. Soal : seorang ibu datang ke klinik dokter keluarga membawa bayinya berusia 6 bulan
dengan keluhan mencret
2. Tugas mahasiswa:
a. Lakukan alloanamnesa
b. Lakukan pemeriksaan fisik
c. Sampaikan usulan pemeriksaan penunjang kepada penguji, (nanti penguji memberi
jawaban hasilnya) dan interpretasi hasilnya
d. Sampaikan diagnosa kerja dan 3 diagnosis banding kepada penguji
e. Sampaikan tatalaksana nonfarmakologi dan farmakologi
f. Tuliskan resep secara lengkap
g. Beri edukasi kepada orang tua pasien
6|KKD-7 FKUC

 Ctt: hasil PE/ KU Rewel, Kesadaran CM, Suhu 39,5C Respirasi 48X/menit, Nadi
120x/menit, isi cukup, reguler, UUB datar, Mata tdk cekung, air mata ada,
mukosa mulut basah
 Ctt: penguji menyampaikan hasil lab setelah peserta merencanakan /
mengusulkan pemeriksaan penunjang darah rutin dan feses: lekosit 12.000
mmkubik, difcount: 83/13/2/1/1, Feses: makroskopis : darah +, lendir + sigella +
3. Diagnosa Kerja : disentri basiler atau shigellosis tanpa dehidrasi
4. Diagnosis Banding : 1. Enteritoxigenik E Coli 2. Enterohemoragic E Coli 3. Disenrti
amuba 4. invaginasi
5. Tatalaksana
a. Nonfarmakologis
 Rehidrasi rencana A dengan lengkap: pemberian ASI diteruskan dan lebih
banyak, pemberian oralit, pemberian makanan lanjutkan
b. Farmakologis:
 Cotrimoxazol 5-8 mg/kgbb 2x sehari selama 5 hari atau
 Ampicillin 50 mg/kgbb, 4 kali sehari selama 5 hari atau
 Ciprofloxacin 15 mg/kgbb 2 kali sehari selama 5 hari
 dan zinc tablet 20 mg/hr selama 10 hari

Rubrik Penilaian (hanya yang dicatat disini dengan kategori skor 2 saja, paling tinggi)
1. Anamnesa (skor paling tinggi 2)
Peserta ujian bertanya tentang keluhan utama, ditambah 5-6 pertanyaan mengenai:
a. Onset penyakit
b. Keluhan penyerta
c. Tanda tanda dehidrasi
d. Riwayat makanan
e. Riwayat allergi
f. Riwayat pengobatan

2. Pemeriksaan fisik (skor paling tinggi 2)


a. Peserta ujian melakukan semua pemeriksaan fisik dengan benar dan runtut:
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
c. Timbang BB
d. Periksa tanda vital
e. Test minum
f. Tanda tanda dehidrasi (UUB, kelopak mata, mukosa mulut, turgor kulit)

3. Melakukan test, prosedur klinik (skor paling tinggi 2)


KKD-7 FKUC |7

Peserta ujian mengusulkan pemeriksaan feses dan darah rutin dan melakukan interpretasi
(setelah penguji menyebutkan hasil pemeriksaan laboratorium feses dan darah rutin)

4. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding (skor paling tinggi 2)


Peserta ujian menetapkan diagnosis disentri basiler atau shigellosis tanpa dehidrasi dan
menyebutkan 2 diagnosa banding:
1. Enterogenik E Coli
2. Enterogenik hemoragic E Coli
3. Invaginasi

5. Tatalaksana non farmakologi berikut dengan lengkap (skor paling tinggi 2)


Peserta ujian menyampaikan tatalaksanan nonfarmakoterapi (rencana rehidrasi A) dengan
lengkap:
1. Pemberian ASI lebih sering dan lebih banyak
2. Pemberian oralit
3. Makanan bayi diteruskan

6. Tatalaksanan farmakologi berikut dengan lengkap (skor paling tinggi 2)


a. Anti biotik
 Cotrimoxazol 5-8 mg/kgbb selama 5 hari
 Ampicilin 50 mg/kgbb selama 5 hari
 Ciprofloxacin 15 mg/kgbb selama 5 hari
b. Parasetamol 10-15 mg/kgbb
c. Zinc 1 tab (20 mg) perhari selama 10 hari

7. Komunikasi dan atau edukasi pasien (skor paling tinggi 2)


Peserta ujian menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan menerapkan prinsip
berikut :
a. Mampu membina hubungan baik dengan pasien secara verbal non verbal ( ramah,
terbuka, kontak mata, salam, empati, dan hubungan komunikasi 2 arah
b. Mampu memberikan kesempatan kepada pasien untuk bercerita dan mengarahkan
cerita
c. Mampu untuk melibatkan pasien dalam membuat keputusan klinik
d. Mampu memberikan penyuluhan yang isinya sesuai dengan masalah pasien
 Penyebab diare
 Perjalanan penyakit diare
 Pencegahan
 Kapan harus kembali ke dokter
8|KKD-7 FKUC

8. Perilaku Profesionalisme (skor paling tinggi 2)


Meminta izin secara lisan dan melakukan dibawah ini secara lengkap:
a. Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak membahayakan
pasien dan diri sendiri
b. Memperhatiakn kenyaman pasien
c. Melakukan tindakan sesuai prioritas
d. Menunjukkan rasa hormat pada pasien
e. Mengetahui keterbatasan dengan merujuk atau melakukan konsultasi.
KKD-7 FKUC |9

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Daftar Isi

MATERI 1 KEDOKTERAN TROPIS

1. Anamnesis Kasus Penyakit Tropis 11


2. Penulisan Resep Kasus Penyakit Tropis 15

MATERI 2 HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI

3. Palpasi Kelenjar Limfe 17

MATERI 3 FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

4. Deskripsi Luka 20
5. Pemeriksaan Luar Pada Mayat 23
6. Pembuatan Visum et Repertum 27
7. Pengambilan Muntah atau Isi Lambung Pada Kasus Medikolegal 34

MATERI 4 REPRODUKSI

8. Asuhan Persalinan Normal ( Langkah-Langkah Asuhan 37


Persalinan Normal)
9. Asuhan Persalinan Normal (Episiotomi Dan Penjahitan Luka 44
Episiotomi)
10. Penilaian Post Partum 49
11. Perawatan Luka Post Partum 53
12. Kompresi Bimanual 57
13. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 62
14. Pemeriksaan Payudara Dan Konseling SADARI 65
15. Insisi Abses Bartholini 78
16. Konseling Kontrasepsi (Konseling Kontrasepsi Pil, Konseling 83
Pra-Penanganan Spiral, Konseling Kontrasepsi Metode
Amenorea Laktasi)
10 | K K D - 7 FKUC

17. Pemasangan Kontrasepsi (Injeksi Kontrasepsi) 92


18. Pemasangan Kontrasepsi (Insersi Dan Ekstraksi IUD) 99
19. Konseling Prakonsepsi 105
KKD-7 FKUC | 11

ANAMNESIS KASUS PENYAKIT TROPIS

Tujuan Umum

Pada akhir latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan anamnesis yang
menuntun ke arah diagnosis penyakit tropis.

Tujuan Khusus

1. Mampu dan terampil melakukan komunikasi dengan pasien


2. Mampu dan terampil membina sambung rasa dan memberikan rasa empati
3. Mampu dan terampil menggali informasi mengenai keluhan pasien
4. Mampu dan terampil melakukan anamnesis terpimpin yang mengarah ke diagnosis penyakit
tropis
5. Mampu dan terampil memberikan informasi kepada pasien mengenai tindakan selanjutnya
yang akan dilakukan berdasarkan hasil anamnesis
6. Mampu dan terampil membuat resume dari semua informasi yang didapat pada anamnesis

Alat dan Bahan

- Meja kerja
- Kursi pasien
- Kursi dokter
- Status pasien dengan lembaran anamnesis

A. PENGANTAR

Role Play:
Lakukan role-play dalam melakukan keterampilan anamnesis lengkap dengan teman. Buatlah
pasangan 2 orang dan secara bergantian berperan sebagai :
- Dokter yang akan melakukan anamnesis kepada pasien yang datang dengan satu/lebih
gejala fisik
- Pasien yang datang dengan satu/lebih gejala fisik
- Mahasiswa yang berperan sebagai pasien juga bertindak sebagai Observer yang
mengevaluasi dokter dengan menggunakan Daftar Tilik Anamnesis di bawah ini.

Panduan untuk peran pasien:


- Pilihlah salah satu dari kasus berikut yang akan dibawa untuk diperiksakan ke dokter :
a) Anak Seto, laki-laki, usia 15 th, BB 50 kg, demam
b) Tn. Budi, laki-laki, 57 th, batuk
c) Ny. Siti, perempuan, 35 th, nyeri berkemih
12 | K K D - 7 FKUC

d) dan seterusnya
- Evaluasilah teman yang berperan sebagai dokter dalam melakukan anamnesis berdasarkan
daftar tilik.

Panduan untuk peran dokter:


- Lakukan keterampilan anamnesis lengkap kepada pasien.
- Menekankan pada anamnesis kasus kedokteran tropis.

Tuliskan data yang diperoleh ke rekam medis di bawah ini. Rekam medis tersebut hanya
dipergunakan sebagai panduan dalam melakukan bagian-bagian anamnesis. Jangan terfokus
hanya menulis (komunikasi tertulis). Fokus utama Anda adalah komunikasi verbal dan non-
verbal.

B. CHECKLIST PENILAIAN

SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI PARAMETER
0 1 2
1. Memberikan salam, “Selamat pagi, pak Ali, saya Budi
mengenalkan diri, dan membuat mahasiswa kedokteran. Saya bagian
pasien merasa nyaman dari tim medis yang akan menangani
Anda.”
2. Menanyakan identitas pasien Nama, usia, alamat, pekerjaan,
status perkawinan
3. Menanyakan keluhan utama (KU) Gunakan pertanyaan terbuka (open-
ended question)
“Apa yang bisa saya bantu?, Apa
yang membawa Anda ke sini?”
4. Menanyakan riwayat penyakit - Lokasi
sekarang (RPS) - Kualitas
- Kuantitas atau keparahan
- Waktu; onset, durasi, & frekuensi
- Situasi & kondisi saat terjadi
- Faktor-faktor yang memperparah
atau meringankan gejala-gejala
(remitting or exacerbating factors)
- Manifestasi gejala lain yang
terkait
5. Menanyakan riwayat penyakit - Penyakit masa kanak-kanak
KKD-7 FKUC | 13

dahulu (RPD) - Penyakit masa dewasa (medis,


bedah, obs-gyn, psikiatri)
- Pemeliharaan kesehatan
(imunisasi, tes skrining)
6. Menanyakan riwayat penyakit - Penyakit dalam keluarga
keluarga (RPK) - Kematian, penyebab dan usia
saat meninggal dari anggota
keluarga
7. Menanyakan riwayat personal - DEWASA
sosial Pendidikan
Situasi pekerjaan
Situasi rumah/keluarga/
perkawinan
Kebiasaan/perilaku gaya hidup
(diet, aktivitas fisik, merokok,
alcohol, obat, dll)
- ANAK
Riwayat kehamilan ibu (ANC,
pengobatan, dll)
Riwayat persalinan ibu
Riwayat perinatal
Riwayat nutrisi (ASI,dll)
Riwayat imunisasi
Riwayat tumbuh kembang
8. Anamnesis system (review - Kulit
system) - Kepala
- Mata
- Telinga
- Hidung & sinus
- Tenggorokan (mulut&faring)
- Leher
- Payudara
- Paru-paru
- Jantung
- Pencernaan
- Saluran kencing
- Alat kelamin; laki-laki/perempuan
- Pembuluh darah perifer
- Otot & tulang
14 | K K D - 7 FKUC

- Kejiwaan
- Saraf
- Darah
- Endokrin
9. Merangkum riwayat pasien - Meringkas temuan riwayat yang
ada & menyatakan kembali
- Memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mengecek
kebenarannya
- Sampaikan ke pasien apa yang
akan dilakukan: pemeriksaan fisik
10. Komunikasi non-verbal - Menjaga tatap mata
- Ekspresi wajah ramah,
tersenyum,
- Postur tubuh terbuka,
menghadap pasien dengan sudut
45 derajat
- Artikulasi suara jelas & intonasi
tepat
- Penampilan bersih & rapi
11. Empati dan keterampilan - Refleksi isi
mendengar aktif - Refleksi perasaan
JUMLAH SKOR

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
KKD-7 FKUC | 15

PENULISAN RESEP KASUS KEDOKTERAN TROPIS

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menuliskan resep yang benar dan rasional berdasarkan diagnosa.

Tujuan Khusus

1. Mampu memberikan resep yang tepat obat


2. Mampu memberikan resep yang tepat dosis
3. Mampu memberikan resep yang tepat jumlah
4. Mampu memberikan resep yang bentuk sediaan obat dengan konsep patient safety
5. Mampu memantau efek samping terapi yang diberikan

Alat dan Bahan

- Meja kerja
- Kertas resep
- Alat Tulis

A. PENGANTAR
A.
Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang diberi ijin
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotik
untuk menyediakn dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita.

Unsur-unsur Resep :

1. Inscriptio
Berisi identitas dokter (nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek, nomor telepon, hari dan
jam praktek) biasanya sudah tercetak dalam blanko resep.
Nama kota dan tanggal.
Recipe = harap ambil (R/) yang biasanya sudah tercetak pada resep. Bila diperlukan lebih dari
satu bentuk sediaan obat/formula resep, diperlukan penulisan R/ lagi.
2. Praescriptio
Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama bahan-bahan obat, bentuk sediaan obat (BSO)
dan jumlahnya; bila perlu diterangkan cara membuat dan cara menyerahkan.
3. Signatura
Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi frekuensi, jumlah
obat, dan waktu minum obat.
Kepada siapa diberikan (pro)
16 | K K D - 7 FKUC

4. Subscriptio
Subcriptio (paraf atau tanda tangan dokter untuk resep yang mengandung obat-obatan.

Skenario yang dapat digunakan untuk menulis resep yang sesuai dengan kaidah dan edukasi
yang baik.
1. Anak Seto, laki-laki, usia 15 th, BB 50 kg, demam 6 hari, mual, tidak muntah, leukosit 14.500
2. Tn. Budi, laki-laki, 57 th, demam 3 hari, mual dan muntah, muncul bruntus-bruntus di kulit
berisi cairan, leukosit 6.000
3. Ny. Siti, perempuan, 35 th, nyeri berkemih 3 hari, tidak nyaman pada suprapubis, urinalisis
bakteri dan leukosit +++
4. dan seterusnya

B. CHECKLIST PENILAIAN
B.
SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Menuliskan identitas dokter dengan lengkap (Nama, SIP, alamat, No.
1.
Telepon)
Menuliskan tanggal pembuatan resep dan tanda pelengkap lain dalam
2.
badan resep (R/, S, Paraf, garis penutup, dll)
Pemilihan obat tepat indikasi, tepat dosis, tepat bentuk sediaan dan
3.
tepat cara pemberian
Menuliskan identitas pasien dengan lengkap (Nama, Umur, Alamat,
4.
Berat badan)
Memberikan informasi dan edukasi tentang indikasi, kontra indikasi,
5.
cara pemberian dan efek samping obat.
JUMLAH SKOR

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
10
KKD-7 FKUC | 17

PALPASI KELENJAR LIMFE

Tujuan Umum

Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan dan
menilai kelenjar limfe.

Tujuan Khusus

1. Mampu menginformasikan tujuan pemeriksaan kepada pasien


2. Mampu mengetahui daerah-daerah predileksi pembesaran kelenjar limfe
3. Mampu melakukan pemeriksaan kelenjar limfe
4. Mampu menyimpulkan penilaian akan hasil pemeriksaan kelenjar limfe.

Alat dan Bahan

- Orang coba
- Video Belajar

A. PENGANTAR

Area Kepala Dan Leher

1. Jelaskan kepada pasien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya
2. Cuci tangan 7 langkah
3. Minta pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa
4. Inspeksi daerah leher
a. Perhatikan kesimetrisan, massa atau scars
b. Lihat apakah ada kelenjar limfe yang terlihat
5. Palpasi menggunakan bantalan dari jari telunjuk dan jari tengah dengan gerakan memutar
yang lemah lembut, minta pasien untuk relax, dengan leher fleksi. Palpasi secara berurutan:
a. Preauricular : di depan telinga
b. Posterior auricular : superfisial di mastoid
c. Occipital : dasar tulang kepala posterior
d. Tonsillar : di bawah angulus mandibula
e. Submandibular : di tengah di antara sudut dan ujung mandibula
f. Submental : di garis tengah beberapa sentimeter di belakang ujung mandibula
g. Superficial cervical : superfisial di sternomastoid
h. Posterior cervical : sepanjang tepi anterior dari trapezius
i. Deep cervical chain : bagian dalam di sternomastoid dan terkadang sulit untuk diperiksa.
Kaitkan kedua ibu jari dengan jari-jari di sekitar otot sternomastoid
j. Supraclavicular : di dalam sudut yang dibentuk oleh klavikula dan sternomastoid
18 | K K D - 7 FKUC

6. Rasakan ukuran, bentuk, batas, mobilitas, konsistensi, dan ada tidaknya nyeri

Area Lengan Dan Tungkai

1. Inspeksi kedua lengan pasien, nilai dari ujung jari hingga bahu
a. Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke arah depan.
b. Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan.
2. Palpasi epitrochlear node
a. Minta pasien untuk memfleksikan siku 90° dan angkat serta tahan lengan pasien dengan
tangan pemeriksa (bagian kanan dengan bagian kanan dan sebaliknya).
b. Palpasi di lekukan di antara otot biceps dan triceps, sekitar 3 cm di atas epikondilus medial.
Jika teraba, nilai ukuran, konsistensi dan nyeri.
3. Inspeksi kedua ekstremitas bawah pasien dari pangkal paha dan pantat hingga kaki
4. Minta pasien untuk berdiri dengan santai
5. Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan.
6. Palpasi kelenjar limfe inguinal superfisial, termasuk grup vertikal dan horizontal
a. Palpasi inguinal kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
b. Nilai ukuran, konsistensi, persebaran dan nyeri

Analisis Hasil Pemeriksaan

1. Palpasi kelenjar limfe daerah kepala dan leher:


a. Kelenjar limfe tonsillar yang ada pulsasi kemungkinan itu adalah arteri karotis
b. Pembesaran kelenjar limfe supraklavikula, terutama sebelah kiri harus dicurigai sebagai
keganasan yang metastasis dari torakal atau abdominal.
c. Kelenjar limfe yang teraba lunak kemungkinan merupakan inflamasi, kelenjar limfe yang
teraba keras atau yang tidak bergerak kemungkinan merupakan keganasan
d. Limfadenopati yang difus harus dicurigai sebagai HIV atau AIDS
2. Palpasi kelenjar limfe daerah lengan dan tungkai:
a. Edema kelenjar limfe di lengan dan tangan mungkin akibat dari diseksi kelenjar limfe aksila
dan terapi radiasi
b. Limfe epitrochlear yang membesar kemungkinan merupakan infeksi lokal atau distal atau
berhubungan dengan limfadenopati generalisata
c. Limfadenopati berarti pembesaran kelenjar limfe dengan atau tanpa nyeri. Coba untuk
membedakan antara limfadenopati lokal dan generalisata dengan menemukan (1) lesi
penyebab di drainage area atau (2) pembesaran limfe setidaknya di area yang tidak
berdekatan.
KKD-7 FKUC | 19

B. CHECKLIST PALPASI KELENJAR LIMFE

SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Mempersiapkan pasien
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menginformasikan kepada pasien tentang indikasi dan tujuan pemeriksaan
3. Melakukan cuci tangan sesuai prosedur hand hygiene
4. Meminta pasien untuk bersedia mengikuti instruksi pemeriksa.
5. Berdiri di hadapan pasien, posisi pasien duduk.
6. Meminta pasien untuk membuka pakaian sesuai keperluan (leher dan aksila saat
pemeriksaan pada daerah tersebut akan dilakukan)
7. Menjelaskan daerah – daerah predileksi KGB (berbagai daerah di leher, aksila,
epitrochlear dan inguinal)
8. Melakukan inspeksi KGB leher. Apakah terdapat massa atau pembengkakan?

9. Menyampaikan hasil inspeksi KGB leher.

10. Melakukan palpasi pada seluruh daerah predileksi KGB leher. Nilai jumlah,
ukuran, konsistensi, mobilitas, dan nyeri tekan bila terdapat pembesaran.
11. Menyampaikan hasil pemeriksaan palpasi KGB leher
12. Melakukan inspeksi KGB aksila (kanan dan kiri). Apakah terdapat massa atau
pembengkakan?
13. Menyampaikan hasil inspeksi KGB aksila
14. Melakukan palpasi KGB aksila (kanan dan kiri). Nilai jumlah, ukuran, konsistensi,
mobilitas, dan nyeri tekan bila terdapat pembesaran.
15. Menyampaikan hasil palpasi KGB aksila
16. Melakukan palpasi KGB epitrochlear (kanan dan kiri). Nilai jumlah, ukuran,
konsistensi, mobilitas, dan nyeri tekan bila terdapat pembesaran.
17. Menyampaikan hasil palpasi KGB epitrochlear.
JUMLAH SKOR

Keterangan Skor :
Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
0 Tidak dilakukan mahasiswa 34
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
20 | K K D - 7 FKUC

DESKRIPSI LUKA

Tujuan Umum
Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu menguasai keterampilan
dalam menilai dan mendokumentasikan berbagai jenis luka dan kemudian melaporkannya dalam
laporan Visum et Repertum.

Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan :

1. Dapat melakukan pengamatan yang tepat dan melatih keterampilan identifikasi


2. Dapat menggambar lokasi luka sehubungan dengan penanda anatomi manusia dengan
benar.
3. Dapat mendokumentasikan / membuat catatan tentang karakteristik dan lokasi luka untuk
rekonstruksi lebih lanjut.
4. Dapat mengidentifikasi yang benar obyek / senjata yang menyebabkan cedera menggunakan
karakteristik luka.
5. Dapat membuat laporan tepat pada penilaian hasil

Alat dan Bahan


- Handscoen
- Standart pengukuran
- Pita bedah
- Status Pasien (sketsa tubuh)
- Alat tulis
- Demonstrasi mengikut manual

A. PENGANTAR

Deskripsi Luka

1. Regio tempat luka tersebut berada


2. Hitung letaknya berdasarkan titik tengah/ garis anatomis yang terdekat
3. Tentukan tipe luka (luka mekanik, luka fisika, atau luka kimia)
4. Lihat tepi luka dan batasnya
5. Warna luka
6. Panjang luka

Jenis Luka

1. Vulnus laceratum (Luka Robek)


2. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
KKD-7 FKUC | 21

3. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)


4. Vulnus Contussum (Luka Memar)
5. Vulnus Insivum (Luka Sayat)
6. Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak)
7. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
8. Vulnus Perforatum
9. Vulnus Amputatum
10. Vulnus Combustion (Luka Bakar)

Analisis Hasil Pemeriksaan


1. Luka mekanik diakibatkan oleh:
- Kekerasan oleh benda tajam
- Kekerasan oleh benda tumpul
- Tembakan senjata api
2. Luka fisika disebabkan oleh:
- Suhu
- Listrik dan petir
- Perubahan tekanan udara
- Akustik
- Radiasi
3. Luka kimia disebabkan oleh asam atau basa kuat

B. CHECKLIST DESKRIPSI LUKA

SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Letak luka  sebutkan regio anatomis luka yang ditemukan dan catat
menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomis terdekat
2. Jenis luka  luka lecet, luka memar, atau luka terbuka
3. Bentuk luka
4. Arah luka  melintang, membujur, atau miring
5. Tepi luka  rata, teratur, atau berbentuk tidak beraturan
6. Sudut luka  pada luka terbuka perhatikan apakah sudut luka
merupakan sudut runcing, membulat, atau bentuk lain
7. Dasar luka  jaringan bawah kulit atau otot
8. Sekitar luka  perhatikan adanya pengotoran, terdapat luka/tanda
kekerasan lain di sekitar luka
9. Ukuran luka
22 | K K D - 7 FKUC

10 Saluran luka  tentukan perjalanan luka serta panjang luka


11. Lain-lain  pada luka lecet serut, pemeriksaan terhadap permukaan
luka terdapat pola penumpukan kulit ari tersebut
JUMLAH SKOR

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
KKD-7 FKUC | 23

PEMERIKSAAN LUAR PADA MAYAT

Tujuan Umum

Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan luar
pada mayat.

Tujuan Khusus

1. Dapat mengidentifikasi label mayat dan mencocokkan keterangan pada label mayat dengan
data-data yang terdapat pada SPV maupun bekas rekam medis.
2. Dapat mendokumentasikan pembungkus jenazah termasuk pakaian dan barang-barang yang
melekat pada tubuh mayat.
3. Dapat mendokumentasikan ciri-ciri fisik jenazah maupun ciri khusus yang dapat digunakan
untuk mengindentifikasi mayat.
4. Dapat memeriksa kaku mayat, lebam mayat, dan tanda-tanda pembusukan serta
menginterpretasikan temuan-temuan tersebut untuk menyimpulkan perkiraan interval
postmortem.
5. Dapat memeriksa dan menginterpretasikan tanda-tanda kegagalan napas dan kegagalan
sirkulasi yang ditemukan pada pemeriksaan luar.
6. Dapat mendokumentasikan gigi jenazah serta mengkonsultasikan pada ahli odontology
forensic jika perlu.
7. Dapat memeriksa lubang-lubang tubuh dan mendokumentasikan kelainan yang ditemukan.
8. Dapat memeriksa ada tidaknya luka-luka pada kulit, lalu mendokumentasikan dan
mendeskripsikan temuan yang diperoleh.
9. Dapat memeriksa ada tidaknya patah tulang tertutup pada jenazah.
10. Dapat memeriksa ada tidaknya tanda-tanda tenggelam berdasarkan pemeriksaan luar.
11. Dapat membuat laporan hasil pemeriksaan.

Alat dan Bahan

- Kamera
- Handscoen medis
- Label identitas
- Skala pengukur (meteran, penggaris)
- Senter
- Pinset anatomi
- Gunting anatomis
- Spons dan air bersih
- Alat tulis
24 | K K D - 7 FKUC

A. CHECKLIST PEMERIKSAAN LUAR PADA MAYAT

SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
A. Pemeriksaan Label dan Pembungkus Tubuh Jenazah
1. Identifikasi label yang terdapat pada jenazah, cocokkan identitas
pada label dengan data-data di berkas rekam medis/SPV
2. Deskripsikan jenis pembungkus tubuh mayat lapis demi lapis,
dimulai dari lapisan paling luar ke lapisan paling dalam
3. Deskripsi meliputi:
 Jenis barang (kantung jenazah, selimut, pakaian, dsb)
 Jenis bahan (terpal, plastik, kain katun, dsb)
 Merk barang (jika ada)
 Ukuran (panjang dan lebar, atau ukuran huruf [S, M, L], atau
ukuran angka)
 Motif/corak
 Warna
 Keterangan tambahan (terdapat cacat/ noda/ robekan/ bercak
darah/ dll)
4. Dokumentasikan setiap pembungkus jenazah dalam bentuk foto.
5. Jika terdapat barang-barang yang melekat pada tubuh mayat, juga
dicatat masing-masing deskripsi dan difoto
B. Pemeriksaan Tanatologi
Kaku mayat (rigor mortis)
1. Periksa kekakuan pada mayat dengan menggerakkan persendian:
rahang, siku, pergelangan tangan dan jari-jari tangan, lutut, serta
pergelangan kaki dan jarijari kaki
2. Nilai derajat kekakuan: tidak ada, mudah dilawan, sukar dilawan
3. Perhatikan ada tidaknya cadaveric spasm
4. Pada jenazah yang terbakar, bedakan antara kaku mayat dengan
heat stiffening atau sikap pugilistik
5. Penilaian kaku mayat akan rancu jika jenazah telah disimpan di
dalam lemari pendingin sebelumnya (cold stiffening)

Lebam mayat (livor mortis)


1. Periksa lebam mayat dengan cara inspeksi seluruh tubuh jenazah
dari semua sisi serta amati bagian-bagian yang berwarna lebih
gelap dan umumnya berbatas tegas
KKD-7 FKUC | 25

2. Lakukan penekanan pada bagian yang berwarna lebih gelap, dan


amati apakah terjadi perubahan warna menjadi pucat (blanching)
3. Catat lokasi dan warna lebam mayat, serta apakah lebam masih
menghilang dengan penekanan atau sudah menetap
4. Lebam mayat mungkin akan sulit dinilai pada pasien yang
meninggal dalam kondisi hipovolemia atau memiliki riwayat anemia
C. Pemeriksaan Tanda-Tanda Asfiksia
1. Buka kedua mata mayat dan periksa konjungtiva palpebra serta
konjungtiva bulbi, cari ada tidaknya petekia dan tanda-tanda
anemis
2. Periksa bibir, bagian dalam bibir, gusi dan palatum, cari ada
tidaknya petekia, tanda-tanda sianosis, atau tanda-tanda anemis
3. Periksa ujung-ujung jari tangan dan kaki mayat, nilai apakah
terdapat tanda-tanda anemis atau sianosis.
D. Pemeriksaan Tanda Tenggelam
1. Amati ada tidaknya tanda-tanda tenggelam pada pemeriksaan
luar, seperti:
 Adanya busa berwarna putih/ merah pada hidung dan mulut
 Adanya benda-benda air seperti pasir, tumbuhan, dsb pada
rongga hidung dan rongga mulut.
 Cutis anserina
 Washer woman’s hand
 Cadaveric spasm
 Dan lain-lain
2. Tentukan apakah tanda-tanda tersebut merupakan tanda intravital
atau postmortem
E. Pemeriksaan Gigi Jenazah
1. Buka mulut mayat dan periksa kelengkapan gigi-geligi, bedakan
antara gigi susu dan gigi dewasa
2. Jika gigi dewasa, lihat apakah gigi geraham belakang (molar III)
sudah erupsi atau belum
3. Periksa ada tidaknya karang gigi
4. Amati kelainan pada gigi (gigi hilang, gigi palsu, dsb)
5. Pemeriksaan gigi dapat digunakan untuk menentukan perkiraan
umur, ras, dan identitas mayat
6. Interpretasi lanjut untuk kondisi gigi dapat dikonsultasikan kepada
ahli odontologi forensik
F. Pemeriksaan Luka-Luka pada Kulit dan Deskripsi Luka
26 | K K D - 7 FKUC

1. Bersihkan tubuh mayat dengan menggunakan spons; jika sulit


dapat menggunakan spons yang dibasahi dengan air bersih
2. Pemeriksaan luka-luka pada kulit dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah deskripsi luka
3. Lakukan penilaian intravitalitas untuk setiap luka yang ditemukan.
G. Pemeriksaan Patah Tulang
1. Jika memungkinkan, pemeriksaan adanya kecurigaan patah tulang
tertutup sebaiknya menggunakan pemeriksaan radiologi
2. Jika pemeriksaan radiologi tidak dapat dilakukan, pemeriksaan
patah tulang tertutup bisa dilakukan dengan melihat adanya
deformitas pada tubuh dan meraba adanya krepitasi pada bagian
tubuh yang dicurigai mengalami patah tulang
H. Pemeriksaan Lubang-Lubang pada Tubuh
1. Periksa kedua lubang telinga, amati ada tidaknya benda asing,
cairan, perdarahan, maupun kelainan lainnya
2. Periksa kedua lubang hidung, amati ada tidaknya benda asing,
cairan, perdarahan, maupun kelainan lainnya
3. Periksa mulut, amati ada tidaknya benda asing, cairan,
perdarahan, maupun kelainan lainnya
4. Periksa anus, amati ada tidaknya benda asing, cairan, perdarahan,
feses, maupun kelainan lainnya
5. Untuk mayat laki-laki, periksa uretra, amati ada tidaknya urine,
cairan mani, atau kelainan lainnya
6. Untuk mayat perempuan, periksa uretra, amati ada tidaknya urine;
serta liang vagina untuk melihat apakah terjadi prolaps uteri atau
ekstrusi janin akibat proses pembusukan.
JUMLAH SKOR

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
72
KKD-7 FKUC | 27

PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM (VER)

Tujuan Umum

Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan dapat menyimpulkan hasil visum
dengan menyusun Visum et Repertum (VeR).

Tujuan Khusus

1. Mampu menyebutkan syarat dan kelengkapan pembuatan VeR.


2. Mampu menyebutkan bagian-bagian dari VeR
3. Mampu menyusun dan menuliskan VeR

Alat dan Bahan

- Format surat keterangan Visum et Repertum


- Alat tulis
- Manekin dengan luka
- Slide/ foto luka
- Meteran
- Label foto

A. PENGANTAR

Pada kasus pidana, seorang dokter berperan ganda yaitu sebagai attending doctor atau dokter
klinik yang memeriksa pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang untuk kemudian menegakkan diagnosis dan mengobati pasien. Dokter juga berperan
sebagai assesing doctor yang melakukan pemeriksaan forensik dan menyimpulkan dalam bentuk
visum et repertum.

Visum et repertum (VeR) merupakan suatu laporan tertulis dari dokter yang telah disumpah
tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti yang diperiksanya serta memuat pula
kesimpulan dari pemeriksaan tersebut guna kepentingan peradilan.

Berdasarkan jenis pidana yang dilakukan, VeR dibagi menjadi:

1. VeR perlukaan (termasuk keracunan)


2. VeR kejahatan seksual
3. VeR jenazah yang terdiri dari pemeriksaan luar dan autopsi (pemeriksaan dalam)
4. VeR psikiatri: VeR untuk menjabarkan kondisi kejiwaan terduga pelaku tindak pidana.
Pada pemeriksaan terhadap orang yang menderita perlukaan akibat kekerasan, pada hakikatnya
dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan berikut :
28 | K K D - 7 FKUC

1. Jenis luka apakah yang terjadi?


2. Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka?
3. Bagaimanakah kualifikasi/derajat perlukaan tersebut?
Klasifikasi kekerasan menurut penyebab:
1. Mekanik:

a. Kekerasan tumpul: memar, luka lecet tekan, luka lecet geser, luka robek (luka terbuka
dengan ciri tepi luka tidak rata, terdapat jembatan jaringan, terdapat sudut luka yang tumpul)
b. Kekerasan tajam: luka terbuka dengan ciri tepi luka rata, sudut luka lancip atau salah satu
sudut luka lancip, sudut lainnya tumpul, misalnya luka sayat, luka tusuk, luka bacok
c. Senjata api: luka tembak

2. Fisika:

a. Suhu: luka akibat suhu tinggi (luka bakar), luka akibat suhu rendah
b. Listrik dan petir

3. Kimia:

a. Asam kuat
b. Basa kuat

Kualifikasi luka adalah berdasarkan ilmu kedokteran forensik, yang dapat dipahami setelah
mempelajari pasal-pasal dalam KUHP yang menyangkut penganiayaan yaitu pasal 351, 352 dan
90 KUHP. Oleh karena istilah penganiayaan merupakan istilah hukum, yaitu dengan sengaja
melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang, maka didalam VeR dokter tidak boleh
mencantumkan istilah penganiayaan. Kewajiban dokter hanyalah menentukan secara objektif
adanya luka dan derajat perlukaannya.

1. Penganiayaan ringan (pasal 352 KUHP) didalam ilmu kedokteran forensik diterjemahkan
menjadi luka derajat pertama yaitu luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.
2. Penganiayaan (pasal 351 KUHP) diterjemahkan menjadi luka derajat kedua yaitu luka yang
menimbulkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan jabatan atau pencaharin
untuk sementara waktu.
3. Apabila penganiayaan tersebut mengakibatkan luka berat, maka seperti yang dimaksud dalam
pasal 90 KUHP maka disebut luka derajat tiga. Luka berat berarti :
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh kembali, atau
yang menimbulkan bahaya maut
b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian
c. Kehilangan salah satu panca indera
d. Mendapat cacat berat (kudung)
e. Menderita sakit lumpuh
KKD-7 FKUC | 29

f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih


g. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan

Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan-ketentuan umum sebagai


berikut :

1. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.


2. Bernomor dan bertanggal.
3. Mencantumkan kata "Pro justitia" di bagian atas (kiri atau tengah)
4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
5. Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan
6. Tidak menggunakan istilah asing
7. Ditandatangani dan diberi nama jelas oleh dokter pemeriksa
8. Berstempel instansi pemeriksa tersebut
9. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
10. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum (instansi). Apabila ada lebih dari
satu instansi peminta (misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM) dan keduanya berwenang
untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et repertum masingmasing "asli".
11. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan disimpan
sebaiknya hingga 30 tahun.

Maksud pencantuman kata "Pro justitia" adalah sesuai dengan artinya, yaitu dibuat secara
khusus hanya untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum oleh undang-undang telah
dinyatakan sebagai surat resmi dan tidak memerlukan materai untuk menjadikannya berkekuatan
hukum. Di bagian atas tengah dapat dituliskan judul surat tersebut, yaitu : Visum et repertum.

Pada umumnya, visum et repertum dibuat mengikuti struktur atau anatomi yang seragam,
yaitu:

1. Bagian Pendahuluan. Bagian ini sebenarnya tidak diberi judul "Pendahuluan", melainkan
langsung merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa beserta instansi dokter
pemeriksa tersebut, instansi peminta visum et repertum berikut nomor dan tanggal suratnya,
tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas yang diperiksa sesuai dengan yang tercantum
di dalam surat permintaan visum et repertum tersebut. Waktu pemeriksaan dapat dilakukan
dalam satu titik waktu dan dapat juga dalam suatu rentang waktu tertentu yang dapat pendek
dan dapat pula panjang (lama).
2. Bagian Hasil Pemeriksaan Bagian ini diberi judul "Hasil Pemeriksaan", memuat semua hasil
pemeriksaan terhadap "barang bukti" yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat
dimengerti oleh orang yang tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran.
3. Bagian Kesimpulan. Bagian ini diberi judul "Kesimpulan" dan memuat kesimpulan dokter
pemeriksa atas seluruh hasil pemeriksaan dengan berdasarkan keilmuan atau keahliannya.
30 | K K D - 7 FKUC

4. Bagian Penutup. Bagian ini tidak diberi judul "Penutup", melainkan merupakan kalimat
penutup yang menyatakan bahwa visum et repertum tersebut dibuat dengan sebenar-
benarnya, berdasarkan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah dan sesuai dengan
ketentuan dalam KUHAP.

B. CHECKLIST PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM

VARIABEL SKOR 0 SKOR 1 SKOR 2


BAGIAN PENDAHULUAN
1. Tempat Tidak mencantumkan Hanya Mencantumkan
pemeriksaan tempat pemeriksaan mencantumkan salah dengan lengkap nama
sama sekali satu, nama rumah rumah sakit atau
sakit atau institusi institusi pemeriksa
pemeriksa atau dan bagian atau
bagian atau instalasi instalasi secara
tempat pemeriksaan lengkap
saja
2. Waktu Tidak mencantumkan Hanya Mencantumkan
pemeriksaan waktu pemeriksaan mencantumkan dengan lengkap
sama sekali tanggal, bulan, dan tanggal, bulan, dan
tahun pemeriksaan tahun pemeriksaan
saja tanpa serta jam
mencantumkan jam pemeriksaan.
pemeriksaan
3. Data subjek Tidak mencantumkan Hanya Mencantumkan dua
data subjek yang mencantumkan salah unsur atau lebih
diperiksa sama sekali satu unsur saja (jenis (nama, jenis kelamin,
kelamin saja, umur umur, alamat)
saja, alamat saja0
4. Data Sama sekali tidak Hanya Mencantumkan dua
permintaan mencantumkan mencantumkan salah unsur (nama penyidik,
instalasi dan identitas satu unsur saja (nama dan unit atau satuan
penyidik yang penyidik, atau unit kerja penyidik)
meminta pemeriksaan atau satuan kerja
penyidik)
5. Data Tidak mencantumkan Hanya Mencanrumkan dua
pemeriksa nama dokter yang mencantumkan nama unsur (nama dokter,
melakukan dokter saja kualitas dan atau
pemeriksaan sama jabatan dokter.
KKD-7 FKUC | 31

sekali
BAGIAN PEMBERITAAN
6. Anamnesis Tidak mencantumkan Hanya Mencantumkan dua
anamnesis atau mencantumkan salah unsur (informasi
alloanamnesis satu unsur saja tentang riwayat
(informasi tentang kekerasan seksual
riwayat kekerasan dan keluhan korban
umum/seksual atau saat ini)
keluhan korban saat
ini)
7. Tanda vital Tidak mencantumkan Mencantumkan salah Mencantumkan dua
tanda-tanda vital satu unsur tanda vital unsur atau lebih unsur
sama sekali saja (tingkat tanda vital (tingkat
kesadaran, kesadaran,
pernafasan, sirkulasi pernafasan, sirkulasi
tubuh, dan suhu) tubuh, dan suhunya)
8. Lokasi luka Tidak mencantumkan Hanya Mencantumkan region
lokasi luka sama mencantumkan satu luka dan sisi luka atau
sekali unsur lokasi luka koordinat
(region atau sisi luka)
9. Karakteristik Tidak mencantumkan Mencantumkan hanya Mencantumkan dua
luka karakteristik luka satu karakteristik luka atau lebih
sama sekali karakteristik luka
10. Ukuran luka Tidak mencantumkan Mencantumkan Mencantumkan luka
ukuran luka sama ukuran luka secara secra kuantitatif
sekali kualitatif
11. Terapi tidak mencantumkan Hanya menyebutkan Mencantumkan
pengobatan dan secara singkat saja secara lengkap jenis
perawatan sama bahwa telah dilakukan pengobatan dan
sekali pengobatan dan atau perawatan yang
perawatan, tanpa diberikan serta hasil
merinci jenis tindakan pengobatan dan
pengobatan dan tindak lanjutnya
perawatan
BAGIAN KESIMPULAN
12. Jenis luka Tidak mencantumkan Mencantumkan jenis Mencantumkan jenis
jenis luka sama sekali luka secara tidak luka secara lengkap,
lengkap, dimana yang meliputi seluruh
32 | K K D - 7 FKUC

masih ada luka-luka luka yang terdapat


lain yang terdapat pada bagian
pada bagian pemberitaan
pemberitaan yang
belumdicantumkan
13. Jenis Tidak mencantumkan Mencantumkan jenis Mencantumkan jenis
kekerasan kesimpulan jenis kekerasan dengan kekerasan dengan
kekerasan cara deskripsi yang cara deskripsi yang
tidak benar, atau tidak benar dan lengkap
lengkap untuk semua untuk semua jenis
jenis luka yang luka yang terdapat
terdapat dalam dalam bagian
bagian pemberitaan pemberitaan
14. Kualifikasi luka Tidak mencantumkan Mencantumkan Mencantumkan
kualifikasi luka sama kualifikasi luka, tetapi kulaifikasi luka
sekali tidak menggunakan dengan
rumusan dalam pasal menggunakan
351, 352, dan 90 rumusan dalam pasal
KUHP 351, 352, dan 90
KUHP
15. Tanda-tanda Tidak mencantumkan Mancantumkan Mencantumkan
persetubuhan sama sekali tanda- tanda-tanda tanda-tanda
tanda persetubuhan persetubuhan secara persetubuhan secara
garis besar saja lengkap
16. Memperkiraka Tidak mencantumkan Hanya Mencantumkan
n umur dan perkiraan umur mencantumkan perkiraan umur
menentukan tidak korban dan perkiraan umur korban dan
pantasnya korban keterangan tentang korban atau keterangan tentang
untuk kawin pantas tidak korban keterangan pantas pantas tidaknya
untuk kawin tidaknya korban untuk korban untuk kawin
kawin saja
17. Hubungan Tidak menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan
sebab-akibat hubungan sebab hubungan sebab hubungan sebab
antara apa yang akibat akibat tetapi tidak akibat
dilihat dan lengkap
ditemukan dokter
dengan
penyebabnya
JUMLAH SKOR
KKD-7 FKUC | 33

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
34
34 | K K D - 7 FKUC

PENGAMBILAN MUNTAH DAN ISI LAMBUNG PADA KASUS


MEDIKOLEGAL

Tujuan Utama
Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan pengambilan
muntahan atau isi lambung pada kasus forensik.

Tujuan Khusus
1. Mampu memahami prosedur pengambilan muntah da nisi lambung pada kasus medikolegal.
2. Mampu menyiapkan alat – alat yang dibutuhkan.
3. Mampu melakukan pengambilan muntah dan isi lambung pada kasus medikolegal dengan
benar.

Alat dan Bahan


- Manekin kepala sampai pinggang
- Spuit 50 cc
- Toples kaca steril 4
- Nasogastric tube (NGT)
- Tali Kenur
- Sendok steril 2
- Scalpel
- Gunting
- Label
- Handscoen
- Bengkok

A. PENGANTAR

Cara Kerja :

1. Pengambilan sampel dari NGT


a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Lakukanlah cuci tangan dengan prosedur cuci tangan rutin.
c. Pakailah handscoen.
d. Sambungkan NGT dengan spuit 50 cc.
e. Aspirasi seluruh isi lambung (maksimal 50 cc).
f. Masukkan isi lambung ke dalam toples kaca steril.
g. Buang spuit pada tempat sampah medis.
h. Berikan label pada toples steril.

2. Pengambilan sampel dari TKP


a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
KKD-7 FKUC | 35

b. Lakukanlah cuci tangan dengan prosedur cuci tangan rutin.


c. Pakailah handscoen.
d. Ambil muntahan dari lantai seluruhnya (maksimal 50 cc) dengan menggunakan sendok
steril.
e. Masukkan muntahan ke dalam toples kaca steril.
f. Letakkan sendok pada bengkok.
g. Berikan label pada toples steril.

3. Pengambilan sampel dari Mulut


a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Lakukanlah cuci tangan dengan prosedur cuci tangan rutin.
c. Pakailah handscoen.
d. Buka mulut dengan maksimal.
e. Ambil muntahan dari dalam mulut seluruhnya (maksimal 50 cc) dengan spuit atau sendok
steril.
f. Masukkan muntahan ke dalam toples kaca steril.
g. Letakkan sendok pada bengkok.
h. Berikan label pada toples steril.

4. Pengambilan sampel dari Lambung saat PLPD


a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Lakukanlah cuci tangan dengan prosedur cuci tangan rutin.
c. Pakailah handscoen.
d. Lakukan insisi pada kurvatura mayor dengan menggunakan scalpel steril.
e. Masukkan isi lambung seluruhnya (maksimal 50 cc) ke dalam toples kaca steril.
f. Letakkan scalpel pada bengkok.
g. Berikan label pada toples steril.

B. CHECKLIST PENGAMBILAN MUNTAH DAN ISI LAMBUNG

SKORE
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Korban hidup:
a. Pasien diminta duduk dengan posisi kepala agak menunduk
dan lidah sedikit dijulurkan, serta bernapas melalui mulut
b. Dianjurkan untuk meletakkan serbet pada leher pasien atau
meminta pasien untuk memegang alat penampung
c. Untuk mencegah refleks muntah dapat disemprotkan larutan
36 | K K D - 7 FKUC

Lidokain 1% ke tenggorokan pasien


d. Masukkan ujung sonde/ OGT ke mulut pasien sampai hampir
bersentuhan dengan dinding belakang faring
e. Minta pasien menutup mulut dan menelan sonde tersebut
berkali-kali
f. Apabila garis penanda pada sonde telah sejajar dengan gigi
seri pasien, maka ujung sonde sudah berada dalam lumen
lambung
g. Tiupkan udara ke dalam sonde dengan menggunakan spoit,
sambil meletakkan membran stetoskop pada regio
hipokondrium kiri pada abdomen pasien. Jika terdengar bunyi
gelembung udara, artinya sonde benar berada dalam lambung
pasien
h. Setelah memastikan posisi sonde, ujung luar sonde direkatkan
ke pipi kanan/kiri dengan plester
i. Lakukan pengambilan cairan lambung menggunakan spoit
j. Masukkan sampel cairan lambung ke dalam wadah steril yang
telah disiapkan, tutup rapat dan beri label.
2. Korban mati:
a. Pada korban mati, sampel isi lambung diambil bersama-sama
dengan organ lambung dan dilakukan pada saat autopsi.
JUMLAH SKOR

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
KKD-7 FKUC | 37

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Jenis Keterampilan :
1. Pemeriksaan obstetrik (penilaian serviks, dilatasi serviks/pembukaan serviks, selaput ketuban,
presentasi janin dan penurunan kepala)
2. Menolong persalinan sesuai asuhan persalinan normal (APN)
3. Pemecahan selaput ketuban sesaat sebelum melahirkan
4. Anestesi lokal di perineum
5. Episiotomi
6. Postpartum: pemeriksaan tinggi fundus uteri, kelengkapan plasenta
7. Memperkirakan / mengukur kehilangan darah sesudah melahirkan
8. Menjahit luka episiotomi serta laserasi derajat 1 dan 2.

Tujuan Utama
Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan persalinan
normal dengan tepat.

Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan proses persalinan normal.
2. Mampu melakukan pemeriksaan obstetrik.
3. Mampu menolong persalinan dengan cara lahir spontan.
4. Mampu melakukan penilaian postpartum.

Alat dan Bahan


- Pasien: duk steril, partus set (beserta alat episiotomi), kassa, wadah, DTT/ Klorin 0,5%
- Penolong: apron, handscoen steril, lampu sorot
- Bayi baru lahir: alat resusitasi, alat penghisap lendir, handuk atau kain bersih dan kering
- Doppler untuk mendeteksi denyut jantung janin
- Stetoskop
- Tensimeter
- Partogram
38 | K K D - 7 FKUC

A. CHECKLIST ASUHAN PERSALINAN NORMAL

SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Identifikasi adanya tanda dan gejala persalinan kala dua.
 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
atau vaginanya
 Perineum menonjol dan menipis
 Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial


 Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril siap dalam
wadahnya
 Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi
bersih dan hangat
 Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi
baik dan bersih
 Patahkan oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali pakai di
dalam partus set/ wadah DTT
 Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk atau kain bersih dan kering, alat penhisap lendir, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas bayi.
 Persiapan bilan terjadi kegawatdaruratan pada ibu: cairan kristaloid,
set infus.

3. Gunakan apron, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker,


kacamata.
4. Pastikan lengan dan jari tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau
kain bersih.
5. Gunakan handscoen DTT /steril untuk pemeriksaan dalam.
6. Ambil alat suntik dengan tangan yang berhandscoen, isi dengan
oksitosin 10 unit dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.
7. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas yang dibasahi air DTT
dengan gerakan dari arah vulva ke perineum.
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks
sudah lengkap.
9. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat:
KKD-7 FKUC | 39

kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.
10. Celupkan tangan yang berhandscoen ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka handscoen dalam keadaan terbalik dan merendamnya ke
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
setelahnya.
11. Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan
DJJ dalam keadaan batas normal 120-160 x/menit). Ambil tindakan
yang sesuai bila DJJ tidak normal.
12. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
13. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saat ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan
ia merasa nyaman, anjurkan ibu untuk minum cukup).
14. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
 Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

15. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
16. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
17. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
18. Buka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
19. Gunakan handscoen DTT atau steril pada kedua tangan.
20. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering,
tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. (Anjurkan ibu meneran sambil bernafas
cepat dan dangkal)

Posisi kepala bayi pada persalinan normal


40 | K K D - 7 FKUC

21. Periksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin. Lakukan tindakan yang
sesuai bila hal tersebut terjadi.
 Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi
 Jika lilitan terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting di
antaranya.

22. Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
 Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.
25. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang
berada di atas ke punggung ke arah bokong dan tungkai dan kaki bayi
(pegang kedua mata kaki, masukan telunjuk diantara kedua kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
26. Lakukan penilaian selintas (30 detik): apakah kehamilan cukup bulan?
apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan? Apakah
bayi bergerak aktif?
27. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir
normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.
 Keringkan bayi mulai dari bagian muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks).
 Ganti handuk yang basah dengan yang kering.
 Pastikan bayi dalam posisi mantap di atas perut ibu.

28. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).
29. Beritahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk
membantu uterus berkontraksi dengan baik.
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin 10
unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
KKD-7 FKUC | 41

31. Jepit tali pusat menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke
arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah
ibu).
32. Pegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan
kedua menggunakan simpul kunci
 Lepaskan klem dan masukkan ke dalam larutan klorin 0.5%

33. Tempatkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi
agar menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan posisi
bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
putting payudara ibu.
34. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi
pada kepala bayi.
35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
36. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis
dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah,
sementara tangan yang lain menekan uterus dengan hati-hati ke arah
dorsokranial.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta keluarga untuk
menstimulasi puting susu.

Melahirkan plasenta
38. Lakukan penegangan tali pusat terkendali sambil menahan uterus ke
arah dorsokranial hingga plasenta terlepas, lalu meminta ibu meneran
sambil menarik plasenta dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke
arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan
dorsokranial.
39. Setelah plasenta tampak pada introitus vagina, teruskan melahirkan
42 | K K D - 7 FKUC

plasenta dengan hati-hati dengan kedua tangan.


40. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan cara mengusap fundus uteri secara sirkuler hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras).
41. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta untuk memastikan
bahwa seluruh selaput ketuban lengkap dan utuh.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
43. Nilai ulang uterus dan memastikan kontraksi baik dan tidak terdapat
perdarahan per vaginam.
44. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit
ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam).
45. Setelah IMD selesai:
 Timbang dan ukur bayi
 Beri bayi tetes mata antibiotika profilaksis
 Suntik vitamin K1 1 mg di paha kiri anterolateral bayi
 Pastikan suhu tubuh normal (36.5-37.5oC)
 Berikan gelang pengenal pada bayi
 Lakukan pemeriksaan adanya cacat bawaan dan tanda-tanda
bahaya pada bayi

46. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.
47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan per
vaginam.
48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya ibu, serta kapan harus memanggil
bantuan medis
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Periksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
51. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik serta suhu tubuh normal (tunda proses memandikan
hingga 24 jam setelah suhu stabil).
52. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
53. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
KKD-7 FKUC | 43

sesuai.
54. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan
kering.
55. Pastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
56. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
57. Bersihkan handscoen di dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan handscoen
dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
58. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
59. Lengkapi partograf.
JUMLAH SKOR

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
118
44 | K K D - 7 FKUC

EPISIOTOMI DAN PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI

Tujuan Utama
Setelah melakukan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan
episiotomi dan menjahit luka episiotomi dengan benar.

Tujuan Khusus
1. Mampu memahami teknik episiotomi
2. Mampu menjelaskan prosedur episiotomi kepada pasien.
3. Mampu melakukan tindakan episiotomi yang benar.
4. Mampu menjahit luka episiotomi.

Alat dan Bahan


- Handscoen steril
- Lidokain 1%-2% atau Xylokain 1%-2%.
- Spuit 10 cc
- Gunting episiotomi
- Needle holder / nald voeder
- Benang jahit : Catgut/ asam poliglikolat (Dexon)/ poliglaktin 910 standar (Vicryl)/ poliglaktin
910 baru (Vicryl rapide).
- Pinset
- Jarum Jahit
- Lampu sorot
- Kassa steril
- Nierbbeken / bengkok
- Duk Steril

A. PENGANTAR

Pada kala IV persalinan, apabila kontraksi uterus baik selanjutnya dinilai perlukaan jalan lahir
apakan spontan (laserasi) atau berupa luka episiotomi. Perbaikan laserasi yang efektif
memerlukan pengetahuan tentang anatomi perineum dan teknik pembedahan untuk itu. Laserasi
perineum dikelompokkan menurut kedalamannya. Bila laserasi mengenai sfingter ani, maka
perhatian khusus harus diberikan pada anatomi dan teknik bedah karena insidensi luaran
fungsional yang buruk sangat tinggi setelah repair.

Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir
vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan
kulit depan perineum.
KKD-7 FKUC | 45

Episiotomi dilakukan untuk memperluas jalan lahir sehingga bayi lebih mudah untuk dilahirkan.
Selain itu episiotomi juga dilakukan pada primigravida atau pada wanita dengan perineum yang
kaku dan atas indikasi lain.

Indikasi

1. Indikasi janin
a. Sewaktu melahirkan janin prematur, tujuannya untuk mencegah terjadinya trauma yang
berlebihan pada kepala janin
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi
vakum, dan janin besar
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi robekan
perineum, umpama pada primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan cunam,
ekstraksi vakum, dan anak besar.

Teknik Episiotomi

1. Episiotomi Mediana
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot-otot
sfingter ani. Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi infiltrasi antara lain dengan
larutan procaine 1%-2%; atau larutan lidonest 1%-2%; atau larutan Xylocaine 1%- 2%.
Setelah pemberian anestesi, dilakukan insisi dengan mempergunakan gunting yang tajam
dimulai dari bagian terbawah introitus hingga kepala dapat dilahirkan.

2. Episiotomi Mediolateral
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang
dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada
kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi kira-kira 4 cm. Insisi ini dapat dipilih
untuk melindungi sfingter ani dan rektum dari laserasi derajat tiga atau empat, terutama
apabila perineum pendek, arkus subpubik sempit atau diantisipasi suatu kelahiran yang sulit.

Episiotomi Mediolateral dan Episiotomi Mediana


Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546675/figure/article-21253.image.f1/?report=objectonly
46 | K K D - 7 FKUC

3. Episiotomi Lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3 atau 9 menurut
arah jarum jam. Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi oleh karena banyak menimbulkan
komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pundendal
interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadii
dapat menimbulkan rasa nyeri yang menganggu penderita.

Perbaikan Episiotomi

Perbaikan episiotomi paling sering dilaksanakan setelah plasenta dilahirkan, hal ini dilakukan
untuk memberikan perhatian penuh pada tanda-tanda pelepasan dan pelahiran plasenta.
Pelahiran plasenta sesegera mungkin dipercaya menurunkan perdarahan dari tempat implantasii
karena mencegah timbulnya perdarahan retroplasenta yang luas. Selain itu perbaikan episiotomii
tidak terputus atau menjadi rusak oleh tindakan melahirkan plasenta khususnya kalau harus
dilakukan pelepasan manual.

1. Perbaikan Episiotomi Mediana


a. Jahitan kontinu dengan benang kromik 2-0 atau 3-0 digunakan untuk menutup mukosa
dan submukosa di mulai 1 cm dari puncak luka.

Sumber : https://medicalguidelines.msf.org/viewport/ONC/english/5-9-perineal-repair-51417069.html

b. Setelah menutup insisi vagina dan melakukan aproksimasi kembali tepi cincin himen yang
terpotong, jahitan diikat dan dipotong. Berikutnya otot dan fasia perineum yang terpotong
dijahit secara terputus dengan kromik 2-0 atau 3-0.

Sumber : https://medicalguidelines.msf.org/viewport/ONC/english/5-9-perineal-repair-51417069.html
KKD-7 FKUC | 47

c. Arahkan jahitan kontinu ke arah bawah untuk menyatukan fasia superfisial.


d. Penyelesaian perbaikan, jahitan kontinu mengarah ke atas sebagai jahitan subkutikular.
(suatu metode alternatif penutupan kulit dan fasia subkutan)

Sumber : https://medicalguidelines.msf.org/viewport/ONC/english/5-9-perineal-repair-51417069.html

e. Penyelesaian perbaikan episiotomi mediana. Beberap jahitan terputus kromik 3-0


dijahitkan pada kulit dan fasia subkutan serta diikat longgar. Penutupan ini menghindarii
tertutupnya dua lapisan jahitan pada lapisan perineum yang lebih superfisial.

2. Perbaikan Episiotomi Mediolateralis


Teknik menjahit luka pada episiotomi mediolateralis hampir sama dengan teknik menjahit
episiotomi mediana, jahitan pertama di mulai 1 cm diatas puncak luka. Penjahitan dilakukan
sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

B. CHECKLIST EPISIOTOMI DAN PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI

SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Episiotomi
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Lakukan anestesi infiltrasi pada daerah perineum dengan larutan lidokain 1%-
2% atau larutan xilokain 1%-2%.
3. Pemeriksa meletakkan dua jari di antara perineum dan kepala bayi.
4. Kemudian lakukan pengguntingan dimulai dari bagian belakang interoseus
vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan
ke arah kanan maupun kiri, tergantung kebiasaan pemeriksa. Panjang insisi
kira-kira 4 cm.
48 | K K D - 7 FKUC

Penjahitan Luka Episiotomi


5. Robekan Perineum Derajat 1
Robekan tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak perlu
dilakukan penjahitan.
6. Robekan Perineum Derajat 2 : dijahit.
Siapkan alat dan bahan.
7. Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap lignokain atau obat-obatan
sejenis
8. Suntikan 10 ml lignokain 0.5% di bawah mukosa vagina, di bawah kulit
perineum dan pada otot-otot perineum. Masukan jarum pada ujung laserasi
dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan
masuk atau keluar.
9. Tunggu 2 menit. Kemudian area dengan forsep hingga pasien tidak
merasakan nyeri.
10. Jahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0, lihat ke dalam luka
untuk mengetahui letak ototnya. (penting untuk menjahit otot ke otot agar
tidak ada rongga di dalamnya.)
11. Carilah lapisan subkutis persis dibawah lapisan kulit, lanjutkan dengan jahitan
subkutikuler kembali keatas vagina, akhiri dengan simpul mati pada bagian
dalam vagina.
12. Potong kedua ujung benang dan hanya sisakan masing-masing 1 cm.
13. Jika robekan cukup luas dan dalam, lakukan colok dubur dan pastikan tidak
ada bagian rektum terjahit.
JUMLAH SKOR

Keterangan Skor : Jumlah Skor


Nilai Mahasiswa = x 100%
0 Tidak dilakukan mahasiswa 26
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
KKD-7 FKUC | 49

PENILAIAN POST PARTUM

Tujuan Utama

Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan penilaian
pada pasien post partum.

Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan penilaian perubahan anatomis post partum.


2. Mampu mendeteksi masalah post partum.
3. Mampu melakukan tatalaksana yang tepat terhadap masalah post partum yang ditemukan.

Alat dan Bahan

- Manekin
- Handscoen steril
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer

A. PENGANTAR

Beberapa perubahan anatomis pasien post partum yang perlu dinilai antara lain :

1. Fundus uteri
Setelah melahirkan, setiap hari fundus uteri akan teraba semakin mengecil sampai dengan
kembali ke dalam rongga pelvis.

Tinggi fundus pasca persalinan

2. Lochia
Lochia merupakan istilah untuk cairan yang keluar dari uterus selama masa nifas. Jenis-jenis
lochia adalah sebagai berikut :
50 | K K D - 7 FKUC

a. Lochia rubra: berwarna merah karena mengandung darah dan jaringan desidua.
Berlangsung sesaat setelah proses melahirkan dan berlanjut sampai dengan dua sampai
tiga hari post partum.
b. Lochia serosa: berwarna pink atau lebih pucat dibandingkan lochia rubra. Lochia ini
mengandung cairan serosa, jaringan desidual, leukosit dan eritrosit. Merupakan transisi
dari lochia rubra ke lochia alba.
c. Lochia alba: berwarna krim putih dan mengandung leukosit dan sel-sel desidual. Mulai
pada hari ke sepuluh post partum dan berlangsung sampai dengan dua sampai empat
minggu post partum.
3. Payudara
Pasca persalinan aktifitas prolaktin meningkat dan mempengaruhi kelenjar mamae untuk
menghasilkan air susu, sementara oksitosin menyebabkan kontraksi mammae yang
membantu pengeluaran air susu. Beberapa kelainan pada payudara yang dapat menghambat
prosuksi ASI antara lain:

a. Puting terbenam
Puting yang terbenam setelah kelahiran dapat dicoba ditarik dengan menggunakan nipple
puller beberapa saat sebelum bayi disusui.
b. Puting lecet
Puting lecet biasanya terjadi karena perlekatan ibu-bayi saat menyusui tidak benar. Periksa
apakah perlekatan ibu-bayi salah. Periksa juga kemungkinan infeksi Candida yang ditandai
dengan kulit merah, berkilat dan terasa sakit. Pasien dapat terus menyusui apabila luka
tidak begitu sakit, bila sangat sakit ASI dapat diperah. Olesi puting dengan ASI dan biarkan
kering serta jangan mencuci daerah puting dan areola dengan sabun.
c. Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi pada masa nifas atau sampai dengan 3
minggu pasca-persalinan. Disebabkan oleh sumbatan saluran susu dan pengeluaran ASI
yang kurang sempurna.

Eritema pada payudara karena mastitis


Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6092150/
KKD-7 FKUC | 51

Tindakan yang dapat dilakukan adalah:

- Kompres hangat
- Masase pada payudara untuk merangsang pengeluaran oksitosin agar ASI dapat
menetes keluar.
- Pemberian antibiotika.
- Istirahat dan pemberian obat penghilang nyeri bila perlu.

B. CHECKLIST PEMERIKSAAN POST PARTUM

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Jelaskan jenis dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan sebelum pemeriksaan.
3. Minta pasien berbaring di meja pemeriksa.
4. Lakukan palpasi untuk menilai fundus uteri.
5. Palpasi uterus, pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan per vaginam. Lakukan palpasi pada:
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca salin
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca salin
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca salin

Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik
6. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
7. Periksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca salin dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca salin.
8. Periksa temperatur ibu setiap jam selama dua jam pertama pasca salin
dan lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan tidak normal.
9. Tanyakan kepada ibu mengenai cairan nifas: jumlah, warna, bau.
10. Deteksi dan mengobati kelainan payudara yang dapat menghambat
produksi ASI. Nilai adanya:
a. Puting yang terbenam
b. Puting lecet
c. Mastitis
11. Informasikan kelainan yang ditemukan kepada pasien dan cara
mengatasinya.
JUMLAH SKOR
52 | K K D - 7 FKUC

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22
KKD-7 FKUC | 53

PERAWATAN LUKA POST PARTUM

Tujuan Utama

Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan perawatan
luka post partum.

Tujuan Khusus

1. Dapat menilai kondisi luka post partum.


2. Dapat menjelaskan kondisi luka post partum kepada pasien
3. Dapat melakukan perawatan luka post partum.
4. Dapat mengedukasi kepada bagaimana merawat luka post partum selanjutnya.

Alat dan Bahan

- Manekin
- Handscoen steril
- Kassa steril

A. PENGANTAR

Persalinan seringkali mangakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka biasanya ringan, tetapi kadang-
kadang terjadinya luka yang luas dan berbahaya. Penyebab dari luka perineum adanya robekan
pada jalan lahir maupun karena episiotomi pada saat melahirkan janin. Bentuk luka perineum ada
2 macam yaitu, rupture dan episiotomi. Rupture diakibatkan oleh rusaknya jaringan karena proses
desakan kepala janin, sedangkan episiotomi sebuah irisan pada perineum untuk memperlebar
ukuran vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.

Perawatan perineum suatu pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. Perawatan luka perineum yang
dilakukan dengan baik dapat mempercepat penyembuhan luka perineum, sedangkan perawatan
luka perineum yang dilakukan secara tidak benar dapat menyebabkan infeksi.

Salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi nifas bisa berasal dari perlukaan jalan lahir yang
merupakan media yang baik untuk berkembangnya kuman. Munculnya infeksi pada perineum
dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun jalan lahir yang dapat berakibat munculnya
komplikasi infeksi jalan lahir.

Tingkat Derajat Robekan Perineum Terdapat 4 derajat atau tingkat luka perineum antara lain :
54 | K K D - 7 FKUC

1. Derajat I : Robekan hanya pada mukosa vagina atau kulit perineum. Robekan ini sering kali
dibiarkan tanpa perlu dijahit
2. Derajat II :Robekan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perineum dengan melukai fasial
serta otot-otot diafragma urognital. Jika robekan terjadi secara spontan, dianjurkan untuk
beberapa robekan derajat dua tidak memerlukan jahitan.
3. Derajat III : Robekan lebih luas dan dalam mengenai baik kulit lapisan otot sampai mengenai
spingter ani eksternal
4. Derajat IV : Perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang menyebabkan muskulus spingter
ani eksternal sampai ke dinding rectum anterior

Penyembuhan Luka Perineum


1. Fase Substrat (Inflamasi Atau Eksudatif) : 4 Hari
2. Penyembuhan Proliferatif (Kolagen, Fibroblastik) : 42 – 60 Hari
3. Penyembuhan Remodelling (Maturasi) : > 9 Bulan

Perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan
oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum adalah sebagai berikut :


1. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka
perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
2. Obat-obatan Antibiotik
Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi
bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intravaskular.

Perawatan perineum yang dilakukan dengan menghindarkan terjadinya hal berikut ini :
1. Infeksi
Kondisi perineum yang lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri dan dapat
menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun
pada jalan lahir yang dapat berkaitan pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih
maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Kamatian Ibu Post Partum
Penanganan komplikasi yang lambat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum
mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah.

Waktu perawatan luka perineum yang tepat dilakukan adalah :


1. Saat mandi
KKD-7 FKUC | 55

Pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut,
demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar akan terjadi kontaminasi air seni, akibatnya
dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum. Untuk itu diperlukan pembersihan luka
perineum.
3. Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran di sekitar anus. Untuk
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan,
maka diperlukan kebersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

Prosedur Perawatan Luka Post Partum

1. Bersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah buang air kecil atau besar dengan
sabun dan air.
2. Ganti pembalut dua kali sehari
3. Gunakan pakaian/ kain yang kering. Segera ganti apabila basah.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin
5. Hindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
6. Jika terdapat pus/cairan maka luka mengalami infeksi, buka luka, drain, angkat kulit nekrotik,
jahitan subkutis dan lakukan debridement. Lakukan jahitan situasi.
7. Bila terdapat abses tanpa selulitis berarti infeksi bersifat superfisial, tidak perlu antibiotik per
oral. Jika abses dengan selulitis berikan antibiotik peroral: Ampisilin 4 x 500 mg ditambah
metronidazol 3 x 500 mg selama 5 hari.
8. Kompres luka dan ajarkan pasien cara merawat luka dan menjaga kebersihan.

B. CHECKLIST PERAWATAN LUKA POST PARTUM

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Senyum, sapa pasien.
Jelaskan tindakan perawatan yang akan dilakukan.
2. Bersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah buang air
kecil atau besar dengan sabun dan air
3. Ganti pembalut dua kali sehari
4. Gunakan pakaian/kain yang kering. Segera ganti apabila basah.
5. Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
56 | K K D - 7 FKUC

membersihkan daerah kelamin


6. Hindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
7. Jika terdapat pus/cairan maka luka mengalami infeksi, buka luka,
drain, Angkat kulit nekrotik, jahitan subkutis dan lakukan debridement.
Lakukan jahitan situasi
8. Abses tanpa selulitis berarti infeksi bersifat superfisial, tidak perlu
antibiotik per oral. Jika abses dengan selulitis berikan antibiotik
peroral: Ampisilin 4 x 500 mg ditambah Metronidazol 3 x 500 mg
selama 5 hari.
9. Kompres luka dan ajarkan pasien cara merawat luka sendiri dan
menjaga kebersihan
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
18
KKD-7 FKUC | 57

KOMPRESI BIMANUAL

Tujuan Utama

Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan kompresi
bimanual.

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami prosedur kompresi bimanual.


2. Mampu menjelaskan prosedur kompresi kepada pasien dan keluarga pasien.
3. Mampu melakukan tindakan kompresi bimanual

Alat dan Bahan

- Handscoen steril
- Manekin

A. PENGANTAR

Kompresi Bimanual adalah tindakan prosedural dengan melakukan kompresi (tekanan) dengan
kedua tangan baik dari dalam maupun luar untuk penanganan perdarahan post partum biasanya
akibat Atonia uteri, yaitu keadaan dimana tonus/kontraksi uterus lemah/tidak ada.

Penanganan atonia uteri yaitu:


1. Umum :
a. Kenali faktor resiko : Polihidramnion; Kehamilan kembar; Makrosomia; Persalinan lama;
Persalinan terlalu cepat; Persalinan dengan induksi; Infeksi intrapartum Paritas tinggi
b. Tegakkan Diagnosis Kerja
c. Pasang Infus, berikan uterotonika
d. Pastikan plasenta lahir lengkap
e. Bila perlu transfusi darah
f. Uji pembekuan darah
2. Spesifik :
a. Kompresi Bimanual Interna
b. Kompresi Bimanual Eksterna
c. Kompresi Aorta abdominalis

Prosedur Kompresi Bimanual Interna (KBI)

1. Menjelaskan tujuan tindakan Kompresi Bimanual Interna.


2. Meminta persetujuan tindakan.
58 | K K D - 7 FKUC

3. Sebelum melakukan tindakan cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir
untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang handscoen.
4. Dengan lembut memasukan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus
dan ke dalam vagina ibu.

Sumber :
http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/panduan/Kompresi%20Bimanual.pdf
5. Periksa vagina dan serviks untuk mengetahui ada tidaknya selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri yang memungkinkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
6. Letakkan kepalan tangan menekan dinding anterior uterus (korpus anterior), sementara
telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus (korpus
posterior) ke arah kepalan tangan dalam.

Sumber :
http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/panduan/Kompresi%20Bimanual.pdf
7. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi.

Sumber :
http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/panduan/Kompresi%20Bimanual.pdf
KKD-7 FKUC | 59

8. Evaluasi hasil kompresi bimanual internal:


a. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2
menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu
secara melekat selama kala IV
b. Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina
dan serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut, segera lakukan penjahitan bila
ditemukan laserasi.
c. Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam 5 menit, ajarkan pada keluarga (bila persalinan di
rumah) / asisten (bila persalinan di puskesmas / rumah sakit) untuk melakukan kompresi
bimanual eksternal, kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia
uteri selanjutnya.

Prosedur Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)

1. Minta asisten penolong persalinan atau ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksternal (KBE) sementara penolong melanjutkan dengan langkah–langkah penatalaksanaan
atonia uteri selanjutnya :
a. Mencuci tangan pada larutan klorin 0,5% dan melepaskannya
b. Menggunakan sarung tangan steril
c. Berikan ergometrin 0,2 mg IM d. Pasang infus (RL) dengan 20 unit oksitosin
2. Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus uteri agar telapak tangan kiri dapat
mencakup dinding belakang uterus.
3. Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak tangan kanan dapat menekan korpus uteri
bagian depan
4. Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dan kanan dan perhatikan
perdarahan yang terjadi.

Sumber :
http://edunakes.bppsdmk.kemkes.go.id/images/pdf/Obsgin_4_Juni_2014/panduan/Kompresi%20Bimanual.pdf
60 | K K D - 7 FKUC

5. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut hingga uterus dapat berkontraksi
dengan baik. Serta lanjutkan ke langkah Dekontaminasi dan pencegahan infeksi pasca
tindakan.
6. Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus tiap 10 menit dalam 2 jam pertama
7. Tuliskan hasil tindakan dan instruksi perawatan lanjutan, jelaskan dan serahkan pemantauan
dan status pada petugas
8. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya tentang tindakan dan hasilnya serta perawatan
lanjutan yang masih diperlukan
9. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan
10. Namun apabila KBE, perdarahan belum berhenti, lakukan inform consent untuk perujukan

B. CHECKLIST KOMPRESI BIMANUAL

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Berikan dukungan emosional kepada pasien. Jelaskan prosedur
kompresi bimanual.
2. Lakukan tindakan pencegahan infeksi.
3. Kosongkan kandung kemih.
4. Pastikan plasenta lahir lengkap.
5. Pastikan perdarahan karena atonia uteri.
6. Segera lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit.
7. Masukkan tangan dalam posisi obstetri ke dalam lumen vagina, ubah
menjadi kepalan, dan letakan dataran punggung jari telunjuk hingga jari
kelingking pada forniks anterior dan dorong segmen bawah uterus ke
kranio-anterior.
8. Upayakan tangan bagian luar mencakup bagian belakang korpus uteri
sebanyak mungkin.
9. Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan kepalan tangan dalam
dan tangan luar sedekat mungkin.
10. Tetap berikan tekanan sampai perdarahan berhenti dan uterus kembali
berkontraksi.
11. Jika uterus sudah mulai berkontraksi, pertahankan posisi tersebut
hingga uterus berkontraksi dengan baik. Dan secara perlahan lepaskan
kedua tangan, lanjutkan pemantauan secara ketat.
12. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, lakukan kompresi
bimanual eksternal oleh asisten/ anggota keluarga.
KKD-7 FKUC | 61

13. Tekan dinding belakang uterus dan korpus uteri diantara genggaman
ibu jari dan keempat jari lain, serta dinding depan uterus dengan
kepalan tangan yang lain.
14. Sementara itu:
a. Berikan ergometrin 0.2 mg IV
b. Infus 20 unit oksitosin dalam 1 L NaCl/ Ringer laktat IV 60
tetes/menit dan metil ergometrin 0,4 mg.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
28
62 | K K D - 7 FKUC

INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)

Tujuan Umum

Setelah melalui latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu membantu ibu
melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami pentingnya inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi baru lahir.
2. Mampu mengedukasi ibu terhadap manfaat dan pentingnya insiasi menyusui dini (IMD).
3. Mampu menjelaskan proses insiasi menyusui dini (IMD) terhadap ibu.
4. Mampu membantu ibu melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).

Alat dan Bahan

- Manekin bayi
- Manekin Ibu / Pasien coba
- Selimut

A. PENGANTAR

ASI mempunyai banyak manfaat untuk bayi dan juga ibu. Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai
sumber zat gizi (makanan) yang lengkap dan sesuai untuk bayi, mengandung zat protektif,
mempunyai efek psikologis, menunjang pertumbuhan yang baik dan mengurangi kejadian karies
dentis dan maloklusi. Bagi ibu pemberian ASI dapat mencegah terjadinya perdarahan pasca salin
menurunkan kejadian karsinoma mammae, dapat menjarangkan kehamilan, menimbulkan rasa
bangga dan rasa dibutuhkan oleh orang lain.

Pentingnya pelaksanaan IMD sesaat setelah persalinan, diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
WHO pada tahun 2000 di enam negara berkembang bahwa risiko kematian bayi antara usia 9
sampai 12 bulan dapat meningkat 40 persen pada bayi yang tidak disusui. Hal ini menjadi alasan
bahwa melakukan IMD sebagai awal suksesnya penerapan ASI eksklusif secara optimal sangatlah
penting, karena dengan melakukan IMD dapat mengurangi angka kematian balita sebesar 8,8%.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir
setidaknya satu jam bahkan lebih hingga bayi berhasil menyusu sendiri. Definisi ini kemudian
digunakan sebagai acuan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan IMD pasca persalinan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, secara garis besar tahapan tata laksana IMD adalah sebagai
berikut:

1. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan mengurangi atau tidak menggunakan obat kimiawi.
KKD-7 FKUC | 63

2. Setelah proses kelahiran, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan


vernix (kulit putih) dibagian tangan bayi.
3. Kemudian bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit
ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi kemudian jika perlu,
bayi dan ibu diselimuti.
4. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan merangkak (crawling) untuk
mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu).
5. Ibu perlu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu baik oleh
tenaga kesehatan maupun oleh suami.
6. Bayi tetap pada posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama
selesai.
7. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi
vitamin K dan tetes mata.
8. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung.

B. CHECKLIST INISIASI MENYUSUI DINI

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
1 2 3
1. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit
ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam).
2. Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
3. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
pada menit 45-60, dan berlangsung 10-20 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara.
4. Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
5. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam, usahakan
ibu dan bayi dipindah bersama-sama dengan mempertahankan kontak
kulit ibu-bayi.
6. Jika bayi belum menemukan puting ibu-IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
7. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan
ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap berada di dada ibu.
Lanjutkan asuhan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian
64 | K K D - 7 FKUC

vitamin K, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibunya


untuk menyusu.
8. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap selimuti untuk menjaga
kehangatannya.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
16
KKD-7 FKUC | 65

PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KONSELING SADARI

Tujuan Umum

Setelah mempelajari panduan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan


pemeriksaan payudara dan konseling Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami anatomi payudara


2. Mampu melakukan anamnesis sebelum melakukan pemeriksaan fisik payudara
3. Mampu memahami langkah-langkah pemeriksaan payudara
4. Mampu menjelaskan langkah-langkah pemeriksaan payudara kepada pasien
5. Mampu melakukan pemeriksaan payudara dengan benar
6. Mampu menilai hasil pemeriksaan payudara
7. Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan payudara
8. Mampu melakukan konseling Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada pasien.

Alat dan Bahan

- Manekin

A. PENGANTAR

Pemeriksaan Clinical Breast Examination (CBE) atau pemeriksaan payudara dilakukan untuk
deteksi dan identifikasi dini kanker payudara. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada
saat SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada
kemungkinan keganasan.

Pemeriksaan payudara merupakan prosedur untuk mencari kelainan pada payudara. Pemeriksaan
payudara merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk skrining keganasan
payudara. Pemeriksaan ini tidak dapat digantikan dengan pemeriksaan penunjang yang lain,
seperti USG payudara atau mamografi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh penderita sendiri
secara rutin atau oleh dokter. Pemeriksaan payudara dianjurkan dikerjakan secara rutin untuk
wanita usia 20-40 tahun, terutama pada wanita dengan risiko tinggi. Diagnosis dini dari kelainan
pada payudara dapat menghindarkan wanita dari operasi yang besar dan meningkatkan
kemungkinan untuk sembuh.

Anatomi Payudara
Payudara merupakan kelenjar yang memproduksi ASI yang tersusun dari unit yang disebut
lobulus. Kelenjar payudara dihubungkan melalui sekumpulan duktus laktiferus yang bergabung
membentuk saluran drainase, berakhir di papilla mammae. Papilla mammae dikelilingi jaringan
66 | K K D - 7 FKUC

yang hiperpigmentasi disebut areola mammae. Jaringan fibroelastik dan jaringan lemak berfungsi
menyokong struktur payudara. Payudara terdapat di atas muskulus pektoralis mayor, yang
terdapat di dinding thoraks anterior. Terletak setinggi kosta II hingga kosta VI dan dari sternum
hingga linea aksilaris media. Sedangkan papilla mammae terletak setinggi sela iga (spatium
intercostale – SIC) IV.

Tiap payudara mengandung jaringan limfe, 90% mengalirkan cairan limfenya ke kelompok nodi
lymphatici yang terdapat di axilla ipsilateral, sedangkan 10% sisanya mengalirkan limfe menuju ke
nodi lymphatici parasternalis, yang terletak di sebelah dalam sternum (tidak dapat diperiksa dari
luar). Jalur aliran limfe ini penting pada keadaan adanya karsinoma mammae, yaitu merupakan
tempat yang pertama kali adanya metastase.

Anatomi Payudara
Sumber : https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/anatomy-of-the-breasts

Jika ditemukan masa atau keadaan abnormal di payudara, lokasinya dapat kita deskripsikan pada
salah satu kuadran. Dapat juga kita deskripsikan berdasarkan gambaran jam pada permukaan
payudara.

Deskripsi Lokasi Payudara


Sumber : https://meded.ucsd.edu/clinicalmed/breast.html

Anamnesis
Untuk melakukan diagnosis adanya kelainan payudara dilakukan anamnesis.
1. Keluhan utama : T (Tumor), N (Nodus limfatikus), M (Metastasis jauh)
d. Tumor
KKD-7 FKUC | 67

 Benjolan di payudara sejak kapan? Ukuran benjolan saat ditemukan?


 Berapa jumlahnya, dan dimana lokasi pertama kali ditemukan?
 Apakah benjolan hilang timbul atau menetap?
 Apakah benjolan bertambah besar? Seberapa cepat pembesarannya?
 Apakah disertai luka di kulit? Sejak kapan ada luka di kulit?
 Apakah keluar cairan dari puting, berwarna apa?
 Apakah ada puting yang retraksi, meninggi atau melipat?
 Adakah rasa nyeri? Apakah disertai demam? atau adakah gejala lain yang menyertai?
e. Nodus limfatikus
 Adakah benjolan di ketiak kanan – kiri ?
 Adakah benjolan di supraclavicula kanan – kiri ?
 Adakah benjolan di para strenum?
 Berapa jumlah benjolan? Ukuran? Mobil atau terfiksir?
 Adakah luka borok? Rasa nyeri?
f. Metastasis jauh (melihat penyebaran kanker ke tulang, hepar, otak dan paru)
 Adakah sakit tulang, sakit punggung?
 Adakah batuk, sesak nafas?
 Adakah rasa sebah di perut?
 Adakah sakit kepala yang hebat?
 Adakah benjolan di tempat lain?
2. Riwayat sebelumnya :
d. Biopsi atau operasi tumor jinak payudara atau tempat lain
e. Pernah menderita tumor atau kanker lain
f. Adanya riwayat radiasi daerah dada
3. Riwayat keluarga :
a. Sehubungan dengan penyakit kanker payudara pada garis keturunan ibu
b. Riwayat kanker yang lain
c. Hubungan keluarga : ibu, adik, kakak, bibi
4. Riwayat faktor resiko :
a. Usia menarche
b. Umur melahirkan anak pertama
c. Riwayat menyusui, berapa anak dan lamanya setiap menyusui
d. Pemakaian kontrasepsi hormonal, jenis dan lama pemakaian
e. Jumlah kehamilan
f. Usia menopause
g. Pemakaian sulih hormon
68 | K K D - 7 FKUC

Pemeriksaan Fisik
Sangat penting pada saat pemeriksaan supaya penderita dalam keadaan senyaman mungkin, kita
jelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan, tangan pemeriksa dan kamar dalam keadaan hangat
dengan kamar periksa mempunyai penerangan yang cukup. Bila dokter pria, saat melakukan
pemeriksaan sebaiknya ditemani paramedis wanita.

1. Inspeksi
Penderita diminta untuk membuka pakaian sampai pinggang dan posisi pasien duduk
menghadap ke dokter. Pemeriksaan ini dilakukan dengan 4 posisi yaitu tangan disamping,
tangan di atas kepala, tangan dipinggang dan posisi membungkuk.

Temuan abnormal Pada Payudara


Sumber : https://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/BreastExam.html

a. Perhatikan apakah kedua payudara simetris. Bandingkan bentuk atau kontur dari kedua
payudara, ukuran dan isi dari kedua payudara. Letak papilla mammae juga dibandingkan
dari kedua payudara. Letaknya biasanya di SIC 4 atau 5 pada linea mid klavikularis untuk
penderita pria atau wanita muda. Karena faktor usia atau bila sudah terdapat banyak lemak
atau kelenjar susu maka posisi puting menjadi sangat bervariasi.
b. Dilihat adakah nodul pada kulit yang berbentuk seperti papula yang dapat merupakan nodul
satelit pada keganasan. Bila ada, dilihat bagaimana bentuknya, berapa jumlahnya, dimana
letaknya, warnanya.
KKD-7 FKUC | 69

c. Adakah perubahan warna? Perubahan warna kemerahan menunjukan adanya peningkatan


aliran darah sekunder yang disebabkan oleh inflamasi. Dapat juga disebabkan karena
pertumbuhan keganasan pada kulit atau infiltrasi tumor pada kulit.
d. Adakah luka/borok. Erosi pada aerola atau papilla mammae (puting payudara) biasanya
akan tertutup oleh krusta sehingga bila krusta diangkat baru akan terlihat kulit yang
mengalami erosi. Erosi pada aerola karena kelainan kulit biasanya melibatkan kedua sisi
sedangkan pada keganasan atau Paget’s disease biasanya hanya satu sisi.
e. Adakah bengkak pada kulit? Bengkak yang disebabkan karena infeksi dan sumbatan
saluran limfe secara mekanis akan memberikan bentuk yang berbeda. Sumbatan karena
mekanis atau limfedema akan memberikan gambaran seperti kulit jeruk atau peau d’orange
atau orange peelatau pig skin. Biasanya karena adanya infiltrasi keganasan pada limfonodi
atau jalur limfenya.

Peau d’orange
Sumber : https://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/BreastExam.html
f. Adakah kulit yang tertarik (dimpling). Inspeksi juga dilakukan dalam posisi penderita duduk
dengan lengan diangkat diatas kepala. Pada saat lengan diangkat ke atas kepala, kita
berusaha mencari adanya fiksasi kulit atau puting pada kelenjar payudara atau adanya
distorsi bentuk payudara karena adanya massa dan fiksasi. Dimpling ini terjadi karena
kanker yang telah menginfiltrasi ligamentum suspensorium cowper akan menyebabkan
adanya tarikan pada permukaan kulit payudara dan merupakan petunjuk ke arah
keganasan, walaupun dapat juga disebabkan oleh bekas trauma, sikatriks pasca operasi
atau bekas infeksi sebelumnya. Cara yang lain dengan membungkukkan pasien di
pinggang atau disebut dengan bending yaitu badan, dagu dan bahu mengarah ke depan.
Adanya lekukan, tarikan, ketidaksimetrisan atau kulit yang tidak rata akan segera terlihat.

dimpling

Sumber : https://screening.iarc.fr/doc/breastchart.pdf
70 | K K D - 7 FKUC

g. Pemeriksaan puting payudara: Adanya nipple discharge atau keluarnya cairan dari papilla
mammae yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada saat palpasi. Retraksi dari
papilla mammae mungkin merupakan pertumbuhan tumor ganas yang telah menginfiltrasi
duktus laktiferus yang menjadi retraksi dan fibrosis. Tapi juga perlu diingat bahwa retraksi
dapat terjadi secara kongenital (inverted nipple), dan biasanya bilateral.

Kelainan Pada Putting Payudara


Sumber : https://screening.iarc.fr/doc/breastchart.pdf
h. Axilla juga diinspeksi untuk melihat ada tidaknya pembengkakan akibat pembesaran
limfonodi karena tumor atau karena infeksi, ditandai dengan adanya perubahan warna
kemerahan.

2. Palpasi
Setelah dilakukan inspeksi pada seluruh payudara, axilla dan supraclavicula, kemudian kita
lakukan palpasi. Perlu diingat hasil palpasi dari payudara normal sangat bervariasi. Ini
memerlukan waktu dan pengalaman dari pemeriksa. Kelenjar susu yang berlobulasi dapat
disalahpersepsikan sebagai massa. Lemak subcutan juga menyebabkan perbedaan hasil dari
palpasi payudara.
Juga perlu diingat menjelang menstruasi dan saat hamil payudara menjadi membengkak,
berlobus dan lebih sensitif. Setelah menstruasi, payudara akan mengecil dan lebih lembek.
Pada saat kehamilan, payudara menjadi besar dan keras dengan lobulasi yang jelas sehingga
menyulitkan palpasi tumor.
Bila penderita mengeluh terdapat benjolan pada salah satu payudara, tetap lakukan seluruh
prosedur pemeriksaan pada kedua payudara dengan memulai palpasi pada sisi yang sehat
terlebih dahulu agar tidak terlewat bila ada kelainan yang lain.
Posisikan pasien pada posisi berbaring terlentang dengan bagian belakang dada diganjal
menggunakan bantal. Kedua tangan pasien diletakan di atas kepala untuk memudahkan
pemeriksaan axilla. Pemeriksaan payudara menggunakan satu tangan dan tangan satunya
sebagai penahan. Teknik pemeriksaan palpasi payudara bisa menggunakan cara palpasi
dengan arah radier yaitu seperti jeruji dari tengah kearah perifer pada seluruh lapang
KKD-7 FKUC | 71

payudara, atau menggunakan arah linier yaitu dari lateral atas ke bawah selanjutnya naik lagi,
dari lateral ke medial.
Teknik selanjutnya adalah teknik sirkuler. Teknik ini dari lateral atas dari tiap payudara,
melingkar searah jarum jam ke arah dalam sampai ke tengah, dilakukan dengan tekanan yang
ringan.

Arah Palpasi Payudara (Arah Radier, Arah Linier dan Arah Sirkuler)
Sumber : https://meded.ucsd.edu/clinicalmed/breast.html
Untuk menentukan massa pada payudara mobile atau terfiksasi, dinilai dengan menggunakan
satu tangan. Satu tangan menekan massa perlahan-lahan, bila massa dapat digerakkan atau
berkapsul maka massa akan menggelincir menjauh dan menghilang, bila tekanan dihilangkan
maka massa akan kembali.

Daerah axilla dan supraclavicular juga diperiksa bergantian dengan penderita pada posisi
duduk ataupun berbaring. Pada pemeriksaan axilla sangat penting untuk melemaskan fasia
axillaris. Untuk dapat melakukan ini, maka lengan penderita harus ditahan/ disangga dengan
tangan pemeriksa sama sisi (tangan kiri pasien disangga dengan tangan kiri pemeriksa
sedangkan kanan pasien disangga dengan tangan kanan pemeriksa). Palpasi dilakukan dari
bagian lateral atas thorax sampai dengan apex dari axilla. Semakin hati-hati dan cermat
pemeriksa, maka semakin banyak informasi yang didapat. Untuk pemeriksaan payudara pada
penderita dengan obesitas hasilnya kurang dapat dipercaya.

Pemeriksaan Limfonodi Axilla


Sumber : https://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/BreastExam.html
72 | K K D - 7 FKUC

Pemeriksaan limfonodi supraclavicularis sangat tepat bila dilakukan dengan pemeriksa berdiri
di belakang penderita. Berapa banyak benjolan, tepi benjolan, keterlibatan dengan jaringan
sekitar dan konsistensinya harus dicatat. Pemeriksaan ini dapat mengarahkan diagnosis
pembesaran kelenjar ini disebabkan oleh keganasan atau infeksi.

Manuver Kontraksi Muskulus Pektoralis


Digunakan untuk mengetahui hubungan nodul dengan dinding dada dan m. pektoralis. Dilakukan
dengan cara penderita duduk dengan tangan diletakkan di pinggang dan tangan adduksi menekan
pinggang, sehingga mpektoralis akan berkontraksi. Bila pada payudara terdapat benjolan atau ada
area yang terfiksasi maka ini akan tampak lebih jelas. Manuver ini juga dapat untuk membedakan
apakah benjolan pada payudara tersebut terfiksasi atau dapat bergerak (mobile). Massa yang
terfiksasi pada m pektoralis akan lebih sulit untuk digerakkan pada saat muskulus pektoralis
dikontraksikan.

Hasil Pemeriksaan Payudara


Bila dari pemeriksaan palpasi payudara didapatkan nodul, maka hal-hal yang perlu dilaporkan
adalah:

1. Letak lesi yang dilaporkan sesuai dengan kuadran payudara.


2. Jumlah nodul : apakah nodul tunggal atau multiple, bagaimana hubungan antar nodul (soliter
atau menyatu).
3. Sensitivitas : apakah nodul nyeri bila ditekan.
4. Konsistensi nodul : keras seperti batu, kenyal, lunak atau kistik.
5. Fiksasi pada dinding dada, apakah melekat pada dinding dada atau dapat digerakkan dari
dinding dada.
6. Fiksasi pada kulit, apakah nodul menginfiltrasi atau bahkan menembus kulit.
7. Adakah perubahan warna kulit.
8. Adakah perubahan suhu kulit di atas nodul dibandingkan suhu kulit di daerah sekitarnya.
9. Apakah disertai adanya nodul pada limfonodi axilla dan supraclavicularis. Nodul pada kelenjar
axila dan supraclavicularis juga harus dilaporkan secara rinci sesuai dengan nodul pada
payudara.

SADARI – Pemeriksaan Payudara Sendiri


SADARI adalah singkatan dari Pemeriksaan Payudara Sendiri, artinya pemeriksaan ini dilakukan
sendiri tanpa orang lain, atau tanpa bantuan dokter. Setiap wanita sangat dianjurkan untuk
melakukan SADARI untuk deteksi dini penyakit pada payudara terutama Kanker Payudara.

Waktu yang ideal untuk melakukan SADARI adalah hari ke 7 sampai 10 dihitung dari hari pertama
menstruasi / haid. Jika sedang hamil, atau tidak lagi memiliki menstruasi / haid, SADARI dapat
dilakukan setiap saat, tetapi waktunya dibuat sama setiap bulannya. Jika sedang menyusui,
KKD-7 FKUC | 73

SADARI dilakukan setiap bulan pada waktu yang sama. Lakukanlah SADARI setelah menyusui
bayi, bukan sebelumnya.

Cara melakukan SADARI


1. Lepas pakaian yang menutupi payudara dan berdirilah di depan cermin dengan tangan rileks
disamping badan. Jika tidak dapat berdiri nyaman, boleh juga sambil duduk. Lihatlah dengan
seksama payudara apakah ada perubahan atau kelainan sekecil apapun.

Sumber : https://screening.iarc.fr/breastselfexamination.php
2. Bandingkan payudara saat berbalik dari sisi ke sisi (kanan-kiri). Carilah setiap perubahan
pada payudara dalam segi ukuran, bentuk, tekstur kulit atau warna termasuk kemerahan,
benjolan, kerutan atau retraksi (penarikan kulit).
3. Perhatikan perubahan pada puting susu, seperti penarikan ke satu sisi, atau perubahan arah
ke samping atau ke dalam.
4. Tempatkan tangan pada pinggang lalu kencangkan dada, kemudian berbalik dari sisi ke sisi
bandingkan kanan-kiri untuk mencatat setiap perubahan.

Sumber : https://screening.iarc.fr/breastselfexamination.php
5. Mengencangkan otot dada dengan cara lain juga dapat membantu untuk melihat perubahan.
Dengan cara mencoba berbagai posisi, seperti menempatkan tangan di atas kepala dan
mengubah dari sisi ke sisi seperti yang dilihat.

Sumber : https://screening.iarc.fr/breastselfexamination.php
74 | K K D - 7 FKUC

6. Tempatkan tangan di pinggang dan merunduk didepan cermin, biarkan payudara


menggantung. Lalu perhatikan setiap perubahan bentuk.

Sumber : https://screening.iarc.fr/breastselfexamination.php
7. Perhatikan apakah ada cairan yang keluar dari puting susu dan bisa juga dilihat pada bra atau
pakaian, tetapi janganlah memencet puting atau mencoba mengeluarkan cairan tersebut.
8. Meraba daerah atas dan bawah tulang selangka (clavicula) apakah ada benjolan atau
penebalan. Gunakanlah lotion kulit untuk mempermudah prosedur ini.
9. Periksalah apakah ada benjolan atau penebalan di bawah lengan di sekitar ketiak kearah
bawah dan depan (payudara) secara merata kanan dan kiri. Perhatikan setiap perubahan dari
pemeriksaan (SADARI) sebelumnya.
10. Tempatkan bantal atau lipatan handuk di bawah bahu kiri untuk membantu jaringan payudara
merata di dinding dada. Tekuk lengan kiri di belakang kepala dan jangkaulah payudara kiri
dengan tangan kanan. Anda dapat menggunakan lotion agar mempermudah prosedur ini.

Sumber : https://screening.iarc.fr/breastselfexamination.php
11. Mulailah pemeriksaan dari ketiak dengan cara menggerakkan tiga jari bersama-sama
menekan ringan, sedang dan kuat. Gerakkan jari-jari tangan dengan tekanan ringan secara
melingkar searah jarum jam di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak
ke arah tengah sampai ke puting susu sehingga terbentuk pola seperti obat nyamuk bakar.
Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan, pengerasan atau massa di bawah kulit.
12. Bila ditemukan benjolan segera menghubungi dokter.

Konseling SADARI
Langkah-langkah melakukan konseling SADARI adalah sebagai berikut :
1. Menyapa, memperkenalkan diri, memastikan privasi pasien.
2. Menanyakan informasi data pasien.
3. Menanyakan tujuan kunjungan dan menjawab pertanyaan.
4. Memberikan informasi umum tentang pencegahan kanker dengan deteksi lebih dini.
KKD-7 FKUC | 75

5. Memberikan informasi tentang pemeriksaan payudara akan dilakukan dan menjelaskan


bagaimana cara pemeriksaan payudara sendiri, posisi yang benar saat melakukan
pemeriksaan sendiri pemeriksaan dan temuan yang mungkin didapati.
6. Memberikan informasi mengenai pemeriksaan lanjutan yang diperlukan untuk memastikan
kelainan yang ditemukan ke dokter.

B. CHECKLIST PEMERIKSAAN PAYUDARA

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur dan meminta ijin
melakukan pemeriksaan. (Pada saat melakukan pemeriksaan harus
diingat untuk selalu mengajarkan cara melakukan SADARI).
Melakukan anamnesis, meliputi :
2. Menanyakan riwayat penyakit sekarang :
a. Sejak kapan keluhan tersebut?
b. Pertama sebesar apa, sekarang sebesar apa?
c. Berapa jumlah benjolan?
d. Hilang timbul atau terus menerus?
e. Ada luka atau tidak?
f. Ada cairan dari puting atau tidak? Bila ada, apa warnanya?
g. Puting retraksi atau tidak?
h. Ada rasa nyeri, demam atau tidak?
i. Ada benjolan di ketiak kanan kiri atau tidak?
j. Ada benjolan di supraclavicula atau tidak?
k. Ada benjolan di parasternum atau tidak?
l. Ada sakit pada tulang, sesak nafas, batuk, rasa sebah, sakit
kepala yang hebat atau tidak?
3. Menanyakan riwayat penyakit :
a. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit
sekarang
b. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan keluhan
sekarang
4. Menanyakan faktor resiko
a. Usia menarche
b. Usia melahirkan anak pertama
c. Riwayat menyusui
d. Riwayat penggunaan KB
76 | K K D - 7 FKUC

e. Jumlah kehamilan
f. Usia menopause
5. Mencuci tangan secara aseptik sebelum pemeriksaan
6. Melakukan dan melaporkan hasil pemeriksaan inspeksi (pasien
duduk, meliputi :
a. Simetrisitas posisi pasien duduk, tangan di pinggang
b. Simetrisitas posisi pasien membungkuk (bending)
c. Adanya nodul jumlah dan letak
d. Adanya perubahan warna kulit
e. Adanya luka / borok
f. Adanya bengkak pada kulit
g. Adakah nipple discharge
h. Adanya dimpling pada saat pasien mengangkat tangan
i. Adanya kelainan, perubahan warna kulit atau benjolan tampak
pada axilla maupun supraclavicula
7. Melakukan pemeriksaan dan melaporkan hasil pemeriksaan palpasi
dengan benar :
a. Meliputi kedua payudara
b. Dimulai dari yang sehat
c. Menggunakan dua tangan
d. Tangan pasien di atas kepala
e. Pemeriksaan axilla dan supraclavicular
8. Melakukan pemeriksaan palpasi limfonodi axilla dan supraclavicula
9. Mencuci tangan secara aseptik
10. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
20
KKD-7 FKUC | 77

C. CHECKLIST KONSELING SADARI

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri.
2. Menanyakan informasi data pasien.
3. Menanyakan tujuan kunjungan dan menjawab pertanyaan.
4. Memberikan informasi umum tentang pencegahan kanker dengan
deteksi lebih dini.
5. Menjelaskan kepada pasien waktu yang tepat untuk melakukan
SADARI.
6. Tunjukkan kepada pasien cara melakukan SADARI.

7. Menjelaskan kepada pasien temuan yang perlu diperhatikan pada


pemeriksaan.
8. Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan tersebut
pada kedua payudara
9. Menjelaskan kepada pasien pentingnya melakukan SADARI secara
berkala.
10. Memberikan infornasi tentang pemeriksaan yang diperlukan
selanjutnya apabila pasien menemukan kelainan pada payudara pada
saar melakukan SADARI.
JUMLAH NILAI
Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
20
78 | K K D - 7 FKUC

INSISI ABSES BARTHOLINI

Tujuan Umum

Setelah mempelajari manual keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan insisi
abses Bartholini.

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami penyebab abses Bartholini


2. Mampu memahami tanda dan gejala abses Bartholini
3. Mampu menjelaskan pada pasien tentang abses Bartholini
4. Mampu menjelaskan pada pasien tentang prosedur insisi abses Bartholini
5. Mampu melakukan insisi abses Bartolini

Alat dan Bahan

- Meja periksa ginekologi


- Handscoen steril
- Lidocain 2% ampul
- Blade no.11
- Hemostats kecil
- Kassa steril
- Spuit 3 cc
- Cairan NaCl 0.9%
- Cairan antiseptik
- Benang vicryl 4-0
- Duk steril
- Kateter Word (Word Catheter)

A. PENGANTAR

Kelenjar Bartholin terletak bilateral di posterior introitus dan bermuara dalam vestibulum pada
posisi arah jam 4 dan 8. Kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan tidak teraba kecuali
pada keadaan penyakit atau infeksi. Penyakit yang menyerang kelenjar Bartholin biasanya terjadi
pada wanita antara usia 20 dan 30 tahun. Penyebab dari kelainan kelenjar Bartholin adalah
tersumbatnya bagian distal dari duktus kelenjar yang menyebabkan retensi dari sekresi, sehingga
terjadi pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut dapat terinfeksi, dan selanjutnya
berkembang menjadi abses. Pasien dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri
KKD-7 FKUC | 79

vestibular, dispareunia, dan pembengkakan yang berkembang secara cepat dan progresif pada
genital vulva yang terinfeksi.

Abses Bartholin banyak disebabkan oleh mikroorganisme yang berkolonisasi dari regio perineal
dan biasanya beragam, seperti Bacteroides spp. dan Escherichia coli yang merupakan organisme
predominan. Abses Bartholin adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah
mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen yang paling
umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif. Namun, kista saluran
Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular
seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut. Dalam
penanganan kista dan abses Bartholin, ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan berupa
intervensi bedah seperti insisi dan drainase, pemasangan kateter Word, marsupialisasi, atau
eksisi; pemberian obat antibiotik dan analgesik.

1. Inisisi drainase adalah prosedur yang cepat dan mudah, yang akan meredakan gejala dengan
cepat. Namun tingkat kekambuhanya tinggi.
2. Pemasangan Word catheter adalah penanganan yang umum untuk drainase pada kista dan
abses Bartholini. Word catheter adalah sebuah kateter berukuran panjang 1 inch dan diameter
sebesar kateter foley nomor 10.

Word Catheter
Sumber : https://www.aafp.org/afp/2003/0701/p135.html

Setelah insisi dilakukan pada kista / abses, Word catheter dimasukan dan balon yang ada di
ujung kateter digembungkan dengan 2-3 ml cairan saline untuk fiksasi. Kateter dibiarkan 4-6
minggu untuk proses epitelialisasi.
80 | K K D - 7 FKUC

Sumber : https://www.aafp.org/afp/1998/0401/p1611.html
3. Marsupialisasi adalah insisi yang dilakukan pada kista sepanjang 1.5-3 cm tergantung ukuran
kista. Dilakukan insisi vertikal pada bagian tengah kista, dinding kista dieversikan dan
diarahkan ke ujung dari mukosa vestibular, jahit dengan interrupted suturing. Komplikasi yang
berhubungan dengan prosedur ini adalah dispareunia, hematoma dan infeksi.

Sumber : https://www.aafp.org/afp/1998/0401/p1611.html
4. Pada kasus kekambuhan (rekurensi) tinggi atau pada pasien yang tidak respon dengan
pembuatan jalur drainase dapat dilakukan eksisi. Beberapa ahli merekomendasikan eksisi dari
glandula Bartholini dilakukan untuk mengeksklusi adenocarcinoma pada pasien yang
mengalami kista atau abses Bartholini pada usia diatas 40 tahun.
Walaupun adenocarcinoma jarang, pada pasien di atas 40 tahun disarankan dirujuk ke
spesialis obstetric gynecology.

Teknik Tindakan

Lakukan pemeriksaan pada kista, untuk menemukan bagian yang sangat lunak untuk dilakukan
sayatan. Jika tidak ditemukan, dilakukan pemberian antibiotik dan pasien diminta untuk periksa
kembali 1 minggu kemudian. Jika ditemukan, dilakukan insisi abses Bartholini:

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Jelaskan kepada pasien jenis, prosedur tindakan, indikasi, kontraindikasi dan komplikasi yang
dapat terjadi.
3. Cuci tangan dengan sabun.
4. Persiapkan pasien. Pasien berbaring di meja periksa dengan posisi dorsal litotomi.
KKD-7 FKUC | 81

5. Gunakan handscoen.
6. Buka dan pisahkan kedua labia dengan lebar.
7. Lakukan aseptik dan antiseptik daerah kulit dan mukosa vulva dan vagina.
8. Lakukan anestesi infiltrasi di bawah mukosa labia minora dengan lidokain 1% 2-3 ml.
9. Pada abses yang besar, dapat dilakukan pungsi abses sebelum dilakukan insisi untuk
mengurangi tekanan yang tinggi saat insisi.
10. Buat insisi pada daerah vestibular melewati area fluktuasi.
11. Gunakan blade no.11 untuk membuat insisi sepanjang 0,5-1 cm pada permukaan mukosa
labia minora dimana terdapat abses. Sedapat mungkin insisi berada pada daerah mukosa di
bagian dalam ring himen.
12. Masukkan kateter ke dalam lubang insisi. Besar insisi harus sedikit lebih besar dari besar
kateter, sedangkan pada insisi dan drainase standar, buat insisi yang lebih besar.
13. Isi balon kateter dengan 3 cc air steril dan lepaskan jarum dari dasar kateter.
14. Pastikan pengisian balon tidak terlalu berlebihan karena dapat menyebabkan tekanan yang
tinggi pada jaringan di sekitar kista dan rasa tidak nyaman pada pasien setelah efek anastesi
habis.
15. Pertahankan kateter selama 3 minggu.
16. Informasikan kepada pasien bahwa setelah kateter dilepaskan maka akan terbentuk lubang
permanen pada tempat pemasangan kateter.

B. CHECKLIST INSISI ABSES BARTHOLINI

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Sapa pasien. Jelaskan kepada pasien jenis, prosedur tindakan, indikasi,
kontraindikasi dan komplikasi yang dapat terjadi.
2. Cuci tangan dengan sabun.
3. Persiapkan pasien. Pasien berbaring di meja periksa dengan posisi
dorsal litotomi. Minta pasien membuka pakaian bagian bawah.
4. Gunakan handscoen steril.
5. Buka dan pisahkan kedua labia dengan lebar.
6. Lakukan aseptik dan antiseptik daerah kulit dan mukosa vulva dan
vagina.
7. Lakukan anestesi infiltrasi di bawah mukosa labia minora dengan
lidokain 1% 2-3 ml.
8. Pada abses yang besar, dapat dilakukan pungsi abses sebelum
dilakukan insisi untuk mengurangi tekanan yang tinggi saat insisi.
9. Buat insisi pada daerah vestibular melewati area fluktuasi.
10. Gunakan blade no.11 untuk membuat insisi sepanjang 0,5-1 cm pada
permukaan mukosa labia minora dimana terdapat abses. Sedapat
82 | K K D - 7 FKUC

mungkin insisi berada pada daerah mukosa di bagian dalam ring himen.
11. Masukkan kateter ke dalam lubang insisi. Besar insisi harus sedikit lebih
besar dari besar kateter, sedangkan pada insisi dan drainase standar,
buat insisi yang lebih besar.
12. Isi balon kateter dengan 3 cc air steril dan lepaskan jarum dari dasar
kateter. Pastikan pengisian balon tidak terlalu berlebihan karena dapat
menyebabkan tekanan yang tinggi pada jaringan di sekitar kista dan
rasa tidak nyaman pada pasien setelah efek anastesi habis.
13. Informasikan kepada pasien bahwa kateter akan dipertahankan selama
3 minggu; dan setelah kateter dilepaskan maka akan terbentuk lubang
permanen pada tempat pemasangan kateter.
14. Persilahkan pasien menggunakan pakaian kembali
15. Lepas handscoen dan cuci tangan.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
30
KKD-7 FKUC | 83

KONSELING KONTRASEPSI

Tujuan Umum

Setelah mempelajari manual keterampilan ini, mahasiswa diharapkan dapat melakukan konseling
kontrasepsi dengan baik.

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami tujuan konseling kontrasepsi.


2. Mampu memahami jenis-jenis kontrasepsi.
3. Mampu memahami indikasi masing-masing kontrasepsi.
4. Mampu memahami kontraindikasi masing-masing kontrasepsi.
5. Mampu memahami efek samping kontrasepsi yang akan digunakan.
6. Mampu melakukan konseling pada pasien yang ingin menggunakan kontrasepsi.

Alat dan Bahan

- Manekin / pasien coba


- ABPK (Alat Bantu Pengambil Keputusan Ber-KB)
- Contoh alat kontrasepsi : Pil KB, AKDR/IUD, dll

A. PENGANTAR

Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan
sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah
penduduk besar mendukung program kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah
penduduk dan untuk meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia
menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan kelahiran.

Tujuan dari Keluarga Berencana antara lain :


1. Mencegah kehamilan dan persalinan yang tidak diinginkan.
2. Mengusahakan kelahiran yang diinginkan, yang tidak akan terjadi tanpa campur tangan ilmu
kedokteran.
3. Pembatasan jumlah anak dalam keluarga.
4. Mengusahakan jarak yang baik antara kelahiran.
5. Memberi penerapan pada masyarakat mengenai umur yang terbaik untuk kehamilan yang
pertama dan kehamilan yang terakhir (20 tahun dan 35 tahun).

Menurut BKKBN, konseling ber-KB merupakan proses pertukaran informasi tentang KB dan
interaksi positif antara pasien-petugas untuk membantu pasien mengenali kebutuhannya, memilih
84 | K K D - 7 FKUC

solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi
pasien.

Konseling KB bertujuan membantu pasien dalam hal:


1. Menyampaikan informasi dan pilihan pola reproduksi
2. Memilih metode KB yang diyakini
3. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif
4. Memulai dan melanjutkan KB
5. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia.

Dalam melakukan konseling kontrasepsi/ KB, BKKBN menganjuran menggunakan alat bantu
pengambilan keputusan ber-KB (ABPK). ABPK mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Membantu pengambilan keputusan metode KB


2. Membantu pemecahan masalah dalam penggunaan KB
3. Alat bantu kerja bagi provider (tenaga kesehatan)
4. Menyediakan referensi/ info teknis
5. Alat bantu visual untuk pelatihan provider (tenaga kesehatan) yang baru bertugas

Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK)


Sumber : http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Buku%20ABPK%20berKB.pdf

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi


1. Intrauterine Device (IUD) / Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / KB Spiral
Adalah alat yang dipasang dalam rongga rahim ibu, ada yang berbentuk spiral, huruf T, dan
berbentuk kipas. IUD berguna untuk mencegah pertemuan ovum. Sehingga keduanya tidak
bisa bertemu dan tidak terjadi pembuahan.
Kontaindikasi IUD adalah :
a. Ibu yang dicurigai hamil.
b. Ibu yang mempunyai infeksi hamil.
c. Ibu dengan erosi leher rahim.
d. Ibu yang dicurigai mempunyai kanker rahim.
KKD-7 FKUC | 85

e. Ibu dengan pendarahan yang tidak normal dan tidak diketahui penyebabnya.
f. Ibu yang waktu haid perdarahannnya sangat hebat.
g. Ibu yang pernah hamil diluar kandungan.
h. Kelahiran bawaan rahim dan jaringan perut.
i. Alergi tembaga.

Keuntungan menggunakan IUD adalah : praktis, ekonomis, mudah dikontrol, aman untuk
jangka panjang. Efek samping penggunaan IUD diantaranya : timbul nyeri atau mules, bercak-
bercak perdarahan, keputihan.

2. PIL KB
Adalah berisikan hormon esterogen dan progesterone, digunakan untuk mencegah terjadinya
evulasi dan mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak menembus kedalam
rahim.
Kontaindikasi pil KB antara lain:
a. Ibu sedang menyusui.
b. Pernah mengidap penyakit kuning.
c. Mempunyai tumor, kelainan jantung, varises berat.
d. Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Hipertensi.
f. Penyakit gondok.
g. Migrain.

Keuntungan menggunakan pil KB adalah : sangat mudah digunakan, cocok bagi pasangan
muda yang baru menikah untuk menunda kehamilan pertama. Efek samping yang dapat
terjadi antara lain : perdarahan, berat badan naik, pusing, mual, muntah, perubahan libido,
rambut rontok.

3. KB suntik
Adalah obat suntik yang hanya mengandung progesterone, digunakan untuk mencegah
lepasnya sel telur, menipiskan endometrium sehingga nidasi melekat, pertumbuhan hasil
pembuahan terlambat dan mengentalkan mulut rahim.
Kontraindikasi KB suntik adalah :
a. Wanita yang disangka hamil.
b. Wanita dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
c. Mengidap tumor.
d. Mempunyai penyakit jantung, hipertensi, kencing manis, paru-paru.

Keuntungan penggunaan KB suntik adalah : praktis, efektif, aman, dan cocok untuk para ibu
yang menyusui. Efek samping yang dapat terjadi diantaranya : terlambat atau tidak
mendapatkan haid, perdarahan di luar haid, keputihan, jerawat, libido menurun, perubahan
berat badan.
86 | K K D - 7 FKUC

4. Susuk KB / Implan
Adalah suatu alat yang dimasukkan ke bawah kulit, yaitu pada lengan atas bagian dalam,
digunakan untuk mencegah ovulasi, menebalkan getah serviks, membuat tidak siapnya
endometrium untuk nidasi dan jalannya ovum terganggu.
Kontra indikasi implant adalah :
a. Wanita yang disangka hamil.
b. Wanita dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
c. Wanita yang mengidap tumor.
d. Wanita yang mengidap penyakit jantung, hipertensi, kencing manis
e. Sedang menyusui.

Keuntungan penggunaan implan: praktis dan efektif selama 5 tahun. Efek samping yang dapat
terjadi : tidak mendapatkan haid, perdarahan, timbul jerawat,mual berat badan menurun,
migrain, libido menurun.

5. Kondom
Adalah alat kontrasepsi terbuat dari karet yang tipis, biasanya digunakan oleh para lelaki,
digunakan untuk menghalangi masuknya sperma kedalam rahim.
Keuntungan penggunaan kondom : praktis, cukup efektif, mudah, sederhana, dapat memberi
perlindungan penyakit kelamin, merupakan tanggung jawab pria terhadap usaha KB. Efek
samping : Kondom bocor atau robek, menyebabkan wanita mengeluh keputihan yang banyak
dan amat berbau, terjadi infeksi ringan, sering mengeluh terhadap karet dan dilaporkan
kondom tertinggal dalam vagina dalam beberapa waktu.

6. Metode Amenorea Laktasi (MAL)


Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya MAL menggunakan
praktik menyusui untuk menghambat ovulasi sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila
seorang wanita memiliki seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan amenorea serta
menyusui penuh, kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar 2%. Namun, jika tidak
menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko kehamilan akan lebih besar. Banyak wanita akan
memilih bergantung pada metode kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron serta MAL.
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila (Syarat) :
a. Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian >8 x sehari.
b. Belum haid.
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan

Cara kerja MAL :


Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena hisapan bayi pada puting
susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus, hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi
KKD-7 FKUC | 87

prolaktin namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang hipofise


anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk memproduksi susu. Bersamaan dengan pembentukan prolaktin,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang
kemudian dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang
dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses involusi. Oksitosin yang
sampai pada alveoli akan merangsang kontraksi dari selakan memeras ASI yang telah terbuat
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya mengalirkan melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi. Hipotesa lain yang menjelaskan efek kontrasepsi pada ibu
menyusui menyatakan bahwa rangsangan syaraf dari puting susu diteruskan ke hipotalamus,
mempunyai efek merangsang pelepasan betaendropin yang akan menekan sekresi hormon
gonadotropin oleh hipotalamus. Akibatnya adalah penurunan sekresi dari Luteinizing Hormone
(LH) yang menyebabkan kegagalan ovulasi.

Konseling Kontrasepsi

1. Konseling Kontrasepsi Pil


a. Memberi salam dan memperkenalkan diri
b. Menanyakan kapan hari pertama haid terakhir
c. Menanyakan apakah pasien menyusui kurang dari 6 minggu pascapersalinan
d. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid
atau setelah sanggama.
e. Menanyakan apakah pasien pernah ikterus pada kulit atau mata.
f. Menanyakan apakah pasien pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual.
g. Menanyakan apakah pasien pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai
bengkak (edema).
h. Menanyakan apakah pasien pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90
mmHg (diastolik).
i. Menanyakan apakah pasien memiliki massa atau benjolan pada payudara.
j. Menanyakan apakah pasien sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi).
k. Memberikan informasi umum tentang kontrasepsi dan jenis-jenisnya
l. Memberikan informasi tentang indikasi, kontraindikasi, efek samping dan hal yang perlu
diperhatikan tentang kontrasepsi pil.
2. Konseling Pra-Penanganan Spiral
a. Memberi salam dan memperkenalkan diri
b. Menanyakan kapan hari pertama haid terakhir
c. Menanyakan apakah pasien memiliki pasangan seks lain
d. Menanyakan apakah pasien pernah infeksi menular seksual
e. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan
ektopik.
88 | K K D - 7 FKUC

f. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami haid dalam jumlah banyak (lebih dari 1-2
pembalut tiap 4 jam).
g. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari).
h. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan
analgetika dan/ atau istirahat baring.
i. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid
atau setelah sanggama
j. Menanyakan pasien apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau
kongenital.
k. Memberikan informasi tentang indikasi, kontraindikasi, efek samping dan hal yang perlu
diperhatikan tentang kontrasepsi spiral.
3. Konseling Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi
a. Memberi salam dan memperkenalkan diri.
b. Menanyakan tujuan berkontrasepsi dan bertanya apakah ibu sudah memikirkan pilihan
metode kontrasepsi tertentu.
c. Menanyakan status kesehatan ibu dan kondisi medis yang dimiliki ibu.
d. Jelaskan informasi yang lengkap dan jelas tentang metode amenorea laktasi :
 Mekanisme
 Efektivitas
 Keuntungan khusus bagi kesehatan
e. Bantu ibu memilih kontrasepsi yang paling aman dan sesuai kondisi ibu dan memberi
kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya.
f. Jelaskan mengenai:
 Waktu, tempat, tenaga, dan pola menyusui yang benar.
 Lokasi klinik Keluarga Berencana (KB)/ tempat pelayanan untuk kunjungan ulang bila
diperlukan.
g. Rujuk ibu ke fasilitas pelayanan kontrasepsi yang lebih lengkap apabila tidak dapat
memenuhi keinginan ibu.

B. CHECKLIST KONSELING KONTRASEPSI PIL

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri. Informed consent.
2. Menanyakan kapan hari pertama haid terakhir
3. Menanyakan apakah pasien menyusui kurang dari 6 minggu
pascapersalinan
4. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami perdarahan/perdarahan
bercak antara haid atau setelah sanggama.
5. Menanyakan apakah pasien pernah ikterus pada kulit atau mata.
KKD-7 FKUC | 89

6. Menanyakan apakah pasien pernah nyeri kepala hebat atau gangguan


visual.
7. Menanyakan apakah pasien pernah nyeri hebat pada betis, paha atau
dada, atau tungkai bengkak (edema).
8. Menanyakan apakah pasien pernah tekanan darah di atas 160 mmHg
(sistolik) atau 90 mmHg (diastolik).
9. Menanyakan apakah pasien memiliki massa atau benjolan pada
payudara.
10. Menanyakan apakah pasien sedang minum obat-obatan anti kejang
(epilepsi).
11. Memberikan informasi umum tentang kontrasepsi dan jenis-jenisnya
12. Memberikan informasi tentang indikasi, kontraindikasi, efek samping
dan hal yang perlu diperhatikan tentang kontrasepsi pil.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
24

C. CHECKLIST KONSELING PRA PENANGANAN SPIRAL

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan kapan hari pertama haid terakhir
3. Menanyakan apakah pasien memiliki pasangan seks lain
4. Menanyakan apakah pasien pernah infeksi menular seksual
5. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami penyakit radang
panggul atau kehamilan ektopik.
6. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami haid dalam jumlah
banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam).
7. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami haid lama (lebih dari 8
hari).
8. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami dismenorea berat yang
membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring.
9. Menanyakan apakah pasien pernah mengalami perdarahan/perdarahan
bercak antara haid atau setelah sanggama .
90 | K K D - 7 FKUC

10. Menanyakan pasien apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung


valvular atau kongenital.
11. Memberikan informasi tentang indikasi, kontraindikasi, efek samping
dan hal yang perlu diperhatikan tentang kontrasepsi spiral.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22

D. CHECKLIST KONSELING KONTRASEPSI METODE AMENORE LAKTASI

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri.
2. Menanyakan tujuan berkontrasepsi dan bertanya apakah ibu sudah
memikirkan pilihan metode kontrasepsi tertentu.
3. Menanyakan status kesehatan ibu dan kondisi medis yang dimiliki ibu.
4. Jelaskan informasi yang lengkap dan jelas tentang metode amenorea
laktasi:
a. Mekanisme
b. Efektivitas
c. Keuntungan khusus bagi kesehatan
5. Bantu ibu memilih kontrasepsi yang paling aman dan sesuai kondisi ibu
dan memberi kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan
pilihannya.
6. Jelaskan mengenai:
a. Waktu, tempat, tenaga, dan pola menyusui yang benar.
b. Lokasi klinik Keluarga Berencana (KB)/ tempat pelayanan untuk
kunjungan ulang bila diperlukan.
7. Rujuk ibu ke fasilitas pelayanan kontrasepsi yang lebih lengkap apabila
KKD-7 FKUC | 91

tidak dapat memenuhi keinginan ibu.


JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
14
92 | K K D - 7 FKUC

PEMASANGAN KONTRASESPSI

(INJEKSI KONTRASEPSI)

Tujuan Umum

Setelah mempelajari manual keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan
injeksi kontrasepsi (kontrasepsi suntikan).

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami jenis-jenis kontrasepsi injeksi


2. Mampu memahami kontraindikasi dan efek samping injeksi kontrasepsi.
3. Mampu memahami langkah-langkah prosedur injeksi kontrasepsi
4. Mampu menjelaskan prosedur tindakan, keuntungan, kontraindikasi, dan efek samping
tindakan pada pasien.
5. Mampu melakukan tindakan kontrasepsi injeksi (suntikan) dengan benar.

Alat dan Bahan

- Meja ginekologi / bed


- Handscoen steril
- Alkohol swab
- Spuit disposable 3 cc atau 5 cc
- Kontrasepsi injeksi (ampul/vial)

A. PENGANTAR

1. Suntikan Progrestin
Kontrasepsi suntikan yang digunakan di Indonesia ialah long-acting progestin, yaitu
Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi
progesterone acetat (DMPA) dengan nama dagang Depoprovera. Suntikan diberikan pada
hari ke 3-5 hari pasca persalinan, segera setelah keguguran, dan pada masa interval sebelum
hari kelima haid. Teknik penyuntikannya yaitu secara intramuskular dalam, di daerah m.
gluteus maksimus atau deltoideus. Kontraindikasi kontrasepsi suntikan kurang lebih sama
dengan kontrasepsi hormonal lainnya. Efek samping yang berupa gangguan haid ialah
amenorea, menoragia, dan spotting. Efek samping lain yang bukan merupakan gangguan haid
dan keluhan subjektif lainnya juga kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainnya.
Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
a. Depo medroksiprogesteron asetat (depo proveta), mengandung 150 mg DMPA, yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah bokong).
KKD-7 FKUC | 93

b. Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron


enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.
Cara Kerja:
a. Mencegah ovulasi.
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi.
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Keuntungan:
a. Sangat efektif (pencegahan kehamilan jangka panjang).
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
c. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah.
d. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
e. Sedikit efek samping.
f. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
g. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
h. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
i. Mencegah beberapa penyebab terjadinya penyakit radang panggul.
j. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

Keterbatasan:
a. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
 Siklus haid yang memendek atau memanjang.
 Perdarahan yang banyak atau sedikit.
 Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
 Tidak haid sama sekali.
b. Pasien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
suntikan).
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, Hepatitis B Virus, atau infeksi virus
HIV.
f. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
g. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya perusakan atau kelainan pada
organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya
(tempat suntikan).
h. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas).
i. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan
libido, sakit kepala, nervositas, jerawat.
94 | K K D - 7 FKUC

Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin


a. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu tersebut
tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
d. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi
suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan
ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu
sampai haid berikutnya datang.
e. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat
jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
f. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dan
segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah di suatukan tidak boleh berhubungan seksual.
g. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat
diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat
setelah hari ke-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil.
h. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan
setiap saat selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

2. Suntik Kombinasi
Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol
sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat
dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali.
Cara kerja:
a. Menekan ovulasi
b. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Kontraindikasi suntik kombinasi:
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan.
c. Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
d. Penyakit hati akut (virus hepatitis).
e. Usia >35 tahun yang merokok.
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg).
KKD-7 FKUC | 95

g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun.


h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migran.
i. Keganasan pada payudara.
Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi
a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, pasien tidak boleh melakukan
hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
c. Bila pasien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Pasien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk
7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7
hari.
d. Bila pasien pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama dapat
diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
e. Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka suntikan
pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
f. Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi.
g. Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi.
h. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari.
i. Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu
tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat
segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan
terlebih dahulu.
j. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat
diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
k. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan
suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu
tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila
diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi,
maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR.

Cara Penggunaan dan Efek Samping


Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler dalam. Pasien
diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan
kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal
yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan
96 | K K D - 7 FKUC

hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7
hari saja.
Bila pasien mengeluh mual, sakit kepala, atau nyeri payudara, serta perdarahan, informasikan
kalau keluhan tersebut sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 atau
ke-3. Apabila pasien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau obat epilepsi, obat-
obat tersebut dapat mengganggu efektivitas kontrasepsi yang sedang digunakan.

Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai pada Penggunaan Suntikan Kombinasi


a. Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah paru, atau
serangan jantung.
b. Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi,
atau migrain.
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah
d. Tidak terjadi perdarahan atau spooting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya,
kemungkinan terjadi kehamilan.

Prosedur Tindakan

1. Persiapkan alat dan bahan. Periksa tanggal kadaluarsa obat suntik.


2. Jelaskan jenis dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Minta pasien berbaring di meja periksa dengan posisi sesuai kebutuhan. Minta pasien untuk
menurunkan pakaian bagian bawah / celana.
4. Lakukan cuci tangan menggunakan sabun dan bilas dengan air mengalir. Keringkan dengan
handuk atau dianginkan.
5. Buka segel atau patahkan ampul obat.
6. Buka kemasan spuit disposable secara steril.
7. Gunakan handscoen.
8. Kencangkan jarum suntik pada spuitnya.
9. Masukkan obat kontrasepsi ke dalam spuit melalui penutup karet atau lubang ampul dengan
posisi dibalik.
10. Keluarkan udara yang ada di dalam spuit.
11. Lakukan desinfeksi lokasi penyuntikan dengan swab alkohol.
12. Tentukan lokasi penyuntikan dengan menempatkan telapak tangan pada trochanter mayor
femur dan telunjuk pada antero-superior spina iliaka pelvis.
13. Lebarkan jari tengah ke arah posterior sepanjang krista iliaka.
14. Daerah ‘V’ yang terbentuk antara jari telunjuk dan jari tengah merupakan lokasi penyuntikan.
KKD-7 FKUC | 97

Lokasi Penyuntikan
Sumber : Panduan Ketrampilan Klinis Dokter Fasyankes Primer Ed. 2017.
15. Lakukan penyuntikan secara intra muscular dengan arah tusukan 90 o terhadap permukaan
kulit.
16. Lakukan aspirasi untuk memeriksa ketepatan lokasi penyuntikan. Bila tidak ada darah yang
keluar, suntikan obat kontrasepsi hingga habis dan angkat jarum.
17. Tekan bekas lokasi penyuntikan dengan swab namun jangan digosok.
18. Buang sisa alat ke dalam tempat yang sudah ditentukan.
19. Persilahkan pasien menggunakan celana kembali.
20. Cuci tangan setelah tindakan.
21. Komunikasikan kapan pasien harus kembali untuk mendapatkan suntikan berikutnya.

B. CHECKLIST INJEKSI KONTRASEPSI

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Persiapkan alat dan bahan. Periksa tanggal kadaluarsa obat suntik.
2. Jelaskan jenis dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Minta pasien berbaring di meja periksa dengan posisi sesuai
kebutuhan. Minta pasien menurunkan celana.
4. Lakukan cuci tangan menggunakan sabun dan bilas dengan air
mengalir. Keringkan dengan handuk atau dianginkan.
5. Buka segel atau patahkan ampul obat.
6. Buka kemasan spuit disposable secara steril.
7. Gunakan handscoen.
8. Kencangkan jarum suntik pada spuitnya.
9. Masukkan obat kontrasepsi ke dalam spuit melalui penutup karet atau
lubang ampul dengan posisi dibalik.
98 | K K D - 7 FKUC

10. Keluarkan udara yang ada di dalam spuit.


11. Lakukan desinfeksi lokasi penyuntikan dengan swab alkohol.
12. Tentukan lokasi penyuntikan dengan menempatkan telapak tangan
pada trochanter mayor femur dan telunjuk pada antero-superior spina
iliaka pelvis. Lebarkan jari tengah ke arah posterior sepanjang krista
iliaka. Daerah ‘V’ yang terbentuk antara jari telunjuk dan jari tengah
merupakan lokasi penyuntikan.
13. Lakukan penyuntikan secara intra muscular dengan arah tusukan 90o
terhadap permukaan kulit.
14. Lakukan aspirasi untuk memeriksa ketepatan lokasi penyuntikan.
15. Bila tidak ada darah yang keluar, suntikan obat kontrasepsi hingga
habis dan angkat jarum.
16. Tekan bekas lokasi penyuntikan dengan swab namun jangan digosok.
17. Buang sisa alat ke dalam tempat yang sudah ditentukan.
18. Persilahkan pasien menggunakan pakaian / celana kembali.
19. Cuci tangan setelah tindakan.
20. Komunikasikan kapan pasien harus kembali untuk mendapatkan
suntikan berikutnya.

JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
40
KKD-7 FKUC | 99

PEMASANGAN KONTRASESPSI

(INSERSI DAN EKSTRAKSI IUD)

Tujuan Umum

Setelah mempelajari manual keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan
insersi dan ekstraksi Intrauterine Device (IUD) / Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Tujuan Khusus

d. Mampu memahami prosedur insersi / pemasangan intrauterine device (IUD) atau Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e. Mampu menjelaskan langkah-langkah tindakan insersi intrauterine device (IUD) atau Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) kepada pasien
f. Mampu melakukan insersi intrauterine device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
g. Mampu memahami prosedur ekstraksi intrauterine device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)
h. Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) kepada pasien
i. Mampu melakukan ekstraksi intrauterine device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)

Alat dan Bahan

- Meja periksa ginekologi


- Handscoen non-steril
- Handscoen steril
- Kassa
- Cairan antiseptik
- Ring forceps
- Spekulum
- Tenakulum
- Kontrasepsi IUD

A. PENGANTAR

Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu alat
kontrasepsi yang murah dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Pemasangannya dapat
100 | K K D - 7 FKUC

dilakukan sesaat setelah melahirkan (10 menit setelah plesenta lahir), delayed postpartum
insertion (4 minggu setelah plasenta lahir) dan post abortion (spontan maupun elektif).

Prosedur Tindakan

1. Insersi IUD
a. Persiapkan alat dan bahan. Pastikan alat IUD tersegel sempurna dan perhatikan tanggal
kadaluarsa alat.
b. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
Informasikan bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan tidak menyebabkan nyeri namun
pasien mungkin akan merasa tidak nyaman.
c. Minta pasien melepaskan celana dan berbaring di meja periksa dengan posisi litotomi.
d. Pemeriksa mencuci tangan dan menggunakan handscoen non steril.
e. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui posisi uterus.
f. Lepas handscoen non steril. Buka pembungkus IUD sampai dengan setengahnya dan lipat
ke belakang. Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter.
g. Letakkan kemasan IUD di atas permukaan yang datar, keras dan bersih.
h. Dengan teknik steril, lipat IUD dan masukkan ke dalam tabung inserter.

Teknik memasukkan IUD ke Dalam Tabung Inserter


Sumber : Panduan Ketrampilan Klinis Dokter Fasyankes Primer Ed. 2017.
i. Pakai handscoen yang baru (steril). Lakukan asepsis dan antisepsis vulva.
j. Pasang spekulum vagina. Bersihkan vagina dan serviks dengan cairan antiseptik.
k. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati. Lokasi penjepitan adalah pada arah jam
10 – 12. Ukur panjang uterus dengan menggunakan sonde uterus secara hati-hari ke
dalam rongga uterus tanpa menyentuh dinding vagina maupun bibir spekulum.
l. Tarik tenakulum agar vagina dan uterus searah. Keluarkan sonde, ukur kedalaman uterus
di kertas pengukur.
KKD-7 FKUC | 101

m. Sesuaikan panjang uterus pada tabung insersi IUD dengan menggeser leher biru pada
tabung inserter. Panjang uterus wanita antara 6-9 cm. Keluarkan inserter dari kemasannya.
n. Masukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh
serviks atau sampai dirasakan adanya tahanan. Setelah pipa insersi mencapai fundus uteri,
lepaskan IUD dengan menggunakan inserter.
o. Keluarkan pipa bersama inserter secara perlahan agar letak IUD dalam uterus tidak
berubah.
p. Setelah pipa keluar dari serviks, potong sisa benang sepanjang 2-3 cm dari ostium serviks.

Insersi IUD
Sumber : Panduan Ketrampilan Klinis Dokter Fasyankes Primer Ed. 2017.
q. Lepaskan tenakulum. Periksa serviks atau adanya perdarahan di tempat jepitan tenakulum.
Bila ada, tekan dengan kasa selama 30-60 menit.
r. Keluarkan spekulum dengan hati-hati.
s. Letakkan alat yang telah digunakan pada tempatnya dan lepas sarung tangan.
t. Minta pasien kembali mengenakan pakaiannya.
u. Informasikan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai.

2. Ekstraksi IUD
a. Persiapkan alat dan bahan.
b. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
c. Minta pasien berbaring di meja periksa dengan posisi litotomi.
d. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
e. Asepsis dan antisepsis daerah vulva dan sekitarnya.
f. Pasang spekulum.
g. Periksa apakah benang IUD terlihat di dalam vagina.
h. Setelah benang terlihat, jepit benang dengan menggunakan ring forceps.
i. Dengan perlahan tarik keluar IUD.
j. Setelah IUD keluar dari vagina, lepas spekulum
102 | K K D - 7 FKUC

B. CHECKLIST INSERSI IUD

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Persiapkan alat dan bahan. Pastikan alat IUD tersegel sempurna dan
perhatikan tanggal kadaluarsa alat.
2. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan. Informasikan bahwa pemeriksaan yang akan dilakukan
tidak menyebabkan nyeri namun pasien mungkin akan merasa tidak
nyaman.
3. Minta pasien melepaskan celana dan berbaring di meja periksa
dengan posisi litotomi.
4. Pemeriksa mencuci tangan dan menggunakan handscoen.
5. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui posisi uterus.
6. Lepas handscoen.
7. Buka pembungkus IUD sampai dengan setengahnya dan lipat
kebelakang.
8. Masukkan pendorong kedalam tabing inserter.
9. Letakkan kemasan IUD di atas permukaan yang datar, keras dan
bersih.
10. Dengan teknik steril, lipat IUD dan masukkan ke dalam tabung
inserter.
11. Pakai handscoen yang baru. Lakukan asepsis dan antisepsis vulva.
Pasang spekulum vagina.
12. Bersihkan vagina dan serviks dengan cairan antiseptik.
13. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati. Lokasi penjepitan
adalah pada arah jam 10 - 12
14. Ukur panjang uterus dengan menggunakan sonde uterus secara hati-
hari ke dalam rongga uterus tanpa menyentuh dinding vagina maupun
bibir spekulum.
15. Tarik tenakulum agar vagina dan uterus searah.
16. Keluarkan sonde, ukur kedalaman uterus di kertas pengukur.
17. Sesuaikan panjang uterus pada tabung insersi IUD dengan
menggeser leher biru pada tabung inserter. Panjang uterus wanita
antara 6-9 cm.
18. Keluarkan inserter dari kemasannya.
19. Masukkan tabung inserter secara hati-hati kedalam uterus sampai
leher biru menyentuh serviks atau sampai dirasakan adanya tahanan.
KKD-7 FKUC | 103

20. Setelah pipa insersi mencapai fundus uteri, lepaskan IUD dengan
menggunakan inserter.
21. Keluarkan pipa bersama inserter secara perlahan agar letak IUD
dalam uterus tidak berubah.
22. Setelah pipa keluar dari serviks, potong sisa benang sepanjang 2-3
cm dari ostium serviks.
23. Lepaskan tenakulum. Periksa serviks atau adanya perdarahan di
tempat jepitan tenakulum. Bila ada, tekan dengan kasa selama 30-60
menit.
24. Keluarkan spekulum dengan hati-hati.
25. Letakkan alat yang telah digunakan pada tempatnya dan lepas
handscoen.
26. Minta pasien kembali mengenakan pakaiannya.
27. Informasikan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
54

C. CHECKLIST EKSTRAKSI IUD

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Persiapkan alat dan bahan.
2. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan.
3. Minta pasien berbaring di meja periksa dengan posisi litotomi.
4. Cuci tangan dan gunakan handscoen.
5. Asepsis dan antisepsis daerah vulva dan sekitarnya.
6. Pasang spekulum.
104 | K K D - 7 FKUC

7. Periksa apakah benang IUD terlihat di dalam vagina.


8. Setelah benang terlihat, jepit benang dengan menggunakan ring
forceps.
9. Dengan perlahan tarik keluar IUD.
10. Setelah IUD keluar dari vagina, lepas spekulum.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
20
KKD-7 FKUC | 105

KONSELING PRAKONSEPSI

Tujuan Umum

Setelah mempelajari manual keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjadi konselor
yang baik sehingga pasien bisa mengambil keputusan sendiri untuk mengubah perilaku
menjadi lebih baik.

Tujuan Khusus

1. Mampu memahami tujuan konseling prakonsepsi


2. Mampu menguasai hal-hal yang dilakukan/ diperhatikan pada saat konseling.
3. Mampu melakukan skrining resiko kehamilan.
4. Mampu melakukan promosi kesehatan bagi calon ibu
5. Mampu melakukan intervensi terhadap masalah yang ditemukan pada saat skrining.
6. Mampu memberikan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh calon ibu dengan baik dan
jelas.

Alat dan Bahan

- Orang coba

A. PENGANTAR

Levenberg dan Esler mengemukakan hal-hal yang dapat menunjang seorang konselor di dalam
melakukan komunikasi yang baik, yaitu:
1. Pembentukan kesan pertama yang ramah dan baik
2. Menciptakan rapport pada awal sesi konseling, menunjukkan empati, dan meyakinkan individu
yang menjadi pasien
3. Menghilangkan hambatan bagi komunikasi yang baik (misalnya sikap yang kurang sopan,
kurang memperhatikan, tidak mengizinkan pasien untuk menunjukkan ketakutan atau
bertanya, bersikap menghakimi dan tidak sabar)
4. Menggunakan active listening pada pasien, yaitu menunjukkan bahwa apa yang disampaikan
oleh pasien ditanggapi, dan dikonfirmasi ulang pada pokok informasi yang relevan terhadap
permasalahan
5. Memberikan informasi secara sederhana dan menggunakan alat bantu visual sebanyak
mungkin (misalnya miniature, pamflet, gambar)
6. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan secara benar dan efektif, serta menggunakan open-
ended question
7. Mengizinkan pasien untuk bertanya dan mencari klarifikasi
106 | K K D - 7 FKUC

8. Menyadari momen-momen yang teachable dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk


membuat pasien membuat solusi yang tepat

Konseling prakonsepsi merupakan ilmu kedokteran obstetrik preventif. Banyak faktor yang
mungkin mempengaruhi prognosis bayi dapat diketahui sebelum kehamilan, selain wanita yang
bersangkutan dinasehati mengenai risiko yang ada, dan ditawarkan intervensi yang mungkin
memperbaiki prognosis kehamilan. Agar efektif, konsultasi mengenai potensi risiko kehamilan dan
intervensi untuk mencegahnya, harus diberikan sebelum konsepsi. Untuk dokter dalam layanan
primer konseling prakonsepsi akan didominasi oleh wanita dengan faktor risiko rendah untuk
meminta saran diet dan pilihan rencana akses ke perawatan persalinan. Kualitas konseling ini
mungkin memiliki potensi untuk secara signifikan mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Sedangkan, di rumah sakit, konseling prakonsepsi sebagian besar akan melibatkan wanita dengan
komplikasi penyakit tertentu mencari nasihat tentang potensi kehamilan yang sukses dan implikasi
terkait kondisi latar belakang medis mereka.

Konseling ini dilakukan terhadap pasangan usia subur sebelum terjadinya kehamilan. Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) menetapkan tujuan-tujuan berikut untuk memajukan
konseling prakonsepsi:

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pria dan wanita yang berkaitan dengan
kesehatan prakonsepsi.
2. Memastikan bahwa semua wanita usia subur menerima pelayanan konseling prakonsepsi–
termasuk skrining risiko, promosi kesehatan, dan intervensi– yang memungkinkan mereka
memasuki kehamilan dengan kesehatan optimal.
3. Mengurangi risiko yang diindikasikan oleh adanya penyimpangan pada hasil akhir kehamilan
sebelumnya melalui intervensi antarkonsepsi untuk mencegah atau memperkecil berulangnya
penyimpangan tersebut.
4. Mengurangi kelainan pada kehamilan yang menyimpang.

Oleh karena itu, konseling prakonsepsi ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi dan
nasehat kepada pasangan usia subur untuk menyiapkan lingkungan yang optimal bagi
perkembangan konseptus, memperhatikan faktor– faktor yang berpotensi mempengaruhi hasil
akhir kehamilan, wanita yang bersangkutan diberi nasihat tentang resiko yang ada pada dirinya
dan diberikan suatu strategi untuk mengurangi/ mengeliminasi pengaruh patologis yang diketahui
berdasarkan riwayat keluarga, medis atau obstetri. Konseling prakonsepsi yang diberikan sebelum
kehamilan dan asuhan antenatal selama kehamilan sangat penting untuk menjaga kesehatan dan
memastikan kesuksesan kehamilan.

Semua wanita usia reproduksi dan memiliki potensi untuk hamil yang datang ke layanan primer
adalah kandidat yang dipertimbangkan untuk konseling prakonsepsi. Dapat diberikan nasihat
dasar mengenai diet, bahaya pemakaian alkohol, obat terlarang, dan merokok; asupan vitamin,
olahraga. dan perilaku lain. Catatan medis yang relevan perlu diteliti. Konselor perlu mengetahui
KKD-7 FKUC | 107

tentang penyakit medis, riwayat pembedahan, penyakit reproduksi atau penyakit genetik dan harus
mampu menginterpretasi data dan rekomendasi yang diberikan oleh spesialis lain.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan pada Kunjungan Konseling Prakonsepsi

1. Suplementasi Asam Folat


Suplementasi asam folat 400 mcg/hari yang yang dimulai sebelum kehamilan dan diteruskan
hingga 6-12 minggu pascakonsepsi dapat menurunkan kejadian defek tabung saraf hingga
75%.
2. Wanita dengan Berat Badan Kurang
Wanita dengan berat badan kurang (IMT <18,5 kg/m 2) dihubungkan dengan kejadian
kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Berat badan kurang juga dikaitkan dengan
defisiensi gizi, osteoporosis, amenore, infertilitas, dan aritmia.
3. Mengetahui Obat-obat Teratogen
Ketika memberikan konseling prakonsepsi, obat-obat harus ditinjau untuk memastikan bahwa
tidak ada risiko dari efek teratogenik.
4. Komplikasi Obstetrik
Penyulit obstetrik juga dapat menjadi saran untuk menghindari kehamilan. Riwayat
perdarahan pasca persalinan berulang atau beberapa bekas luka uterus dengan risiko
plasenta akreta. Wanita dengan riwayat onset awal atau preeklampsia berat atau kelahiran
prematur dapat diberi peringatan pada konseling prakonsepsi.
5. Masa Nifas
Kebutuhan untuk transisi ke masa kehamilan telah ditekankan selama konseling prakonsepsi.
Maka juga jelas bahwa kelancaran transisi yang sama harus terjadi setelah melahirkan.

Sebagai bagian dari konseling prakonsepsi, semua wanita usia reproduksi harus dilakukan
skrining dan dilakukan intervensi jika ditemukan suatu kondisi yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin saat terjadi kehamilan. Adapun yang termasuk dalam skrining tersebut
antara lain:

1. Rencana reproduksi dan risiko kehamilan yang tidak diinginkan


Kegiatan promosi kesehatan rutin untuk semua wanita usia reproduksi harus dimulai dengan
skrining tentang niat mereka untuk hamil atau tidak hamil dalam jangka pendek atau jangka
panjang serta risiko dari kehamilannya. Semua wanita usia reproduksi harus menerima
informasi dan konseling tentang semua bentuk kontrasepsi.
2. Risiko terhadap Infeksi menular seksual
Pemeriksaan secara rutin dan kontinyu harus dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
penyakit infeksi menular seksual. Pasangan usia reproduksi juga diberikan informasi dan
konseling tentang pencegahan infeksi menular seksual, dalam hal ini adalah penggunaan
kontrasepsi barier (kondom). Skrining IMS meliputi:
108 | K K D - 7 FKUC

a. Chlamidia : semua wanita yang aktif secara seksual yang berusia 25 tahun atau lebih muda
dan semua wanita yang memiliki risiko tinggi (memiliki riwayat IMS sebelumnya, wanita
dengan beberapa mitra seksual, pekerja seks, dan penggunaan narkoba) harus diskrining
setiap tahun sebelum kehamilan.
b. Gonore : wanita yang berisiko tinggi harus diskrining untuk gonore pada kunjungan
prakonsepsi dan harus dirawat jika terbukti terinfeksi. Skrining ini harus diulang pada
wanita risiko tinggi dan pada awal kehamilan.
c. HIV : semua pasangan harus didorong untuk memeriksakan status HIV mereka sebelum
kehamilan dan harus diberikan konseling tentang praktik seksual yang aman. Wanita yang
terbukti positif HIV harus diberikan konseling tentang risiko penularan vertikal kepada
bayinya serta ketersediaan pengobataan untuk mencegahnya.
d. Hepatitis C : dianjurkan pada wanita yang memiliki risiko tinggi. Wanita yang terbukti positif
harus diberikan konseling tentang infeksivitas yang tidak pasti, pentingnya menghindari
obat hepatotoksik, serta risiko terjadinya penyakit hati kronis.
e. Herpes Simpleks virus : wanita dengan riwayat herpes genital harus diberikan konseling
tentang risiko penularan vertikal ke janin, sedangkan wanita yang tidak ada riwayat
sebelumnya harus diberikan konseling tentang penyakit yang asimptomatik dan akuisisi
infeksi.
f. Sifilis : semua wanita yang berisiko tinggi harus diskrining untuk sifilis selama kunjungan
prakonsepsi dan mereka yang terinfeksi harus dirawat.
3. Imunisasi
Wanita usia reproduksi harus diberikan imunisasi dan konseling tentang penyakit infeksi,
meliputi Hepatitis B, Influenza, Measles, Mumps, Rubella, Tetanus, Difteri, Pertusis, serta
Varicella.
4. Pemakaian rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang
Semua wanita reproduksi harus diskrining tentang pemakaian rokok, alkohol dan obat-obat
terlarang lainnya. Mereka harus diberikan konseling tentang bahaya rokok dan alkohol yang
dikonsumsi baik sebelum maupun saat kehamilan (terutama pada trimester awal).
5. Overweight dan obesitas
Semua wanita usia reproduksi harus diberikan informasi tentang risiko-risiko yang dapat
ditimbulkan oleh obesitas seperti infertilitas, gangguan pada saat persalinan, serta kelahiran
prematur.
6. Depresi
Konselor harus mewaspadai adanya depresi pada semua wanita usia reproduksi. Saat
kunjungan, perlu dilakukan identifikasi adanyan depresi dan mengobati depresi sebelum
kehamilan.
7. Pekerjaan dan hobi
KKD-7 FKUC | 109

Wanita usia reproduksi harus ditanya tentang jenis pekerjaan dan hobi yang mereka lakukan
serta lingkungan rumah dan tempat kerja mereka, sehingga dapat mengidentifikasi hal-hal
yang berpotensi bahaya.

Wanita dengan gangguan medis yang serius memerlukan perawatan dan konseling tertentu
sebelum kehamilan. Tujuannya adalah untuk menyediakan perawatan dari keadaan penyakit
kronis pada masa awal konsepsi hingga persalinan dan kembali ke perawatan medis jangka
panjang. Hal ini penting bagi wanita dengan masalah medis tertentu diberi pertimbangan
komplikasi yang dapat terjadi pada trimester pertama. Kondisi-kondisi medis kronik tersebut antara
lain :
1. Hipertensi
2. Penyakit Ginjal
3. Diabetes Melitus
4. Epilepsi
5. Penyakit Tiroid
6. Penyakit Jantung Kongenital
7. Gangguan Pembekuan Darah
8. Gangguan Psikiatrik
9. Penyakit Genetik (Defek Tabung Saraf/ Neural Tube Defect, Fenilketonuria, Thalassemia,
Penyakit Tay-Sachs)

Berikut Intervensi dalam Kunjungan Konseling Prakonsepsi Menurut CDC :


110 | K K D - 7 FKUC

Adapun dalam hal skrining, uji lab tertentu mungkin membantu dalam menilai resiko dan
mencegah beberapa komplikasi selama kehamilan, diantaranya pemeriksaan darah rutin, gula
darah, fungsi hati, HbsAg, fungsi ginjal seperti serum kreatinin,urinalisa, serta fungsi tiroid.
KKD-7 FKUC | 111

B. CHECKLIST KONSELING PRA-KONSEPSI

NILAI
NO. AKTIVITAS YANG DINILAI
0 1 2
1. Senyum, sapa pasien.
Informed consent.
2. Melakukan kontak mata. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan
klien. Duduk dengan posisi yang sopan, nyaman dan condong ke
depan, tidak menyilangkan kaki.
3. Mengajak pasien untuk menceritakan masalah yang dirasakannya.
4. Memulai konseling prakonsepsi :
a. Skrining resiko
b. Promosi kesehatan
c. Intervensi masalah yang ditemukan
5. Sarankan pemeriksaan penunjang yang diperlukan (pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan neurologis, dll)
7. Menanyakan apabila ada informasi yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
8. Minta pasien untuk menentukan pilihannya atau menjadwalkan
konsultasi berikutnya
9. Mengulang informasi yang dibutuhkan (refleksi isi)
10. Mengingatkan untuk menghubungi dan datang apabila ada yang ingin
ditanyakan
11. Mengucapkan salam.
JUMLAH NILAI

Keterangan Skor :
0 Tidak dilakukan mahasiswa
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misalnya tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).

Jumlah Skor
Nilai Mahasiswa = x 100%
22

Anda mungkin juga menyukai