Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Sejarah Maritim Dari Masa-Masa Kerajaan Maritim Nusantara


Hingga Masa Indonesia Merdeka”

OLEH

FEBI
A1K1 23 011

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolonganNya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Kendari, 25 Februari 2024

Febi
A1K1 23 011

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Sejarah Kemaritiman Masa Kerajaan..............................................3

B. Sejarah Kemaritiman Masa Setelah Kemerdekaan........................5

C. Sejarah Kemaritiman Masa Reformasi Hingga Sekarang.............7

BAB III PENUTUP.........................................................................................10


A. Kesimpulan .........................................................................................10
B. Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah kemaritiman memiliki akar yang panjang dan beragam di berbagai


belahan dunia. Pada zaman kuno, bangsa Mesir, Feniks, dan Yunani kuno adalah
beberapa di antara budaya yang mengembangkan pengetahuan dan teknologi
maritim awal, memperkenalkan konsep kapal layar dan navigasi bintang. Di Asia,
bangsa Cina dan India juga memainkan peran penting dalam mengembangkan
teknologi perahu layar dan sistem navigasi.
Perjalanan sejarah maritim Indonesia menunjukkan betapa kaya dan
beragamnya warisan budaya maritim yang dimiliki bangsa ini. Dari keberhasilan
dalam perdagangan internasional hingga peran strategis dalam perjuangan
merebut kemerdekaan, laut selalu menjadi elemen kunci dalam perkembangan
sejarah Indonesia. Kesadaran akan pentingnya laut sebagai sumber daya alam,
jalur perdagangan, dan kekuatan strategis telah membentuk karakter bangsa
Indonesia yang memiliki hubungan yang erat dengan lautan.
Pada era modern, Revolusi Industri mempercepat perkembangan teknologi
maritim, dengan munculnya kapal uap dan kemudian kapal besi dan kapal
berbahan bakar minyak. Perkembangan dalam transportasi laut membuka jalur
perdagangan global yang lebih efisien dan mengubah pola perdagangan dunia
secara fundamental. Saat ini, kemaritiman terus berkembang dengan adopsi
teknologi baru seperti kapal otonom dan sistem navigasi satelit, memainkan peran
kunci dalam perdagangan internasional dan transportasi global.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimaan sejarah kemaritiman masa kerajaan?
2. Bagaimana sejarah kemaritiman masa setelah kemerdekaan?
3. Bagaimana sejarah kemaritiman masa reformasi hingga sekarang?

1
C. Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa kerajaan!
2. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa setelah kemerdekaan !
3. Untuk mengetahui sejarah kemaritiman masa reformasi hingga sekarang!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kemaritiman Masa Kerajaan

1. Masa Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya pada dasarnya merupakan suatu kerajaan-


pantai,sebuah negara perniagaan yang berkuasa di laut. Kekuasaannya lebih
disebabkan oleh sibuknya jalur pelayaran perdagangan internasional yang melalui
Selat Malaka. Dengan demikian berhubungan dengan jalur perdagangan
internasional dari Asia timur ke Asia Barat dan Eropa yang berlangsung selama
paling sedikit lima belas abad lamanya. Ini membuat Sriwijaya mempunyai arti
penting dalam sejarah. Sriwijaya memang merupakan pusat perdagangan penting
yang pertama pada jalur pelayaran pada masa tersebut. Menurut sumber berita
sejarah Cina, Sriwijaya adalah salah satu pusat perdagangan antara Asia tenggara
dengan Cina yang terpenting. Keberadaan Sriwijaya dapat dilacak dari berita
tionghoa yang menyebutkan bahwa di Sumatra pada abadke-7 sudah ada beberapa
kerajaan antara lain to-lang-po-hwa (tulang bawang di Sumatra Selatan), Molo-
yeu (Melayu di Jambi), dan Ki-li-p’i-che atau Che-lifo-che (Criwijaya).
Tentang ibukota Sriwijaya, dikatakan bahwa letaknya di tepi air,
penduduknya terpencar di luar kota, atau tinggal di atas rakit-rakit yang
beratapkan alang-alang. Jika sang raja keluar, ia naik perahu dengan
dilindungipayung sutera dan diiringi dengan orang-orang yang membawa
tombakemas. Sementara para tentaranya sangat tangkas keberaniannya dalam
peperangan tidak ada bandingnya, baik di darat maupun di air. I-Tsing bahkan
menggambarkan Sriwijaya sebuah negara besar yang terletak di daerah
khatulistiwa. Di daerah ini ditemukan bangunan stupa (di Muara Takus)
yangsangat mungkin berasal dari abad ke-7. Tempat yang menurut pandanganI-
Tsing adalah Palembang karena dipandang penting dalam sejarah terutama
sebagai pusat ziarah pemeluk agama Budha. Di telaga Batu banyak didapatkan
batu-batu yang bertuliskan Siddhayatra atau perjalanan suci yang berhasil,dan dari
Bukit Seguntang di sebelah barat Palembang didapatkan sebuah arca Buddha dari
batu yang besar sekali dan yang berasal dari sekitar abad ke-6.

3
Letak geografis Sriwijaya yang strategis merupakan modal yang baik
untuk turut serta dalam perdagangan internasional yang mulai berkembangantara
India dan daratan Asia Tenggara. Berita Cina menyebutkan bahwa adat di Kan-t-
o-li sama dengan adat di Kamboja dan Campa. Besar kemungkinan dunia
perdagangan di Sumatra sejak semula telah terlibat langsung denganperdagangan
di India. Letak Selat Malaka mengundang perdagangan di daratan Asia Tenggara
untuk meluas ke Selatan. Pada saat Negeri Cina terbuka untuk hasil Asia
Tenggara, suatu hal yang baru terjadi setelah perdagangan dengan India
berkembang, yaitu penduduk Sumatra khususnya di pantai timur, bukanawam lagi
dalam perdagangan Internasional.
2. Masa Kerajaan Majapahit

Menurut Krom, kerajaan Majapahit memiliki orientasi kekuasaannya pada


laut. Laut-laut dan pantai yang terpenting di Indonesia telah dikuasainya. Jika
suatu kerajaan yang kecil menjadi daerah taklukan Majapahit, maka pada
umumnya pemerintah Majapahit tidak mencampuri keadaan dalam negeri
tersebut. Negeri yang takluk ini cukup mengirimkan utusan pada waktu tertentu
sebagai tanda takluk serta mengambil sikap yang sesuai dengan kehendak
pemerintah Majapahit terhadap negeri Nusantara lainnya. Bagian dari kerajaan
besar ini yang jauh letaknya cukup dijadikan daerah pengaruh saja. Segala
pengaruh asing dalam kerajaan ditolak, sementara mereka diwajibkan membayar
upetiatau uang takluk.
Jadi, selain sebagai negara agraris, pada waktu yang sama Majapahit
jugamerupakan suatu kerajaan perdagangan. Negara ini memiliki angkatan laut
yang besar dan kuat. Pada tahun 1377, Majapahit mengirim suatu ekspedisi untuk
menghukum raja Palembang dan Sumatra. Majapahit juga mempunyai hubungan
dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian Selatan, dan Vietnam serta
mengirim dutanya ke Cina. Kenang-kenangan tentang kejayaan Majapahit itu
masih tetap hidup di Indonesia, dan hal ini dianggap sebagai suatu presedenbagi
perbatasan politik Republik Indonesia dewasa ini.
Menurut berita Cina dalam bukunya Tao-I chih-lueh yang ditulis sekitartahun
1349 M Majapahit yang dikenal dengan nama She-po (Jawa) sangat
padatpenduduknya, tanahnya subur dan banyak menghasilkan padi, lada,

4
garam,kain dan burung kakak tua yang semuanya merupakan barang ekspor
utama. Dari luar She-po mendatangkan mutiara, emas, perak, sutra, barang
keramikdan barang dari besi. Banyak daerah yang mengakui kedaulatan She-po
antaralain beberapa daerah di Malaysia, Sumatra, Kalimantan Timur, dan
beberapadaerah di Nusantara bagian Timur.
B. Sejarah Kemaritiman Masa Setelah Kemerdekaan

1. Orde Lama

Era Orde Lama merupakan awal pemerintahan Indonesia setelah dijajah oleh
bangsa asing selama 3,5 abad lamanya. Pada masa ini, landasan bidang hukum
kelautan masih menggunakan peraturan hukum yang ditinggalkanPemeritahan
Hindia Belanda, yakni “ Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonnatie
1939’(TZMKO). Namun penggunaan undang-undang ini dapat mengancam
keutuhan NKRI karena adanya perairan bebas (high seas) diantara kelima pulau
besar Indonesia. Atas dasar ini, Presiden Soekarno mengeluarkan suatu deklarasi
keutuhan wilayah Indonesia, pada tanggal 13 Desember 1957, yang dikenal
dengan Deklarasi Djoeanda.
Pada dasarnya konsep deklarasi ini memandang bahwa kepulauan Indonesia
merupakan wilayah pulau-pulau,wilayah perairan, dan dasar laut di dalamnya
sebagai suatu kesatuan historis,geografis, ekonomis, dan politis. Dengan adanya
konsep ini, maka wilayah perairan Nusantara yang tadinya merupakan wilayah
laut lepas kini menjadi bagian integral dari wilayah Indonesia yang berada di
bawah kedaulatan NKRI. Deklarasi Joeanda termasuk salah satu dari tiga pilar
utama bangunan kesatuan dan persatuan negara dan bangsa Indonesia, antara lain
Kesatuan kejiwaan yangdinyatakan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928;
Kesatuan kenegaraandalam NKRI yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta
tanggal 17 Agustus1945; dan Kesatuan kewilayahan (darat, laut, dan udara) yang
diumumkan H. Djoeanda, 13 Desember 1957. Selanjutnya, deklarasi ini diperkuat
secara yuridis melalui Peraturan Pemerintah Perpu No. 4 Tahun 1960 tentang
PerairanIndonesia atau UU No. 4 Prp. Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.
Undang-undang ini menyebutkan, pokok-pokok dasar dan pertimbangan-
pertimbangan mengenai pengaturan wilayah perairan Indonesia. Pada masa Orde
Lama ini,stabilitas keamanan dan keadaan politik masih sangat terganggu,

5
terutamadi awal kemerdekaan sampai tahun 1960-an, mulai dari silih berganti
bentuk pemerintahan, jatuh bangun parlemen, pemberontakan-pemberontakan
serta perebutan Irian Barat (sekarang Papua) hingga konfrontasi Malaysia. Hal ini
menyebabkan Presiden Soekarno tidak mempunyai kesempatan lebih banyak
untuk mengubah paradigma land based oriented menjadi maritime basedoriented
. Pada antara tahun 1960-1966 Presiden Soekarno telah mencoba untuk
menyampaikan gagasan dan pandangan mengenai geopolitik Indonesia
namunbelum sempat terlaksana hingga terjadinya pergantian ke rezim Orde Baru
2. Orde Baru

Pada era Orde Baru, paradigma pembangunan lebih diutamakan


padapembangunan darat atau kontinental. Namun demikian, pada era ini juga
lahirkonsep besar kemaritiman nasional. Pada tahun 1982, Indonesia termasuk
salah satu negara dari 119 negara di dunia ikut menanda tangai Konvensi PBB
tentang hukum laut atau United Nation Convention on the Law of the
Sea(UNCLOS 1982). Saat itu menteri Luar Negeri yang menandatangani adalah
Mochtar Kusumaatmaja. Dalam konvensi ini terdapat 9 pasal mengenai perihal
ketentuan tentang prinsip “Negara Kepulauan”. Salah satu prinsip dalam Negara
Kepulauan tersebut menyatakan bahwa laut bukanlah sebagai alat pemisah,
melainkan sebagai alat yang menyatukan pulau-pulau yang satu dengan yang
lainya, yang kemudian diimplementasikan oleh Indonesia dengan istilah Wawasan
Nusantara.
Pengakuan dunia internasional ini, ditindaklanjutidengan diterbitkannya UU
no 17 tahun 1985 tentang Pengesahan KonvensiPerserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut 1982. Ratifikasi inimerupakan tindak lanjut dari gagasan
negara kepulauan yang pada 25 tahunlalu dicetuskannya Deklarasi Djoeanda pada
tanggal 13 Desember 1957. Sejakitu, Indonesia mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab untuk melaksanakanKonvensi Hukum Laut PBB tahun 1982, dan
UU No.17 tahun 1985 ini, selanjutnya dijadikan pedoman dalam penyusunan
rencana pembangunannasional, khususnya pembangunan di bidang kelautan, dan
pada REPELITA ke5 (1993 – 1998) konsep pembangunan kelautan akhirnya
masuk ke dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Namun, dikarenakan
Presiden Soehartomemiliki latar belakang seorang anak petani dan sebagai

6
perwira AD tentunyalebih berorientasi kepada paradigma kontinental sehingga
semua kebijakan danstrategi pembangunan nasional jauh dari aspek maritim atau
kelautan.
C. Sejarah Kemaritiman Masa Reformasi Hingga Sekarang

Era Reformasi atau pasca Soeharto dimulai pada pertengahan 1998,


tepatnyasaat Presiden Soeharto megundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan
digantikan oleh Wakil Presiden BJ Habibie. Banyak perubahan-perubahan besar
yang terjadi pada era reformasi ini. Pada era reformasi, paradigma nasional yang
mendukung visi kemaritiman selanjutnya adalah Deklarasi Bunaken yang
dicetuskan tanggal 26 September 1998 pada masa pemerintahan PresidenProf. Dr.
B.J. Habibie. Deklarasi ini pada dasarnya secara tegas menyatakan dua hal pokok
yaitu kesadaran bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya dan kemauan yang
besar dari bangsa Indonesia untuk membangun kelautan.
Kesadaran geografik adalah kesadaran bangsa Indonesia untuk memahami
dan menyadari akan kondisi obyektif wadah kepulauan Indonesia yang dua per
tigabagian wilayahnya adalah merupakan laut. Kesadaran bangsa Indonesia
akangeografik wilayahnya menjadi sangat penting bagi keberhasilan bangsa dalam
melaksanakan pembangunan kelautan yang mempunyai arti strategis dalam
mengembalikan kondisi ekonomi nasional yang saat itu sedang mengalamikrisis.
Melalui Deklarasi Bunaken, babak baru pembangunan nasional mulai yang
berorientasi ke laut mulai terbuka, dikarenakan dalam Deklarasi Bunaken ini
mengandung;
Pertama, visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesiaharus
berorientasi ke laut,
Kedua, semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga
memberikan perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan
potensi kelautan Indonesia.Pemerintahan yang berorientasi kelautan pada masa
reformasi ini berlanjut pada masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
yang mengusung tumbuhnya kesadaran bahwa potensi dan kekayaan yang ada
dilaut merupakan sumber ekonomi utama Negara. Laut adalah kehidupan
masadepan bangsa. Atas pemikiran ini, Presiden Abdurrahman Wahid kemudian

7
membentuk kementerian baru dalam Kabinetnya, yakni Departemen Eksplorasi
Laut dengan Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999 tanggal26 Oktober 1999.
Dalam perjalanannya, namanya berubah-ubah dan akhirnya saat ini menjadi
Kementerian Kelautan dan Perikanan berdasarkan PeraturanPresiden No. 47 tahun
2009. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid juga dibentuk
Dewan Maritim Indonesia (DMI) yang bertugas untuk mengkoordinasikan dan
mensinergikan program pembangunan kelautan diIndonesia. Presiden reformasi
Republik Indonesia selanjutnya, yaitu MegawatiSukarnoputri, di Pelabuhan
Rakyat Sunda Kelapa mencanangkan “Seruan Sunda Kelapa” pada tanggal 27
Desember 2001, Pada intinya seruan tersebutmengajak seluruh bangsa Indonesia
untuk bersama-sama membangun kekuatanmaritim / kelautan, dengan
berlandaskan pada kesadaran penuh bahwa bangsaIndonesia hidup di negara
kepulauan terbesar di dunia, dengan alam laut yangkaya akan berbagai sumber
daya alam. ada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono,nomenklatur Dewan Maritim Indonesia (DMI) diganti menjadi
DewanKelautan Indonesia (DEKIN) melalui Keppres No.21 Tahun 2007.
Selanjutnyapada era kepemimpinannya, Susilo Bambang Yudhoyono
menyelenggarakankonferensi kelautan dunia yang dikenal dengan World Ocean
Conference (WOC) di Manado pada tanggal 11 – 15 Mei 2009.
Kegiatan ini merupakan inisiatifIndonesia dalam forum internasional yang
ditujukan untuk pemimpin duniadan pengambil keputusan dalam
mengembangkan kolaborasi internasional danmembuat komitmen bersama dalam
menghadapi isu kelautan dunia sekaligusmasalah perubahan iklim global.
Penyelengaraan WOC 2009 didukung oleh123 negara yang tergabung dalam Te
Eighteenth Meeting of States Parties tothe United Nations Convention on the Law
of the Sea dan dalam pelaksanaannyadihadiri oleh 423 delegasi yang berasal dari
87 negara dan organisasi-organisasiantar negara.Deklarasi Kelautan Manado
(Manado Ocean Declaration) yang menjadisalah satu output utama dari WOC
2009, merupakan tonggak sejarah dandokumen penting untuk menyelamatkan
planet bumi dan kelangsunganhidup generasi penerus dimasa akan datang,
sehingga dokumen tersebut akan diperjuangkan oleh wakil tetap pemerintah
Indonesia di PBB untuk dimasukandan menjadi agenda resmi serta dibahas dalam

8
Meeting of the States Parties tothe United Nations Convention on the Law of the
Sea.
Selain itu, output lainnya, yakni CTI Regional Plan of Action yang diikuti
oleh 6 negara, juga merupakanhal penting dalam menyelamatkan keanekaragaman
sumber daya hayati lautdunia, terutama ikan dan terumbu karang. Dengan
demikian, WOC 2009 dapat dinyatakan sebagai komitmen Bangsa Indonesia
dalam upaya mengembangkan,mengelola, dan melestarikan sumber daya laut
nasional dan internasionalsecara berkelanjutan.Puncaknya pada tanggal 13
November 2014 di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur di Naypyidaw,
Myanmar, Presiden Joko Widodomengumumkan hasrat Indonesia untuk menjadi
Poros Maritim Dunia. Untukitu, Indonesia akan membangun kembali budaya
maritim, menjaga danmengelola sumber daya laut, memprioritaskan
pembangunan infrastrukturmaritim, membangun pertahanan maritim untuk
menjaga kedaulatan dankekayaan maritim, serta melalui diplomasi maritim
mengajak mitra-mitraIndonesia untuk bekerja sama dalam bidang kelautan dan
meniadakan sumberkonflik di laut seperti pencurian ikan, penyelundupan,
perompakan laut,dan sengketa wilayah. Seruan Presiden Jokowi tersebut bukan
hanya sekedargagasan. Presiden Joko Widodo dengan program Nawa Cita nya
bermaksud akanmengembalikan kembali kejayaan maritim bangsa Indonesia
seperti padamasa-masa keemasan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

sejarah maritim Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam


pembentukan identitas bangsa dan negara. Dari masa kerajaan maritim Nusantara
seperti Sriwijaya dan Majapahit hingga masa perjuangan kemerdekaan, sejarah
maritim telah menjadi landasan kuat bagi kemajuan dan kedaulatan Indonesia.
Dengan memahami dan menghargai sejarah maritim Indonesia, diharapkan
generasi muda dan masyarakat luas dapat terus memperjuangkan keberlanjutan
dan keberagaman laut sebagai aset berharga bagi masa depan bangsa. Sejarah
maritim Indonesia bukan hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi juga menjadi
inspirasi dan panduan bagi upaya menjaga dan memanfaatkan potensi laut secara
berkelanjutan demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
B. Saran

Demikian makalah ini saya buat, saya menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya.
Dan semoga makalah ini bergunauntuk kita semua. Amin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Baggini, Julian. 2013. Making Sense, Filsafat di Balik Headline Berita.


(Penerjemah: Nurul Qamariyah). Jakarta: Teraju.
Detik.com. 2014. “Maritim sebagai Bagian dari Diplomasi”. Detik.com,
11/6/2014; 15.23 WIB.
Detik.com. 2015. “Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia”.
Detik.com,13/11/2015; 12.54 WIB.
Kadarisman, Muh. 2015. “Transportation System and Human Need in a
Family”.Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik 02 (03): 313-
331.
Kompas. 2017. “Maritim Masih Butuh Terobosan: Pelarangan Penggunaan
Cantang Ditunda”. Kompas, 5/5/2017; h.18.
Munandar, Aris. 2013. “Peran Negara dalam Penguatan Program Pemberdayaan
Masyarakat”. Jurnal Politik dan Masalah Pembangunan 04 (01):
151-162.
Sitorus, Budi Tulus Irpan Harsono Sitorus, & Subandi. 2016. “Peningkatan
Jaringan Transportasi di Provinsi Kalimantan Timur dalam
Mendukung Aksesbilitas Wilayah”. Jurnal Manajemen Transportasi
& Logistik. 03 (01): 29-39.
Soekmono. 2015. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Thiroux, Jacques. 2012. Ethics: Theory & Practice. London: Collier Macmillan
Publisher.
Wibowo, Wahyu. 2011. “Pemantapan Prinsip Filsafat Bahasa Biasa sebagai Upaya
Pemutakhiran Metode Analisis Pesan Komunikasi”. Jurnal Kajian
Linguistik dan Sastra 23 (1): 8-18.

11

Anda mungkin juga menyukai