Anda di halaman 1dari 8

NATS : KOLOSE 3:1-11

TEMA : MENGINJAK BUMI BERPIKIR SORGAWI


PENGKHOTBAH : EV. YOHANES FERNANDO S.TH.

PENDAHULUAN

Tidak sedikit orang Kristen menyatakan diri membela kebenaran, tetapi


gagal menunjukkan hal itu dalam kehidupan sehari-harinya mereka. Ada
yang dengan api-api menyuarakan kebenaran tapi itu digunakan sebagai
topeng, dan pada kenyataannya kehidupan pribadi mereka menyangkal
doktrin tapi mengaku mencintainya. Mengaku mengenal Allah tapi
perbuatan mereka justru menyangkal-Nya (Tit. 1:16). Para pemuja berhala
bersujud dihadapan berhalanya, mempersembahkan sesuatu di mesbah,
dan kemudian kembali pada kehidupan lama yang berdosa. Orang
percayapun melakukan hal yang sama, dan bagaimana ia berprilaku, tidak
ada seorangpun yang menghukum atas prilakunya yang tidak baik. Iman
Kristen mengajarkan konsep yang berbeda, yang baru dalam masyarakat
pada masa pelayanan Paulus, yaitu apa yang kita percaya memiliki
hubungan erat dengan prilaku/kehidupan sehari-hari. Iman kepada Kristus
berarti dipersatukan dengan Kristus, dan kita bisa membagikan bagaimana
kehidupan-Nya melalui teladan Kristus, dan tentunya atas dasar dorongan
Roh Kudus. Maka pada bagian ini Paulus memberikan beberapa nasihat
kepada pembacanya pada masa itu dan juga kepada kita pada masa
sekarang.

Dibangkitkan bersama dengan Kristus, “dibangkitkan” dihidupkan, artinya


sebelum menerima Yesus Kristus dulunya mati, tanpa harapan (band. Ef.
2:1,12), maka dibangkitkan menunjukkan memiliki pengharapan, tidak akan
mati kekal (band. Yoh. 6:39,40,44,54), walaupun akan mati secara jasmani
akan tetapi pada kedatanganNya akan dibangkitkan dan hidup bersama
dengan Dia.

Perkara-perkara: Dalam bahasa asli tidak ada terjemahan kata ‘perkara-


perkara’, yang lebih tepatnya dalam terjemahan bahasa Inggris seek those
things which are above, ‘mencari hal-hal diatas’ NIV: set your hearts on
things above ‘mengatur hati anda pada hal-hal diatas’, maka perkara-
perkara disini mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap orang
yang hidup dalam Kristus.

Pertanyaan: mengapa Paulus menginginkan, mengharapkan serta


menasehati jemaat di Kolose, juga kepada kita saat ini untuk melakukan
hal-hal diatas bukan yang dibumi? bukankah kita tinggal dibumi,
seharusnya kita yang dibumi memikirkan hal-hal berkaitan dengan bumi,
persoalan-persoalan mengenai pendidikan, ekonomi, ekologi, kesehatan,
teknologi, sosial, hukum dan keadilan, kemiskinan dan banyak hal lagi
persoalan dalam dunia ini?

ISI

1. Perkara-perkara Dunia
Pada bagian ini peringatan akan bahaya melegalkan ajaran guru-guru
gnostik, ajaran mereka yaitu; menggabungkan mistik, peraturan Yahudi
dan segelintir filsafat dan ajaran Kristen. Beberapa peraturan dalam Yahudi
diharuskan menjadi kewajiban bagi jemaat di Kolose melakukannya.
Sehingga jemaat berpegang pada rutinitas keagamaan, lebih
mengedepankan ego dan apa yang dilakukan “menganggap” kebenaran.
Mengenai ibadah: Dalam perkara dunia, ada orang-orang menghakimi
orang percaya yang lain, yang tidak hidup dalam hukum agama/gereja,
menilai itu ajaran Yesus Kristus. Mereka mengatakan bahwa Yesus Kristus
juga tidak cukup memenuhi kebutuhan rohani Kristen, salib Kristus belum
cukup untuk keselamatan, tapi harus menambahkan sesuatu untuk itu,
yaitu dengan melakukan kehidupan spiritual yang lebih dalam dengan
berlatih melakukan hukum. Praktik, lahiriah mereka kelihatan spiritual, tapi
kenyataannya hanya memenuhi kedagingan atau duniawi.
Pondasi utama dalam Kekristenan ialah pribadi dan karya Kristus (Kol. 2:9-
12). Di kayu salib Dia telah membatalkan hutang, dan dakwaan/tuduhan
hukum dosa (Kol. 2:14), dan sebagai orang percaya, kita berada dibawah
kasih karunia sebagai aturan hidup dan tidak berada dibawah hukum
Taurat.

Aturan-aturan Yahudi adalah perbudakan! Petrus menyebutnya sebagai


“kuk pada tengkuk” (Kis. 15:10), Paulus menggunakan gambaran yang
sama ketika ia memperingatkan Galatia (Gal. 5:1), dan peraturan-peraturan
ini berkaitan dengan makan dan minum. Dalam PL, makanan tertentu
diklasifikasikan sebagai “bersih” atau “haram” (lih. Im. 11). Yesus
mengecam orang-orang Farisi dan ahli Taurat (Mat. 15:11) “Dengar dan
camkanlah: bukan yang masuk kedalam mulut yang menajiskan orang,
melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Petrus
teringat dengan pelajaran ini ketika ia berada di sotoh Yope (Kis. 10:9-16),
peraturan makan dan minum tidak membawa kita dekat kepada Allah
(1Kor. 8:8).
Orang Yahudi memiliki hari-hari raya (Im. 25), bulan baru (Yes. 1:13),
peraturan agama mereka memiliki fungsi yang tepat dalam PL tapi tidak
dimaksudkan untuk menjadi bagian yang permanen pada iman orang-
orang percaya dalam PB (Yoh. 1:17). Hukum dalam PL menuntun yang
membantu untuk melatih kedisiplinan Israel, dan mempersiapkan mereka
untuk kedatangan Mesias. Yesus adalah mesias yang sudah datang
menyelamatkan kita, maka penuntun itu tidak diperlukan lagi untuk fungsi
yang sama (Gal. 3:24-4:11). Jadi apakah hukum PL tidak berlaku atau
memiliki peran dalam kekristenan PB? (1Tim. 1:8) Hukum baik jika
seseorang melakukan dengan tujuan yang benar. Hukum mengungkapkan
dosa dan memperingatkan konsekuensi dari dosa tetapi tidak memiliki
kekuatan untuk mencegah dosa, atau menebus orang berdosa, hanya
kasih karunia Allah yang bisa melakukan itu.

Orang terlalu mementingkan hal-hal lahiriah, seperti: hari-hari raya dan


puasa, bulan baru dan sabat (Kol 2:16) dan juga sunat (Kol 2:11).
Semuanya itu dikemukakan untuk dilakukan dalam jemaat sebagai jalan yg
benar melalui pengekangan diri dan penaklukan daging (Kol 2:20) dengan
tujuan pencapaian kesucian dan dipandang orang sebagai orang yang taat
dan rohani.

Ayt. 18-19 jangan ada orang menipu anda dengan penghargaan. Orang
Yahudi kelihatan rendah hati ketika berpuasa, tapi sebenarnya ini praktek
asketis dengan tujuan pujian kepada diri sendiri mencapai
kegembiraan/kepuasan. Ini menunjukkan orang-orang berdosa di Kolose
seperti mistik Yahudi yang secara teratur berusaha untuk mencapai visi
surgawi. Hal ini adalah upaya menyamakan pengalaman visioner Alkitab
seperti Yehezkiel, Daniel, tapi pengalaman mereka di Alkitab perlu
diketahui tapi bukan untuk mencapai pengalaman mistik.
Guru-guru palsu beribadah kepada malaikat, karena melihat tugas
malaikat sebagai perantara Allah di zaman PL dan ini dilegalkan dalam
jemaat, sehingga hal ini berupaya menggantikan Yesus Kristus sebagai
yang utama dari segala ciptaan, yang adalah pusat penyembahan orang
percaya, yang adalah kepala dari tubuh gereja. Ada yang mengalami
penglihatan-penglihatan serta menjadikan itu suatu kebenaran, dan hal ini
Paulus menegaskan bahwa mereka tidak berpegang Kristus sebagai
kepala yang menunjang dan mengikat seluruh tubuh Kristus (band. Ef.
1:10,22; 4:15, Kol. 1:18).
Ayt. 23 menyimpulkan perkara dunia dalam ibadah jemaat, walaupun tata
peraturan kelihatan penuh hikmat yang ibadahnya dibuat sendiri,
menunjukkan merendahkan diri, menyiksa diri, tapi sebenarnya tidak ada
gunanya karena pada intinya untuk memuaskan hidup duniawi yaitu
bersifat daging.
2. Perkara-perkara Surga
Ayt. 1-2, Paulus menghendaki dalam suratnya supaya jemaat di Kolose
yang telah menerima dan hidup dalam Kristus, supaya mencari dan
memikirkan perkara-perkara diatas dimana Kristus ada.

Berpusat Kepada Kristus: Mendasari orang percaya datang


beribadah/bersekutu dan melakukan perintah Tuhan (firmanNya), yaitu
mengasihi dan mencintai Kristus. (lih. Mat. 22:34-40), Ketika para ahli
Taurat dan orang Farisi besengkokol mencobai Yesus dengan pertanyaan
tentang hukum yang utama dalam Taurat, Yesus menjawab dengan mudah
“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Menunjukkan seharusnya
kehidupan ibadah orang percaya harus berkualitas Surga bukan di bumi
(band. Rom. 12:1-2). Ibadah orang Yahudi lebih banyak bersifat duniawi,
maka Paulus menentang hal itu, dan menginginkan orang-orang percaya di
Kolose hidup ibadahnya berpusat kepada Kristus dan menjadikan Yesus
adalah utama (band. Kol. 1:18). Dalam ajaran jemaat di Kolose diharapkan
tidak bergeser dari ajaran yang sudah didapatkan dari Injil yaitu berpegang
teguh pada kebenaran Kristus (band. Kol. 2:6-7).
Kehidupan Moral: Hal-hal duniawi dipengaruhi oleh kuasa dosa, maka
harus Mematikan segala kehidupan yang bersifat duniawi (lih. Kol. 3:5-11).
Maka yang harus dilakukan moral yang hidup dalam kekudusan (Kol. 3:12-
17)
3. Hubungan Orang Percaya dengan Kristus
Ayt. 3 Mati dengan Kristus: Paulus menegaskan kamu sudah mati, hal ini
dijelaskan Paulus pada Rom. 6-8, Yesus Kristus tidak hanya mati bagi kita
(menggantikan kita), tetapi penekanannya lebih pada kita telah mati
bersama Kristus. Sebuah terjemahan (The Biblical Comentary: New
Testamen) mengatakan: “Christ not only died for sin, but He died unto sin,
breaking its power” Kristus tidak hanya mati untuk dosa kita, tapi Dia mati
kepada dosa, menghancurkan kekuatanya, (band. Flp. 2:6-8).
Kita berada di dalam Kristus melalui karya Roh Kudus (band. 1Kor. 12:13).
Kita telah mati bersama Kristus artinya kita telah memiliki kemenangan
atas dosa, yaitu sifat lama yang mengontro/mengatur/memperbudak kita.
Maka jika kita telah mati bagi dosa tentunya kita tidak dapat hidup lagi
didalamnya. Ayt. 4 Kristus adalah hidup kita
Kehidupan kekal, hal-hal surgawi, Allah telah menanamkan kepada kita
sejak masih sebagai orang berdosa dan kemudian percaya kepada
juruselamat Yesus Kristus. Hidup kekal adalah Yesus Kristus, Dia adalah
putra tunggal Allah yang disebut Anak Allah maha kudus, Ia hidup. Barang
siapa tidak memiliki Anak “Yesus Kristus” ia tidak akan hidup (1Yoh. 5:11-
12). Kita telah mati dan bersamaan telah dihidupkan yaitu mati untuk dosa
dan hidup dalam Kristus. DR. A.T Robertson mengatakan: “So here we are
in Christ who is in God, and no burglar, not even Satan himself, can
separate us from the love of God in Christ Jesus”. Disini kita berada dalam
Kristus yang adalah Tuhan, tidak ada pencuri bahkan setan pun tidak
dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Yesus Kristus (baca: Rom.
8:31-39).

Hidup tersembunyi yaitu kehidupan Kristen jauh berbeda dengan


kehidupan dunia, karena dunia tidak mengenal Kristus (band. 1Yoh. 4:4-6).
Ruang lingkup kita bukan lagi dibumi tapi surga; dalam hal apapun yang
menjadi daya tarik maupun yang membangkitkan/mendorong kita adalah
milik surga. Bukan berarti kita mengabaikan tanggung jawab kita didunia
tapi hati, pikiran dan kehendak berasal dari surga bukan dari bumi.
Dimuliakan di dalam Kristus (ay. 4) Kristus sekarang duduk disebelah
kanan Bapa, kelak Ia datang membawa pulang umatNya (1Tes. 4:13-18).
Dia akan membawa kita masuk ke dalam kemuliaanNya. Ketika Ia
menyatakan kemuliaanNya, kita pun akan menyatakan diri bersama Dia
dalam kemuliaanNya. Menurut paulus kita sudah dimuliakan (lih. Rom.
8:30), hanya saja kemuliaan ini belum terungkap. Kristus telah memberikan
kita kemuliaan-Nya (Yoh. 17:22), tetapi wahyu kepenuhan kemuliaan ini
digenapi setelah juruselamat kembali menjemput orang percaya (band.
Rom. 8:17-25).
Orang percaya didalam Kristus memiliki tanggung jawab yang besar; “cari
hal-hal yang diatas” (Kol. 3:1), melalui kematian Kristus, penguburan,
kebangkitan dan kenaikan, orang percaya telah dipisahkan dari kehidupan
lama yang berasal dari dunia ini, sekarang menjadi milik kehidupan
surgawi, hidup yang baru.

Bagaimana mencari hal-hal yang diatas? rahasianya dalam Kol. 3:2


“Membiasakan menetapkan pikiran dan perhatian pada hal-hal diatas,
bukan hal-hal dibumi. Kalau diharafiahkan, kaki kita harus dibumi, tetapi
pikiran kita berada di Surga, menunjukkan kehidupan praktis kita sehari-
hari harus dalam arahan Kristus artinya, kita melihat bumi harus dari sudut
pandang surga.

Orang percaya yang duduk ditahta bersama kristus, harus menjaga rasa
cintanya, kasih sayangnya dan perhatiannya yang tertuju pada hal-hal
surga, yaitu melalui firman dan doa, serta melalui ibadah dan
pelayanannya. Kita akan menyatakan kemuliaanNya bersama Kristus kelak
jika kita menjaga hati dan pikiran yang tertuju kepada surga.

AMIN, SHALOM….

Anda mungkin juga menyukai