Anda di halaman 1dari 14

Kapitalisme Amerika terhadap Indonesia

Studi Kasus PT. Freeport Indoensia

Bernadette Aderi Puspaningrum

1006694315

Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional 1 kelas B


Universitas Indonesia, Depok
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2011

1
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan pertambangan


Amerika Setikat — Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc ("Freeport") — telah
berlangsung sejak tahun 1967. Awalnya kerjasama ini dilakukan oleh pemerintahan Masa
Orde Baru dengan tujuan mendapatkan infestasi dari pihak asing sehingga dapat
mendorog pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Kontrak karya yang awalnya disepakati
untuk masa 30 tahun kerja terus diperpanjang hingga kini telah 44 perusahaan asing
tersebut, mengeruk kekayaan alam Indonesia. Hingga kini diketahui luas lahan
pertambangan juga terus mengalami perluasan dan terjadi peningkatan produksi tiap
tahunnya. Dengan pengelolaan sumberdaya secara besar-besaran tersebut, sudah
selayaknya kerjasama ini menghasilkan keuntungan yang besar kepada kedua belah
pihak, baik rakyat Indonesia maupun pemerintah Amerika Serikat yang terus
mendapatkan suplai emas dan tembaga yang juga disinyalir adanya kandungan uranium
di wilayah pertambangan tersebut.
Sayangnya, apa yang terjadi saat ini jauh dari ekspektasi yang diharapkan.
Wilayah Irian Jaya yang kaya akan sumber mineral tersebut hingga saat ini masih
menjadi wilayah terpinggirkan di Indonesia. Tidak adanya perubahan kondisi masyarakat
Papua setelah 44 tahun kerjasama ini berlangsung tentunya menimbulkan pertanyaan
besar mengenai hasil kerjasama dari proyek pertambangan yang disinyalir bernilai
milyaran dolar pertahunnya tersebut.1 Bentrok antar suku dengan bersenjatakan panah
dan tombak semakin menggambarkan ketimpangan ekonomi serta pendidikan di daerah
timur Indonesia ini. Hal ini menjadi masalah yang sangat penting ketika ketimpangan
yang terjadi kini telah memunculkan aksi-aksi sporadis hingga terjadi berbagai aksi
kriminal di wilayah Papua.
Oleh karena itu, makalah ini akan menganalisa alasan Indonesia untuk tetap
mempertahankan kontrak kerja dengan perusahaan Amerika Serikata, Freeport, dalam
pengelolaan Sumber Daya Alam di Papua dilihat dari sudut pandang struktualis. Penulis
akan menganalisa posisi Amerika maupun Indonesia dalam krangka kerjasama PT

1
Manfaat Ekonomi bagi Indonesia, diakses dari http://www.ptfi.com/others/FAQ.asp pada tanggal 21
November 2011 pukul 21.22 WIB.

2
Freeport Indonesia menggunakan World System Theory. Dalam analisanya penulis akan
melihat hubungan antar kelas yang terjandi antara Indonesia (proletar) dan Amerika
(borgeois) dalam PT Freeport Indonesia sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini akan berusaha menjawap rumusan masalah mengengai:
“Apakah alasan Indonesia, untuk tetap mempertahankan kerjasama dengan
Freeport Amerika Serikata dalam pengelolaan Sumber Daya Alam di Papua ?”

1.3 Kerangka Teori


Dalam makalah ini penulis akan menggunakan teori World System Theory untuk
dapat menjawab pertanyaan masalah dalam makalah ini.

World system
Theory

Dependensi
Eksploitasi
Core Periphery
(proletar)
(Borjuis) Capitalis System

World system theory diperkenalkan pertama kali oleh Wallerstain dengan


melihat dependensi antara Amerika bagian Selatan dengan Amerika bagian Utara. Teori
ini termasuk dalam pandangan strukturalisme yang menurut Wellerstain, berusaha
menghadapi perubahan struktur kelas tersebut dengan menfokuskan pandangan terhadap
aspek ekonomi yang dapat memberikan pengaruh terhadap bidang sosial, politik maupun
keaman.2 Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan kapitalisme dalam sistem dunia
yang menurut pendapatnya terbagi atas a core, a periphery, dan a semi- periphery. 3
Struktur kelas yang dikelompokan oleh Wellerstain tersebut didasarkan atas hubungan
antar kelas yang dominan dalam sistem ekonomi dunia. Ketiga struktur kelas ini
2
Immanuel Wallerstein, The Capitalist World Economy, (Cambridge, England: Cambridge University Press,
1979), hlm. 197-198.
3
Viotti, P., & Kauppi, M. International Relation Theory, Fouth Ed. (New York:Pearson, 2010), hlm. 197.

3
kemudian lebih dikenal dengan sebutan negara Dunia Pertama - Negara Maju (Developed
Countries), Dunia Kedua - Negara Industri Baru (New Industial Countries), dan Dunia
Ketiga - Negara Berkembang (Developing Countries).
Dalam makalah ini akan lebih menyoroti hubungan antara negara Core dengan
negara periphery. Hubungan antara keduanya menurut Wellerstain, terjalin akibat adanya
kepentingan masing-masing negara dalam sektor ekonomi yang menempatkan keduanya
dalam sistem ekonomi dunia yang kapitalis.4 Kapitalisme menurut Wellerstain,
memunculkan dependensi antar negara yang menimbulkan terjadinya class conflict akibat
munculnya ketimpangan antara kelas pemilik modal dan kelas pekerja. 5 Sebagai pemilik
modal dalam sistem kapitalis, negara core akan jenderung menggunakan power-nya yaitu
untuk menekan faktor produksi yang dimiliki oleh negara periphery. Pada dasarnya,
negara periphery juga tidak memiliki pilihan dalam menjalin kerjasama dengan negara
core. Hal ini diakibatkan oleh ketidak mampuan dari negara periphery sendiri untuk
memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Sistem dunia yang kapitalis tersebut, pada akhirnya berdampak pada dependensi
negara periphery atas kehadiran negara core untuk mendorong petumbuhan ekonomi
negaranya. Hal tersebut tentunya menghadirkan keuntungan bagi negara core yang
dengan power yang dimilikinya dapat melakukan eksploitasi terhadap negara periphery
sebagai penyedia faktor-faktor produksi dengan harga yang rendah. Akibat keuntungan
yang didapatkannya tersebut, negara core pada dasarnya tetap terus berusaha menjaga
sistem dunia dengan mempertahankan posisinya maupun posisi negara periphery dalam
sistem dunia. Hal ini banyak dilakukan dengan membatasi adanya transfer tegnologi dari
negara core ke negara periphery serta penekanan gaji buruh agar negara core tetap
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari biaya produksi yang minimum
tersebut.

BAB II

4
Log.cit.,hlm. 197-198.
5
Ibid.

4
Analisa World System Theory dalam Hubungan Kerjsama
Indonsia dan Amerika Serikat Di PT. Freeport Papua

Dalam bab ini, penulis akan melakukan analisa terhadap kerjasama yang dilakukan
antara Amerika dengan Indonesia dengan menggunakan World system Theory sebagai
kerangka analisa dalam kasus PT Freeport Indonesia. Penulis akan membagi tulisan ini
kedalam tiga bagian utama. Pertama, penulis akan menganalisa posisi keduanya dalam world
system. Selanjutnya, dengan mengacu pada indiktor-indikator dependensi yang terjalin antara
Amerika dan Indonesia penulis berusaha menunjukan sifat kerjasama yang terjalin dalam PT
Freeport untuk melihat keuntungan yang mungkin di dapat oleh kedua negara. Dalam bagian
ketiga, penulis akan mencoba memperlihatkan bentuk-bentuk eksploitasi yang dilakukan oleh
negara core kepada negara periphery dilihat dalam kerangka kerjasama PT Freeport
Indonesia.

2.1 Posisi Indonesia - Amerika Serikat Dalam World system


Wallerstein dalam tulisannya mengungkapkan bahwa posisi negara dalam world
system bergantung kepada peranannya dalam kegiatan pengolahan industri. 6
Menurutnya, negara yang memiliki sumber produksi dengan kemampuan rendah untuk
melakukan pengolahan sumber-sumber tersebut, berpotensi menjadi negara periphery.
Di sisi lain, Negara core merupakan negara yang juga memiliki sumber produksi namun
juga memiliki faktor-faktor produksi lainnya seperti teknologi dan modal untuk dapat
mengelola sumber-sumber produksi. Akan tetapi menurutnya, negara core akan
memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan pengolahan yang berlebihan terhadap
sumber daya yang dimilikinya dan lebih memilih untuk banyak mengadakan kerjasama
dengan negara periphery. Hal ini di dukung pula oleh pendapat Daniel Chirot and Thomas
D. Hall, yang menilai kecenderungan tersebut sebagai nature dari state dalam system
dunia yang capitalis sehingga state akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengeluarkan usaha yang
seminimal mungkin.7

6
Immanuel Wallerstein, The modern World System I: Capitalist Agriculture and the
Origins of the European World-Economy in the Sixteenth Century, (New York: Academic
Press, 1974), hlm. 347-350.
7
Daniel Chirot and Thomas D. Hall, WORLD-SYSTEM THEORY, (Annual Reviews, 1982) diakses dari
http://www.jstor.org/stable/2945989 , hlm. 85.

5
Berdasarkan hal tersebut, posisi Indonesia dalam world system merupakan negara
periphery dengan Amerika Serikat sebagai negara core-nya. Hal ini dapat dilihat dari
kepemilikan bahan mentah sebagai sumber produksi di Papua yang kini telah dikelola
oleh PT. Freeport. Sejak awal penemuannya oleh Jean-Jacques Dozy, Ertsberg di gunung
gletser Jayawijaya telah mendapatkan perhatian dari pihak-pihak asing yang menjajah
wilayah Indonesia sebelumnya.8 Lokasi yang kaya akan sumber-sumber mineral inilah
yang disinyalir sebagai penyebab sulitnya Belanda mengakui wilayah Papua ini sebagai
bagian dari wilayah Indonesia. Tidak hanya Belanda, berbagai pihak yang turut andil
dalam upaya integrasi Irian Barat — Papua sebelum terintegrasi dengan Indoensia —
masing-masing juga memiliki kepentingan akan melimpahnya sumber daya alam
wilayah ini.
Di masa Orde Baru, Indonesia sebagai negara dunia ketiga belum memiliki cukup
teknologi untuk dapat mengelola sumber energi yang melimpah di Papua tersebut. Akan
tetapi kebutuhan ekonomi ketika itu, mendesak pemerintah untuk segera melakukan
pengelolaan terhadap sumber-sumber daya alamnya sebagai faktor produksi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ketika itu. Amerika Serikat, sebagai negara
industri maju dengan teknologi dan modal yang dimilikinya tentunya melihat hal ini
sebagai peluang ekonomi yang menjanjikan. Bekerjasama dengan negara dunia ketiga
dalam pengelolaan sumber bahan mentah ini tentunya sangat menguntungkan karena
pada dasarnya pemerintah dapat melakukan penekanan biaya produksi dibandingkan
dengan melakukan pengolahan sumber daya alam mereka sendiri. Hal ini disebabkan
karena standar hidup masyarakat dunia ketiga yang lebih rendah dari standar hidup
Negara maju seperti Amerika Serikat pada umumnya.
Akan tetapi, kondisi dalam negeri Indonesia sendiri tidak dapat memiliki peluang
untuk melakukan penghitungan untung rugi terlebih dahulu dengan Amerika Serikat.
Kebutuhan investasi yang mendesak sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi menjadi
dasar dibukanya kerjasama dengan Amerika di Papua. Freeport-McMoRan Copper &
Gold Inc ("Freeport") adalah perusahaan asing pertama yang mengadakan kerjasama
dengan pemerintah Indonesia dalam sektor pengolahan sumberdaya alam. Terhitung
sejak tahun 7 April 1967, kerjasama antara keduanya berjalan berdasarkan UU Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagai landasan utama perjanjian kontrak

8
PT Freeport Indonesia, Riwayat Proyek, diakses dari http://www.ptfi.com/about/history.asp, pada tanggal 20
November 2011 pukul 17.35 WIB.

6
karya antara pemerintah Indonesia dengan Freeport Amerika. 9 Perjanjian kontrak karya
tersebut pada umumnya mengatur hak-hak eksklusif yang diberikan kepada Freeport
untuk mengelola 10x10 km atau seluas 100 km2 di sekitar Ertsberg.10 Di awal masa
kerjasamanya produksi Freeport pada saat itu baru mencapai 8.000 ton bijih/hari,
kemudian meningkat menjadi 18.000 ton bijih/hari.11
Di lain pihak sebagai MNC dari Amerika Serikat, Freeport juga mengantongi
perizinan dan kontrak kerja dengan pemerintah Amerika Serikat sendiri. Pemerintah
Amerika Serikat sendiri juga memiliki kontrak kerja dengan MNC negaranya. Pada
dasarnya kontrak MNC Amerika Serikat terhadap pemerintah negaranya mengatur
tentang ketentuan-ketentuan akan kontribusi yang dilakukan oleh MNC tersebut
terhadap Amrika Serikat sendiri. Dalam kasus ini, Freeport menjalankan kontrak dengan
pemerintah sebagai MNC pemasok kebutuhan emas terbesar Amerika Serikat. Freeport
sebagai MNC Amerika dalam produksinya juga di atur berdasarkan standart dan
ketentuan pemerintah Amerika seturut dengan apa yang tertera dalam kontrak kerja
antara induk perusahaan Freeport dengan pemerintah Amerika Serikat.
Dengan demikian, Posisi Amerika Serikat sebagai negara core terlihat dari
bagaimana pemerintah Amerika Serikat mengelola perusahaan-perusahaan di negara
dengan mengikat perusahaan tersebut dalam ketentuan-ketentuan yang turut membawa
kepentingan Amerika Serikat sebagai negara. Hal tersebut juga menunujukan
superioritas negara dalam mengendalikan distribution of tehcnologi yang dilakukan oleh
MNC negaranya ke negara lain. Dalam kenyataannya, ikatan kontrak antara MNC
dengan pemerintah tersebut tidak hanya dilakukan terhadap MNC sebesar Freeport, yang
menjadi pemasuk emas utama Amerika Serikat saja namun juga terhadap MNC lainnya
seperti Mc. Donald, Coca cola dan lain-lain.12

9
Pencaplokan Tanah Adat, HAM, dan Orang Amungme, diakses dari
http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/27/nas14.htm pada tanggal 21 November 2011 pukul 22.17 WIB.
10
Ibid,.
11
Ibid,.
12
McDonald's Corporation Political Contributions Policy, diakses dari
http://www.politicalaccountability.net/index.php?ht=a/GetDocumentAction/i/5266, pada tanggal 29 Desember
2011 pukul 22.13 WIB.

7
2.2 Dependensi yang terjadi antara Indonesia terhadap Amerika Serikat
Menurut Ronan Van Rossem, dependensi timbul sebagai konsekuensi dari world
system.13 Dependensi tersebut memberikan perhatian terhadap negara periphery dalam
hubungannya dengan negara core. Menurut James Petras dependensi menunjukan
adanya katidaksetaraan antara negara core dan periphery dalam kerjasama kedua
negara.14 Oleh karena itu, dependensi antara Indonesia dengan Amerika Serikat tersebut
akan diperlihatkan dengan membandingkan keuntungan dan kerugian yang di dapatkan
oleh kedua negara dari kerjasama Freeport yang telah berlangsung selama 44 tahun ini.
PT. Freeport telah memberikan banyak keuntungan bagi Amerika Serikat.
Freeport Papua merupakan eksportir emas utama bagi Amerika Serikat. Dari perusahaan
Freeport yang tersebar di beberapa negara, Freeport Papua memproduksi 230.000 metrik
ton perharinya.15 Sejak awal pembuatan kerjasamanya, angka tersebut terus mengalami
pertambahan dari tahun ke tahun sebagai permintaan dari Amerika Serikat. Meskipun
nilainya masih dapat disaingi oleh beberapa komoditas utama Amerika lainnya, namun
emas sendiri memiliki value jangka panjang yang dapat menjadi penopang ekonomi
Amerika akibat nilai emas yang cenderung stabil di pasar global.
Bagi Indonesia sendiri kehadiran Freeport telah membuka lapangan kerja bagai
masyarakat Indonesia. Tidak hanya bagi penduduk Papua namun juga penduduk
Indonesia yang berdomisili di daerah lain juga memiliki kesempatan untuk dapat bekerja
di perusahaan pertambangan tersebut. Hingga kini, Freeport telah memperkerjakan 8000
pekerja asal Indonesia dengan 60% dari jumlah tersebut merupakan penduduk asli
Papua.16 Disamping itu, Freeport juga telah menjadi sumber pemasukan utama daerah
Papua yaitu sebesar 5 milyar dolar Amerika pertahunnya bagi pemerintah daerah.17
Akan tetapi secara nyata kita dampak melihat masih terbelakangnya wilayah
tersebut jika dilihat dari infrastruktur dan pendidikan masyarakat Papua sendiri. Di
samping itu berdasarkan kontrak kesepakatan yang telah ada, Indoensia cenderung
dirugiakan jika mengacu pada jumlah pajak yang dibayarkan oleh Perusahaan tersebut
13
James Petras, Dependency and World System Theory: A Critique and New Directions, diakses dari
http://www.jstor.org/stable/2633477 , hlm. 148.
14
James Petras, ibid., hlm 149.
15
Freeport strikers accused of hurting investment in Indonesia , diakses dari
http://news.xinhuanet.com/english/world/2011-12/12/c_131301574.htm, pada tanggal 8 JAnuari 2012 pukul
19.17 WIB.
16
Workers return to Freeport's Indonesia gold mine, diakses dari
http://www.msnbc.msn.com/id/45786395/ns/business/t/workers-return-freeports-indonesia-gold-mine/, pada
tanggal 7 Januari 2012 pukul 20.05 WIB.
17
Manfaat ekonomi bagi Indonesia, diakses dari http://www.ptfi.com/others/FAQ.asp, pada tanggal 7 Januari
2012 pukul 21.45 WIB.

8
kepada pemerintah. Pajak normal yang seharusnya didapatkan oleh pemerintah adalah
sebesar 6% dari total hasil produksi namun dalam kenyataanny pemerintah hanya
memperoleh 1 % perdari hasil produksi bahan tambang dari total milyaran dollar
Amerika yang mampu dihasilkan tiap tahun produksinya.18
Ketimpangan dalam kontrak kerjasama tersebut juga dapat dilihat dari pendapatan
buruh dan karyawan Freeport Indonesia jika di bandingkan dengan karyawan Freeport di
negara lain. Di beberapa perusahaan Freeport yang terdapat di negara lain, sewajarnya
buruh pertambangan tersebut mampu mendapatkan 10-70 doalr per jamnya sedangkan
bagi buruh Freeport di Indonesia mereka hanya mendapatkan0,98-2 dolar Amerika per
jamnya.19 Jika dilihat dari angkanya, jumlah pendapatan tersebut pada dasarnya jauh
lebih banyak dari rata-rata pendapatan masyarakat di Indonesia. Namun kesetaraan
terhadap pegawai Freeport di negara lain adalah masalah utama yang semakin
meningkatkan dependensi yang menimbulkan konflik kelas dalam perusahaan ini. Di
samping itu, jika menggunakan standar hidup masyarakat Indonesia pada umumnya,
perbedaan pendapatan yang sangat timpang antar sesame buruh Freeport yang berbeda
negara juga tidak dapat dibenarkan. Hal ini dikarenakan, standar hidup di Papua untuk
kawasan sekitar Freeport saja sudah jauh lebih tinggi dari standar hidup orang Indonesia
kebanyakan dilihat dari harga bahan pokok yang di jual 5-10 % lebih tinggi dari bahan
pokok yang di jual di wilayah Jawa dan Sumatra.20

2.3 Kapitalisme yang terjadi dalam PT. Freeport Indonesia


Keengganan pemerintah untuk meninjau ulang kontrak kerjasama Indonesia
dengan Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc ("Freeport") menurut pendapat penulis
dipengaruhi oleh adanya sistem kapitalis bentukan Amerika Serikat tersebut. Hal ini juga
dibuktikan dengan menggunakan asumsi-asumsi dasar strukturalis dalam melihat
struktur dunia yang kapitalis serta pemikiran Wellerstrain melihat aktor-aktor dalam
hubungan internasional berdasarkan fungsinya dalam sistem kapitalis dunia.

18
Politikus PAN: Harusnya Royalti Freeport 6 %, diakses dari
http://nasional.vivanews.com/news/read/267665-politikus-pan--harusnya-royalti-freeport-6-, pada tanggal 7
Januari 2012 pukul 19.28 WIB.
19
Esther Samboh, Labor dispute at Freeport ‘may end soon’, diakses dari
http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/17/labor-dispute-freeport-may-end-soon.html, pada tanggal 7
januari 2012 pukul 21.11 WIB.
20
Harga bahan pokok papua, diakses dari http://beritadaerah.com/berita/papua/50222, pada tanggal 7 Januari
2012 pukul 22.12 WIB.

9
Viotti dan Kauppi dalan International Relation memaparkan empat asumsi realis
yang menurut penulis dapat memperlihatkan bentuk kapitalisme Amerika Serikat di
Indonesial. Asumsi pertama strukturalis menekankan pada adanya level analisa dalam
pendekatan ini. Menururtnya, dengan menggunakan struktur global sebagai level analisa
pendekatan ini, diharapkan pendekatan ini dapat melihat permasalahan di dunia dari
berbagai sudut pandanga. Menurut Asumsi ini, struktur global bersifat eksploitatif dan
memiliki hierarki berdasarkan kepemilikan modal.21
Jika dilihat dari masalah Freeport, struktur kapitalisme yang menurut Wallerstrein
bersifat eksploitatif hingga akhirnya pemihak modal mendapatkan keuntungan sebesar-
besaranya dari biaya produksi yang minim. Hal ini dilakukan oleh Freeport Indonesia di
tanah Papua, di mana eksploitasi berlebihan terlihat dari terus meningkatnya hasil
produksi pertambangan tiap tahunnya. Perusahaan Freeport Amerika tidak hanya
mengadakan peningkatan produksi tersebut secara terus menerus, namun juga
melakukan perluasan lahan pertambangan di wilayah Papua. Eksploitasi ini secara jelas
tela berdampak pada kondisi alam Papua yang rusak akibat limbah produksi dan
pengerukan yang dilakukan terus-menerus.
Di sisi lain, penekanan faktor produksi dilakukan melalui penekanan upah
karyawan perjamnya. Terdapat beberapa perbedaan antara karyawan Freeport dinegara
lain dengan Indonesia jelas menunjukan upaya penekanan faktor produksi yang
dilakukan oleh pihak perusahaan. Ketipangan juga terlihat jika dilakukan perbandingan
terhadap upah pegawai dalam negeri. Dalam hal ini tentunya besar upah yang didapatkan
oleh buruh kerja pada umumnya berbeda dengan para petinggi Freeport itu sendiri.
Namun yang menjadi perhatian adalah adanya “gap” yang besar antar karyawan Freeport
itu sendiri.22 Hal ini lah yang kemudian dapat memunculkan adanya hierarki akibat
kepemilikan modal dalam masalah
Asumsi kedua dari pemikiran strukturalis adalah Historical background. Seperti
yang telah coba diangkat oleh penulis pada sub-bab sebelumnya, Kapitalisme dalam
Freeport Indonesia dapat dilihat berdarkan perubahan politik yang terjadi dalam
pemerintahan Indonesia. Sejak tahun 1967, Indonesia telah mengalami lima jenis
pemerintahan dengan tujuan utama pemerintahan yang berbeda-beda. Akan tetapi dari
semua masa pemerintahan tersebut, belum ada pemerintahan yang berusaha meninjau
21
Viotti, P., & Kauppi, M. International Relation Theory, Fouth Ed. (New York:Pearson, 2010), hlm. 201.
22
Freeport-McMoRan Gaji diakses dari http://www.glassdoor.com/Salary/Freeport-McMoRan-Salaries-
E266.htm, pada tanggal 28 November 2011 pukul 15.23 WIB.

10
ulang kerjasama dengan Perusahaan Amerika Serikat ini. Padahal tanpa munculnya
konflik sporadis seperti apa yang terjadi sekarang ini, berbagai pelanggaran telah
dilakukan oleh pihak Freeport. Menurut laporan lembaga HAM pelanggaran HAM telah
sering terjadi di tanah Papua. Hal ini dilihat dari upaya penyelesaian bentrokan
masyarakat menggunakan kekuatan militer TNI yang sesungguhnya merupakan
wewenang dari aparat kepolisian setemapat saja. Akibatnya dalam penyelesaian masalah
tersebut, kepentingan politik lebih banyak terlihat dibandingkan kepentingan untuk
menciptakan stabilitas ekonomi.
Selanjutnya pendekatan strukturalis berasumsi akan adanya mekanisme dominasi
dalam sistem kapitalis dunai. Mekanisme ini pada dasarnya ingin memperlihatkan
pihak-pihak mana yang mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan pihak mana yang
lebih dirugikan. Dalam website resminya, PT Freeport Indonesia memperlihatkan list
panjang keuntungan yang didapatkan oleh Indonesia sebagai hasil dari kerjasama. 23
Namun sekali lagi daftar keuntunan tersebut semata-mata merupakan suatu bentuk
pembelaan dari perusahaan akan berbagai pelanggaran yang telah dilakukannya.
Pendapat penulis tersebut secara kasat mata dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi
maupun sosial dalam masyarakat Papua sendiri setelah 44 tahun berlangsungnya
kerjasama antara Perusahaan Amerika Serikat Tersebut dengan pemerintahan Indonesia.
Amerika Serikat sebagai pihak yang memiliki alat produksi seturut dengan
berbagai kebijakan yang telah dijalankan di tanah papua merupakan pihak yang
mengeksploitasi kekayaan alam di papua. Sayangnya eksploitasi tersebut juga dilakukan
Freeport melalui kebijakan pemberian upah yang masih dibawah standar dari perusahaan
internasional. Dengan demikian kita meilihat bagaimana keryawan dalam hal ini buruh
rendah merupakan kelompok yang termajinalisasikan dalam sistem kapitalis Freeport ini.
Pemikiran strukturalis dalam asumsinya yang terakhir kembali memberikan
tekanan pada sektor ekonomi sebagai supra struktur dalam kondisi sistem kapitalis dunia
ini. Dengan demikian semua aktor yang terlibat dalam sistem ini memiliki motif yang
sama yaitu motif ekonomi. Semua aktor yang terlibat akan berupaya mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya. Oleh karena itu, mereka yang memiliki power untuk
membuat ataupun mempengaruhi berbagai pembuatan kebijakan akan berusaha
mengarahkan dan membentuk berbagai kebijakan yang pro-liberalism. Kebijakan
Amrika Srikat sendiri semakin terlihat ketika dimasa konflik Papua ini, Amerika Serikat

23
Manfaat ekonomi PT. Freeport Indonesia, diakses dari http://www.ptfi.com/manfaat_ekonomi.asp , pada
tanggal 7 Januari 2012 pukul 20.34 WIB.

11
mengeluarkan rencananya untuk menempatkan Tentara Amerika di Daerah Darwin
Australia.

BAB III
Kesimpulan

Berdasarkan analisa kasus PT Freeport di Papua menggunakan beberapa konsep


Hubungan internasional tersebut, dapat disimpulkan bahwa kapitalisme Amerika Serikat
sungguh terjadi di wilayah Indonesia dengan adanya Perusahaan Pertambangan Amerika di
wilayah Papua. Hal ini dapat dilihat dari berbagai eksploitasi yang telah dilakukan
Perusahaan tersebut tidak hanya pada sumber daya alam Indonesia namun juga pada
masyarakat Indonesia pada umumnya. Meskipun keuntungan yang didapat terasa timpang
dan bahkan tidak memberikan banyak perubahan terhadap wilayah Papua pada umumnya,
kerjasama ini tetap memberikan kentungan bagi pihak-pihak tertentu sperti TNI dan
Pemerintah Daerah yang banyak mendapatkan sogokan atau “tambahan dana” dari pihak
Freeport. Hal ini berakibat pada adanya keengganan pihak-pihak tertentu untuk melakukan
peninjauan ulang kontrak kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat.
Pada dasarnya masalah yang paling mendasar dalam kasus ini adalah tingkat
dependensi Indonesia yang tinggi terhadap Amerika Serikat. Patut disadari, Freeport
merupakan perusahaan terbesar yang paling banyak menyerap tenaga kerja di wilayah Papua.
Oleh karena itu, selama peranan pemerintah dalam melakukan pembangunan ekonomi yang
merata di Papua, masalah yang terjadi di Papua sekarang ini tidak akan selesai karena adanya
berbagai kepentingan pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari adanya Freeport tersebut.
Pihak-pihak yang memiliki akses yang sangat kuat dalam penentuan kebijakan terutama di
wilayah Papua tersebut dalam struktur kapitalis juga akan mempertahankan keuntungan
dengan tetap mempertahankan sistem yang ada sekarang. Untuk memperbaiki kondisi ini,
penulis melihat perlu adanya penataan ulang sistem pemerintahan di Papua, dengan menarik
sistem otonomi daerah yang diserahkan kepada Papua sampai adanya perubahan dalam
sistem pemerintahan yang baru. Papua sebagai wilayah Indonesia yang masih mengalami
ketertinggalan dari wilayah Indonesia lainnya, seharusnya tidak di berikan otonomi khusus
yang hanya akan membentuk dependensi baru antara Papua dengan pihak lain yang dianggap
mampu memenuhi kebutuhan di wilayah Papua, dalam hal ini Amerika Serikat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Viotti, P., & Kauppi, M. (2010). International Relation Theory, Fouth Ed. New York:Pearson.

Wallerstein, Immanuel. (1974). The modern World System I: Capitalist Agriculture and the Origins of the
European World-Economy in the Sixteenth Century. New York: Academic Press.

Wallerstein, Immanuel. (1979). The Capitalist World Economy. Cambridge, England: Cambridge University
Press.

Daftar jurnal
Daniel Chirot and Thomas D. Hall, WORLD-SYSTEM THEORY, (Annual Reviews, 1982) diakses dari
http://www.jstor.org/stable/2945989.

James Petras, Dependency and World System Theory: A Critique and New Directions, diakses dari
http://www.jstor.org/stable/2633477.

Daftar website
Manfaat Ekonomi bagi Indonesia, diakses dari http://www.ptfi.com/others/FAQ.asp.

PT Freeport Indonesia, Riwayat Proyek, diakses dari http://www.ptfi.com/about/history.asp.

Pencaplokan Tanah Adat, HAM, dan Orang Amungme, diakses dari


http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/27/nas14.htm

McDonald's Corporation Political Contributions Policy, diakses dari


http://www.politicalaccountability.net/index.php?ht=a/GetDocumentAction/i/5266.

Freeport strikers accused of hurting investment in Indonesia , diakses dari


http://news.xinhuanet.com/english/world/2011-12/12/c_131301574.htm.

Workers return to Freeport's Indonesia gold mine, diakses dari


http://www.msnbc.msn.com/id/45786395/ns/business/t/workers-return-freeports-indonesia-gold-mine/.

Manfaat ekonomi bagi Indonesia, diakses dari http://www.ptfi.com/others/FAQ.asp.

Politikus PAN: Harusnya Royalti Freeport 6 %, diakses dari http://nasional.vivanews.com/news/read/267665-


politikus-pan--harusnya-royalti-freeport-6-.

Esther Samboh, Labor dispute at Freeport ‘may end soon’, diakses dari
http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/17/labor-dispute-freeport-may-end-soon.html.

Harga bahan pokok papua, diakses dari http://beritadaerah.com/berita/papua/50222.

Freeport-McMoRan Gaji diakses dari http://www.glassdoor.com/Salary/Freeport-McMoRan-Salaries-E266.htm.

Manfaat ekonomi PT. Freeport Indonesia, diakses dari http://www.ptfi.com/manfaat_ekonomi.asp.

13
14

Anda mungkin juga menyukai