Anda di halaman 1dari 7

PROBLEM DAN PENDEKATAN PERENCANAAN TRANSPORTASI &

STUDI KASUS KERUGIAN DI BIDANG EKONOMI (KOTA PAPUA)

DISUSUN OLEH :

NAMA : MOH RISWANDHA IMAWAN


STAMBUK: F23122123
KELAS C

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2024
Pendahuluan
Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan modern yang
mempengaruhi mobilitas dan kualitas hidup penduduk. Namun, perkembangan transportasi juga
memberikan dampak negatif seperti kemacetan, polusi udara, dan konsumsi energi yang tinggi.
Oleh karena itu, perencanaan transportasi yang efektif dan berkelanjutan sangat penting untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut.

Pendekatan Perencanaan Transportasi:


Studi Kebutuhan Transportasi: Pendekatan pertama dalam perencanaan transportasi adalah
melakukan studi mendalam mengenai kebutuhan transportasi di suatu wilayah. Ini melibatkan
identifikasi jumlah penduduk, lokasi pusat-pusat aktivitas, pola perjalanan, dan jenis moda
transportasi yang paling digunakan.
Pengembangan Infrastruktur: Berdasarkan studi kebutuhan transportasi, perencanaan harus
memperhitungkan pengembangan infrastruktur yang mendukung mobilitas yang lancar. Ini
mencakup pembangunan jalan, jembatan, jalur kereta api, terminal transportasi, dan fasilitas parkir
yang memadai.
Peningkatan Transportasi Publik: Dalam upaya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
dan mempromosikan transportasi berkelanjutan, perencanaan transportasi harus fokus pada
peningkatan transportasi publik. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan jaringan bus, kereta
api, dan layanan angkutan umum lainnya serta menyediakan fasilitas yang nyaman dan aman bagi
penumpang.
Penggunaan Teknologi: Perencanaan transportasi yang modern juga memanfaatkan
teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan. Penggunaan sistem informasi geografis
(GIS), aplikasi mobile untuk informasi perjalanan, dan sistem pengelolaan lalu lintas cerdas (smart
traffic management systems) dapat membantu mengoptimalkan penggunaan infrastruktur
transportasi yang ada.
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca: Perencanaan transportasi juga harus
memperhitungkan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor. Ini bisa dilakukan dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik, mengoptimalkan
rute perjalanan, dan promosi transportasi berkelanjutan lainnya. Permasalahan transportasi bukan
saja menyangkut pada kenyamanan sistem transportasi yang terganggu (kepadatan, kemacetan,
keterlambatan, parkir dll.), Meningkatnya pencemaran lingkungan melalui meningkatnya gas
buang dari kendaraan bermotor pemborosan energi yang sia-sia.
Jadi permasalahan transportasi merupakan suatu permasalahan kompleks yan melibatkan
banyak aspek, pihak dan sistem yang terkait sehingga dalam pemecahan permasalahan tersebut
memerlukan suatu pemecahan yang comprehensive dan terpadu yang melibatkan semua unsur dan
aktor dalam pembangunan kota.

PENDEKATAN MELALUI SISTEM KEGIATAN:


Konsep perencanaan kota-kota di Indonesia yang tertuang dalam bentuk RTRW, RUTRK,
RDTRK, RTRK dan lain-lain, mulai dari tingkat SWP,BWK, Blok, sub blok sampai pada hirarki
pelayanan yang lebih kecil. Perencanaan ini telah memperhatikan hirarki pelayanan umum yang
tentunya dengan memperhatikan faktor kegiatan pergerakan penduduknya secara minimal pula.
1. Mengapa guna lahan perlu ditata?
• Antar guna lahan yang berdekatan agar tidak saling menganggu (misal: industri dekat
permukiman; tempat pembuangan sampah akhir dekat permukiman).
• Guna lahan berdekatan dapat saling menunjang; dan guna lahan tertentu berlokasi lebih tepat
(misal: perdagangan di pusat kota, sedangkan permukiman di sekitarnya agar belanja sama
dekatnya dari semua asal
perjalanan).
• Pengaturan sebaran guna lahan sedemikian rupa sehingga mempunyai pengaruh (beban) terbaik
bagi transportasi.

Teori Eksplanatoris tata guna lahan


Eksplanatoris dalam arti penjelasan terhadap perkembangan empiri (fakta) yang bersumber dari
teori.
a. Teori Klasik guna lahan (Alonso 1960): bersumber pada teori ekonomi yaitu interaksi nilai lahan
dan penggunaan lahan (antara permintaan dan penyediaan).
b. Teori guna lahan yang berorientasi ke Transportasi (Wingo 1961) berbasis teori ekonomi yaitu
keseimbangan antara kemampuan membayar transportasi dengan nilai lahan (akibat fungsi jarak
ke pusat kota). Yang jauh, nilai lahan murah tapi biaya angkutan mahal.
c. Teori nilai sosial (Walter Firey 1947) bahwa lahan tdk hanya dilihat secara ekonomis tapi juga
nilai sosial, rasa (taste) dan simbol. Meskipun jauh dari kota bisa mahal karena sudah jadi simbol
perumahan orang kaya.
STUDI KASUS KERUGIAN DI BIDANG EKONOMI (KOTA PAPUA)

Problem dan pendekatan perencanaan transportasi seringkali berkaitan dengan berbagai


aspek, termasuk kepadatan lalu lintas, efisiensi transportasi, keamanan, aksesibilitas, dan
keberlanjutan lingkungan.
Perencanaan transportasi adalah bagian penting dari pembangunan kota, terutama di kota-
kota yang sedang berkembang seperti Kota Papua. Transportasi yang efisien dan terorganisir
dengan baik dapat memberikan manfaat besar bagi ekonomi kota dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, jika tidak direncanakan dengan baik, transportasi dapat menjadi sumber masalah yang
berdampak negatif pada ekonomi dan kehidupan sehari-hari penduduk.
BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia merilis data mengenai kemiskinan di Kota Papua pada
tahun 2021. Data ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah penduduk miskin di Kota
Papua sebesar 0,13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), beberapa faktor penyebab kerugian di
bidang ekonomi Kota Papua antara lain:
1. Keterbatasan Infrastruktur: Salah satu faktor utama adalah keterbatasan infrastruktur di
Kota Papua. Infrastruktur yang kurang memadai seperti jalan, transportasi, dan sarana
pendukung lainnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengakibatkan
kerugian bagi pelaku usaha.
2. Kondisi Geografis: Wilayah Kota Papua yang terletak di daerah yang terisolasi dan sulit
dijangkau juga menjadi faktor penyebab kerugian. Hal ini menyulitkan distribusi barang
dan jasa, serta meningkatkan biaya transportasi yang dapat mempengaruhi harga barang.
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia: Keterbatasan tenaga kerja yang berkualitas dan
terampil juga menjadi faktor penyebab kerugian di bidang ekonomi Kota Papua. Hal ini
dapat menghambat produktivitas dan inovasi dalam berbagai sektor ekonomi.
4. Keterbatasan Akses Keuangan: Akses terhadap fasilitas keuangan seperti bank dan
lembaga keuangan lainnya juga menjadi kendala bagi pelaku usaha di Kota Papua.
Keterbatasan ini dapat menghambat pertumbuhan usaha dan investasi.
5. Kondisi Alam dan Lingkungan: Faktor alam seperti bencana alam, cuaca ekstrem, dan
perubahan iklim juga dapat menyebabkan kerugian di bidang ekonomi Kota Papua.
Misalnya, bencana alam dapat menghancurkan infrastruktur dan mengganggu produksi
pertanian.
6. Perubahan Kebijakan Pemerintah: Perubahan kebijakan pemerintah, baik di tingkat lokal
maupun nasional, juga dapat menjadi faktor penyebab kerugian di bidang ekonomi.
Kebijakan yang tidak konsisten atau tidak mendukung pertumbuhan usaha dapat
menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan memahami faktor-faktor ini, diharapkan pemerintah dan para pemangku


kepentingan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kondisi
ekonomi di Kota Papua.
Teori Pertumbuhan Ekonomi: Salah satu teori yang relevan adalah teori pertumbuhan
ekonomi yang mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan melalui
peningkatan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, dan teknologi. Dalam konteks
Kota Papua, penerapan teori ini bisa berarti meningkatkan investasi dalam infrastruktur,
pendidikan, dan penelitian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Menurut teori ekonomi, terdapat beberapa pendekatan dan konsep yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah di bidang ekonomi Kota Papua
Pendekatan Pembangunan Manusia: Teori ini menekankan pentingnya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, kesehatan, dan keterampilan. Dengan
meningkatkan kualitas manusia, diharapkan akan tercipta tenaga kerja yang lebih produktif
dan mampu berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Pendekatan Infrastruktur:
Pembangunan infrastruktur yang memadai menjadi kunci dalam meningkatkan konektivitas
dan efisiensi dalam perekonomian. Teori ini mengemukakan bahwa investasi dalam
infrastruktur seperti jalan, transportasi, listrik, dan telekomunikasi akan membuka peluang
investasi, meningkatkan produktivitas, dan memperluas akses pasar. Pendekatan Kemitraan
Publik-Privat (Public-Private Partnership/PPP): Konsep ini menggabungkan sumber daya dan
keahlian dari sektor publik dan swasta untuk mengatasi masalah di bidang ekonomi. Melalui
PPP, pemerintah dapat menggandeng sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur,
pengembangan sektor usaha, dan pemberian layanan publik. Pendekatan Pengembangan
Sektor Unggulan: Fokus pada pengembangan sektor-sektor yang memiliki potensi unggul dan
kompetitif. Teori ini menekankan pentingnya identifikasi sektor-sektor yang memiliki
keunggulan komparatif, seperti pertanian, perikanan, pariwisata, atau industri kreatif, dan
mengalokasikan sumber daya untuk pengembangan sektor-sektor tersebut. Pendekatan
Keberlanjutan Lingkungan: Konsep ini menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan
lingkungan dalam pembangunan ekonomi. Dengan memperhatikan aspek lingkungan,
diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkelanjutan tanpa merusak
sumber daya alam dan lingkungan. Pendekatan Inklusi Keuangan: Teori ini menekankan
pentingnya akses terhadap layanan keuangan bagi masyarakat, terutama yang berada di daerah
terpencil atau perdesaan.
Dengan meningkatkan akses terhadap layanan keuangan seperti tabungan, kredit, dan
asuransi, diharapkan masyarakat dapat lebih mudah mengembangkan usaha dan
meningkatkan kesejahteraan.
Dengan menerapkan pendekatan-pendekatan di atas sesuai dengan konteks dan kondisi
Kota Papua, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah di bidang ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing.
Problem Transportasi di Kota Papua

1. Kepadatan Lalu Lintas: Kota Papua mengalami masalah kepadatan lalu lintas yang
seringkali mengakibatkan kemacetan parah, terutama pada jam-jam sibuk.
2. Kurangnya Infrastruktur: Beberapa daerah di Kota Papua masih kurang memiliki
infrastruktur transportasi yang memadai, seperti jalan yang rusak atau kurangnya
transportasi umum.
3. Keterbatasan Aksesibilitas: Beberapa wilayah di Kota Papua sulit dijangkau dengan
transportasi umum, menyebabkan isolasi dan kesulitan bagi penduduk untuk beraktivitas.
Pendekatan Perencanaan Transportasi
1. Penyusunan Rute Transportasi: Perencanaan rute transportasi yang efisien dan
terintegrasi dapat membantu mengurangi kepadatan lalu lintas dan memaksimalkan
pemanfaatan jaringan transportasi yang ada.
2. Pengembangan Infrastruktur: Investasi dalam pengembangan infrastruktur
transportasi, termasuk perbaikan jalan dan penambahan transportasi umum, dapat
meningkatkan aksesibilitas dan mengurangi waktu perjalanan.
3. Penggunaan Teknologi: Implementasi teknologi dalam transportasi seperti sistem
transportasi cerdas (smart transportation) dan aplikasi untuk transportasi online dapat
membantu mengoptimalkan penggunaan transportasi.

Studi Kasus: Kerugian di Bidang Ekonomi Kota Papua


Salah satu studi kasus kerugian ekonomi yang disebabkan oleh masalah transportasi di Kota
Papua adalah sebagai berikut:
Kasus: Penurunan Produktivitas Usaha Kecil Menengah (UKM)

a. Penyebab: Kemacetan lalu lintas yang seringkali membuat para pelaku usaha kecil dan
menengah kesulitan dalam mengirimkan barang atau bahan baku, serta sulitnya akses ke pasar
atau tempat produksi.

b. Dampak:

1. Keterlambatan pengiriman barang menyebabkan penurunan kepuasan pelanggan dan risiko


kehilangan pasar.
2. Biaya operasional yang meningkat akibat penggunaan bahan bakar yang lebih banyak saat
terjebak dalam kemacetan.
3. Keterbatasan akses ke pasar potensial menghambat pertumbuhan bisnis UKM.
c. Solusi:
1. Peningkatan aksesibilitas melalui perbaikan jalan atau penyediaan transportasi umum yang
lebih efisien.
2. Penyediaan layanan pengiriman barang yang terorganisir dan terjadwal.
3. Pelatihan bagi pelaku UKM untuk memanfaatkan teknologi dalam manajemen stok dan
pengiriman.

Kesimpulan
Perencanaan transportasi yang baik adalah kunci untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat di Kota Papua. Dengan pendekatan yang tepat, masalah transportasi dapat diatasi, dan
kerugian ekonomi akibat kendala transportasi dapat diminimalkan. Investasi dan kerjasama antara
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci dalam mencapai transportasi yang
efisien dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai