Anda di halaman 1dari 16

SISTEM AKUNTANSI BIAYA STANDAR (STANDARD

COSTING) – OVERHEAD STANDARD COST, TARGET


COSTING

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Nur Hidayat 46122108

Rizal 46122118

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya sehingga makalah kami yang berjudul “Sistem Akuntansi Biaya Standar
(Standard Costing) – Overhead Standard Cost, Target Costing” ini dapat selesai
tepat waktu.

Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembuat dan yang membaca.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembuat dan
pembaca.

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami ambil pada makalah
ini, mohon maaf. Kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
kami bisa membuat karya makalah yang lebih baik dan sempurna.

Makassar, Februari 2024

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

A. KONSEP DASAR .................................................................................. 1


1. Pengertian Standard Costing ............................................................. 1
2. Pengertian Target Costing ................................................................. 1
3. Konsep Target Costing ...................................................................... 2
B. URAIAN .................................................................................................. 3
1. Kegunaan standard costing................................................................ 3
2. Prosedur penentuan biaya standar ...................................................... 3
3. Analisis selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar .................... 5
4. Karateristik target costing.................................................................. 7
5. Langkah-langkah target costing ........................................................ 8
6. Perbedaan standard costing dan target costing ................................. 9
C. STUDI KASUS ....................................................................................... 10
D. RANGKUMAN ...................................................................................... 11
E. PERTANYAAN DISKUSI .................................................................... 12
F. DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................ 13

iii
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Standard Costing
Menurut Riwadi (2014: 331), biaya standar menggunakan metode
penghitungan biaya standar untuk menghitung biaya produksi dengan
mempertimbangkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik.
Sistem biaya standar adalah sistem akuntansi biaya informasi yang
diolah sedemikian rupa, manajemen dapat mendeteksi aktivitas dimana
biaya internal perusahaan menyimpan dari standar biaya yang ditentukan .
Sistem akuntansi biaya ini mencatat biaya yang harus dikeluarkan, dan
memberikan perbandingan antara biaya standar dan biaya actual dan
memberikan analisis deviasi aktual antara biaya dan standar biaya.
2. Pengertian Target Costing
Target costing memiliki kecenderungan reduksi biaya (cost reduction)
yang ditekankan pada tahap perencanaan dan desain. Menurut Supriyono
(2002), target costing adalah suatu sistem untuk mendukung proses
pengurangan biaya dalam tahap pengembangan dan perencanaan produk
tertentu, perubahan modal secara penuh ataupun perubahan modal secara
teratur.
Target costing sering disebut cost planning atau cost project untuk
mengurangi biaya produk secara keseluruhan sepanjang daur hidup produk
yang bersangkutan. Dalam penerapannya, target costing memerlukan
interaksi yang efektif antara departemen produksi, perekayasaan, riset dan
pengembangan, pemasaran, dan bagian akuntansi. Konsep target costing
ini bertujuan untuk mengurangi biaya produk sehingga memungkinkan
perusahaan untuk mencapai pangsa pasar dari target laba yang diinginkan.
Penerapan target costing tidak hanya berlaku pada produk yang baru, tetapi
juga berlaku pada produk yang sedang berjalan dengan metode yang
disebut dengan perekayasaan nilai (Value engineering/VE).

1
3. Konsep Target Costing
Proses target costing tidak hanya sekedar menentukan target biaya,
tetapi termasuk cara mencapai biaya dan mendapatkan kualitas produk
yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Proses target costing juga
merupakan proses manajemen bisnis multifungsi yang dapat diterapkan
melalui siklus hidup produk. Penerapan target costing juga memerlukan
pemahaman dan implementasi praktik-praktik terbaik dalam proses
tersebut, yang dapat diperoleh dengan cara benchmarking. Dalam proses
tersebut juga diperlukan adanya pengembangan kerjasama yang baik dari
berbagai divisi, perencanaan, dan koordinasi yang baik dalam internal
perusahaan.
Menurut Tunggal (2001), terdapat empat kunci sukses yang perlu
dipertimbangkan oleh manajemen yang akan menggunakan target costing:
a. Internal examination
Sebagai langkah awal, perusahaan akan memahami aktivitas-
aktivitasnya, baik yang sedang berjalan maupun yang akan dilakukan
di masa yang akan datang.
b. External analysis
Analisis ini akan membantu perusahaan dalam menentukan kebutuhan
konsumen, keterbatasan pasar, produk pesaing, dan lain-lain.
c. The process design
Tahap ini meliputi value engineering, continuous improvement, dan
kolaborasi supplier.
d. Performance evaluation
Sebagai tahap akhir, evaluasi kinerja baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif merupakan factor penting dalam manajemen target
costing. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menghindarkan faktor-
faktor yang berkaitan dengan aktivitas produksi.

2
B. URAIAN
1. Kegunaan standard costing
Charter (2009:158) menjelaskan sistem pengisian standar biaya
digunakan bersama dengan penghitungan biaya berbasis proses dan
penghitungan biaya berbasis pesanan. Perhitungan standard costing
biasanya digunakan dalam pehitungan biaya berbasis proses.
Penghitungan standard costing juga dapat ditemukan dalam
penghitungan biaya kustom.
Standard costing membantu perencanaan dan pengendalian
operasional. Biaya standar memberukan wawasan tentang efek ini.
Mungkin ada biaya dan keuntungan karena keputusan yang dibuat.
Biaya standar dapat digunakan untuk:
a. Tetapkan anggaran;
b. Kontrol biaya dengan memotivasi karyawan dan mengukur
efisiensi operasional;
c. Sederhanakan prosedur penghitungan biaya dan percepat pelaporan
pengeluaran;
d. Membebankan biaya untuk bahan baku, barang dalam proses dan
persediaan barang jadi;
e. Penentuan harga kontrak dan harga jual.
2. Prosedur penentuan biaya standar
Menurut Mulyadi (1992:419), prosedur penetuan biaya standar
dibagi ke dalam 3 bagian meliputi biaya bahan baku standar, biaya
tenaga kerja standar, dan biaya overhead pabrik standar.
a. Biaya bahan baku standar
Biaya bahan baku standar terdiri dari kuantitas standar dan
harga standar. Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari
penetapan spesifikasi produk baik mengenai ukuran, bentuk, warna,
karakteristik pengolahan produk, maupun mutunya. Dari spesifikasi
ini kemudian dibuat kartu bahan baku yang berisi spesifikasi dan

3
jumlah tiap-tiap jenis bahan baku yang akan diolah menjadi produk
jadi.
Kuantitas standar bahan baku ditentukan dengan penyelidikan
teknis atau dengan analisis catatan masa lalu. Sedangkan,
penentuan harga standar umumnya dari daftar harga pemasok,
katalog, atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang
tersedia berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga di
masa depan.
b. Biaya tenaga kerja standar
Biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur yaitu jam
tenaga kerja standar dan tarif upah standar. Syarat mutlak
berlakunya jam tenaga kerja standar adalah:
1) Tata letak pabrik yang efisien dengan peralatan yang modern
sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan
biaya yang minimum;
2) Pengembangan staff perencanaan produksi, routing,
scheduling, dan dispatching agar supaya aliran produksi lancar
tanpa terjadi penundaan dan kesimpangsiuran;
3) Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik sehingga
tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi;
4) Standardisasi kerja karyawan dan metode-metode kerja dengan
instruksi-instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan
sehingga proses produksi dapat dilaksanakan di bawah kondisi
yang paling baik.
Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara:
1) Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu
pekerjaan dan kartu harga pokok periode yang lalu;
2) Membantu test-run operasi produksi di bawah keadaan normal
yang diharapkan;
3) Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja
karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan;

4
4) Mengadakan taksiran yang wajar didasarkan pada pengalaman
dan pengetahuan operasi produksi dan produk.
Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai
kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang
diperlukan dan rata-rata tarif upah per jam yang diperkirakan akan
dibayar.
c. Biaya overhead pabrik standar
Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya
overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal. Agar supaya
tarif overhead standar ini bermanfaat untuk pengendalian biaya,
maka tarif ini harus dipisahkan ke dalam tetap dan variable. Untuk
pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar,
perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk
beberapa kisaran kapasitas.
3. Analisis selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar
Menurut Usry dan Hammer (1992:100), untuk setiap jenis bahan
langsung, operasi pekerja, maupun overhead pabrik yang
didepartementalisasi, biaya actual diukur atau dibandingkan terhadap
biaya standar sehingga kemungkinan besar akan menyebabkan adanya
perbedaan. Perbedaan ini akan dianalisis dan diidentifikasi sebagai
selisih biaya standar. Apabila biaya aktual melebihi biaya standar
selisih ini disebut “tidak menguntungkan” karena hal itu akan
memperkecil laba. Sebaliknya, jika biaya standar lebih besar daripada
biaya aktual, selisihnya disebut “menguntungkan” karena akan
memperbesar laba. Dalam menjalankan pengendalian, manajer harus
menentukan sebab-sebab terjadinya selisih dalam jumlah besar dengan
menyelidiki keadaan yang mengakibatkannya. Berikut ini adalah
penjabaran masing-masing selisih:
a. Selisih bahan baku langsung
Selisih bahan baku dibagi menjadi selisih kuantitas dan selisih
harga

5
1) Selisih kuantitas
Perbedaan antara kuantitas sesungguhnya dari bahan baku
langsung yang dipergunakan dengan kuantitas standar yang
disyaratkan, dikalikan dengan biaya standar per unit. Kuantitas
standar yang disyaratkan adalah kuantitas bahan baku langsung
yang telah ditentukan di muka yang seharusnya dikeluarkan
untuk satu unit barang jadi dikalikan dengan jumlah unit yang
diproduksi. Persamaan untuk selisih kuantitas bahan baku
langsung adalah sebagai berikut:
Selisih kuantitas bahan baku langsung = [ kuantitas
sesungguhnya – kuantitas standar ] x harga per unit standar.
2) Selisih harga
Perbedaan antara biaya per unit sesungguhnya dengan biaya
per unit standar dari bahan baku yang dibeli, dikalikan dengan
kuantitas sesungguhnya yang dibeli. Persamaan untuk selisih
harga bahan baku adalah sebagai berikut:
Selisih harga bahan baku = [harga per unit sesungguhnya-harga
per unit standar] x kuantitas sesungguhnya yang di beli.
b. Selisih biaya tenaga kerja
Selisih biaya tenaga kerja meliputi selisih efisiensi dan tarif upah.
1) Selisih efesiensi
Selisih efesiensi adalah perbedaan antara jumlah jam tenaga
kerja langsung sesungguhnya yang digunakan dan jumlah jam
tenaga kerja langsung standar yang disyaratkan, dikalikan
dengan tarif upah tenaga kerja standar. Jam standar yang
disyarakatan adalah merupakan jumlah jam tenaga kerja
langsung yang seharusnya diperlukan dalam produksi satu unit
barang jadi, dikalikan dengan jumlah unit yang diproduksi.
Berikut persamaan selisih efisiensi tenaga kerja langsung.
Selisih efesiensi TKL= [ jumlah jam sesungguhnya-jumah jam
standar yang disyaratkan] x tarif upah standar

6
2) Selisih tarif
Selisih tarif adalah perbedaan antara tarif upah kerja yang
sesungguhnya dengan tarif upah kerja standar, dikalikan dengan
jumlah jam kerja yang sesungguhnya yang dipergunakan. Disini
jumlah jam kerja sesungguhnya yang dipergunakan dipakai dan
bukan jumlah jam kerja standar yang disyaratkan, karena kita
menyelidiki perbedaan biaya yang terjadi karena adanya
perubahan tarif upah kerja. Persamaan selisih tarif tenaga kerja
adalah sebagai berikut:
Selisish tariff TKL = [ tarif upah sesungguhnya – tarif upah
standar ] x jumlah jam kerja sesungguhnya.
c. Selisih biaya overhead pabrik
Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya
overhead yang dibudgetkan pada kapasitas normal. Selisih biaya
overhead pabrik merupakan selisih antara overhead pabrik
sebenarnya dengan biaya overhead pabrik standar yang terjadi pada
tingkat produksi yang ingin dicapai.
4. Karakteristik target costing
Target costing mempunyai karakteristik sebagai berikut (Supriyono,
2002):
a. Target costing ditetapkan dalam tahap pengembangan dan
perencanaan. Taget costing ini berbeda dari system pengendalian
biaya standar yang diterapkan dalam tahap produksi.
b. Target costing bukan merupakan metode manajemen untuk
pengendalian biaya dalam pemikiran tradisional, tetapi salah satu
tujuannya adalah mengurangi biaya.
c. Dalam proses penentuan target costing, banyak metode ilmu
manajemen yang digunakan, sebab tujuan manajerial penentuan
target costing meliputi teknik-teknik pengembangan dan
perencanaan produk.

7
d. Kerja sama departemen diperlukan dalam melaksanakan target
costing.
e. Target costing lebih sesuai dalam produksi produk ganda kecil
daripada perusahaan memproduksi beberapa produk besar.
Keberadaan target costing berpengaruh pada perencanaan
produk. Oleh karena itu, perhitungan target costing tidak hanya dari
segi internal perusahaan tetapi juga dari eksternal perusahaan. Salah
satu contoh dari sudut eksternal adalah pangsa pasar dan value
chain.
5. Langkah-langkah perhitungan target costing
Menurut Aprianty (2010), terdapat tiga langkah dalam menghitung
target costing:
a. Menentukan Allowable Cost
Untuk melaksanakan target costing, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menetapkan allowable cost. Allowable cost adalah
jumlah biaya yang diperkenankan oleh perusahaan yang didapat
dari selisih antara harga jual dengan laba yang diinginkan oleh
perusahaan.
Allowable cost = Target Selling Price – Target Profit Margin
Dimana :
 Target Selling Price: harga jual produk yang dapat diterima
konsumen. Harga ini didapatkan oleh manajemen
berdasarkan analisis pasar
 Target Profit Margin: profit yang diinginkan oleh
perusahaan, manajemen biasanya menentukan profit
berdasarkan harapan tingkat pengambilan atas modal yang
ditanam perusahaan tersebut dalam pertimbangan kondisi
ekonomi.
b. Menentukan Drifting Cost
Setelah diketahui besarnya allowable cost, langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah menghitung drifting cost. Drifting cost

8
adalah penjumlahan biaya bahan baku, biaya proses, dan biaya lain-
lain yang diperkirakan akan terjadi untuk memproduksi produk
yang bersangkutan. Drifting cost merupakan biaya yang diestimasi
berdasarkan biaya produk yang sedang berjalan. Untuk menghitung
biaya taksiran ini, harus dihitung pula semua biaya yang akan
dikeluarkan untuk produk tersebut, baik biaya produksi maupun
non produksi. Biaya yang terjadi mulai dari pembuatan produk
sampai dengan pemasaran dan administrasi yang berhubungan
dengan penjualan dan produksi.
c. Value Engineering
Perekayasaan nilai (Value Engineering) merupakan suatu aktivitas
yang diperlukan untuk menganalisa apakah komponen-komponen
dalam suatu produk dapat dikurangi biayanya tanpa mengurangi
fungsi atau kualitas produk yang bersangutan. Perekayasan nilai
bertujuan untuk mengurangi jumlah drifting cost sampai dapat
menyamai atau bahkan kurang dari allowable cost.
6. Perbedaan antara Standard Costing dan Target Costing
Standar costing dan target costing memang berhubungan dan
mempunyai kesamaan satu sama lain. Namun, ternyata terdapat
perbedaan yang amat mendasar. Standar costing adalah kalkulasi biaya
yang membebankan objek biaya berdasarkan estimasi yang beralasan
dan melalui tarif yang dianggarkan sesuai dengan biaya sesungguhnya.
Standar costing dapat dibentuk tanpa ada campur tangan pihak
eksternal, hanya berdasarkan pihak internal perusahaan saja.
Dalam menentukan target costing, perusahaan harus memperhatikan
analisis internal dan eksternal perusahaan.
Target costing secara konseptual berbeda dengan standard costing.
Standar costing memiliki tujuan meminimalkan perbedaan antara biaya
yang dibebankan dan biaya sesungguhnya pada tahap produksi. Pada
target costing, selain meminimalkan perbedaan biaya sesungguhnya
dengan yang dibebankan, perusahaan juga harus mempertimbangkan

9
berbagai sudut pandang yang terdiri dari konsumen dan pesaing dalam
rangka pengendalian biaya dan memenuhi laba yang diinginkan.
Perbedaan standard costing dan target costing
No Standard costing Target costing
1 Penetapannya berdasarkan Penetapannya berdasarkan
analisis internal dari proses analisis internal dan
manufaktur eksternal (pasar dan
pesaing).
2 Penetapan standar mengacu Harga pasar – mark up (laba)
pada perekayasaan. Biaya yan diinginkan = biaya yang
standar + mark up (laba) = diperkenankan (allowable
harga jual cost).
3 Diterapkan pada tahap Diterapkan pada tahap
produksi pengembangan dan
perenanaan produk
4 Hanya menekankan pada Meneankan pada penentuan
penentuan dan penapaian dan pencapaian target cost
standard cost dan mendorong untuk
mengurangi biaya

C. STUDI KASUS
Perhitungan biaya standar ini menggunakan satuan ukur berupa meter
kubik (m3). Volume produksi standar yang digunakan adalah 18000 m3 per
bulan (30 hari) dengan jam kerja selama delapan jam yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan kepala lapangan. Proses penentuan durasi dari
setiap biaya-biaya standar ini ditentukan oleh manajemen yaitu perkiraan
biaya standar tahun 2017. Setelah biaya standar diketahui, dilanjutkan
dengan analisa selisih antara biaya standard dan biaya aktual yang telah
dihitung ulang untuk mencari besarnya selisih pada biaya perusahaan.

10
D. RANGKUMAN
1. Menurut Riwadi (2014: 331), biaya standar menggunakan metode
penghitungan biaya standar untuk menghitung biaya produksi dengan
mempertimbangkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik.
2. Target costing adalah suatu sistem untuk mendukung proses
pengurangan biaya dalam tahap pengembangan dan perencanaan
produk tertentu, perubahan modal secara penuh ataupun perubahan
modal secara teratur.
3. Menurut Tunggal (2001), terdapat empat kunci sukses yang perlu
dipertimbangkan oleh manajemen yang akan menggunakan target
costing:
a. Internal examination
b. External analysis
c. The process design
d. Performance evaluation
4. Menurut Mulyadi (1992:419), prosedur penetuan biaya standar dibagi
ke dalam 3 bagian meliputi biaya bahan baku standar, biaya tenaga
kerja standar, dan biaya overhead pabrik standar.
5. Dalam menjalankan pengendalian, manajer harus menentukan sebab-
sebab terjadinya selisih dalam jumlah besar dengan menyelidiki
keadaan yang mengakibatkannya. Dimana selisih ini terdiri dari, selisih
bahan baku langsung, selisih biaya tenaga kerja, dan selisih overhead
pabrik.
6. Menurut Aprianty (2010), terdapat tiga langkah dalam menghitung
target costing:
a. Menentukan Allowable Cost
b. Menentukan Drifting Cost
c. Value Engineering

11
E. PERTANYAAN DISKUSI
1. Bagaimana system akuntansi biaya standar mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam perushaan terutama dalam hal
perencanaan anggaran dan penetapan harga produk?
2. Mengapa perusahaan memerlukan penerapan metode target costing ?
Jawaban:
1. Perencanaan anggaran: Dengan menggunakan system akuntansi
biaya standar, perusahaan dapat membuat perkiraan biaya yang
lebih akurat untuk produksi dan operasi. Ini memungkinkan
manajemen untuk merencanakan anggaran dengan lebih baik,
mengidentifikisi area-area dimana biaya aktual melebihi atau
kurang dari standar yang ditetapkan.
Penetapan harga produk: System akuntansi biaya standar
memungkinkan perusahaan untuk menghitung biaya standar
produksi untuk setiap unit produk, dengan mengetahui biaya
standar ini perusahaan dapat menetapkan harga jual kompetitif dan
menguntungkan.
2. Target costing diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam rangka pengurangan biaya (cost reduction), yang pada
akhirnya akan membawa dampak terhadap tingkat harga yang
kompetitif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adinegara Rian Revianto (2014). Target Costing untuk Produk


Almari pada UD Mulya. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Atma Jaya Yogyakarta. https://e-journal.uajy.ac.id

Widiastuti Helena Catur (2012). Biaya Standar dan Pengukuran


Kinerja. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. https://e-journal.uajy.ac.id/396/3/2EA17100.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai