Teknik Deep Breathing Pada Keseharian Mahasiswa Akhir Semester Sebagai Alternatif Pencegahan Bunuh Diri
Teknik Deep Breathing Pada Keseharian Mahasiswa Akhir Semester Sebagai Alternatif Pencegahan Bunuh Diri
E-mail: yrdntadhaalhakim100@gmail.com
Teknin Deep breating sebagai alternatif untuk mahasiswa akhir semester, umumnya memiliki
masalah secara emosional dan situasional yang meningkat sehingga menimbulkan ketidak
berdayaan yang menyebabkan aksi percobaan bunuh diri. Telaah terkait teknik deep breating
didukung dengan hasil penelitian dibeberapa artikel kesehatan yang terindeks. Teknik deep
breating berpengaruh dalam mengintervensi fisiologi manusia diberbagai aspeknya dan telah
terbukti secara ilmiah diberbagai topik yang umumnya terkait penangan pasien yang
mengalami tingkat stress emosional, juga umum digunakan di dunia medis sebagai terapi
pasca operasi.
Kata Kunci: Deep breating, Mahasiswa Akhir, Stres, Percoban Bunuh diri.
The deep breathing technique is an alternative for students who generally have increasing
emotional and situational problems, causing helplessness which leads to suicide. The study
of deep breathing techniques is supported by the results of research in several indexed health
articles. The deep breathing technique is influential in intervening in human physiology in
various aspects and has been scientifically proven in various topics which are generally
related to treating patients with emotional stress. It is also commonly used in the medical
world as post-operative therapy.
Oktaviona, dkk (2023) mengatakan bahwa, mahasiswa yang mengalami stres terjadi
dipengaruhi tingkat optimisme dan prokrastinasi akdemik sehingga tingkat stres yang dimiliki
mahasiswa berbeda-beda tiap individunya. Stres dapat mempengarui kondisi fisik mahasiswa,
mental, dan secara kimiawi dari tubuh individu yang dipengaruhi oleh situasi yang
menakutkan, mengejutkan, merisaukan, ataupun membahayakan (Martadinata, 2015).
Menurut Struat (2016) terdapa lima respon stress, respon pertama berupa pengaruh terhadap
kognitif, respon kedua berupa efektif stress yang mempengarhui emosional, respon ketiga
berupa pengaruh fisiologi yang mempengaruhi fungsi tubuh, respon keempat berupa
pengaruh terhadap perilaku yang ditandai dengan sebuah aksi, dan respn kelima berupa
respon sosial yang mempengaruhi hubungan antar individu.
Usaha pencegahan bunuh diri dapat dilalkukan dengan mengenali perasaan ketidak
berdayaan yang digunakan sebagai prediktor yang kuat dengan aktivitas fisiologi alami yang
dirangsang secara sadar untuk menurunkan gejala stres individu. Salah satu terapi non
farmakologis yang dapat di paraktikan adalah dengan memanfaatkan managemenisasi teknik
relaksasi pernapasan yang berpengaruh pada terapeutik (Muttaqin, 2010). Slow Deep
Breathing berupa teknik pernapasan yag mengintervensi pengurangan tekanan gejala yang
dirasakan seseorang di berbagai situasi, menurunkan frekuensi denyut jantung dan tekanan
darah serta ketegangan otot yang menurun (Potter & Perry, 2010).
Proses Pernaasan Manusia Secara Mekanik Berpengaruh Terhadap Fisiologi Manusia
Bernapas merupakan sebuah tindakan alami yang dilakukan seorang manusia yang berfungsi
secara esensial terhadap fisiologi tubuh individu untuk melangsungkan hidup. Normalnya,
manusia bernapas sebanyak 20 sampai 22/minute (Sellakumar, 2015). Menurut Ganesan &
Ganesan (2010) rangkain proses pernapasan secara normal ada pada rentang 15 rangkain
inhalation dan exhalation. Pada kondisi emosional, secara fisiologis akan memicu sistem
saraf untuk meningkatkan detak jantung, tekanan darah, sekresi hormon, palpilation yang
menyebabkan gangguan terhadap individu akibat pengaruh kondisi emosional dan kondisi
fisik yang saling berkaitan.
Melakukan praktik pernafasan Slow Deep Breathing dapat membuat seseorang manusia
mengembangkan kendali atas fungsi otonomnya sehingga reaksi kecemasan yang terkondisi
akan berkurang tahap demi tahap. Inspirasi yang lambat melalui mulut dan hidug,
meningkatkan ventilasi basal sebagai akibat dari distribusi gas yang lebih baik di daerah
paru-paru sehingga perfusian di dalam paru-paru menjadi leih besar. Selama inspirasi,
aktivitas dapat dikombinasikan dengan hold indspiratory selama 2-5 detik untuk
mempertahankan inspirasi yang maksimasl sebelum ekspirasi. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi kolaps dan menghasilkan gradien tekanan transpulmonal yang menandai dan
mempertahankan gradien di jangka waktu yang tepat.
Untuk mencapai kondisi respirasi yang baik, deep breathing dilakukan secara sadar dengan
menarik nafas secara perlahan melalui hidung untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya,
menahana nafas untuk beberapa saat (2-5 detik), lalu dihembuskan secara perlahan melalui
mulut agar tersisa beberapa gas di paru-paru.
Petunjuk mengenai frekuensi dan durasi Latihan umumnya bervariasi, dalam kondisi latihan
disarankan sebanyak dua kali dalam sehari. Setiap sesi latihan, biasanya terdiri dari 5-15
napas berturut-turut dengan repetisi 1-3 kali ulangan. Latihan pernafasan dengan repetisi
yang lebih tinggi terbukti lebih berpengaruh dalam meningkatkan oksigenasi dalam jantung
sehingga darah terdifusi secara baik dan hormon-hormon tersekresikan dengan lancan
sehingga menyebabkan penuruan stress secara perlahan.
Simpulan
Seorang yang menderita stres berat akan mempunyai resiko yang lebih tinggi dalam aksi
percobaan bunuh diri, yang dikaitkan dengan berbagai variable penyebab seperti kondisi
mental, fisik, sosial, dan religi. Tingkat stres yang tinggi akan berpengaruh terhadap kondisi
kecemasan suatu invidu, kecemasan sendiri juga memiliki tingkatan yang dapat dipengaruhi
oleh faktor situasional. Teknik deep breating merupakan teknik terapy non-medis. Akan
tetapi, teknik ini berpengaruh. dalam mengintervensi fisiologi manusia dalam aspeknya dan
telah terbukti secara ilmiah diberbagai topik yang umumnya terkait penangan pasien yang
mengalami tingkat stress emotional, juga umum digunakan di dunia medis sebagai terapy
pasca operasi
DAFTAR PUSTAKA
Martadinata, S. Hubungan Antara Stresor Akademik dan Prokrastinasi Akademik
Terhadap Keyakinan Diri Siswa Kelas XI SMAN Cicurug. Psiko Edukasi,5(1),118-
138.
Oktaviona, T.N.O., Herlina, Sari, T.H.S. 2023. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres
Pada Mahasiswa Akhir. Jurnal Keperawatan Tropis Papua, 6(1), 26-32.
Kencana, S.C., & Muzzamil, F. 2022. Pengaruh Optimisme Terhadap Stres Akademik
Pada Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi. Jurnal Ilmia Wahana
Pendidikan,19(1),353-361.
Hitches, E., Woodcock, S., & Ehrich, J. 2022. Building Self-Efficacy Without Letting
Stress Knock It Down: Stress and Academic Self of University Student. International
Journal of Education Research,3(1),1-11.
Struat, G.W., Budi, A.K., Jesika, P. 2016. Prinsip dan Prktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart, 2nd Endition. Singapore: Elsevier Pte Ltd.
Reinecke, M.A.R., & Scott, R.L.F. 2005. Assessment of Suicide: Beck’s Scale For
Assessing Mood And Suicidality. USA: John Wiley & Son Inc.
Muttaqin, A.M. 2010. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kariovaskuler. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Sellakumar, G.K.S. 2015. Effect of Slow-Deep Breathing Exercise to Reduce Anxiety
Among Adolescent School Student In a Selected Higher Secondary School In
Coimbatore, India. Journal of Physchology and Educational Research,23(1),54-72.
Ganesan, R., & Ganesan, V. 2010. Brief Techniques in Behaviour Technology. Shyam,
I.R., & Khan, R (eds), Pschology and Health Promotion. Published: Global Vision
House.