TENTANG
PEMERINTAHAN DESA
untuk disempurnakan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a, b, c dan d, dipandang perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Pemerintahan
Desa;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Dengan persetujuan :
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
15. Panitia Teknis adalah panitia yang bertugas membantu Panitia Pemilihan
untuk menyelenggarakan pendaftaran pemilih, pemungutan suara dan
perhitungan suara pemilihan Kepala Desa, Anggota BPD dan Kepala
Dusun.
16. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah Lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai kebutuhan Desa yang merupakan mitra Pemerintahan
Desa dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan.
17. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat BUMDES adalah
badan usaha yang berbentuk badan hukum sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
18. Pembentukan Desa adalah tindakan mengadakan Desa baru di luar atau
di dalam wilayah Desa-Desa yang telah ada.
19. Penghapusan Desa adalah tindakan meniadakan Desa yang ada akibat
tidak memenuhi syarat dan/atau digabung dengan Desa terdekat.
20. Penggabungan Desa adalah penyatuan dua Desa atau lebih menjadi Desa
baru.
21. Dusun adalah wilayah Desa yang merupakan lingkungan kerja
pelaksanaan Pemerintahan Desa.
22. Peraturan Desa adalah aturan hukum tertulis yang ditetapkan oleh
Kepala Desa dengan persetujuan BPD yang mengatur tertib kehidupan
masyarakat yang mempunyai kedudukan hukum tertinggi di Desa dan
mengikat seluruh warga Desa serta pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan Desa tersebut.
23. Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan
berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6
BAB II
PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA
Bagian Kesatu
Pembentukan Desa
Pasal 2
Tujuan pembentukan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah untuk
meningkatkan pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
serta pengembangan partisipasi masyarakat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan pembangunan.
Pasal 3
(1) Desa dapat dibentuk atas prakarsa atau usulan masyarakat dengan
memperhatikan asal-usul Desa dan persyaratan yang ditentukan sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
(2) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat terjadi
karena pembentukan Desa baru di luar Desa yang telah ada atau sebagai
akibat pemekaran Desa dan/atau penataan Desa.
(3) Syarat Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan :
a. Jumlah penduduk paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK ;
b. Faktor wilayah mudah dijangkau dalam memberikan pelayanan dan
pembinaan masyarakat;
c. Kondisi sosial budaya masyarakat mendukung kehidupan beragama
dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tata nilai dan adat
istiadat serta kearifan lokal setempat ;
d. Memiliki potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam dan
prasarana infrastruktur untuk menunjang penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan Desa;
e. Tersedia atau dapat menyediakan sarana dan prasarana pemerintahan
dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(4) Usulan pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
menyebutkan nama, luas wilayah, jumlah penduduk, batas desa, jumlah
dusun, sarana dan prasarana yang dimilki, kondisi sosial budaya dan
7
Bagian Kedua
Penghapusan dan Penggabungan Desa
Pasal 4
(1) Desa yang kondisi sosial masyarakat dan wilayahnya tidak lagi
memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung dengan Desa lain.
(2) Penghapusan atau penggabungan Desa dilakukan atas usul dan prakarsa
masyarakat Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan dan
penggabungan Desa diatur dengan Keputusan Bupati dengan
persetujuan DPRD.
Bagian Ketiga
Dusun
Pasal 5
(1) Wilayah Desa dapat dibagi dalam wilayah Dusun atau sebutan lain yang
merupakan lingkungan kerja pemerintahan Desa berdasarkan adat
istiadat dan asal-usul Desa.
(2) Pembentukan Dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terjadi karena
pembentukan Dusun baru di luar Dusun yang telah ada atau sebagai
akibat pemekaran dan atau penggabungan Dusun.
Pasal 6
Tujuan pembentukan Dusun atau yang disebut dengan nama lain adalah
untuk memperlancar dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
8
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Bagian Keempat
Wewenang, Kewajiban dan Hak
Pasal 10
(1) Kewenangan Desa mencakup :
a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa ;
b. Kewenangan yang oleh Peraturan perundang–undangan yang berlaku
dan belum dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah ;
c. Kewenangan melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah,
Pemerintah Propinsi, dan/atau Pemerintah Kabupaten sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9
Pasal 11
Pasal 13
BAB III
PEMERINTAHAN DESA
Pasal 14
BAB IV
PEMERINTAH DESA
Bagian Kesatu
Susunan Pemerintah Desa
Pasal 15
(1) Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.
(2) Susunan Organisasi Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal
14 terdiri dari :
a. Kepala Desa.
b. Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang membawahi
Kepala-kepala Urusan.
11
Bagian Kedua
Kepala Desa
Paragraf 1
Kedudukan
Pasal 16
Pasal 17
(1) Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa dari Calon yang
memenuhi syarat.
(2) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat :
a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945 ;
12
Pasal 18
(1) Bakal calon Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri, selain memenuhi
persyaratan sebagimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2), diharuskan pula
memperoleh izin tertulis dari Instansi induknya.
13
(2) Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Kepala Desa dibebas tugaskan
untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjabat sebagai
Kepala Desa dengan tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Bakal calon Kepala Desa dari TNI/Polri selain memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2), diharuskan pula memenuhi
ketentuan dan persyaratan interen kesatuan masing-masing.
Pasal 19
(1) Kepala Desa yang berakhir masa jabatannya pada periode pertama dapat
mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa untuk periode kedua
dengan ketentuan :
a. Pertanggungjawaban akhir masa jabatan pada periode pertama
diterima oleh BPD;
b. Harus dinonaktifkan dari sisa masa jabatannya.
(2) Selama kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinonaktifkan,
BPD menunjuk Sekretaris Desa atau Kepala urusan untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban Kepala Desa.
Pasal 20
(1) Anggota BPD yang mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa,
harus mengajukan permohonan non aktif sebagai anggota BPD selama
mengikuti proses pemilihan Kepala Desa Kepada Bupati melalui
Pimpinan BPD dengan tembusan Camat.
(2) Anggota BPD yang tidak terpilih menjadi Kepala Desa, diusulkan oleh
Pimpinan BPD kepada Bupati untuk diaktifkan kembali sebagai anggota
BPD.
Pasal 21
(1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa,
harus mengajukan permohonan nonaktif dari jabatannya kepada Kepala
Desa.
(2) Apabila permohonan nonaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disetujui, maka Kepala Desa dapat menunjuk salah seorang staf
14
Pasal 22
Permohonan untuk menjadi calon Kepala Desa diajukan secara tertulis oleh
bakal calon Kepada BPD melalui panitia pemilihan dengan dilengkapi
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.
Pasal 23
Yang dapat memilih calon Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga Negara
Republik Indonesia yang :
a. Terdaftar sebagai penduduk Desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
dengan terus menerus yang dibuktikan dengan KTP dan/atau surat
keterangan domisili dari Kepala Desa setempat;
b. Sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin ;
c. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ;
d. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
e. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam suatu
kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 seperti G 30 S/PKI dan atau
organisasi terlarang lainnya kecuali ditentukan lain oleh Peraturan
Perundang-undangan yang beralaku.
Pasal 24
(1) Penjaringan bakal calon Kepala Desa dilakukan oleh Panitia Pemilihan
setelah berkonsultasi dengan BPD.
(2) Penyaringan bakal calon dilakukan setelah melalui tahap penjaringan.
15
(3) Penyaringan bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meyangkut
persyaratan administrasi dan seleksi akademis.
Pasal 25
Paragraf 3
Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia Teknis
Pasal 26
(1) Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia
Pemilihan dan Panitia Pengawas.
(2) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan
pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang
ditentukan, melaksanakan pemungutan suara dan melaporkan
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.
(3) Panitia Pemilihan atas persetujuan BPD membentuk Panitia Teknis yang
bertugas untuk membantu Panitia Pemilihan dalam penyelenggaraan
pemilihan Kepala Desa di tingkat TPS.
(4) Keanggotaan Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia Teknis
terdiri dari Perangkat Desa, anggota BPD, pengurus lembaga
kemasyarakatan Desa dan tokoh masyarakat.
(5) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia
Teknis sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Ketua;
b. Wakil ketua;
c. Sekretaris; dan
d. Beberapa anggota sesuai dengan kebutuhan.
16
(6) Pengaturan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi Panitia Pemilihan,
Panitia Pengawas dan Panitia Teknis diatur dengan keputusan Bupati.
Paragraf 4
Sosialisasi dan Kampanye
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Biaya kampanye dibebankan kepada masing-masing calon.
17
Pasal 31
Paragraf 5
Pelaksanaan Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pemungutan suara terhadap calon Kepala Desa tunggal dilakukan dengan
mencoblos tanda gambar calon yang disejajarkan dengan kolom kotak
kosong.
Pasal 35
(1) Apabila terdapat 2 (dua) orang atau lebih calon Kepala Desa yang
memperoleh suara terbanyak berjumlah sama, diadakan pemilihan ulang.
(2) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak penandatangan Berita Acara yang
diikuti oleh calon yang memperoleh suara terbanyak sama.
(3) Apabila dalam pemilihan ulang hasilnya masih sama diadakan pemilihan
ulang paling lambat 6 (enam bulan) sejak penandatangan Berita Acara.
18
(4) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdapat calon mengundurkan diri dan sisanya terdapat hanya 1 (satu)
orang, calon tersebut ditetapkan sebagai kepala Desa Terpilih tanpa
melaksanakan pemilihan ulang.
Pasal 36
Pasal 37
(1) Pemberian suara untuk pemilihan Calon Kepala Desa dilakukan dengan
mencoblos salah satu tanda gambar Calon yang berhak dipilih pada Bilik
yang sudah dipersiapkan oleh Panitia.
(2) Pemilih hanya memberikan suara kepada 1 (satu) orang Calon.
(3) Pemilih yang berhalangan hadir, tidak dapat mewakilkan hak suaranya
kepada orang lain.
(4) Pengaturan mengenai bentuk surat suara dan tanda gambat calon Kepala
Desa diatur dengan Keputusan BPD atas usul Panitia Pemilihan.
(5) Pengaturan mengenai pemberian sura bagi pemilih yang cacat akan
ditaur dengan Keputusan Bupati.
19
Pasal 38
Pasal 39
(2) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh :
a. Panitia Pemilihan;
b. Panitia Pengawas;
c. Para calon Kepala Desa atau saksi yang ditunjuk oleh calon
(3) Penunjukan saksi calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
disampaikan oleh calon kepada Panitia pemilihan dengan dilampiri surat
kuasa.
(4) Apabila calon dan/atau saksi calon yang ditunjuk tidak hadir, Panitia
Teknis dapat menunjuk salah seorang atau beberapa orang yang hadir
untuk menjadi saksi.
Pasal 40
(1) Penghitungan surat suara dapat dialihkan ke tempat lain oleh Panitia
Pemilihan apabila situasi dan kondisi keamanan tidak memungkinkan.
(2) Pengalihan tempat penghitungan surat suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah berkoordinasi dengan Panitia Pengawas
dan BPD.
Pasal 41
(1) Apabila terjadi perbedaan antara jumlah pemilih yang menggunakan hak
pilihnya dengan jumlah surat suara, Panitia Pemilihan dapat mengusulkan
pembatalan pemungutan suara di TPS yang terjadi perbedaan setelah
bermusyawarah dengan Panitia Pengawas dan para calon Kepala Desa.
20
(2) Hasil Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam
Berita Acara dan disampaikan kepada BPD.
(3) Selambat-lambatnya 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam, Ketua BPD
menyelenggarakan Rapat Paripurna Khusus untuk membahas usul
pembatalan pemungutan suara.
(4) Apabila usul pembatalan pemungutan suara disetujui, BPD segera
menetapkan jadwal pemungutan suara ulang selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari.
Pasal 42
Paragraf 6
Penetapan Calon Terpilih
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Paragraf 7
Pengesahan dan Pelantikan Kepala Desa
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
(1) Kepala Desa diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk periode 5 (lima) tahun berikutnya
(2) Apabila Kepala Desa telah menjabat 2 (dua) kali periode, yang
bersangkutan tidak boleh dicalonkan kembali untuk masa jabatan ketiga
kalinya di Desa bersangkutan.
Paragraf 8
Pemberhentian Sementara dan Pemberhentian Kepala Desa
Pasal 51
(1) Kepala Desa yang berstatus sebagai tersangka suatu tindak pidana, dapat
diusulkan oleh BPD untuk diberhentikan sementara dari jabatannya
kepada Bupati.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati .
23
Pasal 52
Pasal 53
dan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari disampaikan
kembali kepada BPD.
(4) Apabila pertanggungjawaban Kepala Desa yang telah disempurnakan
ditolak untuk kedua kalinya, Kepala Desa yang bersangkutan tidak boleh
dicalonkan untuk periode berikutnya.
Pasal 54
(1) Bagi Kepala Desa yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan
kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam
menjalankan tugasnya, maka sekretaris Desa ditunjuk oleh pejabat yang
berwenang untuk menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai
Kepala Desa atas usul BPD;
(2) Apabila setelah 6 (enam) bulan berdasarkan keterangan dotker penguji,
bahwa Kepala Desa dimaksud belum dapat menjalankan tugas,
wewenang dan kewajibannya, maka pejabat yang berwenang
memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya dan menetapkan
Pejabat Sementara Kepala Desa atas usul BPD.
Pasal 56
Paragraf 9
Pejabat Sementara Kepala Desa
Pasal 57
(1) Pejabat Sementara Kepala Desa diangkat oleh Bupati atas usul BPD.
(2) Pejabat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah
Perangkat Desa pada Sekretariat Desa.
(3) Masa jabatan Kepala Desa Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama 1 (satu) tahun.
Paragraf 10
Tugas, Kewajiban dan Larangan Kepala Desa
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Bagian Ketiga
Perangkat Desa
Paragraf 1
Umum
Pasal 61
(1) Perangkat Desa membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya.
27
(2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perangkat
Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Sekretariat Desa sebagai unsur pelayanan yang dipimpin oleh seorang
Sekretaris yang membawahi paling sedikit tiga Urusan dan paling
banyak enam urusan yang membidangi urusan Pemerintahan,
Ekonomi dan Pembangunan, administrasi umum dan keuangan,
Ketentraman dan Ketertiban, serta Kesejahteraan Rakyat.
b. Pelaksana Teknis Lapangan;
a. Kepala Dusun sebagai unsur pembantu Kepala Desa.
Pasal 62
(1) Perangkat Desa dapat dipilih dan atau diangkat tanpa pemilihan sesuai
kondisi sosial budaya masyarakat setempat dari penduduk Desa yang
memenuhi persyaratan.
(2) Sekretaris Desa dan Kepala Urusan diangkat dan diberhentkan oleh
Kepala Desa atas persetujuan BPD.
(3) Kepala Dusun terpilih diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Desa atas
persetuuan BPD.
Pasal 63
Pasal 64
(1) Kepala Desa dan/atau Perangkat Desa yang akan menjadi calon anggota
legislati wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati
dengan tembusan Camat dan BPD.
(2) Bupati menyampaikan persetujuan atau penolakan secara tertulis kepada
Kepala Desa dan/atau Perangkat Desa pemohon, dengan tembusan Camat
dan BPD.
(3) Apabila permohonan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendapat persetujuan, Bupati memberhentikan Kepala Desa yang
28
Bagian Keempat
Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
Pasal 65
(1) Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap
bulannya dan/atau tunjangan lainnya sesuai kemampuan keuangan Desa.
(2) Penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam Anggaran pendapatan dan
Belanja Desa.
BAB V
BADAN PERWAKILAN DESA
Bagian Kesatu
Pembentukan
Pasal 66
(1) Di Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD
atau yang disebut dengan nama lain yang merupakan unsur Pemerintahan
Desa.
(2) Tujuan pembentukan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai mitra Pemerintah Desa untuk penyelengaraan pemerintahan yang
baik serta wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.
Pasal 67
Bagian kedua
Syarat Anggota BPD
Pasal 68
(1) Yang dapat dipilih menjadi anggota BPD adalah penduduk Warga Negara
Indonesia yang memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan dimaksud ayat (1) adalah sebagaimana persyaratan untuk
menjadi calon Kepala Desa dimaksud Pasal 16 ayat (2).
Pasal 69
Bagian Ketiga
Pemilihan Anggota BPD
Pasal 70
Pasal 71
Pasal 72
Bagaian Keempat
Pengesahan dan Pelantikan Anggota BPD terpilih
Pasal 73
(1) Hasil pemilihan calon anggota BPD diajukan oleh Panitia Pemilihan
kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan pengesahan sebagaiamana dimaksud pada
ayat (1) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah usulan diterima.
Pasal 74
Bagian Kelima
Keanggotaan BPD
Paragraf 1
Jumlah Anggota
Pasal 75
Paragraf 2
Masa keanggotaan BPD
Pasal 76
(1) Masa jabatan anggota BPD adalah 5 (lima) tahun sejak tanggal pelantikan
dan dapat dicalonkan kembali untuk masa jabatan berikutnya.
(2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan
anggota BPD, Pemerintah Desa memproses pembentukan BPD baru.
Pasal 77
Anggota BPD tidak boleh merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan/atau
Perangkat Desa.
Paragraf 3
Pemberhentian dan Pergantian Antar Waktu Anggota BPD
Pasal 78
Pasal 79
(1) Anggota BPD yang berhenti antar waktu diganti oleh calon anggota BPD
sesuai dengan lanjutan nomor urut dalam daftar perolehan suara pada
pemilihan anggota BPD.
32
(2) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti antar waktu berhenti bersama-
sama dengan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 76 ayat (1).
Pasal 80
(1) Anggota BPD yang berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana
dapat diberhentikan sementara sebagai anggota BPD oleh Bupati atas usul
Ketua BPD setelah mendapat pertimbangan Rapat Pimpinan BPD.
(2) Selama dalam masa pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Anggota BPD tersebut dihentikan hak-haknya untuk
sementara sebagai anggota;
(3) Apabila Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terbukti
melakukan tindak pidana, Pimpinan BPD segera mengusulkan untuk
pemulihan keanggotaan dan hak-haknya sebagai anggota BPD.
Bagian Keenam
Sekretariat BPD
Pasal 81
Pasal 82
(1) Untuk keperluan kegiatan BPD dan Sekretariat BPD disediakan biaya
sesuai kemampuan keuangan Desa yang dikelola oleh Sekretariat BPD.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan setiap tahun dalam
anggaran pendapatan dan Belanja Desa.
Bagian Ketujuh
Alat Kelengkapan dan Rapat BPD
Pasal 83
(1) Alat kelengkapan BPD terdiri dari :
33
a. Pimpinan
b. Komisi-komisi.
(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari Ketua
dan Wakil Ketua.
(3) Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling banyak 2 (dua)
orang.
(4) Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam
rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(5) Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kalinya dipimpin oleh
anggota yang memperoleh suara terbanyak satu dan terbanyak dua.
Pasal 84
Pasal 85
(1) Rapat dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota.
(2) Pengaturan lebih lanjut mengenai mekanisme Rapat BPD diatur dalam
tata tertib BPD.
Bagian Kedelapan
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban
Paragraf 1
Kedudukan
Pasal 86
Paragraf 2
Tugas dan Fungsi
Pasal 87
Pasal 88
Paragraf 3
Wewenang, Kewajiban dan Hak
Pasal 89
Pasal 90
Pasal 91
Pasal 92
Bagian Kesembilan
Larangan Anggota BPD
Pasal 93
BAB VI
SUMBER PENDAPATAN DESA
Bagian Kesatu
Sumber Pendapatan Dan Kekayaan Desa
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
Bagian Kedua
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES )
Pasal 97
(1) Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Desa Pemerintah Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa.
(2) Bentuk Badan Usaha Milik Desa adalah Badan Hukum sebagaimana
diatur dalam Perundang-undangan yang berlaku.
39
Bagian Ketiga
Pinjaman Desa
Pasal 98
Pasal 99
BAB VII
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
Pasal 100
Pasal 101
Pasal 102
BAB VIII
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT
Bagian Kesatu
Lembaga Kemasyarakatan
Pasal 103
Pasal 104
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107
(1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa diangkat dan atau dipilih dari
Tokoh Masyarakat yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(2) Persyaratan pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945
c. Berkelakuan baik jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian
terhadap masyarakat
d. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat.
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai Lembaga Kemasyarakatan Desa
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Kedua
Lembaga Adat
Pasal 108
Pasal 109
Pasal 110
Pasal 111
BAB IX
PEMBANGUNAN DESA
Pasal 112
BAB X
PERATURAN DESA
Bagian Kesatu
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan Peraturan Desa
Pasal 113
Pasal 114
(1) Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD.
(2) Peraturan Desa ditandatangani oleh Kepala Desa.
(3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), tidak
memerlukan pengesahan Bupati, tetapi wajib disampaikan kepada Bupati
selambat-lambatnya dua minggu setelah ditetapkan dengan tembusan
kepada Camat.
(4) Peraturan Desa sebelum ditetapkan agar disosialisasikan kepada
masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.
Pasal 115
Bagian Kedua
Mekanisme Pengambilan Keputusan
Pasal 116
(1) Dalam menetapkan Peraturan Desa, BPD mengadakan rapat yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari jumlah anggota.
44
(2) Pengambilan keputusan oleh BPD dinyatakan sah jika dan disetujui oleh
setengah ditambah 1 dari jumlah anggota BPD yang hadir.
(3) Dalam hal jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
terpenuhi, Rapat Paripurna diundur paling lama 2 (dua) jam.
(4) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) jumlah
anggota BPD belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat
(1) rapat dapat dilanjutkan pada hari yang lain.
(5) Pengaturan lebih lanjut mengenai rapat pengambilan keputusan
ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib BPD.
Bagian Ketiga
Materi Peraturan Desa
Pasal 117
Pasal 118
Bagian Keempat
Pelaksanaan Peraturan Desa
Pasal 119
Pasal 120
(1) Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa yang bersifat mengatur
diundangkan dengan menempatkannya dalam Lembaran Desa.
(2) Ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai kekuatan
hukum dan mengikat setelah diundangkan dalam Lembaran Desa.
BAB XI
KERJASAMA ANTAR DESA
Bagian Kesatu
Maksud dan Tujuan Kerjasama
Pasal 121
Bagian kedua
Bentuk Kerjasama
Pasal 122
Pasal 123
Pasal 124
(1) Perselisihan antar Desa diselesaikan oleh Pejabat yang berwenang secara
musyawarah.
(2) Apabila dalam penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdapat salah satu pihak yang tidak menerima keputusan
pejabat yang berwenang, pihak tersebut dapat mengajukan penyelesaian
di Lembaga Peradilan
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 125
Pasal 126
Pasal 127
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 128
Pasal 129
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 130
Pasal 131
Disahkan di Selong
Pada tanggal 28 Juni 2004
BUPATI LOMBOK TIMUR,
ttd
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LOMBOK TIMUR,
ttd
H. LALU KAMALUDIN
[
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
NOMOR 6 TAHUN 2004
TENTANG
PEMERINTAHAN DESA
I. UMUM
Pasal 1 Cukup
jelas.
Pasal 2 Cukup
jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pemekaran Desa adalah pemecahan Desa
menjadi lebih dari satu.
Ayat (3)
Cukup jelas
52
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Perubahan tersebut atas dan prakarsa masyarakat desa setempat
dengan persetujuan BPD yang diteruskan oleh Kepala Desa kepada
Bupati melalui Camat
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan kewenangan berdasarkan hak asal usul
Desa adalah hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan adat istiadat yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
53
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan berpengetahuan sederajat adalah
seseorang yang dianggap mempunyai pengalaman, kemampuan
dan pengetahuan setara Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
walaupun tidak mempunyai ijazah formal yang dibuktikan
dengan surat keterangan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud Instansi Induk adalah :
- Pegawai Negeri Sipil, Instansi Induknya adalah Sekretariat Daerah,
Dinas/Badan/Kantor.
54
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
56
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
Tindak pidana yang dimaksud pada ayat ini adalah tindak pidana
kejahatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
57
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Yang dimaksud Instansi Induk adalah :
- Pegawai Negeri Sipil, Instansi Induknya adalah Sekretariat Daerah,
Dinas/Badan/Kantor.
- TNI, Instansi adalah Komando Resor Militer (KOREM)/Komando
Distrik Militer (KODIM)
- POLRI, Instansi Induknya adalah Polda/Polres.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
58
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
59
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Yang termasuk lembaga kemasyarakatan Desa adalah LKMD, Karang
Taruna, PKK dan sejenisnya.
Pasal 104
Cukup jelas.
60
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah tokoh adat,
tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka
masyarakat lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
61
Pasal 118
Cukup jelas.
Pasal 119
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.
Pasal 121
Cukup jelas.
Pasal 122
Cukup jelas.
Pasal 123
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup jelas.
Pasal 126
Cukup jelas.
Pasal 127
Cukup jelas.
Pasal 128
Cukup jelas.
Pasal 129
Cukup jelas.
Pasal 130
Cukup jelas.
Pasal 131
Cukup jelas.
PEMERINTAHAN DESA
65
PELAKSANA TEKNIS
LAPANGAN
66