Anda di halaman 1dari 66

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR


NOMOR 6 TAHUN 2004

TENTANG

PEMERINTAHAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TIMUR,

Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum,


memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
Pemerintahan Nasional dan berada di dalam Kabupaten;

b. bahwa pengakuan terhadap nilai budaya, adat istiadat


serta asal-usul sebagai jati diri masyarakat Desa perlu
mendapat wadah pemeliharaan dan pengaturan dalam
bentuk Peraturan Daerah;
c. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan dan
tantangan global dipandang perlu menyelenggarakan
otonomi desa dengan memberikan kewenangan yang
luas, nyata dan bertanggung jawab yang diwujudkan
dengan peraturan sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi, otonomi desa asli, peran serta masyarakat;
d. bahwa materi Peraturan-peraturan Daerah yang
mengatur tentang Desa yang telah ada belum
sepenuhnya mencerminkan semangat Otonomi Daerah
sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang
memberikan kewenangan kepada Desa untuk mengatur
2
dan mengurus sendiri rumah tangganya, sehingga perlu

untuk disempurnakan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a, b, c dan d, dipandang perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Pemerintahan
Desa;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah


Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-


Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara Yang Bebas dan Bersih dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3851);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
3

Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000


Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang
Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa (Lembaran
Negara Tahun 2001 Nomor 142, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4155);
9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan
Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan
Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70)
10.Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata
Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah;

Dengan persetujuan :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMERINTAHAN


DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah Otonom
yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.
4

2. Bupati adalah Bupati Lombok Timur.


3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Timur.
4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi.
5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam
sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten.
6. Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan di
Desa yang dilaksanakan oleh Kepala Desa sebagai badan eksekutif dan
Badan Perwakilan Desa sebagai Badan Legislatif.
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa.
8. Kepala Desa adalah Kepala organisasi Pemerintah Desa yang
melaksanakan tugas dibidang pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan.
9. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan
Perwakilan di Desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat
Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi serta melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
10. Perangkat Desa adalah pembantu Kepala Desa yang terdiri dari unsur
staf, unsur pelaksana dan unsur wilayah yang dipilih dan/atau diangkat
oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD.
11. Sekretaris Desa adalah unsur staf/pelayanan dibidang ketatausahaan dan
memimpin sekretariat Desa.
12. Kepala Urusan adalah unsur staf yang membantu Sekretaris Desa yang
menangani urusan tertentu.
13. Pelaksana teknis adalah petugas yang membantu Kepala Desa dalam
bidang teknis tertentu yang dibentuk oleh Kepala Desa berdasarkan
kebutuhan dan kemampuan Desa.
14. Panitia Pemilihan adalah Panitia yang bertugas untuk melaksanakan
pemilihan Kepala Desa, anggota BPD dan Perangkat Desa.
5

15. Panitia Teknis adalah panitia yang bertugas membantu Panitia Pemilihan
untuk menyelenggarakan pendaftaran pemilih, pemungutan suara dan
perhitungan suara pemilihan Kepala Desa, Anggota BPD dan Kepala
Dusun.
16. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah Lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai kebutuhan Desa yang merupakan mitra Pemerintahan
Desa dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan.
17. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disingkat BUMDES adalah
badan usaha yang berbentuk badan hukum sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
18. Pembentukan Desa adalah tindakan mengadakan Desa baru di luar atau
di dalam wilayah Desa-Desa yang telah ada.
19. Penghapusan Desa adalah tindakan meniadakan Desa yang ada akibat
tidak memenuhi syarat dan/atau digabung dengan Desa terdekat.
20. Penggabungan Desa adalah penyatuan dua Desa atau lebih menjadi Desa
baru.
21. Dusun adalah wilayah Desa yang merupakan lingkungan kerja
pelaksanaan Pemerintahan Desa.
22. Peraturan Desa adalah aturan hukum tertulis yang ditetapkan oleh
Kepala Desa dengan persetujuan BPD yang mengatur tertib kehidupan
masyarakat yang mempunyai kedudukan hukum tertinggi di Desa dan
mengikat seluruh warga Desa serta pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan Desa tersebut.
23. Pegawai Negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan
berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6

BAB II
PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA
Bagian Kesatu
Pembentukan Desa

Pasal 2
Tujuan pembentukan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah untuk
meningkatkan pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
serta pengembangan partisipasi masyarakat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan pembangunan.

Pasal 3

(1) Desa dapat dibentuk atas prakarsa atau usulan masyarakat dengan
memperhatikan asal-usul Desa dan persyaratan yang ditentukan sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
(2) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat terjadi
karena pembentukan Desa baru di luar Desa yang telah ada atau sebagai
akibat pemekaran Desa dan/atau penataan Desa.
(3) Syarat Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan :
a. Jumlah penduduk paling sedikit 2.500 jiwa atau 500 KK ;
b. Faktor wilayah mudah dijangkau dalam memberikan pelayanan dan
pembinaan masyarakat;
c. Kondisi sosial budaya masyarakat mendukung kehidupan beragama
dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tata nilai dan adat
istiadat serta kearifan lokal setempat ;
d. Memiliki potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam dan
prasarana infrastruktur untuk menunjang penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan Desa;
e. Tersedia atau dapat menyediakan sarana dan prasarana pemerintahan
dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(4) Usulan pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
menyebutkan nama, luas wilayah, jumlah penduduk, batas desa, jumlah
dusun, sarana dan prasarana yang dimilki, kondisi sosial budaya dan
7

potensi desa termasuk kekayaan Desa serta dilengkapi dengan peta


wilayah dan monografi Desa.
(5) Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
(6) Perubahan batas yag tidak mengakibatkan penghapusan suatu Desa,
perubahan nama Desa serta perubahan wilayah dan pusat Pemerintahan
Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati
(7) Pengaturan lebih lanjut mengenai usulan pembentukan Desa diatur
dalam Keputusan Bupati dengan persetujuan DPRD.

Bagian Kedua
Penghapusan dan Penggabungan Desa

Pasal 4

(1) Desa yang kondisi sosial masyarakat dan wilayahnya tidak lagi
memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung dengan Desa lain.
(2) Penghapusan atau penggabungan Desa dilakukan atas usul dan prakarsa
masyarakat Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan dan
penggabungan Desa diatur dengan Keputusan Bupati dengan
persetujuan DPRD.

Bagian Ketiga
Dusun

Pasal 5

(1) Wilayah Desa dapat dibagi dalam wilayah Dusun atau sebutan lain yang
merupakan lingkungan kerja pemerintahan Desa berdasarkan adat
istiadat dan asal-usul Desa.
(2) Pembentukan Dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terjadi karena
pembentukan Dusun baru di luar Dusun yang telah ada atau sebagai
akibat pemekaran dan atau penggabungan Dusun.

Pasal 6
Tujuan pembentukan Dusun atau yang disebut dengan nama lain adalah
untuk memperlancar dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
8

menyelenggarakan pemerintahan di tingkat Dusun dalam wilayah Desa, serta


mengembangkan partisipasi masyarakat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemajuan pembangunan.

Pasal 7

Pembentukan Dusun didasarkan pada aspirasi dan prakarsa masyarakat


dengan memperhatikan hak asal-usul, adat istiadat, serta persyaratan lain
yang ditentukan sesuai kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Pasal 8

Syarat pembentukan Dusun harus memperhatikan :


a. Jumlah penduduk paling sedikit 750 jiwa atau 150 KK ;
b. Luas wilayah sekurang-kurangnya 50 ha ;
c. Letak Dusun dapat terjangkau kendaraan bermotor ;
d. Tersidia atau dapat menyediakan sarana dan prasarana pemerintahan
dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa ;
e. Desa mampu menyediakan tanah pecatu dan/atau tunjangan untuk
Kepala Dusun dan Biaya administrasi Dusun yang berasal dari Sumber
Pendapatan Desa.

Pasal 9

Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan Dusun diatur


dengan Keputusan Bupati.

Bagian Keempat
Wewenang, Kewajiban dan Hak
Pasal 10
(1) Kewenangan Desa mencakup :
a. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa ;
b. Kewenangan yang oleh Peraturan perundang–undangan yang berlaku
dan belum dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah ;
c. Kewenangan melaksanakan tugas pembantuan dari Pemerintah,
Pemerintah Propinsi, dan/atau Pemerintah Kabupaten sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :


a. Menyelenggarakan Pemerintahan Desa ;
b. Membentuk dan menetapkan susunan organisasi Pemerintahan Desa ;
c. Mengangkat dan memberhentikan Perangkat Desa ;
d. Menyusun dan menetapkan Peraturan Desa ;
e. Menyusun dan menetapkan APBDes ;
f. Memberdayakan dan melestarikan lembaga adat ;
g. Membentuk dan menetapkan lembaga kemasyarakatan
h. Mengadakan kerjasama antar Desa ;
i. Menggali dan menetapkan sumber-sumber pendapatan Desa ;
j. Membentuk dan menetapkan Badan Usaha Milik Desa;
k. Melakukan pinjaman Desa ;
l. Mengeluarkan izin skala Desa ;
m. Mengadakan dan menetapkan tanah kas Desa, harta dan kekayaan
Desa ;
n. Menyelenggarakan dan memelihara keamanan dan ketertiban Desa ;
o. mengadakan dan menata administrasi kependudukan;
p. Pengelolaan tugas pembantuan ;
q. Mengelola Bagian Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah
yang diterima oleh Kabupaten yang diperuntukkan bagi Desa ;
r. Menyelenggarakan pembangunan Desa, menggerakkan serta
melestarikan nilai nilai gotong royong dan menumbuh kembangkan
partisipasi masyarakat.

Pasal 11

Bidang-bidang kewenangan Desa di masing-masing Desa disesuaikan dengan


kemampuan dan kondisi Desa dan diajukan kepada Bupati untuk mendapat
pengakuan.
Pasal 12

Kewajiban Desa meliputi :


a. Membina dan memberdayakan kehidupan masyarakat Desa ;
10

b. Mendorong dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam


pembangunan Desa sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi ;
c. Menumbuhkembangkan demokratisasi, membina keanekaragaman, dan
melindungi hak-hak masyarakat;
d. Membina sosial ekonomi masyarakat ;
e. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat ;
f. Membina kerukunan hidup antar dan inter ummat beragama;
g. Membina dan menjaga kelestarian adat istiadat dan kearifan lokal yang
hidup dan berkembang di Desa.

Pasal 13

Hak Desa meliputi penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri dengan


memperhatikan hak asal usul, keanekaragaman, partsisipasi masyarakat,
demokratisasi kearifan lokal dan adat istiadat yang sesuai dengan tata nilai
yang berkembang di masyarakat.

BAB III
PEMERINTAHAN DESA

Pasal 14

Di Desa dibentuk Pemerintahan Desa yang terdiri dari Pemerintah Desa


sebagai Badan Eksekutif Desa dan BPD sebagai Badan Legislatif Desa.

BAB IV
PEMERINTAH DESA
Bagian Kesatu
Susunan Pemerintah Desa

Pasal 15

(1) Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.
(2) Susunan Organisasi Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal
14 terdiri dari :
a. Kepala Desa.
b. Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris yang membawahi
Kepala-kepala Urusan.
11

c. Pelaksana Teknis Lapangan.


d. Kepala Dusun.
(2) Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Desa adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kepala Desa

Paragraf 1
Kedudukan

Pasal 16

(1) Kepala Desa memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan


kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa :
a. bertanggung Jawab kepada rakyat melalui BPD ;
b. menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada
Bupati dengan tembusan Camat.
(3) Pertangggungjawaban dan laporan pelaksanaan tugas Kepala Desa
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) disampaikan sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.
(4) Tata cara pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib BPD.
(5) Pedoman penyusunan tata tertib BPD ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Paragraf 2
Pencalonan dan Pemilihan Kepala Desa

Pasal 17

(1) Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa dari Calon yang
memenuhi syarat.
(2) Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat :
a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945 ;
12

c. Tidak Pernah terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam kegiatan


yang menghianati Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945,
G.30.S/PKI dan/atau kegiatan organisasi yang terlarang ;
d. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
dan/atau berpengetahuan sederajat.
e. Berumur minimal 25 tahun dan maksimal 60 Tahun;
f. Sehat jasmani dan rohani ;
g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya;
h. Berkelakuan baik, jujur dan adil;
i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana ;
j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap ;
k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat ;
l. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa ;
m. Terdaftar sebagai penduduk dan berdomisili di Desa setempat
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir secara terus menerus,
terkecuali bagi putra Desa yang berada di luar Desa yang
bersangkutan;
n. Mendapatkan dukungan sekurang-kurangnya 2 ½ % (dua setengah)
persen dari jumlah pemilih yang dibuktikan dengan poto copy KTP
yang tersebar dilebih dari setengah jumlah Dusun di Desa tersebut;
dan
o. Memenuhi syarat – syarat lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi
atau adat istiadat setempat, yang diatur dalam Peraturan Desa.
(3) Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui tahapan penjaringan, penyaringan bakal calon,
penetapan calon dan pemilihan.

Pasal 18

(1) Bakal calon Kepala Desa yang berstatus Pegawai Negeri, selain memenuhi
persyaratan sebagimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2), diharuskan pula
memperoleh izin tertulis dari Instansi induknya.
13

(2) Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Kepala Desa dibebas tugaskan
untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjabat sebagai
Kepala Desa dengan tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Bakal calon Kepala Desa dari TNI/Polri selain memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2), diharuskan pula memenuhi
ketentuan dan persyaratan interen kesatuan masing-masing.

Pasal 19

(1) Kepala Desa yang berakhir masa jabatannya pada periode pertama dapat
mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa untuk periode kedua
dengan ketentuan :
a. Pertanggungjawaban akhir masa jabatan pada periode pertama
diterima oleh BPD;
b. Harus dinonaktifkan dari sisa masa jabatannya.
(2) Selama kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinonaktifkan,
BPD menunjuk Sekretaris Desa atau Kepala urusan untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban Kepala Desa.

Pasal 20

(1) Anggota BPD yang mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa,
harus mengajukan permohonan non aktif sebagai anggota BPD selama
mengikuti proses pemilihan Kepala Desa Kepada Bupati melalui
Pimpinan BPD dengan tembusan Camat.
(2) Anggota BPD yang tidak terpilih menjadi Kepala Desa, diusulkan oleh
Pimpinan BPD kepada Bupati untuk diaktifkan kembali sebagai anggota
BPD.
Pasal 21

(1) Perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa,
harus mengajukan permohonan nonaktif dari jabatannya kepada Kepala
Desa.
(2) Apabila permohonan nonaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disetujui, maka Kepala Desa dapat menunjuk salah seorang staf
14

Sekretariat Desa untuk melaksanakan tugas dan kewajiban Perangkat


Desa yang mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa
(3) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(4) Perangkat Desa yang tidak terpilih menjadi calon Kepala Desa diaktifkan
kembali menjadi Perangkat Desa dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 22

Permohonan untuk menjadi calon Kepala Desa diajukan secara tertulis oleh
bakal calon Kepada BPD melalui panitia pemilihan dengan dilengkapi
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.

Pasal 23

Yang dapat memilih calon Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga Negara
Republik Indonesia yang :
a. Terdaftar sebagai penduduk Desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
dengan terus menerus yang dibuktikan dengan KTP dan/atau surat
keterangan domisili dari Kepala Desa setempat;
b. Sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin ;
c. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ;
d. Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
e. Tidak pernah terlibat langsung maupun tidak langsung dalam suatu
kegiatan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 seperti G 30 S/PKI dan atau
organisasi terlarang lainnya kecuali ditentukan lain oleh Peraturan
Perundang-undangan yang beralaku.

Pasal 24

(1) Penjaringan bakal calon Kepala Desa dilakukan oleh Panitia Pemilihan
setelah berkonsultasi dengan BPD.
(2) Penyaringan bakal calon dilakukan setelah melalui tahap penjaringan.
15

(3) Penyaringan bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meyangkut
persyaratan administrasi dan seleksi akademis.

Pasal 25

(1) Jumlah bakal calon Kepala Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.


(2) Apabila dalam pelaksanaan penjaringan hanya terdapat 1 (satu) orang
Bakal Calon, proses penjaringan diperpanjang dalam waktu 15 (lima belas)
hari.
(3) Apabila sampai berakhirnya jangka waktu perpanjangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) masih terdapat 1 (satu) orang, Bakal Calon
tersebut dapat diproses lebih lanjut.

Paragraf 3
Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia Teknis

Pasal 26

(1) Untuk pencalonan dan pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk Panitia
Pemilihan dan Panitia Pengawas.
(2) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan
pemeriksaan identitas bakal calon berdasarkan persyaratan yang
ditentukan, melaksanakan pemungutan suara dan melaporkan
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa kepada BPD.
(3) Panitia Pemilihan atas persetujuan BPD membentuk Panitia Teknis yang
bertugas untuk membantu Panitia Pemilihan dalam penyelenggaraan
pemilihan Kepala Desa di tingkat TPS.
(4) Keanggotaan Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia Teknis
terdiri dari Perangkat Desa, anggota BPD, pengurus lembaga
kemasyarakatan Desa dan tokoh masyarakat.
(5) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan, Panitia Pengawas dan Panitia
Teknis sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Ketua;
b. Wakil ketua;
c. Sekretaris; dan
d. Beberapa anggota sesuai dengan kebutuhan.
16

(6) Pengaturan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi Panitia Pemilihan,
Panitia Pengawas dan Panitia Teknis diatur dengan keputusan Bupati.

Paragraf 4
Sosialisasi dan Kampanye

Pasal 27

Sebelum penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa, Panitia Pemilihan


mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai rencana pemilihan,
proses pemilihan dan tata cara pemilihan.

Pasal 28

(1) Dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa, dapat diadakan


kampanye oleh Calon Kepala Desa dan/atau tim kampanye yang
ditunjuknya.
(2) Dalam kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat Desa
mempunyai kebebasan untuk menghadiri kampanye.
(3) Kegiatan kampanye dilakukan oleh Calon selama 7 (tujuh) hari dan
berakhir 2 (dua) hari sebelum hari pemungutan suara.
(4) Penyampaian materi kampanye dilakukan secara sopan, tertib dan
bersifat edukatif.
(5) Dalam kampanye dilarang menggunakan :
a. Tempat Ibadah;
b. Kantor Pemerintah dan Sekolah-sekolah Pemerintah.

Pasal 29

Kampanye sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 dapat dilakukan melalui :


a. pertemuan terbatas;
b. tatap muka;
c. penyebaran bahan kampanye kepada umum;
d. pemasangan tanda gambar calon;
e. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan

Pasal 30
Biaya kampanye dibebankan kepada masing-masing calon.
17

Pasal 31

Pengaturan mengenai tempat pelaksanaan, waktu, mekanisme dan sistem


kampanye serta biaya pelaksanaan kampanye diatur oleh Panitia Pemilihan.

Paragraf 5
Pelaksanaan Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara

Pasal 32

Calon Kepala Desa yang berhak dipilih diumumkan kepada masyarakat di


tempat-tempat yang terbuka atau sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat.

Pasal 33

(1) Pemungutan suara pemilihan Kepala Desa diselenggarakan secara


serentak di tingkat TPS dan dihadiri calon atau saksi yang ditunjuk.
(2) Pemungutan suara sebagaima dimaksud pada ayat (1) diadakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
(3) Hari, tanggal dan waktu pemungutan suara pemilihan Kepala Desa
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
(4) Waktu dan hari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dimulai pada pukul
08.00 sampai dengan pukul 14.00 Waktu Indoensia Tengah.

Pasal 34
Pemungutan suara terhadap calon Kepala Desa tunggal dilakukan dengan
mencoblos tanda gambar calon yang disejajarkan dengan kolom kotak
kosong.
Pasal 35

(1) Apabila terdapat 2 (dua) orang atau lebih calon Kepala Desa yang
memperoleh suara terbanyak berjumlah sama, diadakan pemilihan ulang.
(2) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak penandatangan Berita Acara yang
diikuti oleh calon yang memperoleh suara terbanyak sama.
(3) Apabila dalam pemilihan ulang hasilnya masih sama diadakan pemilihan
ulang paling lambat 6 (enam bulan) sejak penandatangan Berita Acara.
18

(4) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdapat calon mengundurkan diri dan sisanya terdapat hanya 1 (satu)
orang, calon tersebut ditetapkan sebagai kepala Desa Terpilih tanpa
melaksanakan pemilihan ulang.

Pasal 36

(1) Pemilihan kepala Desa dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh


sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pemilih yang
disahkan.
(2) Apabila sampai berakhirnya pemungutan suara, quorum belum tercapai,
perhitungan suara diundur paling lama 3 (tiga) jam dengan ketentuan
telah mencapai ½ (setengah) dari jumlah Pemilih yang telah disahkan.
(3) Apabila setelah pengunduran waktu pemungatan suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) quorum masih belum tercapai, maka
pemungutan suara dinyatakan batal dan pemungutan suara diulang pada
hari lain.
(4) Pelaksanaan ulang pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilaksanakan selambat-lambatnya 30 hari sejak pemungutan suara
dinyatakan batal.

Pasal 37

(1) Pemberian suara untuk pemilihan Calon Kepala Desa dilakukan dengan
mencoblos salah satu tanda gambar Calon yang berhak dipilih pada Bilik
yang sudah dipersiapkan oleh Panitia.
(2) Pemilih hanya memberikan suara kepada 1 (satu) orang Calon.
(3) Pemilih yang berhalangan hadir, tidak dapat mewakilkan hak suaranya
kepada orang lain.
(4) Pengaturan mengenai bentuk surat suara dan tanda gambat calon Kepala
Desa diatur dengan Keputusan BPD atas usul Panitia Pemilihan.
(5) Pengaturan mengenai pemberian sura bagi pemilih yang cacat akan
ditaur dengan Keputusan Bupati.
19

Pasal 38

Surat suara dinyatakan batal apabila :


a. Tidak memakai surat suara yang telah ditentukan;
b. Tidak terdapat tanda tangan Panitia Pemilihan;
c. Memuat tanda/kode yang menunjukkan identitas pemilih;
d. Mencoblos lebih dari satu calon;
e. Mencoblos di luar kolom tanda gambar yang disediakan.

Pasal 39

(1) Penghitungan suara dilakukan di masing-masing TPS oleh Panitia Teknis.

(2) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh :
a. Panitia Pemilihan;
b. Panitia Pengawas;
c. Para calon Kepala Desa atau saksi yang ditunjuk oleh calon
(3) Penunjukan saksi calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
disampaikan oleh calon kepada Panitia pemilihan dengan dilampiri surat
kuasa.
(4) Apabila calon dan/atau saksi calon yang ditunjuk tidak hadir, Panitia
Teknis dapat menunjuk salah seorang atau beberapa orang yang hadir
untuk menjadi saksi.

Pasal 40

(1) Penghitungan surat suara dapat dialihkan ke tempat lain oleh Panitia
Pemilihan apabila situasi dan kondisi keamanan tidak memungkinkan.
(2) Pengalihan tempat penghitungan surat suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah berkoordinasi dengan Panitia Pengawas
dan BPD.

Pasal 41

(1) Apabila terjadi perbedaan antara jumlah pemilih yang menggunakan hak
pilihnya dengan jumlah surat suara, Panitia Pemilihan dapat mengusulkan
pembatalan pemungutan suara di TPS yang terjadi perbedaan setelah
bermusyawarah dengan Panitia Pengawas dan para calon Kepala Desa.
20

(2) Hasil Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam
Berita Acara dan disampaikan kepada BPD.
(3) Selambat-lambatnya 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam, Ketua BPD
menyelenggarakan Rapat Paripurna Khusus untuk membahas usul
pembatalan pemungutan suara.
(4) Apabila usul pembatalan pemungutan suara disetujui, BPD segera
menetapkan jadwal pemungutan suara ulang selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari.
Pasal 42

(1) Untuk memberikan pertimbangan kepada Bupati dalam mengesahkan


Keputusan BPD tentang Penetapan Calon terpilih, Bupati membentuk
Panitia Penelitian Kabupaten dengan Keputusan Bupati.
(2) Susunan keanggotaan, tugas dan tanggung jawab Panitia Penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.

Paragraf 6
Penetapan Calon Terpilih

Pasal 43

(1) Panitia Pemilihan menetapkan Calon terpilih, setelah menyelenggarakan


rapat perhitungan suara yang dihadiri oleh Panitia Pengawas, Panitia
Teknis dan para calon atau saksi calon.
(2) Calon yang dinyatakan sebagai calon terpilih adalah yang memperoleh
suara terbanyak.
(3) Hasil rapat perhitungan suara dan penetapan calon Kepala Desa terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara dan
ditandatangani oleh seluruh anggota panitia Pemilihan, Panitia Pengawas
dan para calon atau saksi calon dengan diketahui pimpinan BPD.
(4) Apabila ada calon atau saksi calon yang tidak menandatangani Berita
Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Berita Acara perhitungan
suara tetap dinyatakan sah.
21

Pasal 44

Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah penandatanganan Berita Acara


perhitungan suara dan penetapan Calon terpilih, Panitia pemilihan
menyampaikan kepada pimpinan BPD dengan tembusan Camat.

Pasal 45

(1) Calon Kepala Desa diberikan kesempatan untuk menyampaikan


keberatan terhadap proses pelaksanaan pemilihan kepada BPD selambat-
lambatnya 3 x 24 jam sejak panitia pemilihan menetapkan calon Kepala
Desa terpilih dengan disertai bukti-bukti.
(2) Selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak menerima keberatan Calon
Kepala Desa, BPD menyelenggarakan rapat khusus membahas
permasalahan tersebut untuk diambil keputusan.
(3) Apabila selama batas waktu yang telah diberikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) calon Kepala Desa tidak mengajukan keberatan, BPD
menyatakan pemilihan Kepala Desa sah.

Pasal 46

Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima Berita Acara


Penetapan Calon terpilih, BPD menyelenggarakan Rapat Paripurna untuk
menetapkan Calon kepala Desa Terpilih menjadi Kepala Desa Terpilih dengan
Keputusan BPD.

Paragraf 7
Pengesahan dan Pelantikan Kepala Desa

Pasal 47

(1) Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah BPD menetapkan calon


Kepala Desa terpilih, Ketua BPD mengusulkan kepada Bupati untuk
mendapat pengesahan.
(2) Usulan Ketua BPD sebagimana dimaksud ayat (1) dilampiri dengan
Keputusan BPD tentang Calon Kepala Desa Terpilih, Berita Acara
Pemilihan dan Berita Acara Perhitungan Perolehan Suara Pemilihan
Kepala Desa.
22

(3) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima usul Ketua


BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati menerbitkan
Keputusan tentang Pengesahan Kepala Desa terpilih.

Pasal 48

Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya Keputusan


Bupati tentang Pengesahan Kepala Desa terpilih, Kepala Desa yang
bersangkutan dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 49

(1) Sebelum memangku jabatannya, kepala Desa mengucapkan sumpah/janji.


(2) Susunan kata-kata sumpah/janji Kepala Desa adalah sebagai berikut :
“Demi Allah (tuhan) saya bersumpah/janji bahwa saya akan memenuhi kewajiban
saya sebagai Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-
adilnya bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan
Pancasila sebagai dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan
demokrasi dan Undang Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta
segala Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia’’.

Pasal 50

(1) Kepala Desa diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk periode 5 (lima) tahun berikutnya
(2) Apabila Kepala Desa telah menjabat 2 (dua) kali periode, yang
bersangkutan tidak boleh dicalonkan kembali untuk masa jabatan ketiga
kalinya di Desa bersangkutan.

Paragraf 8
Pemberhentian Sementara dan Pemberhentian Kepala Desa

Pasal 51

(1) Kepala Desa yang berstatus sebagai tersangka suatu tindak pidana, dapat
diusulkan oleh BPD untuk diberhentikan sementara dari jabatannya
kepada Bupati.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati .
23

(3) Untuk menjalankan tugas sehari-hari Kepala Desa yang diberhentikan


sementara, Bupati menetapkan Pelaksana Tugas Kepala Desa atas usul
BPD.
(4) Selama Kepala Desa dikenakan pemberhentian sementara, pelaksanaan
tugas sehari-hari dilaksanakan Pelaksana Tugas Kepala Desa
(5) Apabila berdasarkan hasil penyidikan atau putusan Pengadilan, Kepala
Desa yang diberhentikan sementara tidak terbukti melakukan perbuatan
yang dituduhkan, maka BPD mengusulkan untuk mencabut Keputusan
Bupati tentang Pemberhentian Sementara.
(6) BPD mengusulkan pemberhentian Kepala Desa yang diberhentikan
sementara apabila terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan
putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 52

(1) Pertanggungjawaban Kepala Desa dilaksanakan setiap tahun, akhir masa


jabatan dan pertanggungjawaban hal-hal tertentu atas perhintaan BPD.
(2) Pertanggungjawaban tahunan dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
(3) Apabila laporan pertanggungjawaban tahunan Kepada Desa ditolak,
maka Kepala Desa dalam tenggang waktu 30 hari setelah penolakan
harus mengajukan kembali LPJ tahunannya.
(4) Apabila untuk yang kedua kalinya ditolak maka BPD meminta kepada
Bupati untuk melakukan penyidikan.

Pasal 53

(1) BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya


masa jabatan Kepala Desa secara tertulis enam bulan sebelum berakhir
masa jabatan.
(2) 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa jabatan, Kepala Desa menyam
paikan pertanggungjawaban akhir masa jabatan kepada BPD.
(3) Pertanggungjawaban Kepala Desa yang ditolak oleh BPD termasuk
pertanggungjawaban keuangan, harus dilengkapi atau disempurnakan
24

dan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari disampaikan
kembali kepada BPD.
(4) Apabila pertanggungjawaban Kepala Desa yang telah disempurnakan
ditolak untuk kedua kalinya, Kepala Desa yang bersangkutan tidak boleh
dicalonkan untuk periode berikutnya.

Pasal 54

Kepala Desa diberhentikan oleh Bupati atas usul BPD karena :


a. Meninggal dunia ;
b. Mengajukan permintaan sendiri ;
c. Tidak lagi memenuhi syarat atau melanggar sumpah ;
d. Berakhir masa jabatan dan telah dilantik Kepala Desa yang baru ;
e. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan/atau norma yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat Desa, baik yang tertuang maupun tidak
dalam Peraturan Desa.
Pasal 55

(1) Bagi Kepala Desa yang tidak dapat menjalankan tugas, wewenang dan
kewajibannya karena sakit atau mengalami kecelakaan dalam
menjalankan tugasnya, maka sekretaris Desa ditunjuk oleh pejabat yang
berwenang untuk menjalankan tugas, wewenang dan kewajiban sebagai
Kepala Desa atas usul BPD;
(2) Apabila setelah 6 (enam) bulan berdasarkan keterangan dotker penguji,
bahwa Kepala Desa dimaksud belum dapat menjalankan tugas,
wewenang dan kewajibannya, maka pejabat yang berwenang
memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya dan menetapkan
Pejabat Sementara Kepala Desa atas usul BPD.

Pasal 56

Pengaturan lebih lanjut mengenai Tata cara Pemberhentian Kepala Desa


diatur dalam Keputusan Bupati.
25

Paragraf 9
Pejabat Sementara Kepala Desa

Pasal 57

(1) Pejabat Sementara Kepala Desa diangkat oleh Bupati atas usul BPD.
(2) Pejabat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah
Perangkat Desa pada Sekretariat Desa.
(3) Masa jabatan Kepala Desa Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama 1 (satu) tahun.

Paragraf 10
Tugas, Kewajiban dan Larangan Kepala Desa

Pasal 58

(1) Tugas dan Kewajiban Kepala Desa adalah :


a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa ;
b. Membina Kehidupan Masyarakat Desa ;
c. Membina Perekonomian Desa ;
d. Memelihara Ketentraman dan Ketertiban masyarakat Desa ;
e. Mendamaikan Perselisihan Masyarakat Desa ;
f. Mewakili Desanya di dalam dan diluar pengadilan dan dapat
menunjuk kuasa hukumnya;
g. Mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan bersama Badan
Perwakilan Desa menetapkan Peraturan Desa ;
h. Memelihara kelestarian adat-istiadat yang hidup dan berkembang di
Desa yang bersangkutan.
(2) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a termasuk juga pelaksanaan pendataan penduduk untuk
kepentingan nasional dan melaporkannya kepada Pemerintah melalui
Bupati dengan tembusan camat .
(3) Untuk mendamaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf e, Kepala Desa dapat dibantu oleh Badan Perwakilan Desa ;
(4) Segala perselisihan yang telah didamaikan oleh Kepala Desa bersifat
mengikat pihak-pihak yang berselisih.
26

Pasal 59

(1) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana dimaksud


pada Pasal 58 Kepala Desa wajib bersikap jujur dan bertindak adil,
transparan, dan tidak diskriminatif serta tidak mempersulit dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
(2) Kepala Desa yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat diusulkan untuk diberhentikan oleh BPD setelah
melalui teguran dan atau peringatan-peringatan secara lisan maupun
tertulis.

Pasal 60

Kepala Desa dilarang :


a. Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi
dirinya, keluarganya dan kelompoknya;
b. Menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang patut dapat
diduga akan mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya ;
c. Menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan
kecuali mewakili Desanya;
d. Dilarang merangkap jabatan sebagai :
− Anggota BPD;
− Pengurus BUMDes dan BUMD;
− Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa dan jabatan yang dilarangan
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Perangkat Desa
Paragraf 1
Umum

Pasal 61

(1) Perangkat Desa membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya.
27

(2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perangkat
Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Sekretariat Desa sebagai unsur pelayanan yang dipimpin oleh seorang
Sekretaris yang membawahi paling sedikit tiga Urusan dan paling
banyak enam urusan yang membidangi urusan Pemerintahan,
Ekonomi dan Pembangunan, administrasi umum dan keuangan,
Ketentraman dan Ketertiban, serta Kesejahteraan Rakyat.
b. Pelaksana Teknis Lapangan;
a. Kepala Dusun sebagai unsur pembantu Kepala Desa.

Pasal 62

(1) Perangkat Desa dapat dipilih dan atau diangkat tanpa pemilihan sesuai
kondisi sosial budaya masyarakat setempat dari penduduk Desa yang
memenuhi persyaratan.
(2) Sekretaris Desa dan Kepala Urusan diangkat dan diberhentkan oleh
Kepala Desa atas persetujuan BPD.
(3) Kepala Dusun terpilih diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Desa atas
persetuuan BPD.

Pasal 63

Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan dan/atau


pengangkatan Perangkat Desa diatur dengan Keputusan Bupati.

Pasal 64

(1) Kepala Desa dan/atau Perangkat Desa yang akan menjadi calon anggota
legislati wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati
dengan tembusan Camat dan BPD.
(2) Bupati menyampaikan persetujuan atau penolakan secara tertulis kepada
Kepala Desa dan/atau Perangkat Desa pemohon, dengan tembusan Camat
dan BPD.
(3) Apabila permohonan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendapat persetujuan, Bupati memberhentikan Kepala Desa yang
28

bersangkutan dan menetapkan Pejabat Sementara Kepala Desa dengan


batas waktu sampai dengan penepatan anggota legislatif berdasarkan hasil
pemilihan umum.
(4) Apabila permohonan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mendapat persetujuan Bupati, Kepala Desa memberhentikan Perangkat
Desa yang bersangkutan dan menetapkan Pejabat Sementara Perangkat
Desa dengan persetujuan BPD.

Bagian Keempat
Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa

Pasal 65

(1) Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap
bulannya dan/atau tunjangan lainnya sesuai kemampuan keuangan Desa.
(2) Penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam Anggaran pendapatan dan
Belanja Desa.
BAB V
BADAN PERWAKILAN DESA

Bagian Kesatu
Pembentukan

Pasal 66

(1) Di Desa dibentuk Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD
atau yang disebut dengan nama lain yang merupakan unsur Pemerintahan
Desa.
(2) Tujuan pembentukan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai mitra Pemerintah Desa untuk penyelengaraan pemerintahan yang
baik serta wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.

Pasal 67

Pembentukan BPD dilakukan oleh masyarakat Desa yang keanggotaannya


dipilih dari dan oleh penduduk Desa yang memenuhi persyaratan.
29

Bagian kedua
Syarat Anggota BPD

Pasal 68

(1) Yang dapat dipilih menjadi anggota BPD adalah penduduk Warga Negara
Indonesia yang memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan dimaksud ayat (1) adalah sebagaimana persyaratan untuk
menjadi calon Kepala Desa dimaksud Pasal 16 ayat (2).

Pasal 69

Pegawai Negeri yang mencalonkan diri sebagai anggota BPD, selain


memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (2), diharuskan
pula memperoleh ijin dari Instansi Induknya.

Bagian Ketiga
Pemilihan Anggota BPD

Pasal 70

(1) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemilihan anggota BPD, Kepala Desa


membentuk Panitia pemilihan.
(2) Susunan Panitia Pemilihan terdiri dari :
a. Ketua;
b. Wakil ketua
c. Sekretaris merangkap anggota;
d. Beberapa orang anggota sesuai kebutuhan.

Pasal 71

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan pemilihan anggota BPD, Panitia Pemilihan


membentuk Panitia Teknis di setiap TPS.
(2) Susunan Panitia Teknis terdiri dari :
a. Ketua;
b. Wakil ketua
c. Sekretaris merangkap anggota;
d. Beberapa orang anggota sesuai kebutuhan.
30

Pasal 72

Pengaturan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab Panitia


Pemilihan dan Panitia Teknis diatur dengan Keputusan Bupati.

Bagaian Keempat
Pengesahan dan Pelantikan Anggota BPD terpilih

Pasal 73

(1) Hasil pemilihan calon anggota BPD diajukan oleh Panitia Pemilihan
kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan pengesahan sebagaiamana dimaksud pada
ayat (1) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah usulan diterima.

Pasal 74

(1) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Keputusan ditetapkan,


anggota BPD dilantik oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Sebelum memangku jabatannya, Anggota BPD mengucapkan
sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk.
(3) Susunan kata-kata sumpah/janji anggota BPD adalah sebagaimana
susunan kata-kata/sumpah janji Kepala Desa dimaksud Pasal 49 ayat (2).

Bagian Kelima
Keanggotaan BPD
Paragraf 1
Jumlah Anggota

Pasal 75

Jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah penduduk Desa yang


bersangkutan dengan ketentuan :
a. Jumlah penduduk sampai dengan 2.500 jiwa, yaitu 7 orang anggota ;
b. 2.501 sampai dengan 5.000 jiwa, yaitu 9 orang anggota ;
c. 5.001 sampai dengan 7.500 jiwa, yaitu 11 orang anggota ;
d. 7.501 sampai dengan 10.000 jiwa, yaitu 13 orang anggota ;
e. lebih dari 10.000 jiwa, yaitu 15 orang anggota.
31

Paragraf 2
Masa keanggotaan BPD

Pasal 76

(1) Masa jabatan anggota BPD adalah 5 (lima) tahun sejak tanggal pelantikan
dan dapat dicalonkan kembali untuk masa jabatan berikutnya.
(2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan
anggota BPD, Pemerintah Desa memproses pembentukan BPD baru.

Pasal 77

Anggota BPD tidak boleh merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan/atau
Perangkat Desa.

Paragraf 3
Pemberhentian dan Pergantian Antar Waktu Anggota BPD

Pasal 78

Anggota BPD berhenti antar waktu sebagai anggota karena :


a. Meninggal Dunia ;
b. Atas permintaan sendiri scara tertulis kepada Pimpinan BPD ;
c. Bertempat tinggal diluar wilayah Desa tempatnya menjadi anggota BPD
secara terus menerus sedikit-dikitnya 1 (satu) tahun, kecuali ditugaskan
secara resmi oleh Desa dan/atau Daerah untuk kepentingan Desa
dan/atau Daerah ;
d. Tidak lagi memenuhi salah satu persyaratan menjadi anggota BPD ;
e. Dinyatakan melanggar sumpah/janji sebagai anggota BPD yang
diputuskan melalui rapat paripurna BPD ;
f. Melanggar larangan anggota BPD ;
g. Terkena larangan perangkapan jabatan menurut Peraturan Perundang-
undangan.

Pasal 79
(1) Anggota BPD yang berhenti antar waktu diganti oleh calon anggota BPD
sesuai dengan lanjutan nomor urut dalam daftar perolehan suara pada
pemilihan anggota BPD.
32

(2) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti antar waktu berhenti bersama-
sama dengan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 76 ayat (1).

Pasal 80

(1) Anggota BPD yang berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana
dapat diberhentikan sementara sebagai anggota BPD oleh Bupati atas usul
Ketua BPD setelah mendapat pertimbangan Rapat Pimpinan BPD.
(2) Selama dalam masa pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Anggota BPD tersebut dihentikan hak-haknya untuk
sementara sebagai anggota;
(3) Apabila Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terbukti
melakukan tindak pidana, Pimpinan BPD segera mengusulkan untuk
pemulihan keanggotaan dan hak-haknya sebagai anggota BPD.

Bagian Keenam
Sekretariat BPD

Pasal 81

(1) Untuk kenlancaran tugas-tugas BPD, dibentuk Sekretariat BPD yang


dipimpin oleh Sekretaris dan dapat dibantu oleh beberapa staf sesuai
kebutuhan dan kemampuan keuangan Desa.
(2) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala Desa
atas persetujuan BPD dan bukan dari Perangkat Desa dan anggota BPD.

Pasal 82

(1) Untuk keperluan kegiatan BPD dan Sekretariat BPD disediakan biaya
sesuai kemampuan keuangan Desa yang dikelola oleh Sekretariat BPD.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan setiap tahun dalam
anggaran pendapatan dan Belanja Desa.

Bagian Ketujuh
Alat Kelengkapan dan Rapat BPD

Pasal 83
(1) Alat kelengkapan BPD terdiri dari :
33

a. Pimpinan
b. Komisi-komisi.
(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari Ketua
dan Wakil Ketua.
(3) Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling banyak 2 (dua)
orang.
(4) Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam
rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(5) Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kalinya dipimpin oleh
anggota yang memperoleh suara terbanyak satu dan terbanyak dua.

Pasal 84

Jenis Rapat BPD terdiri dari :


a. Rapat paripurna;
b. Rapat Pimpinan BPD;
c. Rapat Alat kelengkapan BPD;
d. Rapat kerja;
e. Rapat Dengar Pendapat;
f. Kunjungan Kerja.

Pasal 85

(1) Rapat dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota.
(2) Pengaturan lebih lanjut mengenai mekanisme Rapat BPD diatur dalam
tata tertib BPD.

Bagian Kedelapan
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban
Paragraf 1
Kedudukan

Pasal 86

(1) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah Desa.


(2) BPD bersama-sama dengan Pemerintah Desa menyelenggarakan
Pemerintahan Desa.
34

Paragraf 2
Tugas dan Fungsi

Pasal 87

BPD mempunyai tugas :


a. Menerima dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa.
b. Memusyawarahkan setiap rencana yang diajukan oleh Kepala Desa
sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Desa dan/atau Keputusan Kepala
Desa.

Pasal 88

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 87 BPD


menyelenggarakan fungsi meliputi :
a. Mengayomi, yaitu menjaga dan melindungi kelestarian adat istiadat dan
kearifan lokal yang hidup dan berkembang di Desa setempat sepanjang
tidak bertentangan dengan tata nilai keagamaan, serta menunjang
kelangsungan pembangunan dan kehidupan bermasyarakat
b. Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama
Pemerintah Desa ;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap :
1) Pelaksanaan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa ;
2) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ;
3) Kebijakan Kepala Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan
Pembangunan Desa ;
4) Pelaksanaan Perjanjian dan Kerjasama antar Desa ;
5) Pelaksanaan Penggunaan Pinjaman Desa ;
6) Penggunaan Kekayaan Desa ;
7) Kebijakan dan kegiatan Badan Usaha Milik Desa ;
8) Kebijakan dan Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat
Desa.
d. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa bersama Kepala
Desa.
35

Paragraf 3
Wewenang, Kewajiban dan Hak

Pasal 89

Wewenang BPD meliputi :


a. Memproses pemilihan Kepala Desa dan pemilihan Kepala Dusun;
b. Mengusulkan pengangkatan, pemberhentian sementara dan/atau
pemberhentian Kepala Desa dan Kepala Dusun ;
c. Menilai keterangan pertanggungjawaban Kepala Desa ;
d. Menilai pelaksanaan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa ;
e. Menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah,
Pemerintah Propinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten terhadap rencana
pembangunan di wilayah Desa
f. Memberikan saran dan pendapat serta pertimbangan kepada Pemerintah
Desa.

Pasal 90

BPD mempunyai kewajiban ;


a. Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia ;
b. Mengamalkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta mentaati
peraturan Perundang-undangan ;
c. Membina demokrasi dan permusyawaratan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa ;
d. Memperjuangkan hak dan kepentingan masyarakat dalam bidang sosial,
ekonomi, dan politik berdasarkan keadilan, pemerataan dan kesetaraan
sesuai batas-batas kewenangannya ;
e. Melindungi adat istiadat dan kearifan lokal yang sesuai dengan tata nilai
keagamaan serta hak-hak minoritas berdasarkan hak asal usulnya ;
f. Menerima, menyalurkan, dan memperjuangkan aspirasi, keluhan dan

pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya;


36

g. Menumbuh kembangkan nilai-nilai gotong royong dan partisipasi


masyarakat dalam setiap tahap penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
dan pembangunan Desa ;
h. Dalam melaksanakan hak, tugas, fungsi dan wewenangnya anggota BPD
harus bertindak jujur, adil, terbuka serta tidak melakukan diskriminasi
serta berorientasi kepada kepentingan masyarakat dan Desa.

Pasal 91

BPD mempunyai Hak :


a. Meminta Pertanggung Jawaban Kepala Desa.
b. Meminta keterangan Pemerintah Desa, Lembaga Keamsyarakatan,
Lembaga Adat, serta Organisasi Kemasyarakatan di Desa.
c. Mengusulkan dan melaksanakan penentuan pendapat rakyat menyangkut
dengan keberadaan Kepala Desa dan atau kebijakan Pemerintah Desa.
d. Mengajukan rancangan dan/atau perubahan Peraturan Desa;
e. Menetapkan Rencana Anggaran Belanja Desa.
f. Mendapat uang kesejahteraan dan uang sidang.
g. Menetapkan peraturan tata tertib BPD.
h. Mengajukan pernyataan dan pendapat terhadap Pemerintah Desa.

Pasal 92

Pengaturan lebih lanjut mengenai Tata Cara pelaksanaan wewenang,


kewajiban dan hak BPD diatur dalam peraturan tata tertib BPD.

Bagian Kesembilan
Larangan Anggota BPD

Pasal 93

Anggota BPD dilarang :


(1) Melakukan perbuatan dan/atau tindakan yang bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan ;
(2) Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang
hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat ;
37

(3) Melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan kepercayaan


masyarakat terhadap kehormatan dan martabat sebagai anggota BPD
seperti melakukan perbuatan asusila, amoral, dan kriminal;
(4) Terlibat langsung atau tidak langsung sebagai penyalur dan atau
pengguna narkotika, obat-obat terlarang dan minuman keras;
(5) Sebagai pelaksana proyek pembangunan Desa yang dibiayai dari dana
Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, dan/atau
Pemerintah Desa ;
(6) Menetapkan kebijakan dan/atau mengadakan persekongkolan dengan
Pemerintah Desa dalam menentukan kebijakan yang memberikan
keuntugan bagi dirinya, pejabat Pemerintah Desa dan keluarganya
dan/atau kelompok serta kroninya ;
(7) Menerima uang, barang dan/atau jasa dari Pihak lain yang patut dapat
diduga akan mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan
dilakukannya dapat merugikan masyarakat, Desa, dan/atau Pemerintah ;
(8) Menjadi pengurus dan/atau pelaksana Badan Usaha Milik Desa.

BAB VI
SUMBER PENDAPATAN DESA
Bagian Kesatu
Sumber Pendapatan Dan Kekayaan Desa

Pasal 94

(1) Sumber Pendapatan Desa terdiri atas : a.


Pendapatan Asli Desa yang meliputi :
1. Hasil Usaha Desa
2. Hasil Kekayaan Desa
3. Hasil Swadaya dan Partisipasi
4. Hasil Gotong Royong; dan
5. Lain – lain pendapatan Asli Desa yang sah
b. Bantuan dari Pemerintah Kabupaten;
1. Bagian dari perolehan pajak dan retribusi Daerah;
2. Bagian dana perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang
diterima oleh Pemerintah Kabupaten;
38

c. Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Propinsi;


d. Sumbangan dari pihak ketiga;
e. Pinjaman Desa; dan
f. Hasil Kerjasama dengan Pihak Ketiga.
(2) Sumber pendapatan Desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa, tidak
dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
(3) Bagian penerimaan Desa dari bagian dana perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten diatur dalam
Peraturan Daerah tersendiri.

Pasal 95

Pendapatan Daerah yang diperoleh dan berasal dari Desa, pelaksanaan


pemungutannnya dapat dikerjasamakan dengan Pemerintahan Desa dan
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 96

Kekayaan Desa antara lain :


a. Tanah Kas Desa
b. Pasar Desa
c. Bangunan Desa
d. Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola oleh Desa
e. Lain – lain kekayaan Desa yang sah
f. Penyertaan Modal kepada Pihak ketiga

Bagian Kedua
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES )

Pasal 97

(1) Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Desa Pemerintah Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa.
(2) Bentuk Badan Usaha Milik Desa adalah Badan Hukum sebagaimana
diatur dalam Perundang-undangan yang berlaku.
39

Bagian Ketiga
Pinjaman Desa

Pasal 98

Pinjaman Desa dapat bersumber dari :


a. Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten
b. Bank Pemerintah
c. Bank Pemerintah Daerah
d. Bank Swasta
e. Sumber–sumber yang sah sesuai peraturan perundang – undangan

Pasal 99

(1) Pinjaman Desa digunakan untuk :


a. Meningkatkan Pendapatan Asli Desa
b. Membiayai suatu usaha yang dapat meningkatkan Pendapatan Desa
c. Menambah/menyertakan modal Pemerintah Desa kepada Badan
Usaha Milik Desa dan atau usaha – usaha lain.
(2) Pinjaman Desa tidak dapat digunakan untuk membiayai belanja rutin
Desa.
(3) Penggunaan dan pengembalian pinjaman Desa dicantumkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai pinjaman Desa diatur dengan Keputusan
Bupati.

BAB VII
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Pasal 100

(1) Kepala Desa bersama BPD menetapkan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.
(2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ditetapkan selambat-lambatnya 1
(satu) bulan setelah ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
40

Pasal 101

(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud pada


Pasal 100 terdiri atas bagian penerimaan dan bagian pengeluaran.
(2) Bagian pengeluaran terdiri atas Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran
Pembangunan.

Pasal 102

(1) Pengelolaan keuangan dilaksanakan oleh Bendaharawan Desa yang


diangkat oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan dari BPD.
(2) Pengelolaan anggaran pendapatan dan Belanja Desa meliputi
penyusunan anggaran, pelaksanaan tata usaha keuangan dan
perhitungan anggaran.
(3) Pengelolaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa kepada BPD selambat-
lambatnya tiga bulan setelah berakhir tahun anggaran.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB VIII
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT

Bagian Kesatu
Lembaga Kemasyarakatan

Pasal 103

Dalam rangka mendukung kelancaran tugas Pemerintah Desa dalam


penyelenggaraan Pemerintahan, pelaksanaan Pembangunan dan Pembinaan
Kehidupan Masyarakat Desa, di Desa dapat dibentuk Lembaga
Kemasyarakatan Desa.

Pasal 104

Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada


Pasal 103 Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Peraturan Desa.
41

Pasal 105

Nama atau sebutan dan jumlah lembaga kemasyarakatan Desa disesuaikan


dengan kondisi sosial budaya serta adat istiadat setempat.

Pasal 106

Susunan Organisasi Lembaga Kemasyarakatan Desa sekurang-kurangnya


terdiri dari :
a. Ketua;
b. Sekretaris;
c. Bendahara ; dan
d. Anggota pengurus lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 107

(1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa diangkat dan atau dipilih dari
Tokoh Masyarakat yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(2) Persyaratan pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945
c. Berkelakuan baik jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian
terhadap masyarakat
d. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat.
(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai Lembaga Kemasyarakatan Desa
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian Kedua
Lembaga Adat

Pasal 108

(1) Di Desa dapat dibentuk Lembaga–lembaga Adat yang dibutuhkan oleh


masyarakat Desa setempat berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah.
42

(2) Pemerintah Daerah dapat menetapkan berbagai kebijakan dalam upaya


pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan lembaga
adat diwilayahnya

Pasal 109

Nama dan mekanisme pembentukan Lembaga Adat diatur sesuai dengan


nilai–nilai, norma-norma dan kebiasaan–kebiasaan yang berlaku di
masyarakat Desa setempat

Pasal 110

Struktur organisasi Lembaga Adat diatur sesuai dengan nilai–nilai, norma–


norma dan kebiasaan–kebiasaan yang berlaku dimasing–masing Desa dan
ditetapkan dengan Peraturan Desa

Pasal 111

Pengurus organisasi Lembaga Adat ditetapkan oleh Kepala Desa dan


dikukuhkan oleh Bupati

BAB IX
PEMBANGUNAN DESA

Pasal 112

(1) Pemerintah Kabupaten dan/atau pihak ketiga yang merencanakan


pembangunan Desa menjadi wilayah permukiman, industri dan jasa wajib
mengikutsertakan Pemerintahan Desa dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasannya.
(2) Pengaturan lebih lanjut mengenai pembangunan Desa diatur dalam
Peraturan Daerah tersendiri.

BAB X
PERATURAN DESA
Bagian Kesatu
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan Peraturan Desa

Pasal 113

(1) Rancangan Peraturan Desa dapat diajukan oleh Pemerintah Desa


dan/atau BPD.
43

(2) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) Pemerintah Desa dan/atau BPD harus memperhatikan
dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.
(3) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
berasal dari Pemerintah Desa disampaikan secara tertulis oleh Kepala Desa
kepada BPD.
(4) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
merupakan usul inisiatif BPD sebelum ditetapkan terlebih dahulu dibahas
bersama Pemerintah Desa.
(5) BPD menyelenggarakan rapat paripurna untuk mendengarkan penjelasan
Pemerintah Desa terhadap pengajuan rancangan Peraturan Desa.

Pasal 114

(1) Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa atas persetujuan BPD.
(2) Peraturan Desa ditandatangani oleh Kepala Desa.
(3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), tidak
memerlukan pengesahan Bupati, tetapi wajib disampaikan kepada Bupati
selambat-lambatnya dua minggu setelah ditetapkan dengan tembusan
kepada Camat.
(4) Peraturan Desa sebelum ditetapkan agar disosialisasikan kepada
masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.

Pasal 115

(1) Peraturan Desa mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.


(2) Pengundangan Peraturan Desa dalam lembaran Desa dilakukan oleh
Sekretaris Desa.

Bagian Kedua
Mekanisme Pengambilan Keputusan

Pasal 116

(1) Dalam menetapkan Peraturan Desa, BPD mengadakan rapat yang dihadiri
oleh sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari jumlah anggota.
44

(2) Pengambilan keputusan oleh BPD dinyatakan sah jika dan disetujui oleh
setengah ditambah 1 dari jumlah anggota BPD yang hadir.
(3) Dalam hal jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
terpenuhi, Rapat Paripurna diundur paling lama 2 (dua) jam.
(4) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) jumlah
anggota BPD belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat
(1) rapat dapat dilanjutkan pada hari yang lain.
(5) Pengaturan lebih lanjut mengenai rapat pengambilan keputusan
ditetapkan dengan Peraturan Tata Tertib BPD.

Bagian Ketiga
Materi Peraturan Desa

Pasal 117

Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum,


Peraturan Daerah dan Peraturan perundang-undangan lainnya yang lebih
tinggi.

Pasal 118

Peraturan Desa di bentuk untuk menetapkan mater-materi antara lain :


a. Ketentuan-ketentuan yang bersifat mengatur.
b. Segala sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakat Desa.
c. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kekayaan Desa.
d. Segala sesuatu yang menimbulkan beban bagi masyarakat dan/atau
keuangan Desa.

Bagian Keempat
Pelaksanaan Peraturan Desa

Pasal 119

(1) Pelaksanaan Peraturan Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.


(2) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, Peraturan Daerah dan Peraturan Desa.
45

Pasal 120

(1) Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa yang bersifat mengatur
diundangkan dengan menempatkannya dalam Lembaran Desa.
(2) Ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai kekuatan
hukum dan mengikat setelah diundangkan dalam Lembaran Desa.

BAB XI
KERJASAMA ANTAR DESA

Bagian Kesatu
Maksud dan Tujuan Kerjasama

Pasal 121

(1) Kerjasama antar Desa dimaksudkan untuk mengatasi persoalan atau


permasalahan yang timbul dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan
Desa serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai tingkat
perkembangan pembangunan.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, politik, sosial budaya dan
keamanaan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan Pendapatan
Asli Desa.

Bagian kedua
Bentuk Kerjasama

Pasal 122

(1) Beberapa Desa dapat mengadakan kerjasama untuk kepentingan Desa


yang diatur dengan keputusan bersama dan dilaporkan kepada Bupati
dengan tembusan Camat.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara :
a. Desa dengan Desa lain dalam satu Kecamatan atau di luar Kecamatan
dalam satu Kabupaten;
b. Desa dengan Desa lain dalam Daerah Kabupaten yang berbeda;
c. Desa dengan Desa lain dalam Daerah Propinsi yang berbeda.
46

(3) Obyek kerjasama antar Desa meliputi semua kegiatan dalam


penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan di Desa.
(4) Keputusan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencantumkan
materi-materi antara lain :
a. Obyek kerjasama;
b. Jangka Waktu Kerjasama;
c. Hak dan Kewajiban;
d. Pembiayaan;
e. Tata Cara dan Ketentuan Pelaksanaan;
f. Ketentuan lain yang dipandang perlu.
(5) Untuk pelaksanaan kerjasama dapat dibentuk Badan Kerjasama Antar
Desa.
(6) Kerjasama antar Desa yang memberi beban kepada masyarakat harus
mendapat persetujuan BPD.

Pasal 123

Biaya pelaksanaan kerjasama antar Desa dibebankan kepada Desa yang


melakukan kerjasama.

Pasal 124

(1) Perselisihan antar Desa diselesaikan oleh Pejabat yang berwenang secara
musyawarah.
(2) Apabila dalam penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), terdapat salah satu pihak yang tidak menerima keputusan
pejabat yang berwenang, pihak tersebut dapat mengajukan penyelesaian
di Lembaga Peradilan
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 125

Dalam rangka pembinaan, Pemerintah Kabupaten memfasilitasi


penyelenggaraan Pemerintahan Desa melalui pemberian pedoman,
bimbingan, pelatihan, arahan, supervise dan bantuan lainnya.
47

Pasal 126

Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa harus disampaikan kepada


Pemerintah Kabupaten selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja setelah
ditetapkan dengan tembusan Camat.

Pasal 127

(1) Pemerintah Kabupaten dapat membatalkan Peraturan Desa dan


Keputusan Kepala Desa yang bertentangan dengan kepentingan umum
atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau
peraturan perundang-undangan lainnya.
(2) Keputusan pembatalan Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberitahukan kepada Desa yang
bersangkutan dengan menyebutkan alasan-alasannya.
(3) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah Keputusan Pembatalan
Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa tersebut dibatalkan
pelaksanaannya.
(4) Desa yang tidak dapat menerima keputusan pembatalan Peraturan Desa
dan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
mengajukan keberatan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Propinsi
setelah mengajukannya kepada Pemerintah Kabupaten

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 128

Sebelum ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan berdasarkan Peraturan Daerah


ini, semua petunjuk pelaksanaan yang mengatur mengenai pemerintahan
Desa yang sudah ada dinyatakan masih tetap berlaku.
48

Pasal 129

Kepala Desa dan Perangkat Desa yang diangkat berdasarkan peraturan


Daerah Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Desa, Peraturan Daerah
Nomor 13 Tahun 2001 tentang Tata Cara, pencalonan, Pemilihan,
Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa, dan Peraturan Daerah
Nomor 14 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pemilihan dan/atau Pengangkatan
Perangkat Desa masih tetap menjalankan tugasnya sampai dengan berakhir
masa jabatannya.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 130

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :


1. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 11 Tahun 2001
tentang Pemerintahan Desa;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2001
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 13 Tahun 2001
tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian
Kepala Desa;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 14 Tahun 2001
tentang Tata Cara Pemilihan dan/atau Pengangkatan Perangkat Desa;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 15 Tahun 2001
tentang Pembentukan Badan Perwakilan Desa;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 5 Tahun 2002
tentang Kerjasama Antar Desa;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 17 Tahun 2002
tentang Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat di Desa,
dinyatakan tidak berlaku.
49

Pasal 131

Peraturan Daerah ini mulai berlaku 2 (dua) bulan setelah diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Lombok Timur.

Disahkan di Selong
Pada tanggal 28 Juni 2004
BUPATI LOMBOK TIMUR,

ttd

H. MOH. ALI BIN DACHLAN


Diundangkan di Selong
Pada tanggal 28 Juni 2004

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LOMBOK TIMUR,

ttd

H. LALU KAMALUDIN
[

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2004


NOMOR 12
50

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
NOMOR 6 TAHUN 2004
TENTANG
PEMERINTAHAN DESA

I. UMUM

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah


memberikan kewenangan kepada Desa untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang dikaui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di
dalam Daerah Kabupaten. Dengan pemberian kewenangan kepada Desa
tersebut, maka kedudukan Desa yang memiliki otonomi asli sangat
strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang dalam
penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi Desa yang kuat
akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.
Pengakuan terhadap nilai sosial budaya, adat istiadat dan asal-usul sebagai
jati diri masyarakat Desa perlu mendapat wadah pemeliharaan dan
pengaturan dalam bentuk Peraturan Daerah.
Berkaitan dengan otonomi Desa tersebut, Pemerintah Kabupaten Lombok
Timur sejak diberlakukannya secara efektif Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 telah membentuk Peraturan-peraturan Daerah yang mengatur
mengenai Pemerintahan Desa, namun Peraturan-peraturan tersebut
dirasakan masih belum mencerminkan semangat otonomi sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Oleh sebab itu materi-materi Peraturan-peraturan
tersebut perlu disempurnakan dengan membentuk Peraturan Daerah baru
yang mengatur tentang Pemerintahan Desa, yang memberikan otonomi
kepada Desa secara nyata dan bertanggung jawab.
Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal mengenai pembentukan,
penghapusan dan/atau penggabungan Desa, Pemerintah Desa, Badan
51

Perwakilan Desa, sumber pendapatan desa, Lembaga Kemasyarakatan dan


Lembaga Adat, Peraturan Desa dan Kerjasama Antar Desa.
Dalam rangka perwujudan demokrasi di tingkat Desa diadakan Badan
Perwakilan Desa yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat dan melakukan pengawasan dalam hal penetapan dan
pelaksanaan Peraturan Desa.
Dengan adanya kewenangan Desa untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
sosial budaya masyarakat setempat, berarti terbuka peluang untuk tumbuh
dan berkembangnya lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat sesuai
kebutuhan dan kondisi sosial budaya setempat. Lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan lembaga adat tersebut merupakan mitra dari
Pemerintahan Desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Selain itu pemberian kewenangan kepada desa, juga diharapkan dapat
menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas serta mendorong partisipasi
masyarakat desa dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang
potensial yang ada di desa, seperti dengan pendirian Badan Usaha Milik
Desa dan melakukan kerjasama sama antar desa.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup
jelas.
Pasal 2 Cukup
jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pemekaran Desa adalah pemecahan Desa
menjadi lebih dari satu.
Ayat (3)

Cukup jelas
52

Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Perubahan tersebut atas dan prakarsa masyarakat desa setempat
dengan persetujuan BPD yang diteruskan oleh Kepala Desa kepada
Bupati melalui Camat
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan kewenangan berdasarkan hak asal usul
Desa adalah hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan adat istiadat yang berlaku
dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
53

Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan berpengetahuan sederajat adalah
seseorang yang dianggap mempunyai pengalaman, kemampuan
dan pengetahuan setara Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
walaupun tidak mempunyai ijazah formal yang dibuktikan
dengan surat keterangan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud Instansi Induk adalah :
- Pegawai Negeri Sipil, Instansi Induknya adalah Sekretariat Daerah,
Dinas/Badan/Kantor.
54

- TNI, Instansi adalah Komando Resor Militer (KOREM)/Komando


Distrik Militer (KODIM)
- POLRI, Instansi Induknya adalah Polda/Polres.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
55

Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
56

Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
Tindak pidana yang dimaksud pada ayat ini adalah tindak pidana
kejahatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
57

Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Yang dimaksud Instansi Induk adalah :
- Pegawai Negeri Sipil, Instansi Induknya adalah Sekretariat Daerah,
Dinas/Badan/Kantor.
- TNI, Instansi adalah Komando Resor Militer (KOREM)/Komando
Distrik Militer (KODIM)
- POLRI, Instansi Induknya adalah Polda/Polres.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
58

Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
59

Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Yang termasuk lembaga kemasyarakatan Desa adalah LKMD, Karang
Taruna, PKK dan sejenisnya.
Pasal 104
Cukup jelas.
60

Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah tokoh adat,
tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka
masyarakat lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
61

Pasal 118
Cukup jelas.
Pasal 119
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.
Pasal 121
Cukup jelas.
Pasal 122
Cukup jelas.
Pasal 123
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup jelas.
Pasal 126
Cukup jelas.
Pasal 127
Cukup jelas.
Pasal 128
Cukup jelas.
Pasal 129
Cukup jelas.
Pasal 130
Cukup jelas.
Pasal 131
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR


NOMOR 2
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
NOMOR 6 TAHUN 2004
TANGGAL 28 JUNI 2004

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA

KEPALA DESA BADAN PERWAKILAN DESA

PELAKSANA TEKNIS SEKRETARIS DESA


LAPANGAN

KAUR KAUR KAUR KAUR KAUR KAUR

KEPALA KEPALA KEPALA


DUSUN DUSUN DUSUN

BUPATI LOMBOK TIMUR,

H. MOH. ALI BIN DACHLAN


PERATURAN DAERAH
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
NOMOR 6 TAHUN 2004
TENTANG

PEMERINTAHAN DESA
65

PELAKSANA TEKNIS
LAPANGAN
66

Anda mungkin juga menyukai