LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E NOMOR SERI 1
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
NOMOR 2 TAHUN 2007
TENTANG
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
ASAS PEMBENTUKAN
Pasal 2
BAB III
PERENCANAAN PENYUSUNAN
Pasal 3
BAB IV
MATERI MUATAN
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 7
BAB V
PERSIAPAN PENYUSUNAN
RANCANGAN PERATURAN DESA
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
(1) Rancangan Peraturan Desa yang disusun atas usul inisiatif BPD
disampaikan kepada Kepala Desa dengan surat pengantar Ketua
BPD sebagai bahan pembahasan dalam Rapat BPD.
9
(2) Paling lambat 1 (satu) minggu setelah Rancangan Peraturan Desa
diterima oleh Kepala Desa, BPD dapat menjadwalkan rapat
pembahasan Rancangan Peraturan Desa.
Pasal 11
(2) Rancangan Peraturan Desa yang sedang dibahas dalam rapat BPD,
hanya dapat ditarik kembali atas persetujuan bersama BPD.
BAB VI
RAPAT PEMBAHASAN
RANCANGAN PERATURAN DESA
Pasal 12
BAB VII
PENGESAHAN dan
PENETAPAN PERATURAN DESA
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
(1) Rancangan Peraturan Desa selain tentang APB Desa, Pungutan dan
Penataan Ruang yang telah memperoleh persetujuan bersama dan
telah ditetapkan dengan Keputusan Persetujuan BPD, dapat langsung
ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
(3) Apabila Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, Pungutan dan
Penataan Ruang sebagaimana dimaksud ayat (2), tidak mendapat
persetujuan dari hasil evaluasi Bupati atau Pejabat yang mendapat
delegasi, maka terhadap Rancangan Peraturan Desa tersebut tidak
boleh ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
(2) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
berlaku surut.
Pasal 17
Pasal 18
BAB VIII
PENGUNDANGAN PERATURAN DESA
Pasal 19
BAB IX
PENYEBARLUASAN PERATURAN DESA
Pasal 21
BAB X
SISTEMATIKA PENULISAN PERATURAN DESA,
PERATURAN KEPALA DESA dan KEPUTUSAN KEPALA DESA
Pasal 22
Pasal 23
BAB XI
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 24
Pasal 25
BAB XII
PEMBIAYAAN
Pasal 26
Pasal 27
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati
dan/atau Keputusan Bupati.
Pasal 29
Ditetapkan di Amuntai
pada tanggal 17 April 2007
CAP
TTD
H. FAKHRUDDIN
Diundangkan di Amuntai
pada tanggal 17 April 2007
CAP
TTD
H. RISNADY BAHARUDDIN
TENTANG
I. UMUM
Huruf b
Yang dimaksud dengan asas "kelembagaan atau organ
pembentuk yang tepat" adalah bahwa setiap jenis Peraturan
Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang
berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat
dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh
lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
Huruf c
Yang dimaksud dengan asas "kesesuaian antara jenis dan
materi muatan" adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan
materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundang-
undangannya.
Huruf d
Yang dimaksud dengan asas "dapat dilaksanakan" adalah
bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang-
undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis,
yuridis maupun sosiologis.
Huruf e
Yang dimaksud dengan asas "kedayagunaan dan
kehasilgunaan" adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-
undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan
dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
19
berbangsa, dan bernegara.
Huruf f
Yang dimaksud dengan asas "kejelasan rumusan" adalah
bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus
memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan
Perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau
terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah
dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.
Huruf g
Yang dimaksud dengan asas "keterbukaan" adalah bahwa
dalam proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan
pembahasan bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam proses pembuatan Peraturan Perundang-
undangan.
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi maksudnya
adalah peraturan desa yang dibentuk tidak boleh
memuat ketentuan/kaidah hukum yang berlawanan
atau bertentangan dengan peraturan perundan-
undangan yang secara hirarkhie berada di atasnya,
20
misalnya Peraturan Desa tidak boleh bertentangan
dengan Peraturan Daerah dan/atau Peraturan
Kepala Daerah, Peraturan Menteri, Peraturan
Presiden, Peraturan Pemerintah atau Undang-
Undang.
Huruf c
Cukup jelas
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa,
terdiri dari :
A. Judul;
B. Pembukaan;
C. Batang Tubuh;
D. Penutup;
E. Penjelasan; ( bila diperlukan )
F. Lampiran ( bila diperlukan ).
A. JUDUL
1. Judul Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa,
terdiri dari :
a. Jenis Peraturan/Keputusan dan Nama Desa
b. Nomor dan Tahun
c. Frase: TENTANG
d. Nama Peraturan/Keputusan
2. Nama Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
dibuat singkat dan mencerminkan isi dari peraturan tersebut.
3. Judul ditulis dengan huruf kapital semua, tanpa diakhiri tanda baca dan
diletakkan di tengah marjin.
4. Penomoran pada Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa menggunakan
angka bulat, sedangkan penomoran pada Keputusan Kepala Desa
menggunakan kode klasifikasi.
TENTANG
TENTANG
TENTANG
B. PEMBUKAAN
1. Pembukaan pada Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan
Kepala Desa terdiri dari:
a. Frase “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA”
b. Jabatan Pembentuk Peraturan/Keputusan : KEPALA DESA …………..,
c. Konsiderans : diawali dengan kata Menimbang
d. Dasar Hukum : diawali dengan kata Mengingat
e. Frase: Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN
DESA …………. dan KEPALA DESA …………………
f. Frase: MEMUTUSKAN:
g. Frase: Menetapkan :
2. Frase “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” dan Jabatan Pembentuk
Peraturan/Keputusan, ditulis dengan huruf besar semua, diletakkan di
tengah marjin, dan pada jabatan pembentuk peraturan/keputusan diakhiri
dengan tanda baca koma (,).
3. Konsiderans
1) Konsiderans diawali dengan kata “Menimbang” yang memuat uraian
singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang,
alasan-alasan serta landasan yuridis, filosofis, sosiologis, atau politis
dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan
Kepala Desa.
23
2) Jika konsiderans lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran
dirumuskan pengertian yang merupakan satu kesatuan atau
berkesinambungan, dan dari tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan
huruf a, b, c, dst., serta diakhiri dengan tanda titik koma ( ; ).
Contoh :
Menimbang : a. bahwa guna melaksanakan ketentuan Pasal …
Peraturan Bupati Hulu Sungai Utara Nomor … Tahun
….. tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan
APB Desa, perlu menyusun Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa Banjang Tahun Anggaran 2006;
4. Dasar Hukum
1) Dasar Hukum diawali dengan kata “Mengingat” yang harus memuat
dasar hukum bagi pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu juga
dimuat peraturan perundang-undangan yang memerintahkan
dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan
Kepala Desa atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi
yang diatur.
dan
6. Diktum MEMUTUSKAN
Kata “MEMUTUSKAN” ditulis dengan huruf kapital, diakhiri dengan tanda
baca titik dua ( : ), dan diletakkan di tengah marjin.
7. Diktum Menetapkan
Kata “Menetapkan” dicantumkan sesudah kata MEMUTUSKAN, diletakkan
sejajar dengan kata “Menimbang” dan “Mengingat”. Huruf awal kata
“Menetapkan” ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca
titik dua ( : ).
Pada Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa, setelah kata
“Menetapkan:” disambung dengan Judul dari Peraturan Desa atau
Peraturan Kepala Desa tersebut dan diakhiri dengan tanda baca titik ( . )
MEMUTUSKAN:
C. BATANG TUBUH
Uraian masing-masing batang tubuh, sebagai berikut :
1. Batang Tubuh Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa.
27
a. Batang Tubuh Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa terdiri dari :
1) Ketentuan Umum;
2) Materi yang diatur;
3) Ketentuan Peralihan ( jika ada );
4) Ketentuan Penutup.
c. Tata cara penulisan Bab, Bagian, Paragraf, Pasal dan ayat ditulis
sebagai berikut :
1) Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi dan Judul Bab semua
ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Nama Pungutan Desa
3) Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan diberi judul.
Huruf awal pada paragraf, dan huruf awal pada judul awal paragraf
ditulis dengan huruf kapital, sedangkan huruf lainnya setelah huruf
pertama ditulis dengan huruf kecil.
Contoh :
28
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI dan TATA KERJA KARANGTARUNA
Bagian Kesatu
Struktur Organisasi
Pragraf 1
Organisasi
Contoh :
Pasal 5
Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, maka di samping
dirumuskan dalam bentuk kalimat biasa, dapat pula
dipertimbangkan penggunaan bentuk tabulasi.
29
Contoh :
Pasal 11
Pasal 11
Contoh :
Pasal 10
(1) ………………………
(2) ………………………
a. …………………….; dan
b. …………………….;
1 ……………………..;
2 ……………………..; dan
3.……………………..;
30
a) ……………………..;
b) ……………………..; dan
c) ……………………..;
1) ……………………..;
2) ……………………..; dan
3) ……………………..;
Contoh :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
c. Ketentuan peralihan
Ketentuan peralihan timbul sebagai cara mempertemukan antara azas
mengenai akibat kehadiran peraturan baru dengan keadaan sebelum
peraturan baru itu berlaku. Pada azasnya pada saat peraturan baru
berlaku, maka semua peraturan lama beserta akibat-akibatnya menjadi
tidak berlaku. Kalau azas ini diterapkan tanpa memperhitungkan
32
keadaan yang sudah berlaku, maka dapat timbul kekacauan hukum,
ketidak-pastian hukum atau kesewenang-wenangan hukum.
Untuk menampung akibat berlakunya peraturan baru terhadap
peraturan lama, diadakan ketentuan atau aturan peralihan.
d. Ketentuan penutup
Ketentuan penutup merupakan bagian terakhir dari batang tubuh
Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa, yang biasanya dapat
berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang diikutsertakan dalam
melaksanakan Peraturan Desa, yaitu berupa :
a) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat menjalankan ( eksekutif ),
yaitu menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk
melaksanakan hal-hal tertentu.
b) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat mengatur ( legislatif ), yaitu
pendelegasian kewenangan untuk membuat peraturan
pelaksanaan.
D. PENUTUP
Penutup suatu Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa, memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Rumusan tempat dan tanggal penetapan, diletakkan di sebelah kanan;
2. Nama jabatan ditulis dengan huruf kapital, dan pada akhir kata diberi tanda
baca koma ( , );
3. Nama lengkap pejabat yang menandatangani, ditulis dengan huruf kapital
tanpa gelar dan pangkat;
4. Penetapan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa ditandatangani oleh Kepala Desa.
5. Untuk Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa ditambah dengan
rumusan tempat dan tanggal pengumuman/pengundangan, dan tahun dan
nomor Berita Daerahnya.
E. PENJELASAN
Adakalanya suatu Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa memerlukan
penjelasan, baik penjelasan umum maupun penjelasan Pasal demi Pasal.
Penjelasan umum biasanya memuat politik hukum yang melatarbelakangi
penerbitan Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa yang bersangkutan.
Pada bagian penjelasan Pasal demi Pasal dijelaskan materi dari norma-norma
yang terkandung dalam setiap Pasal di dalam batang tubuh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjelasan adalah :
1. Pembuat Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa agar tidak
menyandarkan argumentasi pada penjelasan, tetapi harus berusaha
membuat Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa yang dapat
meniadakan keragu-raguan dalam interpretasi.
2. Naskah penjelasan disusun bersama-sama dengan rancangan Peraturan
Desa atau rancangan Peraturan Kepala Desa yang bersangkutan.
3. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atas materi tertentu.
4. Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk membuat
peraturan lain.
5. Judul penjelasan sama dengan judul Peraturan Desa atau Peraturan Kepala
Desa.
6. Penjelasan terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan Pasal yang
pembagiannya dirinci dengan angka romawi.
7. Penjelasan umum memuat uraian sistematis mengenai latar belakang
pemikiran, maksud dan tujuan penyusunan, serta pokok-pokok atau azas-
azas yang dimuat dalam Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa.
34
8. Bagian-bagian dari penjelasan umum dapat diberi nomor dengan angka
arab jika hal itu lebih memberikan kejelasan.
9. Tidak boleh bertentangan dengan apa yang diatur dalam materi Peraturan
Desa atau Peraturan Kepala Desa.
10. Tidak boleh memperluas atau menambah norma yang sudah ada dalam
batang tubuh.
11. Tidak boleh sekedar mengulang semata-mata dari materi Peraturan Desa,
atau Peraturan Kepala Desa.
12. Tidak boleh memuat istilah atau pengertian yang sudah dimuat dalam
ketentuan umum.
13. Beberapa Pasal yang tidak memerlukan penjelasan, dipisahkan dan diberi
keterangan cukup jelas.
Perubahan pada Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa dapat meliputi:
Dalam hal perubahan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan
Kepala Desa, yang harus diperhatikan adalah :
1. Perubahan dilakukan oleh Pejabat yang berwenang;
2. Peraturan Desa diubah dengan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
diubah dengan Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa diubah
dengan Keputusan Kepala Desa;
3. Perubahan dilakukan tanpa merubah sistematika peraturan yang diubah;
4. Dalam penamaan disebutkan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau
Keputusan Kepala Desa yang diubah dan bila perubahan lebih dari satu kali,
sebutkan perubahan yang keberapa kali.
TENTANG
PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DESA BITIN NOMOR 4 TAHUN 2004
TENTANG PUNGUTAN PELAYANAN ADMINISTRASI DESA
35
Contoh Perubahan Kedua :
TENTANG
Contoh :
Pasal I
………………………………….
Pasal 8
(1) ... .
(2) …………
(3) ... .
b. tatacara penghapusan
Jika dalam suatu Peraturan Desa, atau Peraturan Kepala Desa dilakukan
penghapusan atas suatu bab, bagian, paragraf, Pasal, atau ayat, maka
urutan bab, bagian paragraf, Pasal, atau ayat tersebut tetap dicantumkan
dengan diberi keterangan dihapus.
Contoh :
1. Pasal 16 dihapus.
2. Pasal 18 ayat (2) dihapus sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 18
(1) ... .
(2) Dihapus.
(3) ... .
BAB II A
NAMA, OBYEK dan SUBYEK PUNGUTAN DESA
37
Pasal 1
(1) ... .
(2) ... .
Pasal 2
(1) ... .
(2) ... .
Pasal 12 A
Contoh :
3. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 18 disisipkan 2 (dua) ayat, yakni
ayat (1a) dan ayat (1b) sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 18
(1) ... .
(1a) ... .
(1b) ... .
(2) ... .
a. Konsideran menimbang
38
Contoh:
Menimbang : a. bahwa … tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keadaan, sehingga perlu diganti;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a perlu menetapkan
………………
b. Ketentuan Penutup.
Contoh :
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Contoh :
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Mencabut Keputusan Kepala Desa Teluk Daun Nomor 10
Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Perangkat Desa Teluk
Daun.
KEDUA : Mengangkat kembali Perangkat Desa Teluk Daun,
sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini.
KETIGA : ….. dst.
Contoh :
PERATURAN DESA KALINTAMUI
NOMOR 7 TAHUN 2006
TENTANG
TENTANG
TENTANG
Pasal 1
A. PERATURAN DESA
TENTANG
-----------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------
( nama Peraturan Desa, ditulis huruf besar semua )
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
…………………………………….
Pasal 3
(1) …………………………………….
(2) …………………………………….
(3) …………………………………….
a. ………………………………….;
b …………………………………..;
c. ………………………………….
BAB III
……………………………………………….. ( judul bab )
Bagian Kesatu
……………………………………….. ( judul bagian )
Pasal …..
(1) …………………………………….
(2) …………………………………….
(3) …………………………………….
a. ………………………………….;
b …………………………………..;
c. ………………………………….
1) ……………………………...;
2) ……………………………...;
3) ……………………………....
42
Bagian Kedua
……………………………………….. ( judul bagian )
Pasal ….
…………………………………………………………
BAB …
KETENTUAN PERALIHAN ( jika ada )
Pasal ….
…………………………………………………………
BAB …..
KETENTUAN PENUTUP
Pasal …
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya lebih lanjut diatur dalam Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan
Kepala Desa.
Pasal ….
---------------------------------
( nama Kepala Desa, ditulis dengan
huruf besar tanpa pangkat dan gelar )
Catatan :
** Batang tubuh Peraturan Desa tidak selalu harus dibagi dalam bab, bagian atau
pragraf.
TENTANG
-----------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------
( nama Peraturan Kepala Desa, ditulis huruf besar semua )
MEMUTUSKAN:
Pasal 2
(1) …………………………………….
(2) …………………………………….
(3) …………………………………….
a. ………………………………….;
b …………………………………..;
c. ………………………………….
Pasal …..
(1) …………………………………….
(2) …………………………………….
(3) …………………………………….
a. ………………………………….;
b …………………………………..;
c. ………………………………….
1) ……………………………...;
2) ……………………………...;
3) ……………………………....
Pasal ….
…………………………………………………………
Pasal ….
---------------------------------
( nama Kepala Desa, ditulis dengan
huruf besar tanpa pangkat dan gelar )
45
Catatan :
** Batang tubuh Keputusan Kepala Desa dapat juga dibagi dalam bab, bagian atau
pragraf.
TENTANG
-----------------------------------------------------
( nama Keputusan Kepala Desa, ditulis huruf besar semua )
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : …………………………………………….
KEDUA : …………………………………………….
---------------------------------
( nama Kepala Desa, ditulis huruf besar tanpa
gelar )
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BUPATI HULU SUNGAI UTARA,
CAP
TTD
H. FAKHRUDDIN