Anda di halaman 1dari 46

SALINAN

LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E NOMOR SERI 1

PERATURAN DAERAH
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
NOMOR 2 TAHUN 2007

TENTANG

MEKANISME PENYUSUNAN DAN SISTEMATIKA PENULISAN


PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA
DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 62


Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa joncto Pasal 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan
Desa, dan guna mewujudkan keseragaman dan
ketertiban bagi Desa dalam membentuk dan
menetapkan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
dan Keputusan Kepala Desa, perlu mengatur
pedoman pembentukan dan penetapan Peraturan
2
Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala
Desa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a di atas, perlu membentuk
Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara
tentang Mekanisme Penyusunan dan Sistematika
Penulisan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
dan Keputusan Kepala Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang


Penetapan Undang-Undang Nomor 3 Drt. Tahun 1953
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953
Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2756 ) sebagai Undang-Undang (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1820 );

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
3
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang


Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang


Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelengga-
raan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Re-
publik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun


2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun


2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme
Penyusunan Peraturan Desa;

9. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara


Nomor 19 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara (Lembaran Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2000 Nomor 38
Seri D Nomor 27);

10. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara


Nomor 9 Tahun 2005 tentang Badan Permusya-
waratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu
Sungai Utara Tahun 2005 Nomor 12 Seri E Nomor 8 );
4
11. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara
Nomor 10 Tahun 2005 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2005
Nomor 13 Seri E Nomor 9 ).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

dan

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG MEKANISME


PENYUSUNAN DAN SISTEMATIKA PENULISAN
PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA
DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Hulu Sungai
Utara.
5
3. Bupati adalah Bupati Hulu Sungai Utara.

4. Sekretaris Daerah adalah Sekrektaris Daerah Kabupaten Hulu


Sungai Utara.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-


batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat Desa setempat berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan
Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

7. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah


lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.

8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan


oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan desa.

10. Program Legislasi Desa adalah instrumen perencanaan program


pembentukan Peraturan Desa yang disusun secara terencana,
terpadu dan sistematis.

11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat


oleh BPD bersama Kepala Desa.

12. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka
6
melaksanakan Peraturan Desa atau peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi.

13. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh


Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan
Peraturan Desa maupun Peraturan Kepala Desa.

14. Berita Daerah adalah penerbitan resmi Pemerintah Daerah yang


digunakan untuk mengumumkan Peraturan Desa atau Peraturan
Kepala Desa.

BAB II
ASAS PEMBENTUKAN

Pasal 2

Pembentukan Peraturan Desa harus berdasarkan pada asas


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang
meliputi:
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan; dan
g. keterbukaan.

BAB III
PERENCANAAN PENYUSUNAN

Pasal 3

(1) Perencanaan penyusunan Peraturan Desa dilakukan dalam suatu


Program Legislasi Desa.
7
(2) Penyusunan Program Legislasi Desa di lingkungan BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh
Sekretaris BPD.

(3) Penyusunan Program Legislasi Desa di lingkungan Pemerintah Desa


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh
Sekretaris Desa.

BAB IV
MATERI MUATAN

Pasal 4

Jenis peraturan perundang-undangan pada tingkat Desa meliputi :


a. Peraturan Desa;
b. Peraturan Kepala Desa.

Pasal 5

(1) Materi muatan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf


a adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, dan Pemberdayaan
Masyarakat, serta penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial
budaya masyarakat desa setempat.

(2) Materi muatan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1), harus mematuhi ketentuan sebagai berikut :
a. tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi;
b. tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum; dan/atau
c. tidak boleh memuat sanksi pidana.
8
Pasal 6

Materi muatan Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud Pasal 4


huruf b adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa yang bersifat
pengaturan.

Pasal 7

Kepala Desa dapat menetapkan Keputusan Kepala Desa dalam rangka


penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa dan/atau Peraturan Kepala
Desa yang bersifat penetapan.

BAB V
PERSIAPAN PENYUSUNAN
RANCANGAN PERATURAN DESA

Pasal 8

Penyusunan Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah


Desa dan dapat berasal dari usul inisiatif BPD.

Pasal 9

(1) Rancangan Peraturan Desa yang disusun atas prakarsa Pemerintah


Desa disampaikan kepada BPD oleh Kepala Desa, disertai dengan
surat permohonan pembahasan Rancangan Peraturan Desa dalam
rapat BPD.

(2) Paling lambat 1 (satu) minggu setelah Rancangan Peraturan Desa


diterima, BPD wajib menjadwalkan rapat pembahasan Rancangan
Peraturan Desa.

Pasal 10

(1) Rancangan Peraturan Desa yang disusun atas usul inisiatif BPD
disampaikan kepada Kepala Desa dengan surat pengantar Ketua
BPD sebagai bahan pembahasan dalam Rapat BPD.
9
(2) Paling lambat 1 (satu) minggu setelah Rancangan Peraturan Desa
diterima oleh Kepala Desa, BPD dapat menjadwalkan rapat
pembahasan Rancangan Peraturan Desa.

Pasal 11

(1) Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Pemerintah Desa,


dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama dalam Rapat BPD.

(2) Rancangan Peraturan Desa yang sedang dibahas dalam rapat BPD,
hanya dapat ditarik kembali atas persetujuan bersama BPD.

BAB VI
RAPAT PEMBAHASAN
RANCANGAN PERATURAN DESA

Pasal 12

(1) Pembahasan Rancangan Peraturan Desa dilakukan oleh BPD


bersama Pemerintah Desa dalam rapat yang dilaksanakan khusus
untuk itu.

(2) Rapat pembahasan Rancangan Peraturan Desa sebagaimana


dimaksud ayat (1) dipimpin oleh Pimpinan BPD dan dihadiri sekurang-
kurangnya ½ ( satu perdua ) dari jumlah anggota BPD.

(3) Rapat pembahasan Rancangan Peraturan Desa sebagaimana


dimaksud ayat (1) dipersiapkan oleh Sekretaris BPD, dengan
kelengkapan rapat sebagai berikut:
a. Undangan Rapat;
b. Daftar hadir Rapat; dan
c. Berita Acara Rapat BPD.

(4) Rapat pembahasan Rancangan Peraturan Desa sebagaimana


dimaksud ayat (1) dapat diselenggarakan dengan susunan acara
sebagai berikut:
10
a. Penjelasan secara singkat dari Kepala Desa apabila Rancangan
Peraturan Desa berasal dari Pemerintah Desa, atau dari Ketua
BPD apabila Rancangan Peraturan Desa berasal dari usul inisiatif
BPD;
b. Rapat Kerja BPD dengan Pemerintah Desa, membahas pasal demi
pasal Rancangan Peraturan Desa;
c. Kesimpulan Akhir BPD / Penutup.

BAB VII
PENGESAHAN dan
PENETAPAN PERATURAN DESA

Pasal 13

(1) Rancangan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan


bersama BPD disampaikan oleh Pimpinan BPD kepada Kepala Desa
dalam waktu paling lambat 7 ( tujuh ) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama.

(2) Penyampaian Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud


ayat (1) di atas, disertai dengan Keputusan BPD tentang Persetujuan
Rancangan Peraturan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa.

Pasal 14

(1) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, Pungutan dan


Penataan Ruang yang telah memperoleh persetujuan bersama dan
telah ditetapkan dengan Keputusan Persetujuan BPD, sebelum
ditetapkan menjadi Peraturan Desa, paling lambat 3 (tiga) hari wajib
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat untuk
dievaluasi.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) bertujuan agar tercapai


keserasian antara kebijakan desa dengan kebijakan daerah, dan
keserasian antara kepentingan publik dengan kepentingan aparatur
desa.
11
(3) Hasil Evaluasi Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud
ayat (1) disampaikan oleh Bupati kepada Kepala Desa paling lambat
20 ( dua puluh ) hari sejak Rancangan Peraturan Desa tersebut
diterima.

(4) Terhadap Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, apabila


Bupati belum memberikan hasil evaluasi Rancangan APB Desa dalam
tenggang waktu sebagaimana dimaksud ayat (3), Kepala Desa dapat
menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi
Peraturan Desa.

(5) Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa sebagaimana


dimaksud ayat (1) dapat didelegasikan kepada Camat.

Pasal 15

(1) Rancangan Peraturan Desa selain tentang APB Desa, Pungutan dan
Penataan Ruang yang telah memperoleh persetujuan bersama dan
telah ditetapkan dengan Keputusan Persetujuan BPD, dapat langsung
ditetapkan menjadi Peraturan Desa.

(2) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, Pungutan dan


Penataan Ruang ditetapkan menjadi Peraturan Desa setelah
mendapat persetujuan dari hasil evaluasi Bupati atau Pejabat yang
mendapat delegasi.

(3) Apabila Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, Pungutan dan
Penataan Ruang sebagaimana dimaksud ayat (2), tidak mendapat
persetujuan dari hasil evaluasi Bupati atau Pejabat yang mendapat
delegasi, maka terhadap Rancangan Peraturan Desa tersebut tidak
boleh ditetapkan menjadi Peraturan Desa.

(4) Penetapan Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa oleh


Kepala Desa dilakukan dengan cara membubuhkan tanda tangan
pada naskah Peraturan Desa.
12
Pasal 16

(1) Peraturan Desa sejak ditetapkan dinyatakan mulai berlaku dan


mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, kecuali ditentukan lain di
dalam Peraturan Desa tersebut.

(2) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
berlaku surut.

Pasal 17

Peraturan Desa wajib mencantumkan batas waktu penetapan


pelaksanaan.

Pasal 18

(1) Peraturan Desa yang telah ditetapkan atau diberlakukan wajib


disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat sebagai
bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) hari
setelah ditetapkan.

(2) Peraturan Desa yang telah ditetapkan atau diberlakukan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) dan Pasal 15 ayat (1), dapat
dicabut dan dibatalkan dengan Keputusan Bupati, apabila tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.

BAB VIII
PENGUNDANGAN PERATURAN DESA

Pasal 19

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Desa dan Peraturan Kepala


Desa dimuat dalam Berita Daerah.
13
Pasal 20

(1) Pemuatan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 19 dilakukan oleh Sekretaris Daerah.

(2) Kewenangan pemuatan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa


dalam Berita Daerah, dapat dilimpahkan oleh Sekretaris Daerah
kepada Sekretaris Desa.

BAB IX
PENYEBARLUASAN PERATURAN DESA

Pasal 21

(1) Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa wajib disebarluaskan


kepada masyarakat oleh Pemerintah Desa.

(2) Penyebarluasan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dapat


dilakukan dengan cara menempelkan naskah kopian/kutipan pada
papan pengumuman desa, sosialisasi atau diinformasikan secara lisan
dalam berbagai pertemuan desa.

BAB X
SISTEMATIKA PENULISAN PERATURAN DESA,
PERATURAN KEPALA DESA dan KEPUTUSAN KEPALA DESA

Pasal 22

(1) Sistematika penulisan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan


Keputusan Kepala Desa dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan Desa, Peraturan


Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud
14
pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 23

Peraturan Desa dapat memuat penjelasan, baik penjelasan secara umum


maupun penjelasan Pasal demi Pasal.

BAB XI
PARTISIPASI MASYARAKAT

Pasal 24

(1) Masyarakat berhak memberikan masukan baik secara tertulis ataupun


lisan terhadap Rancangan Peraturan Desa.

(2) Masukan secara tertulis ataupun lisan dari masyarakat sebagaimana


dimaksud ayat (1), disampaikan kepada Pemerintah Desa dan/atau
BPD, sebelum Rancangan Peraturan Desa dibahas bersama dalam
rapat BPD.

Pasal 25

Dalam rangka mewujudkan pembentukan Peraturan Desa yang aspiratif,


Pemerintah Desa wajib mensosialisasikan rancangan Peraturan Desa
kepada masyarakat guna menggali aspirasi yang bersifat konstruktif.

BAB XII
PEMBIAYAAN

Pasal 26

Segala biaya yang timbul dalam rangka perancangan, pembahasan,


penetapan, pengumuman dan penyebarluasan Peraturan Desa
dibebankan pada APB Desa.
15
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 27

Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan, supervisi, bimbingan,


atau pelatihan kepada BPD, Kepala Desa dan/atau Perangkat Desa,
dalam rangka meningkatkan kemampuan Pemerintah Desa dalam
pembentukan atau penyusunan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
dan/atau Keputusan Kepala Desa.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah


Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 13 Tahun 2000 tentang
Peraturan Desa ( Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tahun 2000, Nomor 24 Seri D Nomor 18 ), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku lagi.

(2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati
dan/atau Keputusan Bupati.

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara.
16

Ditetapkan di Amuntai
pada tanggal 17 April 2007

BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

CAP
TTD

H. FAKHRUDDIN

Diundangkan di Amuntai
pada tanggal 17 April 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN


HULU SUNGAI UTARA,

CAP
TTD

H. RISNADY BAHARUDDIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA


TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E NOMOR SERI 1.
17
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
NOMOR 2 TAHUN 2007

TENTANG

MEKANISME PENYUSUNAN DAN SISTEMATIKA PENULISAN


PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA
DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA

I. UMUM

Peraturan Daerah tentang Mekanisme Penyusunan dan


Sistematika Penulisan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan
Keputusan Kepala Desa ini dibentuk sebagai pelaksanaan dari
ketentuan Pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa joncto Pasal 19 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme
Penyusunan Peraturan Desa.

Disamping itu dengan adanya Peraturan Daerah ini diharapkan


dapat terwujud keseragaman dan ketertiban bagi Desa dalam rangka
membentuk dan menetapkan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
dan Keputusan Kepala Desa.

Secara substansi, materi Peraturan Daerah ini disusun dengan


berpedoman pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Permendagri Nomor 17 Tahun
2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah dan Permendari
Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan
Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa, dengan tetap
memperhatikan kondisi dan kemampuan Pemerintahan Desa secara
umum yang ada di daerah kita.
18
II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup Jelas


Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan "kejelasan tujuan" adalah bahwa
setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

Huruf b
Yang dimaksud dengan asas "kelembagaan atau organ
pembentuk yang tepat" adalah bahwa setiap jenis Peraturan
Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat
Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang
berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat
dibatalkan atau batal demi hukum, apabila dibuat oleh
lembaga/pejabat yang tidak berwenang.

Huruf c
Yang dimaksud dengan asas "kesesuaian antara jenis dan
materi muatan" adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan
materi muatan yang tepat dengan jenis Peraturan Perundang-
undangannya.

Huruf d
Yang dimaksud dengan asas "dapat dilaksanakan" adalah
bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus memperhitungkan efektifitas Peraturan Perundang-
undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis,
yuridis maupun sosiologis.

Huruf e
Yang dimaksud dengan asas "kedayagunaan dan
kehasilgunaan" adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-
undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan
dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
19
berbangsa, dan bernegara.

Huruf f
Yang dimaksud dengan asas "kejelasan rumusan" adalah
bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus
memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan
Perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau
terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah
dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.

Huruf g
Yang dimaksud dengan asas "keterbukaan" adalah bahwa
dalam proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan
pembahasan bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam proses pembuatan Peraturan Perundang-
undangan.

Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi maksudnya
adalah peraturan desa yang dibentuk tidak boleh
memuat ketentuan/kaidah hukum yang berlawanan
atau bertentangan dengan peraturan perundan-
undangan yang secara hirarkhie berada di atasnya,
20
misalnya Peraturan Desa tidak boleh bertentangan
dengan Peraturan Daerah dan/atau Peraturan
Kepala Daerah, Peraturan Menteri, Peraturan
Presiden, Peraturan Pemerintah atau Undang-
Undang.

Dalam hal ini termasuk tidak boleh memuat


ketentuan yang mengatur tentang
pungutan/retribusi/pajak yang objek
pungutan/retribusi/pajak tersebut sudah menjadi
objek pungutan/ retribusi/pajak daerah dan telah
diatur dalam peraturan daerah, karena ini akan
menimbulkan pungutan ganda.

Huruf c
Cukup jelas

Pasal 6 s.d. Pasal 29 Cukup jelas


21
Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara
Nomor 2 Tahun 2007
Tanggal 17 April 2007

I. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa,
terdiri dari :
A. Judul;
B. Pembukaan;
C. Batang Tubuh;
D. Penutup;
E. Penjelasan; ( bila diperlukan )
F. Lampiran ( bila diperlukan ).

A. JUDUL
1. Judul Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa,
terdiri dari :
a. Jenis Peraturan/Keputusan dan Nama Desa
b. Nomor dan Tahun
c. Frase: TENTANG
d. Nama Peraturan/Keputusan
2. Nama Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
dibuat singkat dan mencerminkan isi dari peraturan tersebut.
3. Judul ditulis dengan huruf kapital semua, tanpa diakhiri tanda baca dan
diletakkan di tengah marjin.
4. Penomoran pada Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa menggunakan
angka bulat, sedangkan penomoran pada Keputusan Kepala Desa
menggunakan kode klasifikasi.

Contoh Penulisan Judul :


a. Jenis Peraturan Desa

PERATURAN DESA PALAMPITAN


NOMOR 1 TAHUN 2006

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PALAMPITAN


TAHUN ANGGARAN 2006

b. Jenis Peraturan Kepala Desa


22
PERATURAN KEPALA DESA DARUSSALAM
NOMOR 2 TAHUN 2006

TENTANG

PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA


DARUSSALAM TAHUN ANGGARAN 2006

c. Jenis Keputusan Kepala Desa

KEPUTUSAN KEPALA DESA HAURGADING


NOMOR 188.45/ 17 / HG-AU/2006

TENTANG

PENGANGKATAN PERANGKAT DESA HAURGADING

B. PEMBUKAAN
1. Pembukaan pada Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan
Kepala Desa terdiri dari:
a. Frase “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA”
b. Jabatan Pembentuk Peraturan/Keputusan : KEPALA DESA …………..,
c. Konsiderans : diawali dengan kata Menimbang
d. Dasar Hukum : diawali dengan kata Mengingat
e. Frase: Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN
DESA …………. dan KEPALA DESA …………………
f. Frase: MEMUTUSKAN:
g. Frase: Menetapkan :

2. Frase “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” dan Jabatan Pembentuk
Peraturan/Keputusan, ditulis dengan huruf besar semua, diletakkan di
tengah marjin, dan pada jabatan pembentuk peraturan/keputusan diakhiri
dengan tanda baca koma (,).

3. Konsiderans
1) Konsiderans diawali dengan kata “Menimbang” yang memuat uraian
singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang,
alasan-alasan serta landasan yuridis, filosofis, sosiologis, atau politis
dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan
Kepala Desa.
23
2) Jika konsiderans lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran
dirumuskan pengertian yang merupakan satu kesatuan atau
berkesinambungan, dan dari tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan
huruf a, b, c, dst., serta diakhiri dengan tanda titik koma ( ; ).

Contoh :
Menimbang : a. bahwa guna melaksanakan ketentuan Pasal …
Peraturan Bupati Hulu Sungai Utara Nomor … Tahun
….. tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan
APB Desa, perlu menyusun Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa Banjang Tahun Anggaran 2006;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a, perlu membentuk Peraturan
Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa Banjang Tahun Anggaran 2006.

4. Dasar Hukum
1) Dasar Hukum diawali dengan kata “Mengingat” yang harus memuat
dasar hukum bagi pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu juga
dimuat peraturan perundang-undangan yang memerintahkan
dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan
Kepala Desa atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi
yang diatur.

2) Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan


perundang-undangan yang tingkat derajatnya lebih tinggi atau sama
dengan produk hukum yang dibuat, seperti UU, PP, Perpres,/Keppres,
Kepmen, Perda/Peraturan Bupati, dan Peraturan Desa.
Catatan : Keputusan yang bersifat penetapan, Instruksi dan Surat
Edaran tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum karena
tidak termasuk jenis peraturan perundang-undangan.

3) Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarkhi


peraturan perundang-undangan, atau apabila peraturan perundang-
undangan sama tingkatannya, maka dituliskan berdasarkan urutan
tahun pembentukannya, atau apabila peraturan perundang-undangan
tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan berdasarkan
nomor urutan pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.

4) Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan Lembaran Negara


Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia,
Lembaran Daerah atau Berita Daerahnya.
24
5) Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-undangan, maka
tiap dasar hukum diawali dengan angka arab 1, 2, 3, dst., dan diakhiri
dengan tanda baca titik koma ( ; ).
Contoh :
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Nomor 3 Drt. Tahun
1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2756 ) sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1820);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437), sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4493) menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548),

4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005


tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4587);
25
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2006 tentang Lembaran Daerah dan Berita
Daerah;

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun


2006 tentang Pedoman Pembentukan dan
Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara


Nomor 19 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara (Lembaran
Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2000
Nomor 38 Seri D Nomor 27);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara


Nomor 9 Tahun 2005 tentang Badan
Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2005 Nomor
12 Seri E Nomor 8 );

9. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara


Nomor 10 Tahun 2005 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintahan Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2005
Nomor 13 Seri E Nomor 9 ).

5. Frase: “Dengan Persetujuan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN


DESA …………. dan KEPALA DESA …………” merupakan kalimat yang
harus dicantumkan dalam Peraturan Desa, sedangkan dalam Peraturan
Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa tidak perlu dicantumkan.

Penulisannya dilakukan sebagai berikut :


1) ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN;
2) kata “dengan Persetujuan Bersama”. Hanya huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital;
3) kata “dan “ ditulis dengan huruf kecil;
4) kata “BADAN PERMUSYAWARATAN DESA” dan “KEPALA DESA"
seluruhnya ditulis dengan huruf kapital;
5) seluruh kata diletakkan di tengah marjin.
26
Contoh :
Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA TELAGA HARUSAN

dan

KEPALA DESA TELAGA HARUSAN

6. Diktum MEMUTUSKAN
Kata “MEMUTUSKAN” ditulis dengan huruf kapital, diakhiri dengan tanda
baca titik dua ( : ), dan diletakkan di tengah marjin.

7. Diktum Menetapkan
Kata “Menetapkan” dicantumkan sesudah kata MEMUTUSKAN, diletakkan
sejajar dengan kata “Menimbang” dan “Mengingat”. Huruf awal kata
“Menetapkan” ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca
titik dua ( : ).
Pada Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa, setelah kata
“Menetapkan:” disambung dengan Judul dari Peraturan Desa atau
Peraturan Kepala Desa tersebut dan diakhiri dengan tanda baca titik ( . )

Contoh Peraturan Desa :


MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG ANGGARAN


PENDAPATAN DAN BELANJA DESA MANARAP
HULU TAHUN ANGGARAN 2006.

Contoh Peraturan Kepala Desa :

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA TENTANG


PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DESA PANDAMAAN TAHUN ANGGARAN
2006.

C. BATANG TUBUH
Uraian masing-masing batang tubuh, sebagai berikut :
1. Batang Tubuh Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa.
27
a. Batang Tubuh Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa terdiri dari :
1) Ketentuan Umum;
2) Materi yang diatur;
3) Ketentuan Peralihan ( jika ada );
4) Ketentuan Penutup.

b. Pengelompokan materi dalam Bab, Bagian dan Paragraf tidak


merupakan keharusan, apalagi dalam Peraturan Kepala Desa.
Jika Peraturan Desa mempunyai materi yang ruang lingkupnya sangat
luas dan mempunyai banyak Pasal, maka Pasal-Pasal tersebut dapat
dikelompokkan menjadi Bab, Bagian dan Pragraf.
Pengelompokan materi-materi dalam Bab, Bagian dan Paragraf
dilakukan atas dasar kesamaan kategori atas kesatuan lingkup isi
materi yang diatur.
Urutan penggunaan kelompok adalah :
1) Bab dengan pasal-pasal, tanpa bagian dan paragraf;
2) Bab dengan bagian dan pasal-pasal tanpa paragraf;
3) Bab dengan bagian, dan pragraf yang terdiri dari pasal-pasal.

c. Tata cara penulisan Bab, Bagian, Paragraf, Pasal dan ayat ditulis
sebagai berikut :
1) Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi dan Judul Bab semua
ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
BAB I
KETENTUAN UMUM

2) Bagian diberi nomor urut dengan bilangan. Huruf awal masing-


masing kata pada Bagian, nomor urut dan judul Bagian yang ditulis
dengan huruf kapital, kecuali huruf awal dari kata partikel yang tidak
terletak pada awal kata frase.
Contoh :
BAB II
NAMA, SUBJEK dan OBJEK PUNGUTAN DESA

Bagian Kesatu
Nama Pungutan Desa

3) Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan diberi judul.
Huruf awal pada paragraf, dan huruf awal pada judul awal paragraf
ditulis dengan huruf kapital, sedangkan huruf lainnya setelah huruf
pertama ditulis dengan huruf kecil.
Contoh :
28
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI dan TATA KERJA KARANGTARUNA

Bagian Kesatu
Struktur Organisasi

Pragraf 1
Organisasi

4) Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan


dirumuskan dalam satu kalimat. Materi Peraturan Desa lebih baik
dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat dan jelas, daripada
dalam beberapa Pasal yang panjang dan memuat beberapa ayat,
kecuali jika materi yang menjadi isi pasal itu merupakan satu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Pasal diberi nomor urut dengan angka arab, dan huruf awal pada
kata Pasal ditulis dengan huruf kapital.

Contoh :
Pasal 5

Masa Kerja Kepengurusan Karang Taruna adalah 5 ( lima ) tahun.

5) Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi


nomor urut dengan angka arab di antara tandabaca kurung tanpa
diakhiri tanda baca.
Satu ayat hanya mengatur satu hal dan dirumuskan dalam satu
kalimat.
Contoh :
Pasal 10

(1) Struktur dan besar pungutan pelayanan adminstrasi desa


adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan
Desa ini.

(2) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, maka di samping
dirumuskan dalam bentuk kalimat biasa, dapat pula
dipertimbangkan penggunaan bentuk tabulasi.
29
Contoh :
Pasal 11

Kartu tanda iuran pedagang sekurang-kurangnya harus memuat


nama pedagang, jenis dagangan, besarnya iuran, dan alamat
pedagang.
Isi pasal ini akan lebih dipahami jika dirumuskan sebagai berikut:

Pasal 11

Kartu tanda iuran sekurang-kurangnya harus memuat:


a. nama pedagang;
b. jenis dagangan;
c. besarnya iuran; dan
d. alamat pedagang.

Dalam memuat rumusan pasal atau ayat dengan tabulasi,


hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Setiap rincian harus dapat dibaca sebagai satu rangkaian
kesatuan dengan kalimat berikut;
b. Setiap rincian ditulis seluruhnya dengan huruf kecil;
c. Setiap rincian diakhiri dengan tanda baca titik koma;
d. Jika suatu rincian dibagi lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih
kecil, maka unsur yang lebih kecil dituliskan agak ke dalam;
e. Kalimat yang masih mempunyai rincian lebih lanjut diberi tanda
baca titik koma ( ; );
f. Pembagian rincian hendaknya tidak lebih dari empat tingkat.
Jika rincian lebih dari empat tingkat, maka perlu
dipertimbangkan pemecahan pasal yang bersangkutan ke
dalam beberapa pasal.
Jika unsur atau rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai
rincian kumulatif, maka perlu dipertimbangkan kata “dan” di
belakang rincian kedua dari belakang.

Contoh :
Pasal 10

(1) ………………………
(2) ………………………
a. …………………….; dan
b. …………………….;
1 ……………………..;
2 ……………………..; dan
3.……………………..;
30
a) ……………………..;
b) ……………………..; dan
c) ……………………..;
1) ……………………..;
2) ……………………..; dan
3) ……………………..;

Penjelasan masing-masing kelompok batang tubuh adalah :


a. Ketentuan Umum
Ketentuan Umum diletakkan dalam Bab Kesatu, atau dalam Pasal
Pertama, jika tidak ada pengelompokan dalam bab.
Ketentuan umum berisi :
1) Batasan dari pengertian;
2) Singkatan atau akronim yang digunakan dalam Peraturan Desa;
dan
3) hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal
berikutnya.
Jika ketentuan umum berisi lebih dari satu hal, maka setiap batasan dari
pengertian dan singkatan atau akronim diawali dengan angka arab dan
diakhiri dengan tanda baca titik (.).

Contoh :
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu
Sungai Utara.
2. Bupati adalah Bupati Hulu Sungai Utara.
3. Kecamatan adalah Kecamatan Danau Panggang.
4. Camat adalah Camat Danau Panggang.
5. Desa adalah Desa Pandamaan.
6. Kepala Desa adalah Kepala Desa Pandamaan.
7. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat dengan
BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa Pandamaan.
8. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, yang selanjutnya disingkat
dengan LKMD adalah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
Pandamaan.
9. dst.

Urutan pengertian atau istilah dalam Bab Ketentuan Umum hendaknya


mengikuti ketentuan sebagai berikut :
31
1. Pengertian atau istilah yang ditemukan lebih dahulu dalam materi
ditempatkan pada urutan teratas.
2. Jika pengertian atau istilah mempunyai hubungan atau kaitan
dengan pengertian atau istilah terdahulu, maka pengertian atau
istilah yang ada hubungan itu diletakkan dalam satu kelompok
berdekatan.

b. Ketentuan materi yang diatur


Materi yang diatur adalah semua obyek yang diatur secara sistematik
sesuai dengan luas lingkup dan pendekatan yang dipergunakan. Materi
yang diatur harus memperhatikan dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang
ada seperti :
1) Landasan hukum materi yang diatur artinya dalam menyusun materi
Peraturan Desa harus memperhatikan dasar hukumnya.
2) Landasan filosofis, artinya alasan yang mendasari diterbitkannya
Peraturan Desa.
3) Landasan sosiologis, maksudnya agar Peraturan Desa yang
diterbitkan jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup
di tengah-tengah masyarakat, misalnya adat-istiadat, agama.
4) Landasan politis, maksud agar Peraturan Desa yang diterbitkan
dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di
tengah-tengah masyarakat.
5) Tata cara penulisan materi yang diatur adalah :
a) Materi yang diatur ditempatkan langsung setelah Bab
Ketentuan Umum atau pasal-pasal ketentuan umum jika tidak
ada pengelompokan dalam bab.
b) Hindari adanya Bab tentang Ketentuan Lain-Lain. Materi yang
akan dimasukkan ke dalam Ketentuan Lain-Lain, hendaknya
ditempatkan dalam kelompok materi yang diatur dengan judul
yang sesuai dengan materi tersebut.

Ketentuan Lain-Lain hanya dicantumkan untuk ketentuan yang lain


dari materi yang diatur, namun mempunyai kaitan dan perlu diatur.
Penempatan Bab Ketentuan Lain-Lain dicantumkan pada Bab atau
Pasal terakhir sebelum Bab Ketentuan Peralihan.

c. Ketentuan peralihan
Ketentuan peralihan timbul sebagai cara mempertemukan antara azas
mengenai akibat kehadiran peraturan baru dengan keadaan sebelum
peraturan baru itu berlaku. Pada azasnya pada saat peraturan baru
berlaku, maka semua peraturan lama beserta akibat-akibatnya menjadi
tidak berlaku. Kalau azas ini diterapkan tanpa memperhitungkan
32
keadaan yang sudah berlaku, maka dapat timbul kekacauan hukum,
ketidak-pastian hukum atau kesewenang-wenangan hukum.
Untuk menampung akibat berlakunya peraturan baru terhadap
peraturan lama, diadakan ketentuan atau aturan peralihan.

d. Ketentuan penutup
Ketentuan penutup merupakan bagian terakhir dari batang tubuh
Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa, yang biasanya dapat
berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang diikutsertakan dalam
melaksanakan Peraturan Desa, yaitu berupa :
a) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat menjalankan ( eksekutif ),
yaitu menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk
melaksanakan hal-hal tertentu.
b) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat mengatur ( legislatif ), yaitu
pendelegasian kewenangan untuk membuat peraturan
pelaksanaan.

2) Ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan Desa atau


Peraturan Kepala Desa dapat melalui cara-cara sebagai berikut:
a) Penetapan mulai berlakunya Peraturan Desa pada suatu
tanggal tertentu;
b) Saat mulainya berlakunya Peraturan Desa tidak harus sama
untuk seluruhnya ( beberapa bagian tertentu dapat dibedakan ).

3) Ketentuan tentang pengaruh Peraturan Desa yang baru dengan


Peraturan Desa yang lain.

2. Batang Tubuh Keputusan Kepala Desa


Keputusan Kepala Desa bersifat penetapan ( beschiking ), maka batang
tubuhnya diuraikan sebagai berikut :

a. Memuat semua materi muatan keputusan yang dirumuskan dalam


diktum-diktum.
b. Pengelompokan dalam batang tubuh terdiri atas materi yang akan
diatur.
Contoh :
KESATU : …………………………………………..
KEDUA : …………………………………………..
KETIGA : dst.
c. Diktum terakhir menyatakan Keputusan dinyatakan mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
33
Catatan :
Ketentuan Umum dan Ketentuan Peralihan tidak perlu ada dalam
batang tubuh Keputusan Kepala Desa, karena Keputusan Kepala Desa
yang bersifat penetapan adalah konkrit, individual dan final.

D. PENUTUP
Penutup suatu Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa, memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Rumusan tempat dan tanggal penetapan, diletakkan di sebelah kanan;
2. Nama jabatan ditulis dengan huruf kapital, dan pada akhir kata diberi tanda
baca koma ( , );
3. Nama lengkap pejabat yang menandatangani, ditulis dengan huruf kapital
tanpa gelar dan pangkat;
4. Penetapan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa ditandatangani oleh Kepala Desa.
5. Untuk Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa ditambah dengan
rumusan tempat dan tanggal pengumuman/pengundangan, dan tahun dan
nomor Berita Daerahnya.

E. PENJELASAN
Adakalanya suatu Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa memerlukan
penjelasan, baik penjelasan umum maupun penjelasan Pasal demi Pasal.
Penjelasan umum biasanya memuat politik hukum yang melatarbelakangi
penerbitan Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa yang bersangkutan.
Pada bagian penjelasan Pasal demi Pasal dijelaskan materi dari norma-norma
yang terkandung dalam setiap Pasal di dalam batang tubuh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjelasan adalah :
1. Pembuat Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa agar tidak
menyandarkan argumentasi pada penjelasan, tetapi harus berusaha
membuat Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa yang dapat
meniadakan keragu-raguan dalam interpretasi.
2. Naskah penjelasan disusun bersama-sama dengan rancangan Peraturan
Desa atau rancangan Peraturan Kepala Desa yang bersangkutan.
3. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atas materi tertentu.
4. Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk membuat
peraturan lain.
5. Judul penjelasan sama dengan judul Peraturan Desa atau Peraturan Kepala
Desa.
6. Penjelasan terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan Pasal yang
pembagiannya dirinci dengan angka romawi.
7. Penjelasan umum memuat uraian sistematis mengenai latar belakang
pemikiran, maksud dan tujuan penyusunan, serta pokok-pokok atau azas-
azas yang dimuat dalam Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa.
34
8. Bagian-bagian dari penjelasan umum dapat diberi nomor dengan angka
arab jika hal itu lebih memberikan kejelasan.
9. Tidak boleh bertentangan dengan apa yang diatur dalam materi Peraturan
Desa atau Peraturan Kepala Desa.
10. Tidak boleh memperluas atau menambah norma yang sudah ada dalam
batang tubuh.
11. Tidak boleh sekedar mengulang semata-mata dari materi Peraturan Desa,
atau Peraturan Kepala Desa.
12. Tidak boleh memuat istilah atau pengertian yang sudah dimuat dalam
ketentuan umum.
13. Beberapa Pasal yang tidak memerlukan penjelasan, dipisahkan dan diberi
keterangan cukup jelas.

II. TATA CARA PERUBAHAN PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA


atau KEPUTUSAN KEPALA DESA.

Perubahan pada Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa dapat meliputi:

1. Menambah dan menyisipkan ketentuan baru, menyempurnakan atau


menghapus sebagian ketentuan yang sudah ada.
2. Mengganti sebagian ketentuan dengan ketentuan lain.

Dalam hal perubahan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan
Kepala Desa, yang harus diperhatikan adalah :
1. Perubahan dilakukan oleh Pejabat yang berwenang;
2. Peraturan Desa diubah dengan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
diubah dengan Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa diubah
dengan Keputusan Kepala Desa;
3. Perubahan dilakukan tanpa merubah sistematika peraturan yang diubah;
4. Dalam penamaan disebutkan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau
Keputusan Kepala Desa yang diubah dan bila perubahan lebih dari satu kali,
sebutkan perubahan yang keberapa kali.

Contoh Perubahan Pertama :

PERATURAN DESA BITIN


NOMOR 5 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DESA BITIN NOMOR 4 TAHUN 2004
TENTANG PUNGUTAN PELAYANAN ADMINISTRASI DESA
35
Contoh Perubahan Kedua :

PERATURAN DESA BITIN


NOMOR 5 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS


PERATURAN DESA BITIN NOMOR 4 TAHUN 2004
TENTANG PUNGUTAN PELAYANAN ADMINISTRASI DESA

5. Dalam konsideran Menimbang harus dijelaskan alasan-alasan atau


pertimbangan-pertimbangan mengapa peraturan lama perlu diadakan
perubahan.
6. Dalam batang tubuh Peraturan Desa, atau Peraturan Kepala Desa yang
diubah hanya ditulis dengan angka Romawi, dimana pasal-pasal tersebut
dimuat ketentuan sebagai berikut:
a. Pasal I memuat segala sesuatu perubahan dengan diawali penyebutan
Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa yang diubah dan urutan
perubahan-perubahan tersebut hendaknya dirinci dengan menggunakan
angka arab: 1, 2, 3, dan seterusnya.

Contoh :
Pasal I

Peraturan Desa Kandang Halang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pungutan


Pelayanan Administrasi Desa, yang diundangkan dalam Berita Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2006 Nomor 15 diubah sebagai
berikut :
1. Pasal 2 dihapus.
2. Pasal 3 ayat (2) dihapus, sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut :
3. dst.

b. Pasal II, memuat ketentuan mengenai mulai berlakunya Peraturan Desa,


atau Peraturan Kepala Desa perubahan tersebut.
Contoh :
Pasal II

Peraturan Desa mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman


Peraturan Kepala Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara.
36
7. Apabila Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa
telah dilakukan perubahan berulangkali atau ketentuan yang diubah lebih
banyak dari yang tidak diubah, lebih baik peraturan tersebut dicabut dan
diganti dengan yang baru.

8. Cara merumuskan perubahan sebagai berikut :


a. tata cara perubahan
Contoh :
1. Pasal 6 diubah, sehingga seharusnya berbunyi sebagai berikut :
Pasal 6

………………………………….

2. Pasal 8 ayat (2) diubah sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8
(1) ... .
(2) …………
(3) ... .

b. tatacara penghapusan
Jika dalam suatu Peraturan Desa, atau Peraturan Kepala Desa dilakukan
penghapusan atas suatu bab, bagian, paragraf, Pasal, atau ayat, maka
urutan bab, bagian paragraf, Pasal, atau ayat tersebut tetap dicantumkan
dengan diberi keterangan dihapus.
Contoh :
1. Pasal 16 dihapus.
2. Pasal 18 ayat (2) dihapus sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 18
(1) ... .
(2) Dihapus.
(3) ... .

c. penyisipan antara dua bab, bagian, pragraf, Pasal atau ayat.


Contoh penyisipan bab :
1. Diantara BAB II dan BAB III disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB II A
sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB II A
NAMA, OBYEK dan SUBYEK PUNGUTAN DESA
37
Pasal 1
(1) ... .
(2) ... .
Pasal 2
(1) ... .
(2) ... .

Contoh penyisipan Pasal :

2. Diantara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu) Pasal, yakni Pasal


12 A sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 12 A

Dalam hal terbukti adanya pelanggaran, Kepala Desa dapat


memberhentikan Bendaharan Desa setelah berkonsultasi dengan BPD.

Contoh :

3. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 18 disisipkan 2 (dua) ayat, yakni
ayat (1a) dan ayat (1b) sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 18
(1) ... .
(1a) ... .
(1b) ... .
(2) ... .

III. PENCABUTAN PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA atau


KEPUTUSAN KEPALA DESA.

1. Pencabutan dengan pergantian


Pencabutan dengan pergantian apabila Peraturan Desa, Peraturan Kepala
Desa atau Keputusan Kepala Desa yang ada diganti dengan Peraturan Desa,
Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa yang baru. Bentuk luar
(kenvorm) dari Peraturan/Keputusan yang mengganti ini sama seperti
lazimnya Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa yang lama.
Ketentuan bunyi pencabutan pada Peraturan Desa atau Peraturan Kepala
Desa diletakkan/dicantumkan pada :

a. Konsideran menimbang
38
Contoh:
Menimbang : a. bahwa … tidak sesuai lagi dengan perkembangan
keadaan, sehingga perlu diganti;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a perlu menetapkan
………………

b. Ketentuan Penutup.
Contoh :
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Dengan berlakunya Peraturan Desa ini, maka Peraturan Desa


Tampakang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Badan Usaha Milik Desa
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ketentuan bunyi pencabutan pada Keputusan Kepala Desa


diletakkan/dicantumkan pada diktum kesatu.

Contoh :
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Mencabut Keputusan Kepala Desa Teluk Daun Nomor 10
Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Perangkat Desa Teluk
Daun.
KEDUA : Mengangkat kembali Perangkat Desa Teluk Daun,
sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini.
KETIGA : ….. dst.

2. Pencabutan tanpa pergantian


a. Dalam pencabutan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau
Keputusan Kepala Desa yang dilakukan tanpa pergantian, pada judul
Peraturan/Keputusan tersebut dicantumkan kata pencabutan.

Contoh :
PERATURAN DESA KALINTAMUI
NOMOR 7 TAHUN 2006

TENTANG

PENCABUTAN PERATURAN DESA KALINTAMUI NOMOR 12 TAHUN


2005 TENTANG PUNGUTAN DESA
39
PERATURAN KEPALA DESA PIHAUNG
NOMOR 5 TAHUN 2006

TENTANG

PENCABUTAN PERATURAN KEPALA DESA PIHAUNG NOMOR 16


TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN
PUNGUTAN ADMINISTRASI DESA

KEPUTUSAN KEPALA DESA PAMINGGIR


NOMOR 10 TAHUN 2006

TENTANG

PENCABUTAN KEPUTUSAN KEPALA DESA PAMINGGIR


NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG BENDAHARA DESA

b. Dalam batang tubuh Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau


Keputusan Kepala Desa dicantumkan ketentuan pencabutan. Biasanya
Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa
yang dicabut tanpa pergantian hanya memiliki 2 (dua) Pasal atau 2 ( dua )
diktum.
Contoh Peraturan Desa/Peraturan Kepala Desa :

Pasal 1

Mencabut Peraturan Desa Darussalam Nomor 4 Tahun 2006 tentang


Pungutan Pasar Desa ( Berita Daerah Tahun 2006 Nomor 4 )
Pasal 2

Peraturan Desa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Contoh Keputusan Kepala Desa :
KESATU : Mencabut Keputusan Kepala Desa Darussalam Nomor
8 Tahun 2006 tentang Pengangkatan Ketua Lembaga
Adat.

KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

c. Pencabutan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan


Kepala Desa juga harus dilakukan oleh Pejabat yang berwenang
membentuknya dan dengan peraturan yang sejenis.
40
IV. STRUKTUR PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA dan KEPUTUSAN
KEPALA DESA

A. PERATURAN DESA

PERATURAN DESA ……………. ( nama desa )


NOMOR … TAHUN ….

TENTANG

-----------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------
( nama Peraturan Desa, ditulis huruf besar semua )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA ……………………, ( nama desa )

Menimbang : a. bahwa ……………………………;


b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu membentuk Peraturan Desa ……. tentang
…………….. ( nama Peraturan Desa ).

Mengingat : 1. Undang-Undang ………………….. ;


2. Peraturan Pemerintah …………….;
3. Peraturan Presiden ………………..( jika ada );
4. Peraturan Menteri …………………;
5. Keputusan Menteri ……………..… ( jika ada );
6. Peraturan Daerah …………………;
7. Peraturan Bupati ……….…………. ( jika ada );
8. Peraturan Desa …………………... ( jika ada );

Dengan Persetujuan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ( nama desa )
dan
KEPALA DESA ………….. ( nama desa )

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG ……………………… ( nama


Peraturan Desa, ditulis huruf kapital semua dan diakhiri tanda baca
titik ).
41
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Pemerintah Daerah adalah …..
2. Pemerintah Desa adalah ……
3. Kecamatan ……………………
4. Desa adalah ………………….
5. Kepala Desa adalah ……
6. Badan Permusyawaratan Desa adalah ……
7. dst.
BAB II
……………………………… ( judul bab )

Pasal 2
…………………………………….

Pasal 3
(1) …………………………………….
(2) …………………………………….
(3) …………………………………….
a. ………………………………….;
b …………………………………..;
c. ………………………………….

BAB III
……………………………………………….. ( judul bab )

Bagian Kesatu
……………………………………….. ( judul bagian )

Pasal …..
(1) …………………………………….
(2) …………………………………….
(3) …………………………………….
a. ………………………………….;
b …………………………………..;
c. ………………………………….
1) ……………………………...;
2) ……………………………...;
3) ……………………………....
42
Bagian Kedua
……………………………………….. ( judul bagian )

Pasal ….
…………………………………………………………

BAB …
KETENTUAN PERALIHAN ( jika ada )

Pasal ….
…………………………………………………………

BAB …..
KETENTUAN PENUTUP

Pasal …

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya lebih lanjut diatur dalam Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan
Kepala Desa.
Pasal ….

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini


dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Ditetapkan di ……………. ( nama desa )
pada tanggal ………………

KEPALA DESA ………, ( nama desa )

---------------------------------
( nama Kepala Desa, ditulis dengan
huruf besar tanpa pangkat dan gelar )

Diundangkan di ……………. ( nama kab/desa )


pada tanggal ………………

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN


HULU SUNGAI UTARA,

--------------------------------- ( nama Pejabat Pengundang )


43
BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
TAHUN …….. NOMOR …..

Catatan :
** Batang tubuh Peraturan Desa tidak selalu harus dibagi dalam bab, bagian atau
pragraf.

B. PERATURAN KEPALA DESA

PERATURAN KEPALA DESA ……………. ( nama desa )


NOMOR … TAHUN ….

TENTANG

-----------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------
( nama Peraturan Kepala Desa, ditulis huruf besar semua )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA ……………………, ( nama desa )

Menimbang : a. bahwa ……………………………;


b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu membentuk Peraturan Kepala Desa …….
tentang ……………………….. ( nama Peraturan Kepala Desa ).

Mengingat : 1. Undang-Undang ………………….. ;


2. Peraturan Pemerintah ……………. ;
3. Peraturan Presiden ………………..( jika ada );
4. Peraturan Menteri ……………..… .;
5. Peraturan Daerah …………………;
6. Peraturan Bupati ……….………….( jika ada );
7. Peraturan Desa …………………... ( jika ada );

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA TENTANG ………… ( nama Peraturan


Kepala Desa, ditulis huruf kapital semua dan diakhiri tanda baca titik ).
44
Pasal 1

………………………………………………( berisi materi yang bersifat umum )

Pasal 2
(1) …………………………………….
(2) …………………………………….
(3) …………………………………….
a. ………………………………….;
b …………………………………..;
c. ………………………………….

Pasal …..
(1) …………………………………….
(2) …………………………………….
(3) …………………………………….
a. ………………………………….;
b …………………………………..;
c. ………………………………….
1) ……………………………...;
2) ……………………………...;
3) ……………………………....

Pasal ….
…………………………………………………………

Pasal ….

Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala


Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Ditetapkan di ……………. ( nama desa )


pada tanggal ………………

KEPALA DESA ………, ( nama desa )

---------------------------------
( nama Kepala Desa, ditulis dengan
huruf besar tanpa pangkat dan gelar )
45

Diundangkan di ……………. ( nama kab/desa )


pada tanggal ………………

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN


HULU SUNGAI UTARA,

--------------------------------- ( nama Pejabat Pengundang )

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA


TAHUN …….. NOMOR …..

Catatan :
** Batang tubuh Keputusan Kepala Desa dapat juga dibagi dalam bab, bagian atau
pragraf.

C. KEPUTUSAN KEPALA DESA

KEPUTUSAN KEPALA DESA……………. ( nama desa )


NOMOR … TAHUN ….

TENTANG

-----------------------------------------------------
( nama Keputusan Kepala Desa, ditulis huruf besar semua )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA ……………………, ( nama desa )

Menimbang : a. bahwa ……………………………;


b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Desa …….
tentang ……………………….. ( nama Keputusan Kepala Desa).

Mengingat : 1. Undang-Undang ………………….. ;


2. Peraturan Pemerintah ……………. ( jika ada );
3. Peraturan Presiden ………………..( jika ada );
4. Keputusan Menteri ……………..… ( jika ada );
5. Peraturan Daerah …………………;
46
6. Peraturan Bupati ……….………….;
7. Peraturan Desa …………………... ( jika ada );

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
KESATU : …………………………………………….

KEDUA : …………………………………………….

KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan ini


dibebankan pada APB Desa Tahun Anggaran …. ( jika ada ).

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ……………. ( nama desa )


pada tanggal ………………

KEPALA DESA ………, ( nama desa )

---------------------------------
( nama Kepala Desa, ditulis huruf besar tanpa
gelar )

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

CAP
TTD

H. FAKHRUDDIN

Anda mungkin juga menyukai