2. A. Ilmu ekonomi oikos rumah tangga, nomos aturan (Sejahtera). adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana memenuhi keinginan manusia atau masyarakat demi
tercapainya kemakmuran. Kemakmuran adalah kondisi dimana manusia bisa memenuhi
kebutuhannya, baik berupa barang atau jasa.
Kebutuhan Manusia Terdiri dari :
1. Kebutuhan Primer,yaitu kebutuhan pokok yang mutlak dipenuhi oleh
semua manusia yaitu pakaian, makanan, dan tempat tinggal
2. Kebutuhan Sekunder, adalah kebutuhan yang berkaitan dengan usaha menciptakan atau
menambah kebahagiaan hidup.Au
3. Kebutuhan Tersier, bersifat prestise, artinya orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhan ini akan terangkat derajat atau martabatnya (lebih terpandang). Ornamen rumah,
mobil, notor, harga diri, kekayaan.
Bapak, ibu, dan anak. (keluarga dlm arti sempit) Keluarga dalam arti luas: suku, kerabat
(keluarga besar)
4. Asas Perkawinan
Asas Polygami : Seorang Pria Boleh Mempunyai Lebih Dari Satu Isteri
Asas Monogami : Seorang Pria Hanya Mempunyai Seorang Isteri Sebagai Pasangan Hidupnya.
Sistem Perkawinan
1. Endogami : Seseorang Diperbolehkan/Diharuskan Menikah/Kawin Dengan Seseorang Dari
Suku Keluarganya Sendiri, Sukunya Sendiri. (Mis : Toraja Sulawesi Selatan,Suku
Baduy,Suku Sasak Di Lombok)
2. Eksogami : Seseorang Diharuskan Kawin Dengan Orang Yang Berasal Dari Marga Yang
Berbeda, Atau Luar Suku Keluarganya. (Gayo ,Alas,Batak, Minang, Sumsel, Buru, Seram)
3. Eleutherogami : Tdk Mengenal Larangan Atau Keharusan Seperti Dalam Endogami Dan
Eksogami. Bisa Menikah Dengan Kerabat Sukunya, Bisa Juga Menikah Dengan Pasangan
Yang Berasal Dari Luar Kerabat Sukunya.
Yang Ada Hanya Larangan :
Nasab (Hub Darah Dekat) Mis : Kawin Dg Ibu, Saudara Kandung
Musyaharah (Periparan) Mis : Kawin Dg Ibu Tiri, Anak Tiri, Menantu, Mertua.
Bentuk Perkawinan
1. Jujur : Yaitu Bentuk Perkawinan Yg Mewajibkan Pada Pihak Laki-Laki Untuk Memberikan
Sesuatu Pemberian Yg Disebut Jujur Kepada Keluarga Perempuan Sebagai Lambang
Diputuskannya Hubungan Kekeluarga Perempuan Dengan Orang Tua Dan
Kerabatnya( Suku Batak)
2. Semendo : Yaitu Bentuk Perkawinan Yang Mendatangkan Laki-Laki/Pria Ke Dalam
Lingkungan Kerebat Perempuan Untuk Dinikahkan Dengan Catatan Setelah Menikah Laki-
Laki Kembali Ke Kerabatnya Sendiri. Macamnya : (Suku Minang )
A. Semendo Bertandang B. Semendo Menetap
C. Semendo Bebas
3. Bebas : Bentuk Perkawinan Yang Tidak Membebani Kewajiban-Kewajiban Kepada Pihak-
Pihak Tertentu. ( Suku Jawa Suku Sunda)
Cara-Cara Perkawinan
1. Perkawinan Pinang/Wajar/Biasa Perkawinan Yg Melalui Proses : Perkenalan
Pendekatan
Pertunangan
Lamaran
Perkawinan
2. Perkawinan Lari Bersama (Tidak Termasuk Delik Adat Kecuali Di Makasar) Penyebabnya :
Menghindari Biaya Perkawinan
Ada Pihak Yang Tidak Setuju
3. Kawin Culik (Kawin Bawa Lari) Termasuk Delik Adat Karena Dalam Perkawinan Ini
Ada Pihak Pasangan Yang Tidak Menyukai Pasangannya. ( Di Lombok).
B. Dengan berlakunya Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
dan PP No. 9 Tahun 1975 Peraturan Pelaksanaan Perkawinan. Legalitas dan sahnya
perkawinan berdasarkan undang- undang perkawinan ini. Perkawinan Adat hanya sebagai
syarat pelengkap dan melanjutkan tradisi perkawinan leluhur. . Dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Perkawinan disebutkan : “ Perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu “.
Dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan disebutkan :“Tiap- tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku “.
5. A. Definisi Waris : Proses Penerusan Kekayaan Materiil Dan Immateriil Dari Satu
Generasi Kegenerasi Berikutnya.
Hukum Waris : Keseluruhan Peraturan Yang Mengatur Proses Penerusan Kekayaan Materiil
Dan Immateriil Dari Satu Generasi Ke Generasi Berikutnya.
Dalam Hukum Waris Adat , Kematian Itu Merupakan Puncak, Titik Akhir Dari Proses
Pewarisan.
Ada Harta Yang Dapat Diwariskan Ada Ahli Waris Yang Berhak
Bandingkan Waris Menurut Hukum Adat Dan Menurut Hukum Waris Barat
1. Sistem Individual: Harta Warisan Dibagikan Atau Diberikan Kepada Akhli Waris Untuk
Dimiliki.
Individual Parental : Harta Peninggalan Dapat Dibagikan Kepada Setiap Ahli Waris (Mis : Di
Jawa) Baik Laki Laki Maupun Perempuan.
2. Sistem Kolektif: Harta Warisan Dibagikan Atau Diberikan Kepada Akhli Waris Untuk
Dikelola, Diurus.
3. Sistem Mayorat
Harta Peninggalan Diwariskan Seluruhnya Atau Sebagian Besar Kepada Salah Seorang Anak
Saja. Biasanya Diberikan Pada Anak Tertua. Ada Dua Macam Mayorat :
A. Mayorat Laki-Laki (Bali Sentana Rajeg : Perempuan Dianggap Sebagai Laki-Laki Dan
Lampung : Semendo Ambil Anak )
B. Mayorat Perempuan (Masyarakat Semendo Di Sumatera Selatan, Dayak Tayan Dan Dayak
Sandak).
Pada Prinsipnya Akhli Waris Hanya Untuk Mereka Yang Masih Seketurunan Darah :
Gol I : Anak/Bila Anak Sudah Meninggal Lebih Dahulu Dari Pewaris Dapat Diteruskan Pada
Cucu
2. Kelayakan :Yang Berhak Mengatur Kepala Adat, Tokoh Masyarakat, Atau Akhli Waris
Yang Paling Tua Mempunyai Kelayakan Untuk Mengatur Pembagian Waris.
1. Harta Yang Dapat Langsung Dibagi ( Harta Siap Dibagi, Akhli Waris Siap Menerima )
2. Harta Yang Pembagiannya Ditunda Sementara ( Akhli Waris Masih Di Bawah Umur,
Harta Yang Diwariskan Nilainya Kecil )
3. Harta Yang Sama Sekali Tidak Dapat Dibagikan ( Harta Pusaka Tidak Bisa Dibagi )
Dalam Masyarakat Hukum Adat Biasanya Pembagian Waris Dilakukan Kalau Kedua Orang
Tua Sudah Meninggal, Karena Menuntut Warisan Dari Salah Satu Orang Tua Yang
Meninggal Dianggap Kurang Pantas .
Dalam Hukum Waris Islam Berlaku Asas Apabila Seseorang Meninggal Dunia Maka Hak
Dan Kewajibannya Harus Segera Diwariskan Kepada Para Akhli Warisnya.
B. Delik Adat( Menurut Ter Haar : Adalah Tiap-Tiap = Setiap Gangguan Keseimbangan
Yang Bersifat Materiil Dan Immateriil Pada Diri Seseorang, Masyarakat Yang
Mengakibatkan Timbulnya Reaksi Adat.
• Delik Adat( Menurut Van Vollenhoven ) :Melakukan Perbuatan Yang Tidak Boleh
Dilakukan Atau Dilarang . Setiap Perbuatan Melanggar Larangan
• Menurut Van Vollenhoven Delik Adat Lahir Bersamaan Dengan Terjadinya Pelanggaran
Thd. Larangan Suatu Perbuatan.
• Selamatan Dengan Memotong Korban (Upacara Bakar Batu ) • Permintaan Maaf Dari Yang
Melakukan Delik Adat
Hukum Adat Tidak Membedakan Antara Pelanggaran Pidana Dan Pelanggaran Perdata.