Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN

AKHIR SEMESTER (UAS) GANJIL


Tahun Akademik 2023/2024
MATA KULIAH : Hukum adat dan perteknologi
HARI / TANGGAL UJIAN : Jumat 19-01-2024
Dr. H. Bambang Daru N.SH.,MH. &
DOSEN MATA KULIAH :
Sisca
Ferawati B., S.H., M.Kn.

NAMA : Allief fitrah hakim


NIM/NPM : 221000071
SEMESTER / KELAS : 3/B

1. A. Menurut Pasal 18 B ayat (2) “ Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan


masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang “.
B. persekutuan hukum genealogis: anggota ditentukan berdasarkan keturunan darah
patrilineal : batak, bali ,lampung, papua, maluku, ntt.
matrilineal : minang, semendo/sumsel.
parental : jawa, bugis, dayak,madura

2. A. Ilmu ekonomi oikos rumah tangga, nomos aturan (Sejahtera). adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana memenuhi keinginan manusia atau masyarakat demi
tercapainya kemakmuran. Kemakmuran adalah kondisi dimana manusia bisa memenuhi
kebutuhannya, baik berupa barang atau jasa.
Kebutuhan Manusia Terdiri dari :
1. Kebutuhan Primer,yaitu kebutuhan pokok yang mutlak dipenuhi oleh
semua manusia yaitu pakaian, makanan, dan tempat tinggal
2. Kebutuhan Sekunder, adalah kebutuhan yang berkaitan dengan usaha menciptakan atau
menambah kebahagiaan hidup.Au
3. Kebutuhan Tersier, bersifat prestise, artinya orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhan ini akan terangkat derajat atau martabatnya (lebih terpandang). Ornamen rumah,
mobil, notor, harga diri, kekayaan.

B. Hubungan hukum perekonomian adat dengan perutangan dan perkembangan Lembaga


perutangan pada saat ini mengalami berbagai perubahan dan perkembangan, misalnya :
• Mengenai rumah sekarang berkembang dari rumah biasa menjadi rumah susun dan rumah
susun sewa, Rumah dengan Hak Guna Bangunan.
• Tanaman berkembang dari tanaman tradisionil menajadi tanaman industri. (lahan perkebunan
sawit)
• Binatang yang semula dikonsumsi , dititipkan untuk bagi hasil, berkembang menjadi
peternakan yang lebih besar. (dulu individu, sekarang bisa korporasi)
• Tolong-menolong berupa pinjam meminjam tradisionil berkembang menjadi Lembaga
Perkreditan Desa. lebaga bank konvensional dan bank syariah.
• Panjer tradisional berkembang dalam dunia bisnis sebagai uang muka atau Down
Payment, apabila seseorang mau membeli kendaraan atau rumah (cash atau nyicil)
3. A. Menurut hukum adat,
SOEPOMO : Dewasa adalah, seseorang itu sudah:
- KUWAT GAWE/MAMPU BEKERJA,Laki-laki sudah bisa mencari nafkah kehidupan.
Perempuan melakukan pekerjaan layaknya ibu rumah tangga. - CAKAP MENGURUS
HARTA BENDA sendiri tanpa bantuan orang lain.
Prof. DJOJODIGOENO (Guru dari Iman Sujiat) DEWASA :
- MENTAS: artinya sudah/KAWIN/KERJA
- MENCAR: artinya TIDAK SERUMAH lagi dengan ORANG TUAnya.

Bapak, ibu, dan anak. (keluarga dlm arti sempit) Keluarga dalam arti luas: suku, kerabat
(keluarga besar)

Sahnya Perkawinan Setelah Putusan MK REPUBLIK INDONESIA Nomor 46/PUU-VIII/2010,


Tanggal 13 Februari 2012.
Sahnya Perkawinan adalah apabila telah dilakukan menurut agama dan kepercayaanya itu.
Batas usia pernikahan menurut UU 16 Tahun 2019 baik untuk pria maupun wanita harus
berumur 19 Tahun, sebelumnya batas usia pernikahan di atur dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.
1 Tahun 1974 untuk wanita 16 Tahun dan untuk pria 19 tahun

B, PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor 46/PUU-


VIII/2010, Tanggal 13 Februari 2012.
Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan uji materiil UU Perkawinan (UU No.1 Tahun
1974) yang diajukan Hj. Aisyah Mochtar alias Machica binti H. Mochtar Ibrahim yang
meminta puteranya Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono agar diakui sebagai anak
almarhum Moerdiono, mantan Menteri Sekretaris Negara di era Presiden Soeharto, memicu
perseteruan antara dirinya dengan keluarga almarhum Moerdiono.
Berdasarkan uraian ini Pasal 43 ayat 1 UU Perkawinan ini harus dibaca, “Anak yang
dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga
ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan
darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya

4. Asas Perkawinan
Asas Polygami : Seorang Pria Boleh Mempunyai Lebih Dari Satu Isteri
Asas Monogami : Seorang Pria Hanya Mempunyai Seorang Isteri Sebagai Pasangan Hidupnya.

Sistem Perkawinan
1. Endogami : Seseorang Diperbolehkan/Diharuskan Menikah/Kawin Dengan Seseorang Dari
Suku Keluarganya Sendiri, Sukunya Sendiri. (Mis : Toraja Sulawesi Selatan,Suku
Baduy,Suku Sasak Di Lombok)
2. Eksogami : Seseorang Diharuskan Kawin Dengan Orang Yang Berasal Dari Marga Yang
Berbeda, Atau Luar Suku Keluarganya. (Gayo ,Alas,Batak, Minang, Sumsel, Buru, Seram)
3. Eleutherogami : Tdk Mengenal Larangan Atau Keharusan Seperti Dalam Endogami Dan
Eksogami. Bisa Menikah Dengan Kerabat Sukunya, Bisa Juga Menikah Dengan Pasangan
Yang Berasal Dari Luar Kerabat Sukunya.
Yang Ada Hanya Larangan :
Nasab (Hub Darah Dekat) Mis : Kawin Dg Ibu, Saudara Kandung
Musyaharah (Periparan) Mis : Kawin Dg Ibu Tiri, Anak Tiri, Menantu, Mertua.

Bentuk Perkawinan
1. Jujur : Yaitu Bentuk Perkawinan Yg Mewajibkan Pada Pihak Laki-Laki Untuk Memberikan
Sesuatu Pemberian Yg Disebut Jujur Kepada Keluarga Perempuan Sebagai Lambang
Diputuskannya Hubungan Kekeluarga Perempuan Dengan Orang Tua Dan
Kerabatnya( Suku Batak)
2. Semendo : Yaitu Bentuk Perkawinan Yang Mendatangkan Laki-Laki/Pria Ke Dalam
Lingkungan Kerebat Perempuan Untuk Dinikahkan Dengan Catatan Setelah Menikah Laki-
Laki Kembali Ke Kerabatnya Sendiri. Macamnya : (Suku Minang )
A. Semendo Bertandang B. Semendo Menetap
C. Semendo Bebas
3. Bebas : Bentuk Perkawinan Yang Tidak Membebani Kewajiban-Kewajiban Kepada Pihak-
Pihak Tertentu. ( Suku Jawa Suku Sunda)

Cara-Cara Perkawinan
1. Perkawinan Pinang/Wajar/Biasa Perkawinan Yg Melalui Proses : Perkenalan
Pendekatan
Pertunangan
Lamaran
Perkawinan
2. Perkawinan Lari Bersama (Tidak Termasuk Delik Adat Kecuali Di Makasar) Penyebabnya :
Menghindari Biaya Perkawinan
Ada Pihak Yang Tidak Setuju
3. Kawin Culik (Kawin Bawa Lari) Termasuk Delik Adat Karena Dalam Perkawinan Ini
Ada Pihak Pasangan Yang Tidak Menyukai Pasangannya. ( Di Lombok).
B. Dengan berlakunya Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
dan PP No. 9 Tahun 1975 Peraturan Pelaksanaan Perkawinan. Legalitas dan sahnya
perkawinan berdasarkan undang- undang perkawinan ini. Perkawinan Adat hanya sebagai
syarat pelengkap dan melanjutkan tradisi perkawinan leluhur. . Dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Perkawinan disebutkan : “ Perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu “.

Dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan disebutkan :“Tiap- tiap perkawinan
dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku “.

5. A. Definisi Waris : Proses Penerusan Kekayaan Materiil Dan Immateriil Dari Satu
Generasi Kegenerasi Berikutnya.

Hukum Waris : Keseluruhan Peraturan Yang Mengatur Proses Penerusan Kekayaan Materiil
Dan Immateriil Dari Satu Generasi Ke Generasi Berikutnya.

Dalam Hukum Waris Adat , Kematian Itu Merupakan Puncak, Titik Akhir Dari Proses
Pewarisan.

Dalam Kuh Perdata

Waris Baru Terjadi Apabila :

Ada Yang Meninggal

Ada Harta Yang Dapat Diwariskan Ada Ahli Waris Yang Berhak
Bandingkan Waris Menurut Hukum Adat Dan Menurut Hukum Waris Barat

Sistem Waris Adat

Macam-Macam Sistem Waris Adat Yaitu :

1. Sistem Individual: Harta Warisan Dibagikan Atau Diberikan Kepada Akhli Waris Untuk
Dimiliki.

Individual Parental : Harta Peninggalan Dapat Dibagikan Kepada Setiap Ahli Waris (Mis : Di
Jawa) Baik Laki Laki Maupun Perempuan.

Individual Patrilineal : Harta Warisan Diserahkan Pada Anak Laki-Laki ( Batak )

2. Sistem Kolektif: Harta Warisan Dibagikan Atau Diberikan Kepada Akhli Waris Untuk
Dikelola, Diurus.

Harta Peninggalan Diwarisi Oleh Sekumpulan Akhli Waris Yg Bersama-Sama Merupakan


Semacam Badan Hukum Dimana Harta Tersebut (Harta Pusaka) Tidak Boleh Dibagikan
Kepemilikannya. (Mis : Ambon; Tanah Dati ,Minang: Harta Pusaka, Minahasa).

3. Sistem Mayorat

Harta Peninggalan Diwariskan Seluruhnya Atau Sebagian Besar Kepada Salah Seorang Anak
Saja. Biasanya Diberikan Pada Anak Tertua. Ada Dua Macam Mayorat :

A. Mayorat Laki-Laki (Bali Sentana Rajeg : Perempuan Dianggap Sebagai Laki-Laki Dan
Lampung : Semendo Ambil Anak )

B. Mayorat Perempuan (Masyarakat Semendo Di Sumatera Selatan, Dayak Tayan Dan Dayak
Sandak).

Akhli Waris Dan Cara Pembagian Waris

Pada Prinsipnya Akhli Waris Hanya Untuk Mereka Yang Masih Seketurunan Darah :

Gol I : Anak/Bila Anak Sudah Meninggal Lebih Dahulu Dari Pewaris Dapat Diteruskan Pada
Cucu

Gol Ii : Saudara Kandung Dan Orang Tua

Gol Iii : Keponakan,Kakek Dan Nenek

Cara Pembagian Waris/Prinsip


1. Kewajaran : Kondisi Akhli Waris Menentukan Jumlah Yang Akan Diterimanya.

2. Kelayakan :Yang Berhak Mengatur Kepala Adat, Tokoh Masyarakat, Atau Akhli Waris
Yang Paling Tua Mempunyai Kelayakan Untuk Mengatur Pembagian Waris.

3. Kepantasan : Kodrat Jenis Kelamin Menentukan Kepantasan Akhli Waris Untuk


Mendapatkan Hak Warisnya.

Harta Yang Diwariskan

Proses Pembagian Waris

1. Harta Yang Dapat Langsung Dibagi ( Harta Siap Dibagi, Akhli Waris Siap Menerima )

2. Harta Yang Pembagiannya Ditunda Sementara ( Akhli Waris Masih Di Bawah Umur,
Harta Yang Diwariskan Nilainya Kecil )

3. Harta Yang Sama Sekali Tidak Dapat Dibagikan ( Harta Pusaka Tidak Bisa Dibagi )

Harta Yang Diwariskan

1. Harta Bawaan Pewaris

2. Separuh Harta Gono-Gini

Dalam Masyarakat Hukum Adat Biasanya Pembagian Waris Dilakukan Kalau Kedua Orang
Tua Sudah Meninggal, Karena Menuntut Warisan Dari Salah Satu Orang Tua Yang
Meninggal Dianggap Kurang Pantas .

Dalam Hukum Waris Islam Berlaku Asas Apabila Seseorang Meninggal Dunia Maka Hak
Dan Kewajibannya Harus Segera Diwariskan Kepada Para Akhli Warisnya.

Dalam Bw Disebut Asas Le Mort Saisit Levif

B. Delik Adat( Menurut Ter Haar : Adalah Tiap-Tiap = Setiap Gangguan Keseimbangan
Yang Bersifat Materiil Dan Immateriil Pada Diri Seseorang, Masyarakat Yang
Mengakibatkan Timbulnya Reaksi Adat.

• Delik Adat( Menurut Van Vollenhoven ) :Melakukan Perbuatan Yang Tidak Boleh
Dilakukan Atau Dilarang . Setiap Perbuatan Melanggar Larangan

Lahirnya Delik Adat


• Menurut Teori Keputusan ( Ter. Haar ) Delik Adat Lahir Bersamaan Dengan
Dikeluarkannya Keputusan/Sanksi Olh Petugas Hkm Thd Suatu Pelanggaran.

• Menurut Van Vollenhoven Delik Adat Lahir Bersamaan Dengan Terjadinya Pelanggaran
Thd. Larangan Suatu Perbuatan.

Macam-Macam Reaksi Adat/Sanksi Adat

• Ganti Rugi/ Sanksi Immateriil (Membersihkan Desa)

• Ganti Rugi Materiil/Pembayaran Uang Adat

• Selamatan Dengan Memotong Korban (Upacara Bakar Batu ) • Permintaan Maaf Dari Yang
Melakukan Delik Adat

• Hukuman Badan Sampai Dengan Hukuman Mati

• Pengasingan Seumur Hidup

Hukum Adat Tidak Membedakan Antara Pelanggaran Pidana Dan Pelanggaran Perdata.

Anda mungkin juga menyukai