Anda di halaman 1dari 6

Selasa, 11/05/2021

Nama : Feiby Sifra Labaiga


Nim : 20602028
Semester / Kelas : 02 / C
HUKUM PERDATA
(Tugas)

PROBLEMATIKA HUKUM WARIS DI INDONESIA

Masalah regulasi kewarisan yang berlaku di Indonesia sampai sekarang masih


beraneka ragam, masih belum mempunyai kesatuan hukum yang dapat diterapkan untuk
seluruh warga Indonesia. Keanekaragaman hukum waris tersebut dapat dilihat dari
adanya pembagian hukum waris di Indonesia. Dalam prsktiknya ada tiga sistem hukum
yang mengatur tentang hukum waris. Hal ini sesuai dengan penggolongan warga negara
Indonesia yang ditentukan oleh pasal 163 Indische Staats Regeling (I.S), ketiga hukum
tersebut adalah hukum waris perdata barat (BW), hukum waris Islam, hukum waris adat.

1. Hukum Waris BW

Hukum waris BW diperuntukkan bagi keturunan Tionghoa dan Eropa sebagaimana


disebutkan dalam buku II BW perihal warisan. Hukum waris meurut BW sebagaimana
terdapat dalam pasal 830 KUHPerdata pada intinya menyebutkan bahwa hukum waris
(erfrecht) adalah hukum yang mengatur kedudukan hukum harta kekayaan seseorang
setelah ia meninggal, terutama berpindahnya harta kekayaan itu pada orang lain. Dalam
hukum waris menurut BW berlaku asas “Apabila seseorang meninggal dunia, maka
seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya”.
Hak-hak dan kewajiban yang dimaksud beralih kepada ahli waris adalah termasuk ruang
lingkup harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang.
Ciri khas hukum waris perdata barat atau BW antara lain yaitu adanya hak mutlak dari
para ahli waris masing-masing untuk sewaktu-waktu menuntut pembagian dari harta
warisan. Hal ini berarti bila seorang ahli waris menuntut pembagian harta warisan di
pengadilan, maka tuntutan dimaksud tidak dapat ditolak oleh ahli waris yang lainnya, hal
tersebut sesuai dengan pasal 1066. Dalam KUHPerdata ada dua cara untuk mendapatkan
warisan yaitu:
a. Ahli waris menurut ketentuan undang-undang (ab intestato)
b. Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament)

Dalam pasal 834 disebutkan bahwa seorang ahli waris berhak menuntut segala apa
yang termasuk harta peninggalan agar diserahkan kepadanya, berdasarkan haknya
sebagai ahli waris. Pemilik yang dimaksud mirip dengan hak seorang pemilik benda. Hak
menuntut ahli wars yang dimaksud, terbatas pada seseorang yang menguasai suatu
warisan dengan maksud untuk memeilikinya. Jadi, penuntutan ini tidak dapat berlaku
bagi ahli waris terhadap pelaksana wasiat (executeur testamentair).
Selasa, 11/05/2021
Nama : Feiby Sifra Labaiga
Nim : 20602028
Semester / Kelas : 02 / C
HUKUM PERDATA
(Tugas)

Menurut ketentuan BW yang berhak menerima bagian warisan adalah anak keluarga
dari yang meninggal dunia (mereka sang memiliki hubungan darah). Artinya
bahwaketurunan bagi orang yang meninggalkan warisan merupakan ahli waris yang
terpenting karena pada kenyataanya mereka merupakan satu-satunya ahli waris dan sanak
keluarganya tidak menjadi ahli waris, jika orang yang meninggalkan warisan tersebut
mempunyai keturunan. Dalam BW ahli waris pada dasarnya dibagi menjadi empat
golongan yaitu:
a. Ahli waris golongan pertama yaitu meliputi keluarga sedarah dalam garis lurus ke
awah pewaris.
b. Ahli waris kedua meliputi orang tua, saudaradan keturunan dari saudara.
c. Golongan ketiga yaitu meliputi kakek dan nenek serta leluhur dan selanjutnya.
d. Ahli waris golongan keempat yaitu meliputi keluarga selanjutnya yang menyamping

2. Hukum Waris Islam

Hukum waris Islam berlaku bagi orang Indonesia yang beragama Islam baik asli
maupun turunan berdasarkan S. 1854 No. 129 yang diudangkan di belanda dengan S.
1855 No.2 di Indonesia dengan S. 1929 No. 22 yang telah ditambah, diubah dan
sebagainya terakhir dengan pasal 29 UUD 1945 Jo Tap No. II/MPRS/1961 lampiran A
No. 34 Jo GBHN 1983 Tap No. II/MPR/1983 Bab IV.12 Ketentuan kewarisan
selanjutnya tertuang dalam Buku II Hukum Kewarisan Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Berdasarkan Inpres Nomor 1 Thun 1991. Secara umum, sifat hukum waris Islam
menganut sistem bilateral patrilineal yaitu memposisikan pria pada proporsi bagian lebih
daripada wanita. Ketentuan ini merupakan konsekuensi logis bahwa prialah yang
memiliki kewajiban memberi nafkah pada keluarga.
Selasa, 11/05/2021
Nama : Feiby Sifra Labaiga
Nim : 20602028
Semester / Kelas : 02 / C
HUKUM PERDATA
(Tugas)

3. Hukum Waris Adat

Hukum waris adat diperuntukan bagi warga negara Indonesia asli, yaitu suku-suku
bangsa yang hidup di wilayah Indonesia. Sifat dan sistem hukum adat di Indonesia cukup
beragam arena dipengaruhi oleh sifat etnis yang ada. Tetapi secara umum hkum waris
adat tersebut dibagi menjad tiga yaitu:

a. Sistem Patrilineal, yairu sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan pihak
nenek moyang laki-laki. Di dalam sistem ini, kedudukan dan pengaruh pihak laki-laki
dalam hukum waris sangat menonjol. Contohnya suku Batak. Yang menjadi ahli waris
hanya anak laki-laki sebab anak perempuan yang telah menikah kemudian masuk
menjadi anggota pihak keluarga suami, selanjutnya tidak menjadi ahli waris orang tuanya
yang meinggal dunia.
b. Sistem Matrilineal, yaitu sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan nenek
moyang perempuan. Dalam sistem kekeluargaan ini pihak laki-laki tidak menjadi pewaris
untuk anak-anaknya. Anakanak menjadi ahli waris dari garis perempuan atau ibu karena
anakanak mereka merupakan bagian keluarga dari ibunya. Sedangkan ayahnya masih
merupakan anggota keluarganya sendiri. Contoh sistem ini terdapat padda masyarakat
minangkabau.
c. Sistem parental atau bilateral, yaitu sistem yang menarik garis alam hukum waris sama
atau sejajar.keturunan dari dua sisi, baik dari pihak ayah atau dari pihak ibu. Dalam
sistem ini, kedudukan anak laki-laki dan perempuan.

Di samping sistem kekeluargaan yang sangat berpengaruh terhadap pengaturan


terhadap hukum adat waris terutama terhadap penetapan ahli waris dan bagian harta
peninggalan yang diwariskan, hukum adat waris mengenal tiga sistem adat kewarisan
yaitu:

a. Sistem kewrisan Individual, yaitu sistem kewarisan yang menentukan bahwa para ahli
waris mewarisi secara perorangan, misalnya di Jawa, Batak, Sulawesi dan lain-lain.
b. Sistem kewarisan kolektif, yaitu sistem yang menentukan bahwa para ahli waris
mewarisi harta warisan secara bersama-sama sebab harta peninggalan yang diwarisi tidak
dapat dibagi-bagi pemiliknya kepada masing-masing ahli waris. Contohnya harta pusaka
di Minangkabau dan tanah dati di Semenanjung Hitu Ambon.
Selasa, 11/05/2021
Nama : Feiby Sifra Labaiga
Nim : 20602028
Semester / Kelas : 02 / C
HUKUM PERDATA
(Tugas)

c. Sistem kewarisan mayorat, yaitu sistem kewarisan yang menentukan bahwa harta
peninggalan pewaris hanya diwarisi oleh seorang anak. Sistem mayor ini dibagi dua
macam yaitu sistem mayor laki-laki apabila anak laki-laki tertua atau keturunan laki-laki
merupakan ahli waris tunggal si pewaris (contohnya di daerah Lampung), yang kedua
adalah mayorat perempuan yaitu apabila anak perempuan tertua merupakan ahli waris
tunggal pewaris, misalnya pada masyarakat Tanah Semendo di Sumatra Selatan).

Hukum waris bangsa Indonesia asli, pada dasarnya dikuasai oleh hukum waris adat
seperti pada suku batak dan padang di samping ada beberapa daerah dimana hukum
adatnya sudah menganut hukum Islam misalnya Aceh. Asas keadilan yang dianut dalam
sistem kewarisan adat pada dasarnya kedilan tersebut berdasarkan status, kedudukan dan
jasa. Sehingga setiap pewaris mendapatkan harta warisan baik bagian sebagai ahli waris
ataupun bagian sebagai bukan ahli waris melainkan bagian jaminan harta sebagai anggota
keluarga pewaris.16 Berikut adalah tabel perbedaan hukum waris di Indonesia.
Selasa, 11/05/2021
Nama : Feiby Sifra Labaiga
Nim : 20602028
Semester / Kelas : 02 / C
HUKUM PERDATA
(Tugas)

4. Perbedaan Antara Hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan Hukum Waris
BW.

Berikut adalah tabel perbedaan pokok antara hukum waris adat, hukum waris Islam dan
hukum waris BW :

Hukum Waris Adat Hukum Waris Islam Hukum Waris BW

Bagian seorang wanita dan Bagian seorang pria dua kali Bagian seorang pria dan
pria adalah sama. bagian seorang wanita. wanita adalah sama.

Seorang anak angkat Tidak dikenal pengangkatan Seorang anak luar kawn
mempunyai kedudukan yang anak dengan segala yang diakui oleh bapak atau
sama dengan anak yang sah akibatnya ibunya mempunyai hak
dan dalam soal kewarisan waris tetapi berbeda dengan
juga diperlakukan sama. anak sah.

Seorang janda bukan waris, Seorang janda harus diberi Seorang janda harus diberi
tetapi berhak sebagai istri warisan harta peninggalan warisan harta peninggalan
mendapat nafkah seumur suaminya suaminya.
hidup.

Dengan adanya variasi hukum waris yang ada di Indonesia, maka WNI diberikan hak
pilih dalam penundukannya atau kepada sistem waris mana yang digunakan dalam
menyelesaikan sengketa warisnya. Sebagai contohnya bagi WNI yang beragama Islam
boleh memilih menyelesaikan sengketa warisya di Pengadilan Agama atau Pengadilan
Negeri, hal tersebut disesuaikan degan kesepakatan dan kerelaan para ahli warisnya.
Selasa, 11/05/2021
Nama : Feiby Sifra Labaiga
Nim : 20602028
Semester / Kelas : 02 / C
HUKUM PERDATA
(Tugas)

KESIMPULAN

Secara bahasa kata adil berarti menyamakan, menyeimbangkan, meluruskan. Keadilan


dalam Islam merupakan perpaduan harmonis antara hukum dan moralitas, Islam tidak
bertujuan untuk menghancurkan kebebasan individu, tetapi mengontrol kebebasan itu
demi keselarasan dan harmonisasi masyarakat yang terdiri dari individu itu sendiri.
Menurut ketentuan keadilan dalam hukum Islam, ahli waris laki-laki memperoleh bagian
waris dua kali lipat lebih banyak daripada perempuan (2:1), hal ini dikarenakan Laki-laki
dalam Islam mempunyai tanggung jawab yanglebih besar dalam pemenuhan nafkah
keluarga daripada perempuan. Menurut hukum waris BW, baik ahli waris laki-laki
maupun perempuan memiliki hak dan bagian yang sama.

Sementara itu, problematika regulasi peraturan kewarisan yang berlaku di Indonesia


sampai sekarang masih beraneka ragam, masih belum mempunyai kesatuan hukum yang
dapat diterapkan untuk seluruh warga Indonesia.

Keanekaragaman Hukum Waris

Anda mungkin juga menyukai