Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN

AKHIR SEMESTER (UAS) GANJIL


Tahun Akademik 2023/2024
MATA KULIAH : Hukum agraria
HARI / TANGGAL UJIAN : Selasa , 16-01-2024
DOSEN MATA KULIAH : DR. SAIM AKSINUDIN, S.H., M.H.
NAMA : Allief fitrah hakim
NIM/NPM : 221000071
SEMESTER / KELAS : 3/B

1. A. Pasal 1
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia, yang
bersatu sebagai bangsa Indonesia.
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam
ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
(4) Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi di bawahnya
serta yang berada di bawah air.
(5) Dalam pengertian air termasuk baik perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia.
(6) Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang di atas bumi dan air tersebut pada
ayat
(4) dan (5) pasal ini .

Pasal 2
(1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai
yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

B . Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat (Pasal 3 UUPA)


•Hak Ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban-kewajiban suatu masyarakat
hukum adat yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan
wilayahnya.
•Hak ulayat meliputi semua tanah yang ada dalam lingkungan wilayah hukum yang
bersangkutan, baik yang sudah dihaki oleh seseorang maupun yang belum. Dasar hukum
Uu No. 5 tahun 1960

C. Asas-asas yang terkandung dalam UUPA :


1. Asas Dikuasai Negara (Pasal 33 ayat (3) UUD ‘45 Jo. Pasal 2 ayat (1), (2) UUPA).
2. Asas Nasionalisme (Pasal 21 ayat (1) UUPA).
3. Asas Non Diskriminasi/asas persamaan (Pasal 9 ayat (2) UUPA).
4. Asas Fungsi Sosial (Pasal 33 UUD’45 dan Pasal 6 UUPA).
berarti bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat
dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-
mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi dapat menimbulkan kerugiaan bagi
masyarakat.
5.Asas perlekatan (Natrekking Beginsel). Kedudukan benda-benda yang ada di atas tanah
termasuk kedalam kedudukan tanah (Pasal 506 BW) setelah diberlakukan UUPA asas
ini dicabut diganti dengan asas pemisahan horizontal.
6. Asas pemisahan horizontal (Horizontale Scheiding Beginsels). Suatu asas yang
memisahkan kedudukan benda-benda yang ada di atasnya, dan melekat dengan tanahnya
dimana benda itu berada.
7.Asas Domein Negara. Untuk semua tanah yang tidak dapat dibuktikan sebagai tanah
hak pemiliknya (eigendom) orang lain adalah tanah domein artinya tanah kepunyaan
negara (Pasal 1 Agraris Besluit Stb.1870,118 Domein Verklaring) asas ini dipergunakan
sebagai dasar per-uu-an agraria dari pemerintah Belanda dan tidak dikenal dalam hukum
agraria yang baru. Maka dengan berlakunya UUPA, asas ini diganti dengan istilah asas
dikuasai negara.

D. Landreform adalah upaya restrukturisasi dan redistribusi tanah dengan tujuan


meningkatkan pemerataan kepemilikan tanah, mengurangi ketidaksetaraan, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penerapan Landreform bisa melibatkan
reforma agraria, yaitu perubahan besar-besaran dalam sistem kepemilikan dan
penggunaan tanah.

Di Indonesia, Landreform telah menjadi agenda penting sejak awal kemerdekaan. Namun,
evaluasi terhadap efektivitasnya kontroversial. Meskipun beberapa langkah reforma
agraria telah diambil, seperti Program Transmigrasi dan Program Pemberdayaan
Masyarakat, tantangan besar masih ada. Banyak masyarakat adat dan petani kecil yang
masih menghadapi konflik tanah, dan perebutan tanah terus terjadi.

Oleh karena itu, beberapa pihak berpendapat bahwa penerapan Landreform di Indonesia
belum mencapai tingkat efektivitas yang diharapkan. Diperlukan terus-menerusnya
evaluasi dan upaya perbaikan untuk memastikan bahwa Landreform dapat mencapai
tujuannya dalam meningkatkan keadilan dan kesejahteraan sosial.

2. A. Pasal 16
(1) Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) ialah :
a. hak milik,
b. hak guna-usaha,
c. hak guna-bangunan,
d. hak pakai,
e. hak sewa,
f. hak membuka tanah,
g. hak memungut hasil hutan,
h. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan
dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan
dalam pasal 53.

B. Uupa No. 5 tahun 1960 Pasal 20


(1) Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6.
(2) Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

C. Pasal 28 ayat 1 uupa No. 5 tahun 1960


Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna perusahaan
pertanian, perikanan atau peternakan.

D. Pasal 35 ayat 1,2,3 UUPA No. 5 tahun 1960


Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas
tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Atas permintaan
pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya, jangka
waktu tersebut dalam ayat (1) dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 20 tahun. Hak guna
bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
E. Di luar Pasal 16 UUPA, terdapat berbagai hak atas tanah yang diakui dalam konteks
hukum agraria di Indonesia. Beberapa di antaranya termasuk:

1. Hak Milik

2. Hak Guna Usaha (HGU)

3. Hak Guna Bangunan (HGB)

4. Hak Sewa

5. Hak Pakai

6. Hak Masyarakat Adat

bahwa hak-hak tersebut diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan di luar Pasal 16
UUPA.

3. A. Perbedaan utama antara HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan),
dan Hak Pakai terletak pada tujuan dan ruang lingkup penggunaan tanah:

1. HGU (Hak Guna Usaha) Memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengelola dan
memanfaatkan tanah untuk keperluan usaha tertentu, seperti pertanian, perkebunan, atau
industri. Hak ini bersifat lebih luas dan biasanya terkait dengan kegiatan produksi.

2. HGB (Hak Guna Bangunan) Memberikan hak kepada pemegangnya untuk memiliki dan
memanfaatkan tanah untuk keperluan mendirikan bangunan atau fasilitas tertentu. HGB
umumnya berkaitan dengan pemakaian tanah untuk pembangunan fisik.

3. Hak Pakai Memberikan izin kepada seseorang atau kelompok untuk menggunakan tanah
untuk keperluan tertentu, seperti pemukiman atau pertanian, tanpa memiliki hak milik. Hak
pakai bersifat lebih umum dan dapat mencakup berbagai keperluan.

B. HGU (Hak Guna Usaha)

1. Pemberian HGU Seseorang atau badan hukum bisa mendapatkan HGU melalui
permohonan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau instansi terkait. Prosesnya
melibatkan persetujuan dan penilaian dampak lingkungan.

2. Ketentuan Pemakaian HGU HGU diberikan untuk kegiatan usaha tertentu, seperti
pertanian, perkebunan, atau industri. Pemegang HGU wajib mematuhi ketentuan perundang-
undangan, melibatkan masyarakat setempat, serta menjaga keberlanjutan lingkungan.
HGB (Hak Guna Bangunan)

1. Pemberian HGBPemohon dapat memperoleh HGB dengan mengajukan permohonan


kepada BPN atau instansi terkait. HGB biasanya diberikan untuk pembangunan fisik, seperti
gedung, pabrik, atau infrastruktur lainnya.

2. Ketentuan Pemakaian HGB Pemegang HGB dapat memanfaatkan tanah untuk keperluan
mendirikan bangunan atau fasilitas tertentu. HGB memiliki batas waktu tertentu, dan
pemegangnya wajib memelihara, mengelola, dan merawat bangunan yang dibangun.

C. HGU Tergolong Hak yang Kuat

1. Kekuatan Hak HGU dianggap sebagai hak yang kuat karena memberikan pemegangnya
hak untuk mengelola dan memanfaatkan tanah untuk keperluan usaha. Ini mencakup hak
penuh atas hasil usaha dan penggunaan tanah, membuatnya lebih kuat dibandingkan dengan
hak-hak yang lebih terbatas.

2. Kestabilan dan Jaminan Hukum Pemegang HGU memiliki kepastian hukum yang relatif
tinggi karena haknya diakui dan dilindungi oleh hukum. Ini menciptakan lingkungan yang
lebih stabil untuk melakukan investasi atau kegiatan usaha jangka panjang.

3. Kontribusi Pembangunan EkonomiDengan memberikan kekuatan dalam pengelolaan tanah


untuk kegiatan usaha, HGU berpotensi memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan
ekonomi dan ketahanan pangan.

4. **A. Jaminan terhadap Hak Tanah dan Wanprestasi:**

1. **Jaminan:** Hak Pakai, Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Guna Bangunan (HGB) dapat
dijaminkan. Pemegang hak tersebut dapat menggunakan tanah sebagai jaminan untuk
memperoleh pinjaman atau kredit.

2. **Wanprestasi dan Lelang:** Jika terjadi wanprestasi (pelanggaran kontrak), tanah yang
dijaminkan dapat dilelang untuk membayar utang. Dasar hukumnya dapat ditemukan dalam
hukum perjanjian dan peraturan pelaksanaan yang mengatur penjaminan dan pelaksanaan
jaminan fidusia.
**B. Batas Waktu dalam Hak-hak atas Tanah:**

1. **HGU dan HGB:** Umumnya, HGU dan HGB memiliki batas waktu tertentu, seringkali
antara 20 hingga 95 tahun, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur
pemberian hak tersebut. Setelah batas waktu berakhir, tanah dapat dikembalikan kepada
negara.

2. **Hak Pakai:** Hak pakai juga dapat memiliki batas waktu tertentu. Perpanjangan hak
pakai dapat dilakukan sesuai dengan prosedur dan syarat yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.

**C. Konversi HGU dan HGB Menjadi Hak Milik:**

1. **Konversi HGU:** Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 49 memberikan peluang


konversi HGU menjadi Hak Milik jika pemegang HGU telah memenuhi kewajiban
pembayaran pajak dan telah memanfaatkan tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. **Konversi HGB:** Konversi HGB menjadi Hak Milik diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 41. Pemegang HGB yang telah melunasi seluruh kewajiban dapat
mengajukan konversi kepada BPN.

Konversi memerlukan persyaratan tertentu dan proses administratif yang harus diikuti.
Pemegang HGU dan HGB yang berminat untuk mengonversi haknya menjadi Hak Milik
sebaiknya memahami ketentuan hukum yang berlaku dan melibatkan instansi terkait.

Anda mungkin juga menyukai