Anda di halaman 1dari 89

ICE – BSD, 15 – 17 Februari 2023

Modul 3 : Penerapan Manajemen Pelayanan yang Berorientasi Pada


Keselamatan Pasien Dengan Pendekatan Multi Disiplin dan Tepat Guna
Dalam Asuhan Pasien

Modul 3: Penerapan manajemen pelayanan yang berorientasi pada keselamatan


pasien dengan pendekatan multi disiplin dan tepat guna dalam asuhan pasien.

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,


MHKes, FISQua
1
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro,
MM, MHKes, FISQua

Pendididkan.
• FK Universitas Kristen Indonesia, 1970
• Konsultan Nefrologi, PERNEFRI-Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 1982
• Magister Manajemen, Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, 1994
• Magister Hukum Kesehatan Univ Katolik Soegijapranata Semarang, 2013
• Fellowship of The International Society for Quality in Health Care, 2020
Jabatan.
• Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan KARS sejak th 2014
• Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
• Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem Kes th 2012-2015, 2016-2018,
2018-2020 Wakil Ketua KNKP
Lahir :
• Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) – PERSI sejak 2005. Ketua IKPRS-
Magelang Institut Keselamatan Pasien RS sejak th 2012
5 Nov 1943 • Ketua Dewan Pakar IMPPI-Ikatan Manajer Pelayanan Pasien Indonesia sejak 2020
2
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua

Pengalaman kerja.
• Surveior KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
• Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
• Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
• Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
• Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993, 1993–1996
• Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
• Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 – 1995
• Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
• Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
• Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
• Penghargaan :
• *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah Tinggi PPM.
• *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di Indonesia*, 2018, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.

3
Aspek Asuhan Pasien / Patient Care
PCC - Asuhan Pasien Terintegrasi Dalam Starkes
7 Dimensi Implementasi PCC - APT
Penutup & Kesimpulan
Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Edit 7 Mei 2022

(67 %) (59 %)

(Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022; Buku SNARS Edisi 1.1., KARS, 2019)
KMK No HK.01.07/ MENKES/ 1128/2022
Standar Akreditasi Rumah Sakit KemKes 2022 Ttg Std Akreditasi RS. 13 April 2022

1. Tata Kelola Rumah Sakit - (TKRS)


2. Kualifikasi dan Pendidikan Staf - (KPS)
3. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan - (MFK)
A. KELOMPOK MANAJEMEN RUMAH
SAKIT 4. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien - (PMKP)
# Std 107 – EP 404
5. Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan - (MRMIK)
6. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi - (PPI)
( 7. Pendidikan Dalam Pelayanan Kesehatan - (PPK) )
1. Akses dan Kesinambungan Pelayanan - (AKP)
2. Hak Pasien Dan Keterlibatan Keluarga - (HPK)
3. Pengkajian Pasien - (PP)
B. KELOMPOK PELAYANAN
BERFOKUS PADA PASIEN 4. Pelayanan Dan Asuhan Pasien - (PAP)
# Std 101 – EP 331
5. Pelayanan Anestesi Dan Bedah - (PAB)
6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat - (PKPO)
7. Komunikasi Dan Edukasi - (KE)
C. KELOMPOK SASARAN
Standar SKP 1 s/d Standar SKP 6.1
KESELAMATAN PASIEN # Std 8 – EP 24 (67 %) (59 %) # Std 226
D. PROG. NASIONAL # Std 10 - EP 37 Standar Prognas 1 s/d Standar Prognas 5.1 EP 796
P r o s e s S u r ve i

Starkes + Istak (Instrumen Survei Akreditasi KARS)

(Kepmen No HK.01.07/ MENKES/


1128/2022 Ttg Standar Akreditasi
Rumah Sakit, 13 April 2022)
EP dgn Multi-komponen: a.l.
1. Pahami “Sistem” dari R+D+W, R+D dsb..
substansi yg sedang dinilai.
2. Dgn Proporsi beri Skor
pada EP terkait.

• 10= > 80%, • Tidak Terakreditasi:


• 5 = <80%-20% / <80%-50%, - SKP < 70%
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
• 0 = <50% / <20%. - < 8 Bab @ 80%
DARI KOMPETENSI KE KEWENANGAN KLINIS

(Nico Lumenta, 2023) (Djoni Darmadjaja, 2023)


SE No HK.02.01/MENKES/5/2023 Ttg Penataan Pelayanan Kes bagi DrSp/Drg Sp dan Dr Subpesialis/Drg
Subpesialis Dengan Kompetensi yang Bersinggungan Melalui Shared Competency di RS.

….Sehubungan dengan hal tsb, disampaikan kepada seluruh Kepala/Direktur/Direktur Utama RS dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan serta penggunaan sarana, prasarana, dan alat kesehatan agar memperhatikan hal-hal sbb:

1. Direktur (Kepala/Direktur/Direktur Utama) RS wajib menerapkan manajemen pelayanan yang berorientasi pada
keselamatan pasien dengan pendekatan multidisiplin dan tepat guna mulai dari berbagai prosedur diagnostik, tindakan
medis sampai dengan terapi pengobatan terhadap pasien.
2. Penerapan shared competency wajib dilakukan untuk optimalisasi penggunaan sarana, prasarana, dan alat kesehatan
oleh tenaga medis sebagaimana dimaksud pada angka 2.
4. Direktur RS melaksanakan optimalisasi sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3 melalui penerapan shared
competency untuk bidang spesialisasi atau subspesialisasi yang berbeda di RS berdasarkan standar kompetensi yang telah
disahkan sesuai ketentuan peraturan perUUan atau buku putih (white paper) masing-masing bidang spesialis atau
subspesial
5. Dalam rangka penerapan shared competency sebagaimana dimaksud pada angka 4, Direktur RS memberikan clinical
appointment berdasarkan rekomendasi komite medik.
10. Penerapan shared competency di RS, termasuk dalam penggunaan sarana, prasarana, dan alat kesehatan menjadi
salah satu unsur penilaian dalam proses akreditasi dan/atau reakreditasi RS.
SHARED COMPETENCY. MAJELIS KOLEGIUM KEDOKTERAN INDONESIA (MKKI) IDI. 2021

Daftar Shared Competency


1. Ilmu Bedah 21. Patologi Klinik
2. Ilmu Kesehatan Anak 22. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
3. Radiologi 23. Ilmu Penyakit Dalam
4. Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi 24. Kedokteran Okupasi
5. Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 25. Bedah Anak
6. Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik 26. Ilmu Gizi Klinik
7. Bedah Saraf 27. Andrologi
8. Urologi 28. Parasitologi Klinik
9. Mikrobiologi Klinik 29. Akupunktur
10. Orthopaedi dan Traumatologi 30. Kedokteran Olahraga
11. Kedokteran Penerbangan 31. Onkologi Radiasi
12. Obstetri dan Ginekologi 32. Ilmu Psikiatri
13. Dermatologi dan Venereologi 33. Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah
14. Neurologi Kepala dan Leher
15. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi 34. Patologi Anatomi
16. Kedokteran Nuklir 35. Ilmu Kedokteran Keluarga
17. Anestesiologi dan Terapi Intensif 36. Kedokteran Kelautan
18. Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular 37. Ilmu Kedokteran Emergensi
19. Farmakologi Klinik
20. Oftalmologi
1. Shared Competency Bidang Ilmu Bedah 2. Shared Competency Bidang Ilmu Kesehatan Anak

(Shared Competency. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) IDI, 2021)


3. Shared Competency Bidang Ilmu Radiologi 4. Shared Competency Bidang Ilmu
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

(Shared Competency. Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) IDI, 2021)


PMK No 755/MENKES/PER/IV/2011 Ttg Penyelenggaraan Komite Medik di RS

…..Rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege) setiap spesialisasi di RS


ditetapkan oleh komite medik dengan berpedoman pada norma keprofesian yang ditetapkan
oleh kolegium setiap spesialisasi. Komite medik wajib menetapkan dan mendokumentasi
syarat-syarat yang terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan
medis sesuai dengan ketetapan kolegium setiap spesialisasi ilmu kedokteran. Dokumentasi
syarat untuk melakukan pelayanan medis tersebut disebut sebagai “buku putih” (white paper).
Dengan demikian setiap rekomendasi komite medik atas kewenangan klinis (clinical privilege)
untuk staf medis tetap dapat dipertanggungjawabkan secara hukum karena “buku putih” (white
paper) tersebut mengacu pada berbagai norma profesi yang ditetapkan oleh kolegium setiap
spesialisasi. ….
(Nico Lumenta, KARS, 2022. Sumber : Starkes & Instrumen Survei KARS, 2022)
Asuhan Pasien
Dalam Starkes Asuhan Pasien: PCC & Asuhan Pasien
PAP 1.1, 1.2, PP GU, 1, 2, Terintegrasi:
Pelayanan dan Asuhan AKP 3, 3.1., PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 3 Integrasi & 7 Dimensi.
4, 6, KE 7, TKRS 8.
yg seragam: AKP 3 EP a), PAP 1.1 EP a), PAP 1.2
PAP 1 butir a) – e) EP e). PP GU.

Pengkajian Ulang: oleh Pasien dan Keluarga:


semua PPA yg terkait, dicatat di dilibatkan dalam semua aspek
perawatan dan tata laksana medis
CPPT: Medis, Perawat/Bidan,
melalui edukasi .....
Farmasi, Gizi, dll sesuai regulasi → Std HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3,
RS nya. →PP 2. 4.1, KE GU, KE 2.

Pengkajian Awal: PPA sbg Tim: kolaborasi,


*oleh 2 profesi: medis & keperawatan: kompetensi: AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2,
IGD, Rajal, Ranap →PP 1.1.
PP 1, 1.2, 2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2,
*menggali isi minimal 13 elemen: →PP
4, 7, 7.3, PKPO 4, 6, TKRS 8, 9.
1, 1.1, 1.2 & PKPO 4.

Pemberian Pelayanan/ DPJP: Clinical Leader, Ketua Tim


Pengkajian Pasien – I.A.R: Klinis, Integrator: AKP 3.1, PP 1, PP
Implementasi Rencana: AKP, PP, PAP, PAB, SKP, PKPO, Prognas.
AKP, PAP, PAB, PKPO, Prognas. 2, PAP 1.2.
16
(Nico Lumenta, KARS, 2022. Sumber : Starkes & Instrumen Survei KARS, 2022)
Patient Centred Care

(AKP 3 EP 1, M&T, PAP GU,

*Asuhan Pasien Terintegrasi PAP 1.1 EP 1, PAP 1.2 EP 5)

Integrasi: “The Indonesian model of PCC”


❑ Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal
❑ Integrasi Inter Unit : Vertikal
❑ Integrasi PPA-Pasien : Horizontal
(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, PAP 1.1, 1.2, KE GU, KE 2, AKP 3, PP GU, TKRS 8, 9)

7 Dimensi Implementasi PCC-APT:


I. Patient Engagement & Empowerment. →(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, KE GU, KE 2, AKP 2)
II. DPJP sbg Clinical Leader. →(AKP 3.1, PP 1, PP 2, PAP 1.2.)
III. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
*CP Terintegrasi, *CPPT, *Kompeten Berkolaborasi. →(AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6,
TKRS 8, 9.)
IV. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. →(AKP 2.1, 3, 4, 5, 5.5, PAP 1, 1.1.)
V. Integrated Discharge Planning. →(AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.)
VI. Asuhan gizi terintegrasi. →(PP 1.2., PAP 3)
VII. Budaya Keselamatan. →(TKRS 13, PMKP 10)

(Nico Lumenta, KARS, 2022)


Definisi WHO: Quality of care
Quality health services across the world should be: Layanan kesehatan berkualitas di seluruh dunia harus:
1. Effective, providing evidence-based health care services 1. Efektif, memberikan layanan kesehatan berbasis bukti kepada
to those who need them; mereka yang membutuhkannya;
2. Safe, avoiding harm to people for whom the care is
2. Aman, menghindari bahaya bagi orang yg menjadi sasaran
intended;
pelayanan kesehatan;
3. People-centred, providing care that responds to individual
preferences, needs and values; 3. Berpusat pada orang (→PCC), memberikan pelayanan yang
4. Timely, reducing waiting times and sometimes harmful menanggapi preferensi, kebutuhan, dan nilai individu;
delays for both those who receive and those who give care; 4. Tepat waktu, mengurangi waktu tunggu dan terkadang
5. Equitable, providing care that does not vary in quality, on penundaan yang berbahaya bagi mereka yang menerima dan
account of age, sex, gender, race, ethnicity, geographic mereka yg memberi perhatian;
location, religion, socio-economic status, linguistic or political 5. Adil, memberikan asuhan yg tidak bervariasi kualitasnya,
affiliation; karena usia, jenis kelamin, jenis kelamin, ras, etnis, lokasi
6. Integrated, providing care that is coordinated across
geografis, agama, status sosial-ekonomi, afiliasi bahasa atau
levels and providers and
politik;
7. Efficient, maximizing the benefit of available resources
and avoiding waste. 6. Terintegrasi (→ APT), memberikan asuhan yg terkoordinasi
lintas tingkatan dan penyedia
7. Efisien, memaksimalkan manfaat sumber daya yg tersedia dan
menghindari pemborosan.
(Introducing the WHO Quality Toolkit, World Health Organization 2022)
Patient-Centered Care / Person-Centered Care Definitions
IOM (Institute of Medicine) IOM (Institute of Medicine)
Care that is respectful and responsive to Pelayanan/Asuhan yang menghormati dan
individual patient preferences, responsif terhadap preferensi individu pasien,
needs and values, and ensuring that patient
kebutuhan dan nilai-nilai, dan memastikan
values guide all clinical decisions.
bahwa nilai-nilai pasien memandu semua
WHO (World Health Organization) keputusan klinis.
People centeredness is about organizing
services around people's needs, WHO (World Health Organization)
demands and preferences rather than Berpusat pada orang (PCC) adalah tentang
disease specific or organ-based services, mengatur layanan di sekitar kebutuhan
and rethinking the systems to address orang/pasien, tuntutan dan preferensinya,
issues due to globalization. daripada spesifik kepada penyakit atau layanan
berbasis organ, dan memikirkan kembali sistem
untuk mengatasi masalah akibat globalisasi.

(Rosenblum, R, Person Centered Care and Person Engagement: Current Situation, Challenges and Situation,
ISQua Fellowship Webinar, 2022 https://login.isqua.org/education/programme/2/3/106)
1988:The term
patient-centered
care was coined by
Harvey Picker

1969:Enid Balint
coined the term
patient-
centeredness,
contrasted with
“illness-oriented
care.”

(McAdam, S : Transitioning to PCC to Improve Quality, HMA 2013, Bangkok)


IAPO - International Designate the PCC in: Crossing WHO:
The 8 Picker Alliance of Patients’ the Quality
PCC in: WHO WS
Center for Patient Definisi Patients for
Principles of Organizations Safety in: To Err Is Chasm: A New
Our vision is to see Health System Quality in Patient Safety,
PCC, 1996 patients at the centre of
Human, Building a
Safer Health System, for the 21st Healthcare. Jakarta
healthcare throughout the
IOM, 2000 Century, IOM, 7 Dimensi Declaration, 2007
world. 1999
Six Aim. 2001
WHO Regional
Perspektif PPA Std Pelayanan Patient-Centered
Office for Patient perspective in PCC:
Berfokus pd Standards in: JCI
Europe: in: PCC - Asuhan Partnering with Patients &
Pasien in: Std Accreditation Std
Integrated care Pasien Akreditasi RS –
Fam to Design a P & F -
for Hospitals 3rd, Centered Health Care System.
models: an Terintegrasi KARS 2012. 2008 Institute for Family-Centered
overview, 2016 KARS, 2014 →SNARS 1 KARS,
2018 Care 2008.

PCC – APT
WHO Global WHO Global *Asuhan Pasien
Strategy on Patient Safety Person-Centred Care
Terintegrasi – The
Integrated People- Action Plan Systems: From Theory
centred Health Indonesian Model
(GPSAP) 2021- to Practice, White Paper
Services 2016- 2030. of PCC, Starkes- for ISQUA; 2022.
2026. Istak, 2022
(Nico Lumenta, KARS, 2023)
IAPO - International Designate the PCC in: Crossing WHO:
The 8 Picker Alliance of Patients’ the Quality
PCC in: WHO WS
Center for Patient Definisi Patients for
Principles of Organizations Safety in: To Err Is Chasm: A New
Our vision is to see Health System Quality in Patient Safety,
PCC, 1988 patients at the centre of
Human, Building a
Safer Health System, for the 21st Healthcare. Jakarta
healthcare throughout the
IOM, 2000 Century, IOM, 7 Dimensi Declaration, 2007
world. 1999
Six Aim. 2001
WHO Regional
Perspektif PPA Std Pelayanan Patient-Centered
Office for Patient perspective in PCC:
Berfokus pd Standards in: JCI
Europe: in: PCC - Asuhan Partnering with Patients &
Pasien in: Std Accreditation Std
Integrated care Pasien Akreditasi RS –
Fam to Design a P & F -
for Hospitals 3rd, Centered Health Care System.
models: an Terintegrasi KARS 2012. 2008 Institute for Family-Centered
overview, 2016 KARS, 2014 →SNARS 1 KARS,
2018 Care 2008.

PCC – APT
WHO Global WHO Global *Asuhan Pasien
Strategy on Patient Safety Person-Centred Care
Terintegrasi – The
Integrated People- Action Plan Systems: From Theory
centred Health Indonesian Model
(GPSAP) 2021- to Practice, White Paper
Services 2016- 2030. of PCC, Starkes- for ISQUA; 2022.
2026. Istak, 2022
(Nico Lumenta, KARS, 2023)
IAPO - International Designate the PCC in: Crossing WHO:
The 8 Picker Alliance of Patients’ the Quality
PCC in: WHO WS
Center for Patient Definisi Patients for
Principles of Organizations Safety in: To Err Is Chasm: A New
Our vision is to see Health System Quality in Patient Safety,
PCC, 1996 patients at the centre of
Human, Building a
Safer Health System, for the 21st Healthcare. Jakarta
healthcare throughout the
IOM, 2000 Century, IOM, 7 Dimensi Declaration, 2007
world. 1999
Six Aim. 2001
WHO Regional
Perspektif PPA Std Pelayanan Patient-Centered
Office for Patient perspective in PCC:
Berfokus pd Standards in: JCI
Europe: in: PCC - Asuhan Partnering with Patients &
Pasien in: Std Accreditation Std
Integrated care Pasien Akreditasi RS –
Fam to Design a P & F -
for Hospitals 3rd, Centered Health Care System.
models: an Terintegrasi KARS 2012. 2008 Institute for Family-Centered
overview, 2016 KARS, 2014 →SNARS 1 KARS,
2018 Care 2008.

PCC – APT
WHO Global WHO Global *Asuhan Pasien
Strategy on Patient Safety Person-Centred Care
Terintegrasi – The
Integrated People- Action Plan Systems: From Theory
centred Health Indonesian Model
(GPSAP) 2021- to Practice, White Paper
Services 2016- 2030. of PCC, Starkes- for ISQUA; 2022.
2026. Istak, 2022
(Nico Lumenta, KARS, 2023)
(Berntsen G, Chetty M, Ako-Egbe L, Yaron S, Phan Thanh P, Castro I,
Curran C, et al. Person-Centred Care Systems: From Theory to Practice, A
White paper for ISQUA; 2022. Report No.: ISBN 978-0-9955479-2-6.
International Journal for Quality in Health Care, 2021, 33(S2), ii23–ii26doi:
https://doi.org/10.1093/intqhc/mzab052).
(Patient is also a person)
The dual goal of this white paper is to
contribute to a new understanding of what Tujuan (ganda) dari buku putih ini adalah
PCC is and contribute to making PCC a untuk berkontribusi pada
system characteristic of care systems all
over the globe. 1.pemahaman baru ttg apa itu PCC dan
2.berkontribusi untuk menjadikan PCC
sebagai karakteristik sistem dari sistem
pelayanan kesehatan di seluruh dunia.
Health care is not paying sufficient respect • Pelayanan kesehatan tidak cukup
to the individuality and human dignity of
persons who seek help from care systems. menghormati individualitas dan martabat
PCC calls for a stronger focus on and pasien yang mencari bantuan dari sistem
collaboration with the patient.
asuhan.
• PCC menyerukan fokus yang lebih kuat
dan kolaborasi dengan pasien.
(Berntsen G, Chetty M, Ako-Egbe L, Yaron S, Phan Thanh P, Castro I, Curran C, et al. Person-Centred Care Systems:
From Theory to Practice, A White paper for ISQUA; 2022. Report No.: ISBN 978-0-9955479-2-6. International
Journal for Quality in Health Care, 2021, 33(S2), ii23–ii26doi: https://doi.org/10.1093/intqhc/mzab052).
(Patient is also a person)
7 Dimensi Implementasi PCC-APT, Ekosistem dlm Starkes, The Indonesian model of PCC.

I. Patient Engagement & Empowerment.


II. DPJP sbg Clinical Leader.
III. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
IV. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager.
V. Integrated Discharge Planning.
VI. Asuhan gizi terintegrasi.
VII. Budaya Keselamatan. (Nico Lumenta, KARS, 2022)
Hospital Patient Safety Pathway WHO : Quality in Healthcare Healthcare
“The Indonesian Experience” 7 Dimension Risk Mgt
8 Risk Domains

• 7 dimensi
• Program Mutu
• Indikator Mutu

WHO Global Patient Safety


Action Plan 2021-2030

Budaya Mutu
Quality Culture

RS
Risk Hospital
Safety Culture & Culture

PMK 11/2017
• 7 Standar KP
7 Pemandu KPRS
• 7 langkah menuju KP
• 6 Sasaran KP Kerangka Kerja
Komprehensif KPRS
(Nico Lumenta, 2022)
• Pelaporan IKP
Patient Centred Care

(AKP 3 EP 1, M&T, PAP GU,

*Asuhan Pasien Terintegrasi PAP 1.1 EP 1, PAP 1.2 EP 5)

Integrasi: “The Indonesian model of PCC”


❑ Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal
❑ Integrasi Inter Unit : Vertikal
❑ Integrasi PPA-Pasien : Horizontal
(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, PAP 1.1, 1.2, KE GU, KE 2, AKP 3, PP GU, TKRS 8, 9)

7 Dimensi Implementasi PCC-APT:


I. Patient Engagement & Empowerment. →(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, KE GU, KE 2, AKP 2)
II. DPJP sbg Clinical Leader. →(AKP 3.1, PP 1, PP 2, PAP 1.2.)
III. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
*CP Terintegrasi, *CPPT, *Kompeten Berkolaborasi. →(AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6,
TKRS 8, 9.)
IV. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. →(AKP 2.1, 3, 4, 5, 5.5, PAP 1, 1.1.)
V. Integrated Discharge Planning. →(AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.)
VI. Asuhan gizi terintegrasi. →(PP 1.2., PAP 3)
VII. Budaya Keselamatan. →(TKRS 13, PMKP 10)

(Nico Lumenta, KARS, 2022)


Asuhan Pasien
Dalam Starkes Asuhan Pasien: PCC & Asuhan Pasien
PAP 1.1, 1.2, PP GU, 1, 2, Terintegrasi:
Pelayanan dan Asuhan AKP 3, 3.1., PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 3 Integrasi & 7 Dimensi.
4, 6, KE 7, TKRS 8.
yg seragam: AKP 3 EP a), PAP 1.1 EP a), PAP 1.2
PAP 1 butir a) – e) EP e). PP GU.

Pengkajian Ulang: oleh Pasien dan Keluarga:


semua PPA yg terkait, dicatat di dilibatkan dalam semua aspek
perawatan dan tata laksana medis
CPPT: Medis, Perawat/Bidan,
melalui edukasi .....
Farmasi, Gizi, dll sesuai regulasi → Std HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3,
RS nya. →PP 2. 4.1, KE GU, KE 2.

Pengkajian Awal: PPA sbg Tim: kolaborasi,


*oleh 2 profesi: medis & keperawatan: kompetensi: AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2,
IGD, Rajal, Ranap →PP 1.1.
PP 1, 1.2, 2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2,
*menggali isi minimal 13 elemen: →PP
4, 7, 7.3, PKPO 4, 6, TKRS 8, 9.
1, 1.1, 1.2 & PKPO 4.

Pemberian Pelayanan/ DPJP: Clinical Leader, Ketua Tim


Pengkajian Pasien – I.A.R: Klinis, Integrator: AKP 3.1, PP 1, PP
Implementasi Rencana: AKP, PP, PAP, PAB, SKP, PKPO, Prognas.
AKP, PAP, PAB, PKPO, Prognas. 2, PAP 1.2.
34
(Nico Lumenta, KARS, 2022. Sumber : Starkes & Instrumen Survei KARS, 2022)
Patient Centred Care
“The Indonesian model of PCC”
(AKP 3 EP a),

*Asuhan Pasien Terintegrasi PAP 1.1 EP a), PAP 1.2 EP e).


PP GU)

(Nico Lumenta, KARS, 2022)


7 Dimensi Implementasi PCC-APT

1. Keterlibatan &
Pemberdayaan
….. Penerapan
Pasien – Keluarga HPK …..
Patient & Family
Engagement -
Empowerment
*Starkes – Istak:
HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3,
4.1, KE GU, KE 2, AKP 2.
*WHO GPSAP 2021-2030:
Strategic Objectives no 4.
(Istak: Instrumen Survei Akreditasi KARS)
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam Starkes 2022. DPJP

PPJA
PPA
Tugas Mandiri,
Apoteker
Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif

PPA
Kompetensi Profesi &
Kompetensi utk Lainnya Dietisien
Berkolaborasi
Interprofesional
(Nico Lumenta,KARS, 2022)

38
RENUNGKAN PERBEDAAN : PPA DAN PASIEN
PPA :
▪ Menjalani pendidikan bertahun2, kompeten,
memiliki kewenangan
▪ Pelayanan pasien dijalankan dgn standar, rutin,
homogen, serba jelas.
▪ Aktivitas individu PPA hanya 1 shift

Pasien :
▪ Masuk RS seperti masuk “hutan”, relatif banyak yg
tidak jelas, pengalaman baru….
▪ Pasien “tidak pernah” melalui “pendidikan untuk
menjadi pasien” !!!
▪ Relatif tidak punya kewenangan ikut ambil “Hutan”
keputusan, harus ikut “kata” dokter…
▪ Ada rasa cemas, ngeri, bingung, takut.
▪ Di RS, hanya Pasien yg menjalani “3 shift” !!

KARS
2. DPJP sebagai
Ketua Tim
Klinis. (Clinical Leader)

Starkes – Istak
AKP 3.1, PP 1, PP 2, PAP 1.2.

AKP 3. M&T:…. DPJP sebagai Ketua


tim asuhan pasien oleh profesional
pemberi asuhan (PPA) (clinical
leader);
DPJP sebagai Clinical Leader

DPJP adalah Clinical/Team Leader PPA


▪ Susun Kerangka Pokok Asuhan
▪ Koordinasi
▪ Kolaborasi
▪ Review R (dari IAR)
▪ Sintesis
▪ Interpretasi
▪ Integrasi asuhan
AKP 3.1,PAP 1.2.
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan
Secara rutin saat visit pasien tiap pagi, DPJP membaca CPPT semua informasi (24
jam), dari semua PPA, terkait a.l. asesmen, perkembangan pasien, pelaksanaan
pelayanan, juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form gizi, dsb.

Melakukan review, interpretasi, sintesis dari rencana dan pelaksanaannya. (Std PAP 2.1.)

Menyusun skala prioritas.

Bila diperlukan, membuat catatan / notasi pd CPPT utk a.l. perhatian,


koreksi, arahan, instruksi dsb

Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran, cukup
II. DPJP sbg memberi paraf (= verifikasi) pada lembar CPPT, beri paraf pd pojok
Clinical kanan bawah lembar CPPT, per 24 jam. (Std PAP 2.1.)
Leader. →(AKP
3.1, PP 1, PP 2, PAP 1.2.) 44
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
Kolaborasi PPA REVIEW &
3 4
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
1 2 Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
Paraf
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … DPJP
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP per akhir 24 jam
DPJP & DPJP Utama

46
3. PPA : Tim
Interdisiplin dgn
Kolaborasi
Interprofesional
+ Kompetensi
Berkolaborasi

Starkes – Istak
AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB
3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6, TKRS 8, 9.

AKP 3. M&T:…. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dgn kolaborasi interprofesional dibantu a.l. oleh Panduan Praktik
Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/clinical pathway terintegrasi, Algoritme, Protokol, Prosedur,
Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi);
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam Starkes 2022. DPJP

PPJA
PPA
Tugas Mandiri,
Apoteker
Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif

PPA
Kompetensi Profesi &
Kompetensi utk Lainnya Dietisien
Berkolaborasi
Interprofesional
(Nico Lumenta,KARS, 2022)
Asuhan Pasien Terintegrasi

49
Interprofessionality
❑ Interprofessional Collaboration (IPC)
When multiple health workers from different professional
backgrounds work together with patients, families,
carers, and communities to deliver the highest quality of
care

❑ Interprofessional Education (IPE)


When students from two or more professions learn about,
from and with each other to enable effective collaboration
and improve health outcomes
(Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO, 2010)
PPA : Kompetensi Kolaborasi Interprofesional
Interprofessional Collaborative Practice Competency
Domains

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Kompetensi pada Kolaborasi Interprofesional (38)

Ranah Kompetensi 1: Values/Ethics for Interprofessional Practice (10)

Bekerja bersama PPA lain untuk memelihara iklim saling respek (menghormati) dan
berbagi nilai2.
Ranah Kompetensi 2: Roles/Responsibilities (9)

Menggunakan pengetahuan dari peran masing2 guna memperoleh dan mengatasi


kebutuhan layanan kesehatan dari pasien dan populasi yang dilayani.
Ranah Kompetensi 3: Interprofessional Communication (8)
Berkomunikasi dengan pasien, keluarga, komunitas, dan PPA lain dengan cara yang
responsif dan bertanggung jawab yang mendukung suatu pendekatan tim dalam
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan penyakit.
Ranah Kompetensi 4: Teams and Teamwork (11)

Menerapkan nilai2 membangun-relasi dan prinsip2 dinamika tim untuk kinerja efektif
dalam tim dgn peran yang berbeda untuk merencanakan dan memberikan asuhan
berfokus pasien-/populasi yang aman, tepat waktu, efisien, dan wajar.

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Ranah Kompetensi 1: Nilai2 / Etika untuk Praktek
Interprofesional (10)

1. Tempatkan kepentingan pasien / populasi di pusat interprofesional pemberian pelayanan


kesehatan.
2. Hormati martabat dan privasi pasien sambil menjaga kerahasiaan dlm pemberian asuhan
berbasis tim.
3. Rangkul keragaman budaya dan perbedaan individu yg menjadi ciri pasien, populasi, dan tim
PPA.
4. Hargai keunikan budaya, nilai, peran/tanggung jawab, dan keahlian profesi kesehatan
lainnya.
5. Bekerjasamalah dengan mereka yg menerima asuhan, mereka yg memberikan asuhan, dan
orang2 lain yg berkontribusi utk dan mendukung pemberian pelayanan pencegahan dan
kesehatan.
6. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien, keluarga, dan anggota tim lainnya.
7. Tunjukkan standar perilaku etis dan kualitas asuhan yang tinggi dalam kontribusi seseorang
terhadap asuhan berbasis tim.
8. Kelola dilema etika khusus utk situasi interprofesional pelayanan berfokus pasien/ populasi.
9. Bertindak dgn kejujuran dan integritas dlm hubungan dgn pasien, keluarga, dan anggota tim
lainnya.
10. Pertahankan kompetensi dalam profesinya sendiri sesuai dengan ruang lingkup praktik.
Ranah Kompetensi 2: Peran / Tanggung Jawab (9)

1. Komunikasikan peran dan tanggung jawab seseorang dengan jelas kepada pasien, keluarga,
dan profesional lainnya.
2. Kenali keterbatasan seseorang dalam keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan.
3. Libatkan beragam profesional kesehatan yg melengkapi keahlian profesionalnya sendiri,
serta sumber daya terkait, untuk mengembangkan strategi guna memenuhi kebutuhan tertentu
asuhan pasien.
4. Jelaskan peran dan tanggung jawab pengasuh perawatan lain dan bagaimana tim bekerja
sama untuk memberikan asuhan.
5. Gunakan sepenuhnya pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan profesional kesehatan yg
tersedia maupun PPA dalam memberikan asuhan yg aman, tepat waktu, efisien, efektif, dan adil.
6. Berkomunikasi dengan anggota tim untuk memperjelas tanggung jawab setiap anggota
dalam melaksanakan komponen rencana asuhan atau intervensi kesehatan masyarakat.
7. Jalin hubungan yg saling bergantung dengan profesi lain untuk meningkatkan asuhan dan
pembelajaran lanjutan.
8. Terlibat dalam pengembangan profesional dan interprofessional berkelanjutan untuk
meningkatkan kinerja tim.
9. Gunakan kemampuan yang unik dan komplementer dari setiap anggota tim untuk
mengoptimalkan asuhan pasien.
Ranah Kompetensi 3: Komunikasi Interprofesional (8)

1. Pilih alat dan tehnik komunikasi yang efektif, termasuk sistem informasi dan teknologi
komunikasi, untuk memfasilitasi diskusi dan interaksi yg meningkatkan fungsi tim.
2. Atur dan komunikasikan informasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim PPA dalam
bentuk yg dapat dimengerti, hindari terminologi khusus disiplin jika memungkinkan.
3. Ungkapkan pengetahuan dan pendapat seseorang kepada anggota tim yg terlibat dalam
asuhan pasien dengan percaya diri, jelas, dan rasa hormat, bekerja untuk memastikan
pemahaman yg sama tentang informasi dan keputusan asuhan dan pengobatan.
4. Dengarkan secara aktif, dan dorong ide & pendapat anggota tim yg lain.
5. Berikan umpan balik yg tepat waktu, sensitif, dan instruktif kpd orang lain ttg kinerja mereka
di tim, tanggapi secara hormat sebagai anggota tim untuk umpan balik dari orang lain.
6. Gunakan bahasa hormat yg sesuai untuk situasi sulit tertentu, percakapan penting, atau
konflik interprofesional.
7. Kenali bagaimana keunikan seseorang, termasuk tingkat pengalaman, keahlian, budaya,
kekuasaan, dan hierarki dalam tim PPA, berkontribusi pada komunikasi yg efektif, mengatasi
konflik, dan hubungan kerja interprofesional yg positif.
8. Komunikasikan secara konsisten pentingnya kerjasama tim dalam asuhan berfokus-pasien
dan berfokus masyarakat.
Ranah Kompetensi 4: Tim dan Kerjasama Tim (11)

1. Jelaskan proses pengembangan tim dan peran serta praktik tim yg efektif.
2. Kembangkan konsensus atas prinsip2 etika untuk memandu semua aspek dari asuhan pasien dan
kerjasama tim.
3. Libatkan PPA lainnya, sesuai dengan situasi pelayanan khusus, dalam –shared – pemecahan masalah
yg berfokus pasien.
4. Integrasikan pengetahuan dan pengalaman profesi lain—sesuai dengan situasi pelayanan khusus—
untuk menginformasikan keputusan pelayanan, sambil menghormati nilai dan prioritas/preferensi pasien/
komunitas untuk pelayanan.
5. Terapkan praktik kepemimpinan yang mendukung praktik kolaboratif dan efektivitas tim.
6. Libatkan diri sendiri dan orang lain untuk secara konstruktif mengelola ketidaksepakatan tentang nilai, peran,
tujuan, & tindakan yang muncul di antara PPA dan dengan pasien - keluarga.
7. Berbagi akuntabilitas dengan profesi lain, pasien, dan komunitas untuk hasil yang relevan dengan
pencegahan dan pelayanan kesehatan.
8. Refleksikan kinerja individu dan kinerja individu utk tim, juga kinerja tim, dan peningkatan kinerja.
9. Gunakan strategi perbaikan proses untuk meningkatkan efektivitas kerja tim interprofessional dan asuhan
berbasis tim.
10. Gunakan bukti yang tersedia untuk menginformasikan kerjasama tim yang efektif dan praktik berbasis
tim.
11. Lakukan/perform secara efektif dalam tim dan dalam tim yang berbeda dalam berbagai pengaturan.
PPA
sebagai
Tim Interdisiplin

(Febr 2015
17 pages)
(How to Guide : Multidisciplinary Rounds.
Institute for Healthcare Improvement,
updated February 2015 )
4. Manajer
Pelayanan
Pasien.
Case Manager

Starkes – Istak
AKP 2.1, 3, 4, 5.5, PAP 1.1.
MANAJER PELAYANAN PASIEN / CASE MANAGER

DPJP
PPJA
Apoteker
Clinical Leader : PPJA MPP:
• Kerangka pokok
asuhan Pasien, • AKP 3. – MPP
• AKP 4. –
• Koordinasi Keluarga
Transfer
• Kolaborasi • PAP 1.1. –
• Sintesis Asuhan Pasien
• Interpretasi Lainnya Dietisien
Terintegrasi
• Review • AKP 2.1. –
• Integrasi asuhan Kelola Alur
Pasien
Yan Kes (MPP bukan
• AKP 5.5. EP a)
PIC rujukan
MPP
/ RS Lain PPA aktif)
dapat MPP
✓ MPP bukanlah PPA aktif Yan Case Manager
✓ Shift pagi Keuangan/
Billing Asuransi Dokter
✓ Ratio 1 : 25 Pasien
Perusahaan/ Keluarga
- Kompleksitas Pasien Employer BPJS
- Kebutuhan RS
• Pembayar
• Perusahaan
• Asuransi
Output CM :
▪ Kontinuitas Pelayanan
MPP:
• AKP 3. – MPP
▪ Pelayanan dgn Kendali
• AKP 4. – Transfer
Mutu dan Biaya • PAP 1.1. – Asuhan Pasien
▪ Pelayanan yg memenuhi
MPP
Terintegrasi
kebutuhan Pasien-Kel pd • AKP 2.1. – Kelola Alur Pasien
ranap s/d dirumah • AKP 5.5. EP a) PIC rujukan
▪ Good Patient Care Case dapat MPP
Manager

(*Pemandu, *Laison/
Penghubung/“Jembatan”) • RS
Pasien • PPA
Keluarga • Rohaniwan
• Unit2
• Keuangan
63
“Manajemen Pelayanan
Pasien akan menjadi bagian
tak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan. Tidak
ada model pelayanan
kesehatan yang akan
berhasil tanpa komponen
manajemen pelayanan
pasien” !!!

64
(The Commission for Case Manager Certification’s Case Management Body of Knowledge®. (CMBOK®), 2011)
• MPP me navigasi melalui 9+1 fase
• Berulang & Cyclical Proses Manajemen
• Berpusat pd pasien Pelayanan Pasien
• Sistem support dari pasien
Form A Form B Level bervariasi berdasarkan pengaturan
MPP MPP praktik. Termasuk pengumpulan data yg
s/d Selesai dibutuhkan untuk fase Evaluasi hasil

Perenca Implemen Tindak Proses Evalua


Skrining Asesmen
naan tasi lanjut Transisi si hasil
(Koordinasi
Asuhan)

Terminasi
MnPP

Stratifik Kedalaman fase ini bervariasi berdasarkan pada Komunikasi


pengaturan praktik MnPP. Misalnya. Risiko stratifikasi
asi adalah penting dalam asuransi kes, asuhan kronis dll. Pasca
Risiko Dalam perawatan akut / jangka panjang Risiko Transisi
stratifikasi dapat dikombinasikan dengan fase
Asesmen

65
(CCMC, Commission for Case Manager Certification, 2011)
5. Perencanaan
Pemulangan
Pasien Integrated
Discharge
Planning.
Starkes – Istak
AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.
Discharge Planning
Transisi & Kontinuitas Yan
Keluarga :
Asuhan Yan
Dirumah Sosial
Yan
Pra Admisi : Penunjang,
o eLOS Rawat inap Dirumah Rehab
o Rujukan

Yan Kes
Follow-up Primer
P3/Discharge Edukasi, Pelatihan spesifik • Ke RS dilingkungan
Planning : Pasien-Kel Proses Pulang : • Telpon
AKP 3 EP a), AKP 5 →Std AKP 5
EP a), PP 1 EP b). o 24-48 jam pra-pulang
o Penyiapan Yan dilingkungan
•Awal & durante
o Kriteria pulang +
ranap o Resume pasien pulang
•Kriteria o Transport
Std AKP 5 EP d):
•Tim Multidisiplin o dsb TL pemulangan pasien bila
•Keterlibatan Pasien- diperlukan dapat ditujukan
Kel Maksud & Tujuan AKP 5: …..Pasien yg memerlukan perencanaan pemulangan kepada fasyankes baik
•Antisipasi masalah pasien (discharge planning) maka RS mulai merencanakan hal tsb sejak awal perorangan ataupun
•Program Edukasi dan mencatatnya di pengkajian awal pasien. Untuk menjaga kesinambungan dimana pasien untuk
/Pelatihan asuhan dilakukan secara terintegrasi melibatkan semua PPA terkait difasilitasi memberikan pelayanan
•EDD=Expected oleh manajer pelayanan pasien (MPP). Keluarga dilibatkan sesuai dengan berkelanjutan.
Discharge Date kebutuhan.

Discharge Planning
• Cegah Komplikasi Pasca Discharge
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
• Cegah Readmisi
6. Asuhan Gizi
Terintegrasi.

Starkes – Istak
PP 1.2, PAP 3.
Std TKRS 13. M&T: Budaya keselamatan di RS merupakan
suatu lingkungan kolaboratif di mana para dokter saling
menghargai satu sama lain, para pimpinan mendorong
kerja sama tim yang efektif
7. Budaya
Keselamatan.

Starkes – Istak
TKRS 13, PMKP 10.
Budaya Keselamatan Dalam STARKES 2022

NB. STARKES = Standar Akreditasi Rumah Sakit Kemenkes, Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022
j) Kepemimpinan Untuk Budaya Keselamatan di RS
Standar TKRS 13. Pimpinan RS menerapkan, memantau dan mengambil tindakan serta
mendukung Budaya Keselamatan di seluruh area RS.
Elemen Penilaian TKRS 13.
a) Pimpinan RS menetapkan Program Budaya Keselamatan yang mencakup poin a) sampai dengan h)
dalam maksud dan tujuan serta mendukung penerapannya secara akuntabel dan transparan.
b) Pimpinan RS menyelenggarakan pendidikan dan menyediakan informasi (kepustakaan dan laporan)
terkait budaya keselamatan bagi semua staf yg bekerja di RS.
c) Pimpinan RS menyediakan sumber daya utk mendukung dan mendorong budaya keselamatan di RS.
d) Pimpinan rumah sakit mengembangkan sistem yang rahasia, sederhana dan mudah diakses bagi
staf untuk mengidentifikasi dan melaporkan perilaku yang tidak diinginkan dan menindaklanjutinya.
e) Pimpinan RS melakukan pengukuran untuk mengevaluasi dan memantau budaya keselamatan di RS
serta hasil yang diperoleh dipergunakan untuk perbaikan penerapannya di RS.
f) Pimpinan RS menerapkan budaya adil (just culture) thd staf yg terkait laporan budaya keselamatan
tsb.
79
Rangkuman Berbagai Core Concept
*DNA of Care
🌏 Safety
🌏 Quality Kepemimpinan
🌏 Culture

PCC Pelaporan IKP-


Patient Centred Care Pembelajaran
‘BPIS’

Keterlibatan Pasien
Kolaborasi
Interprofesional
Just Culture-Budaya Adil
Respek/Trust Keseimbangan Sistem & Manusia

Komunikasi

*(Hardy, P. 2017. Patient


voice and DNA of Care, (Nico Lumenta, 2020)
ISQua Conference, London)
Kepemimpinan

Pelaporan IKP-
Patient Centred Care Pembelajaran

Cultural Kompetensi
Kolaborasi
Competence Interprofesional Keterlibatan Pasien
Budaya
Respek/Trust Just Culture-Budaya Adil

Komunikasi

(Nico Lumenta, 2020)


81
PASIEN
Pasien

Quality & Safety


Profesional
Sistem Pelayanan Pemberi
Klinis Asuhan
Asuhan Pasien / Patient Care

Manajemen
Perawat
Sistem Fisio
Manajemen terapis Apoteker

KODEKI Pasal 18 Dokter “BPIS”


Pasien Ahli
Setiap Dr memperlakukan Gizi
Radio
teman sejawatnya grafer Lainnya
Analis
sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan “Enthusiatic Patient”
“Kepuasan Pasien”

Pasien KARS Dr.Nico Lumenta


Barrier to Patient Centered Care :

❑ Pasien
• Sikap yang pasif
• Kurang percaya diri bertanya
• Tidak cukup pengetahuan utk analisis informasi
• Status social-ekonomi
• Cara pandang dan budaya yang keliru
❑ Dokter/Staf
• Kurangnya pengetahuan, pelatihan ttg PCC
• Kurang waktu, impractical (cara pikir yang berbelit)
• Kurang motivasi
• Kurang dihargai
• Tidak terlatih menangkap ekspresi pasien ttg nilai, ide, perasaan
• Sulit diimplementasi, tidak jelas akan adanya perbaikan outcome
❑ Rumah Sakit
• RS yang enggan melakukan perubahan
• Kurangnya sumber daya
• Dunn,N : Practical Issues Around Putting The Patient in Centre of Care, J R Soc Med. Jul 2003
• Bensberg, M :Patient Centred Care Literatur Review, Dandenong District Division of General Practice, October 2007
APT is The Indonesian Model of PCC

(Berntsen G, Chetty M, Ako-Egbe L, Yaron S, Phan Thanh P, Castro I,


Curran C, et al. Person-Centred Care Systems: From Theory to Practice,
A White paper for ISQUA; 2022. Report No.: ISBN 978-0-9955479-2-6.
International Journal for Quality in Health Care, 2021, 33(S2), ii23–ii26doi:
https://doi.org/10.1093/intqhc/mzab052).
(https://www.theberylinstitute.org/page/defini
ngpatientexp)

Pengalaman Pasien didefinisikan sbg :


Jumlah semua interaksi, yg dibentuk oleh
budaya organisasi, dan mempengaruhi
persepsi pasien, di seluruh kontinum pelayanan.

The patient experience is now Patient Experience/


globally recognized as an Pengalaman Pasien sekarang
independent dimension of diakui secara global sebagai
health-care quality. dimensi independen dari mutu
pelayanan kesehatan.
(Oben, P : Understanding the Patient Experience: A Conceptual Framework, Journal of Patient
Experience, 2020, Vol. 7(6) 906-910. DOI: 10.1177/2374373520951672 )
(https://www.ahrq.gov/cahps/about-cahps/patient-experience/index.html)
ICE – BSD, 15 – 17 Februari 2023

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,


MHKes, FISQua

Anda mungkin juga menyukai