Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Takhrij Hadits Sulaiman Hasibuan Lc.M.A

MAKALAH

METODE-METODE PENELUSURAN HADITS

DISUSUN OLEH :

Al Mujiburrohman(220101035)

SEMESTER III

ILMU AL-QUR’AN TAFSIR

INSTITUT SAINS AL-QUR’AN SYEIKH IBRAHIM

PASIR PENGARAIAN, ROKAN HULU

TAHUN AJARAN 202


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
Rahmat ,karunia serta taufiq dan hidayah –Nya saya dapat menyelesaikan
makalah Takrij Al-Hadist dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
saya miliki . Dan juga saya berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Takhrij Al-Hadist yaitu Ustadz Sulaiman Hasibuan Lc.MA yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada saya.
Saya sangat bersyukur atas nikmat iman ,islam serta ihsan sehingga saya
bisa menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu. Sholawat dan salam tak
lupa kita haturkan kepada sang revolusioner peradaban islam yakni Nabi
Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benderang seperti sekarang ini.
Dan saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan teman-
teman sekalian atas segala bantuan dan yang telaha mendukung dalam penulisan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Takhrij Al-
Hadist Harapan saya semoga makalah yang sangat sederhana ini bisa menambah
pengetahuan rekan-rekan sekalian dan bermanfaat bagi para pembaca.
Saya selaku penyusun makalah ini pada akhirnya meminta maaf sebesar-
besarnya atas segala kesalahan dan kekurangan baik dalam penyusunan maupun
yang ada dalam makalah ini ,karena saya sadar masih banyak kekurangan yang
ada pada makalah ini, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca, karena pada akhirnya manusia tempat nya salah dan lupa.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Pasir Pangarain,01 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………….. 1
BAB II: PEMBAHASAN …………………………………………………………….…… 2
1. Hubungan Takhrij Dan Penelitian Hadits ……………………….
2. Metode-Metode Penelusuran Hadits ……………………………..
BAB III: PENUTUP ………………………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 10
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Telah terjadi penulisan Hadist yang tidak lengkap dan dikutip sesuai tema
pembahasan dalam keilmuan.Sering kali pemahaman yang dikutip adalah parsial
atau bagian dari keseluruhan Hadist,dengan demikian kebutuhan untuk melihat
Hadist secara utuh diperlukan bahkan sejak abadkelima hijriyah.Untuk itu upaya
mencari, memunculkan, menampilkan, dan menunjukkan Hadist secara lengkap
dari sumber data awal hadist digagas dalam studi Ulumul Hadist yang disebut
ilmu Takhrij Hadist.
Metode mencari Hadist merupakan bagian cabang dalam mempelajari ‘Ulumul
Hadist.Sejauh ini,Ilmu Takhrij Hadist dikaji secara baku dan selalu diajarkan dalam
studi Hadist.Keperluan mencari Literatur Hadist dari sumber yang utama adalah
langkah awal sebelum memahami Hadist secara tekstual maupun kontekstual,di sisi
lain jumlah Hadist yang berjumlah ribuan yang tersebar dalam berbagai ragam
metode penulisan kitab Hadist seperti ditulis berdasarkan alfabetis, kualitas sahabat
senior, tematik, bahkan ditulis melalui wilayah menjafikan banyak ulama
berlomba-lomba menawarkan metodologi dalam mentakhrij hadist.
Sedikitnya terdapat lima metodologitradisional yang banyak diajarkan studi takhrij
hadist.Pertama,takhrij dari ejaan matan dalam hadist.Kedua,takhrij dari kata
pertama matan hadist.Ketiga,takhrij dari mengetahui rawi pertama.Keempat,takhrij
hadist melalui topik atau tema-tema hadist.Kelima,takhrij hadist dari klasifikasi
hadist.Cara tradisional tersebut banyak diajarkan distudi hadist tradisional,materi
takhrij hadist merupakan pondasi mengetahui pencatatan hadist dituliskan dan
disusun oleh ‘ulama muhadditsin,sumber yang dikutip dalam mengkaji hadits
menjadi jelas dan otentik.
Sementara itu,beberapa intelektual dan pakar merumuskan metode takhrij
modern dengan 1menggunakan software atau aplikasi digital.Hal ini didorong atas

11 Kajian Hadits Perfektif Sani dan Syiah dkk.”KAJIAN HADITS PERSPRKTIF SUNI DAN SYIAH;
durasi waktu pencarian hadits tradisional yang dinilai kurang praktis dan
lama,beberapa pakar haduts kemudian mengikuti perkembangan teknologi dalam
kajian hadits sampai kemudian muncuk hadits diera digital termasuk juga dalam
metodologi takhrih hadits.
Sejauh telaah yang dilakukan belum banyak data mendeskripsikan telaah
takhrij hadits dari metode tradisional sampai virtual.Kebanyakan studi takhrij hadits
dikaji dengan cara manual,melalui telaah pustaka dengan litab-kitab takhrij
hadits.Dengan demikian takhrij hadits diera virtual perlu dideskripsikan dengan
lebih komprehensif sebagai pengembangan khazanah studi hadits.Dengan
demikian,tulisn ini berfokus menjawab dua persoalaan.Pertama,mengapa hadits
senantiasa diajarkan baik secara tradisional maupun virtual.Kedua,Mengapa ragam
metodologi takhrij hadits berkembang dari tradisional kevirtual.Penulis berasumsi
bahwa ragam hadits tradisional dan virtual merupakan sebuah keniscayaan yng
dapat mempertajam dalam menganalisis pemahaman hadits di era computer.

B.Rumusan Masalah
1.Hubungan Antara Takhrij Hadits Dengan Penelitian Hadits
2.Metode Takhrij Hadits Tradisional

C.Tujuan Masalah
1.Untuk Mengetahui Hubungan Takhrij Dan Penelitian Hadits
2.Untuk Mengetahui Metode-Metode Penelusuran Hadits

Historisitad , Kehujjahan Hadits,Parameter Keshahihan Hadits dan Keadilan.”Jurnal Studi Hadits


Nusantara
3.No 1 ( 1 Juli 2021):27-34 https://doi.org/10.24235/JSHN.V311.9010.
2 Jn Pamil, “Takhrij Hadits Langkah Awal Penelitian Hadits”. Jurnal Pemikiran Islam,Vol 37 No, 1
Januari-Juni 2012
3 ‘Itr N. (1994) ‘Ulumu Al-Hadits I (Manhaj An-Naqd Fii ‘Ulum Al-Hadits) ter. Mujiyo Bandung PT.
Remaja Rosdakarya
4 Lubis R. Ilmu Takhrij Al-Hadits dalamm Sorotan, (Bandung:Sinar Buana, 2019), h 45
BAB II
PEMBAHASAN

A.Hubungan Antara Takhrij Al-Hadits Dan Penelitian


Hubungan antara kaidah takhrij dan penelitian hadits sangat penting sekali(al-
‘alaqah bayna ushul al-takhrij wa al-bahis hadits muhimmun jiddan).Sifat hadits
yang zany al-wurud menjadikan hadits perlu diteliti kualitasnya dengan
mendalam,bahkan hadits dapat dianggap relevan, dibiarkan, dan tertolak,berbeda
dengan al-Qur’an yang qath’y al-wurud yang dari segi otentisitas al-Qur’an tidak
diragukan lagi,dengan demikian takhrij hadits dapat diketagorikan sebuah
pencarian data yang membutuhkan sikap objektif kritis dan mendalam sebagai
metodologipenelitian,seperti kualitas hadits yang sering dikaitkan dijelaskan
shahih, hasan, dan dha’if.

1. Kualitas Hadits Shahih Dengan Simbol


2. Kualitas Hadits Hasan Dengan Simbol
3. Kualiitas Hadits Dha’if Dengan Simbol

Para ‘ulama kemudian menyepakati adanya sebuah kode dalam membaca


Hadits,Kode-Kode tersebut digunakan sebagai pembacaan kualitas,nama kitab asli
yang menuliskan sehingga memudahkan untuk mendeteksi asal hadits dengan lebih
praktis.Adapun kode-kode tersebut yang diantaranya sebagai berikut: 2
1. Imam al-Bukhari
2. Imam Muslim
3. Ibnu Hibban
4. Imam Hakim
5. Imam Tarmdzi
6. Imam Bayhaqi
7. Imam Ahmad Ibnu Hanbal
8. Imam Ibnu Majah
9. Imam Abu Dawud

12 Ash-Shiddieqy, H. Sejarah dan Pengantar Ilmu HADITS, (Jakarta:Bulan Bintang 1980), h. 77.
10. Imam Thabrani
11. Imam al-Nasa.i
12. Muwatta’Imam Malik

Kode tersebut merupakan sebagian dari keseluruhan kode hadits yang banyak
digunakan dalam takhrij hadits.Lebih lanjut dalam studi takhrij hadits sering kali
menggunakan kitab kutb al-sittah,kutub al-tis’ah,dan beberapa kitab non
hadits,namun karena ditulis pengarangnya langsung juga banyak dirujuk sebagai
yang memenuhi standar kriteria kitab takhrij hadits seperti Tafsir al-Tabari dan al-
Umm Imam al-Syafi’i.

B.Metode Takhrij Hadits Tradisonal


Cara melakukan takhrij hadits para pengkaji hadits dilakukan secara manual
dengan membuka kitab takhrij hadits.Penulis dan pembukuan hadits ditulis
dengan beragam,tentu daam mencari hadits juga memunculkan beragam cara
mengikuti alur penulisan hadits.Sejauh ini terdapat lima metode yaitu Takhrij
melalui lafadz pertama Hadits, Takhrij melalui kosa kata dalam Hadist,Tajhrij
melalui perawi pertama,Takhrij melalui tematik,dan Takhrij Hadits berdasarkan
status hadits.

1.Takhrij Melalui Lafadz Pertama Hadits(Bi Awwali Al-Matan)


Penggunaan metode berdasarkan atas lafadz pertama matan hadits.Melalui
metode ini, pentakhrij terlebih dahulu menghimpun lafadz pertama Hadits
berdasarkan huruf-huruf hijaiyah.Setelah pentakhrij mengatahui lafadz pertama
yang terletak dalam hadits tersebut, selanjutnya ia mencari lafadz itu dalam kitab-
kitab takhrij yang disusun sesuai dengan metode ini berdasarkan huruf
pertama,huruf kedua dan seterusnya. 3
Kitab-kitab yang dapat digunakan pentakhrij untuk mentakhrij dengan
metode ini di antaranya adalah:al-Jami’ al-Kabir dan al- Jami’ al-Shaghir min
hadist al- Basyir an-Nazhir Karya Jalaluddin al-Suyuthi al-Jami’ al-Adzhar

13 M. Syuhudi Isma’il,Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Jakarta, Bulan Bintang, 1992). Hal.150.
14 Mahmud al-Thahhan, Ushul al-Takhrij Wa dirasatu al-Asnaid, (Riyadh Maktabah al-Ma’rif,
1978), hal. 10.
Karya al-Manawy.Dalam kitab al-Jami’ al-Shaghir min hadits al-Basyir an-
Nazhir,Jalaluddin as-Suyuthi menghimpun dan menyusun hadits –hadits yang
diatur berdasarkan urutan huruf hijaiyah mulai dari huruf Alif, Ba, Ta, dan
seterusnya.Dalam menjelaskan kualitas hadits, kitab ini menggunakan rumus-
rumus atau simbol yang telah disebutkan di atas.
Keunggulannya dan kekurangan menggunakan metode ini cukup kompleks.
keunggulan meskipun peneliti hadits tidak hafal semua hadits, dengan lafadz
pertama saja dapat cepat sampai pada hadits yang dicari bahkan kemungkinan
besar akan ditemukan hadits lain yang tidak menjadi objek pencarian,namun
dibutuhkan sebab memiliki variasi matan.Sedangkan, kekurangan metode ini
adalah dia tidak akan menemukan hadits yang dicari jika lafadz yang dianggap
awal hadits tersebut ternyata bukan awal hadits, atau jika terjadi penggantian
lafadz yang diucapkan rasulullah.Contoh:

Metode hadits dengan menggunakan lafadz hadits yang pertama dapat


dilakukan dengan metode kamus. Kata la taghdhab dicantumkan sebanyak 277
kali.

1. Shahih al-Bukhari 1114,1875


2. Shahih Muslim 1690
3. Sunan al-Tarmidzi 752
4. Sunan Ibnu Majah 496
5. Muwattha’ Malik 476
6. Musnad Ahmad Ibnu Hanbal 1648, 2143

2.Takhrij Melalui Kosa Kata Dalam Hadits(Bil Lafdzi)


Cara kedua merupakan cara yang paling populer dalam takhrij hadits. Yakni
dengan cukup mengetahui penggalan kata dalam sebuah matan akan dapat
diketahui hadits tersebut dimuat dalam kitab aslinya. Cara takhrij hadits dengan
menggunakan kosa kata atau penggalan lafadz biasa seperti mencari sebuah kata
dalam kamus bahasa arab. Namun di dalam kitab yang disusun telah terdapat
jumlah pengulangan, variasi kata, dan kualitas sanad.
Mentakhrij hadits dengan metode ini dapat menggunakan kitab al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfadz al-Hadits an-Nabawy, Karya salah satu oreintalis bernama
A.J. Wensinck yang diterjemahkan oleh Muhammad Fua’ad ‘Abdu al-Baqhi.
Kitab ini merujuk kepada kitab-kitab yang menjadi sumbber pokok hadits, Yaitu
kutub at-Tia’ah. Cara penggunaan kitab al-Mu’jam di atas dapat dilihat pada jilid
7 bagian permulaan. Di sana ada penjelasan tentang penggunaan kitab ini secara
mudah.
Kelebihan dan kekurangan kitab ini adalah sebagai berikut. Kelebihan
metode ini mempercepat pencarian hadits, membatasi hadits-haditsnyapada kitab-
kitab induk dengan menyebutkan nama kitab juz’, bab, dan halaman,
memungkinkan mencarai hadits melalui kata kunci apa saja yang terdapat dalam
matan hadits.
Adapaun kekurangan metode ini adalah antara lain peneliti hadits(pentakhrij)
harus memiliki kemampuan berbahasa arab beserta perangkat-perangkatnya,
Karena metode ini menuntut untuk mengembalikan kata kunci kepada kata dasar
yakni fi’il madhi atau mashdar,Terkadang suatu hadits tidak dapat ditemukan
dengan satu kata kunci, srhingga pentakhrij harus menemukannya dengan
menggunakan kata-kata yang lain.
Contoh:
Hadits tersebut di ulang empat kali dalam kitab Mu’jam al-Mufahrasy li al-
fadz al-Qur’an.
1. Sunan al-Darimy(Fadlail al-Qur’an,2926)
2. Sunan al-Nasa’i(Kitab Mawaqit,590)
3. Musnad Ahmad(Musnad al-Anshar,23225)

3.Takhrij Melalui Perawi Pertama(Bi Ar-Rawwi Al-A’la)


Perawi pertama dari suatu hadits dapat berupa sahabat atau tabi’in yang
perawi sahabatnya tidak dicantumkan. Langkah pertama dari metode ini adalah
mengenal nama perawi pertama dari hadits yang akan ditajkhrij. Langkah
berikutnya adalah mencari nama peraw iyang diinginkan dari kitab-kitab al-
Atharaf atau musnad. Jika identitas perawi pertama telah di temukan, kemudian
dicari hadits yang diinginkan di antara hadits-hadits yang tertera dibawah nama
perawi tersebut. Bila sudah ditemukan, maka akan diketahui ulama hadits yang
meriwayatkannya.
Kitab yang membantu untuk kegiatan takhrij berdasarkan metode ini adalah
al-Atharaf dan musnad. Al-Atharaf adalah kitan yang menghimpun hadits dari
kitab induknya, di mana yang ditulis hanyalah bagian atau penggalan dari setiap
hadits yang telah diriwayatkan oleh sahabat atau tabi’in. Diantara kitab-kitab Al-
Atharaf adalah Al-Atharaf al-Shahihain yang ditulis oleh Abu Mas’ud Ibrahim
Ibnu Muhammad IbnuUbaid al-Dimasyqy dan Atharaf al-Kutub al-Sittah yang
ditulis oleh Syamsuddin Abu al-Fadhl Muhammad ibn Tahim ibn Ahmad al-
Damasyqy.
Keunggulan metode ini adalah bahwa peneliti hadits bias cepat sampai pada
sahabat yang meriwaytkan hadits. Kekurangannya adalah bahwa peneliti hadits
akan memerlukan waktu lama untuk sampai pada hadits yang di cari jika sahabat
yang dimaksud banyak meriwayatkan hadits seperti siti Aisyah radliyallahu ‘anha,
atau shahabat Harayrah tentang pentingnya Jama’ah dan shalat shubuh.

Hadits tersebut diulang dalam musnad Ahmad sebanyak 4 kali, dalam


musnad al-Muktsirin oleh Abu Harayrah dan Shahabat yang sama-sama memilki
periwayatan hadits yang banyak.

4.Takhrij Melalui Tematik(Bi Al-Mauwdlu’i)


Upaya penelusuran hadits terkadang hanya teringat bhasan tema secara
umum. Beberapa ulama kemudian menyusun hadits melalui kitab atau kamus
yang dapat memberikan penjelasan riwayat hadits melalui topic yang telah
ditentukan. Di antara kitab yang dapat membantu kegiatan takhrij dengan metode
ini adalah Miftah Kumuz al-Sunnah al-Jawami al- Shahih, al-Mustadrak ‘ala
Shahihain, Jam’ul al-Fawa’id. Menurut Mahmud al-Thahhan, kitab hadits yang
dapat dijadikan acuan oleh kitab-kitab di atas jumlahnya banyak sekali. Seperti al-
Muwaththa’Musnad Ahmad Sunan al-Darimi Musnad Zaid ibn Ali.Sirah ibn
Hisyam, Maghazi al-Waqidi, dan thabaqhah ibn Sa’ad.
Keunggulan metode ini di antaranya adalah metode bias mendidik ketajaman
pemahaman peneliti hadits (pentakhrij) terhadap hadits. Metode ini dapat
memperkenalkan pentakhrij dengn hadits-hadits lain yang senada dengan hadits
yang dicari. Adapun kelemahannya terkadang terkandung suatu hadits sulit
disumpulkan oleh pentakhrij sehingga hadits tersebut tidak bias ditemukan
temanta. Akibbatnya, pentakhtij tidak mungkin mengunakan metode ini, apalagi
kalau topik yang dikandung hadits itu lebih dari satu;sering kali pemahaman
pentakhrij tidak sesuai dengan pemahaman penyusun kitab meletakkan suatu
hadits pada topik yang tidak diduga oleh pentakhrij.

Misalnya untuk mencari hadits di bab jihad tertulis tema jihad al-‘Abdi,
Hadits yang setema dapat ditemukan dalam, Shahih al-Bukhari No. 2410 Kitab al-
‘Itq, Shahih Muslim No. 1557 Kitab al-Sir An Rasulullah, Sunan Abi Dawud No.
2730 Kitab Jihad, Musnad Ahmad No. 1968 Musnad Abdullah Ibn ‘Abbas.

5.Takhrij Hadits Berdasarkan Kualitas Hadits (Bi Darajah Hadits)


Dengan kitab-kitab tertentu, para ulama berusaha menyusun hadits
berdasarkan statusnya, seperti hadits qudsi, mahsyur, mursal, dan sebagainya.
Kelebihan metode ini adalah memudahkan proses takhrij, Karena hadits-hadits
yang diperlihatkan berdasarkan statusnya,jumlahnya sangat sedikit dan simple.
Kekurangannya adalah terbatasnya kitab-kitab yang memuat hadits berdasarkan
statusnya.
Di antara kitab yang disusun menurut metode ini adalah al-Azhar al-
Mutanatsirah fi al-Akhbar al-Munawwarah yang ditulis oleh syekh Imam
Jalaluddin al-Suyuthi, yang memuat hadits-hadits mutawattir, al-Ittihafah al-
Sanniah fi al-Ahadits al-Qudsyah yang ditulis oleh al-Madani yang memuat
hadits-hadits populer yaitu al-Marasil yang ditulis oleh imam Abu Dawud yang
memuat hadits-hadits mursal, Tanzih al-Syani’ah al-Marfu;ah an al-Akhbar al-
Syani’ah al-Maudlu’ah yang ditulis oleh ibn Iraq yang memuat hadits-hadits
maudlu’.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Kajian studies hadits yang dilandasi dengan ‘Ulumul al-Hadits seperti ilmu
takhrij Hadits dapat memberikan pemahaman yang komperehensif dan bernilai
akademik. Pencarian sumber primer sebagai originalitas hadits perlu dijaga agar
tidak menjadi pengkaji hadits yang kaddzab hadits, kajian hadits yang dibutuhkan
cukup lama dari masa nabi menjadikan studi pembukuan Hadits beragam
sehingga untuk mencari hadits diperlukan keilmuan khusus berupa takhrij hadits
yang di dalamnya terdiri dari ilmu tarikh al-ruwah jarh wa ta’dil dan tabaqah rijal
al-Hadits, dengan demikian muncul berbagai kitab indeks untuk mencari Hadits,
selanjutnya perkembangan zaman yang diwarnai dengan kemajuan teknologi
menjadikan takhrij hadits di era digital, baik dengan computer,gadget, yang dapat
dioprasionalisasikan secara online maupun ofline sehingga memudahkan pengkaji
takhrij hadits dalam memperoleh data asli dan dapat dipertanggung jawabkan
secara akademik.
Dari sekian metode yang paling takhtij hadits yang dianggap paling mudah
adalah dengan menggunakan salah satu lafadz matan hadits. Cara ini banyak
digunakan di kalangan pengkaji takhrij hadits tradisional maupun modern,yakni
dengan menggunakan kitab al-Mufahrasy Li alfaz al-Hadits karya I.J. Wensjick
yang sudah ditahkik Fuad Abdul Baqi, selain itu dalam kajian takhrij hadits
modern yang menggunakan aplikasi dan vitur digital juga melakukan hal yang
sama dengan beberapa modifikasi, pencarian hadits melalui sebagian lafadz dari
matan hadits.
DAFTAR PUSTAKA

1 Kajian Hadits Perpektif Suni dan Syi’ah dkk.”KAJIAN HADITS PERSPEKTIF


SUNI DAN SYI’AH:Historisitas, Kehujjahan Hadits, Parameter Keshahihan
Hadits dan Keadilan,”Jurnal Studi Hadits Nusantara.
3, no, 1 (1 Juli 2021): 27-34, https://doi.org/10.24235/JSHN.V311.9010
2 Jon Pamil, “Takhrij Hadits:Langkah Awal Penelitian Hadits”Jurnal Pemikiran
Islam, Vol. 37, No. 1 Januari-Juni 2012
3 ‘Itr, N. (1994), ‘Ulum Al-Hadits 1 (Manhaj An-Naqd Fii ‘Ulum Al Hadits) ter.
Mujiyo. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
4 Lubis, R. Ilmu Takhrij Al- Hadits dalam Sorotan (Bandung Sinar Buana,2019),
hal. 45’
12Ash-Shiddieqy,H.Sejarahdan Pengantar Ilmu Hadits.(Jakarta:Bulan Bintang
1980), hal. 77.
13 , Syuhudi Isma’il,Metodologi Peneltian Hadits Nabi, (Jakarta, Bukan Bintang,
1992), hal. 50
14Mahmud al-Thahhan, Ushul al-Takhrij Wa dirasatu al-Asnaid, (Ruyadh,
Maktabah al-Ma’arif, 1978), hal. 10.

Anda mungkin juga menyukai