Anda di halaman 1dari 6

Khutbah I

‫ َو الَّص اَل ُة‬، ‫ اْلُم َنَّز ِه َع ِن الَّش ْك ِل َو اَأْلْع َض اِء َو اَأْلْر َك اِن‬، ‫ اْلَم ْو ُج ْو ِد َأَز اًل َّو َأَبًدا ِباَل َم َك اٍن‬، ‫الَح ْم ُد ِهّٰلِل ُم َك ِّو ِن اَأْلْك َو اِن‬
‫ َأْش َهُد أْن اَل إلَه ِإاَّل‬، ‫ َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َم ْن َتِبَعُهْم ِبِص ْد ٍق َو ِإْح َس اٍن‬، ‫َو الَّس اَل ُم َع َلى ُم َح َّم ٍد َسِّيِد َو َلِد َعْد َناَن‬
‫ َو َأْش َهُد أَّن َسِّيَد َنا ُم َح َّم ًدا َّر ُسْو ُل ِهللا اَّلِذ ي َك اَن ُخ ُلُقُه‬، ‫ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه اْلُم َنَّز ُه َع ِن اَأْلْيِن َو الَّز َم اِن‬
‫ َفاِطُر‬: ‫ اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن‬، ‫ َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا الَم َّناِن‬، ‫ ِعَباَد الَّرْح ٰم ِن‬،‫اْلُقْر آَن َأَّم ا َبْع ُد‬
‫الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۗض َج َعَل َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًج ا َّوِم َن اَاْلْنَعاِم َاْز َو اًج ۚا َيْذ َر ُؤُك ْم ِفْيِۗه َلْيَس َك ِم ْثِلٖه َش ْي ٌۚء َو ُهَو‬
‫الَّسِمْيُع اْلَبِص ْيُر‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada
diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri
dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Ma’asyiral Muslimin rahimukumullah,


Di bulan Rajab yang mulia ini kita bertemu dengan sebuah momen yang agung, yaitu
peringatan Isra’ dan Mi’raj. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ُسْبٰح َن اَّلِذ ْٓي َاْس ٰر ى ِبَعْبِدٖه َلْياًل ِّم َن اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم ِاَلى اْلَم ْس ِج ِد اَاْلْقَص ا اَّلِذ ْي ٰب َر ْكَنا َح ْو َلٗه‬
‫ِلُنِرَيٗه ِم ْن ٰا ٰي ِتَنۗا ِاَّنٗه ُهَو الَّسِمْيُع اْلَبِص ْيُر‬
Maknanya: “Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) kami. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS al-Isra’: 1)

Saudara-saudara seiman,
Mu’jizat Isra’ telah tetap dengan nash Al-Qur`an, hadits-hadits yang shahih dan ijma’. Oleh
karena itu, kita wajib mengimaninya. Perjalanan Isra’ terjadi dengan roh dan jasad Nabi. Hal
itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Allah, karena Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Oleh
karenanya, para ulama menegaskan, “Barangsiapa yang mengingkari mukjizat Isra’, berarti ia
telah mendustakan Al-Qur’an dan barangsiapa mendustakan Al-Qur’an maka ia tidak lagi
tergolong sebagai bagian dari kaum muslimin.”

Ma’asyiral Muslimin rahimukumullah,


Perjalanan Isra’ dimulai dari rumah Ummu Hani` binti Abu Thalib sebagaimana diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Abu Dzarr
menyampaikan Hadits bahwa Rasulullah bersabda:
“Atap rumahku dibuka, ketika itu aku di Makkah, Jibril turun dan membelah dadaku, lalu
membasuhnya dengan air zamzam, kemudian ia datang membawa bejana emas yang penuh
dengan hikmah dan iman, maka ia menuangkannya di dadaku, kemudian menutup dadaku
kembali.” (HR Muslim)

Al-Baihaqi meriwayatkan dari sahabat Syaddad bin Aus radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Kami
bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana engkau diperjalankan Isra’? Nabi menceritakan:

“Aku melakukan shalat malam bersama para sahabatku di Makkah, lalu Jibril mendatangiku
dengan binatang putih, postur tubuhnya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghl
(peranakan kuda dan keledai), maka Jibril berkata: “Naiklah!” Namun Buraq bergoyang
kegirangan saat aku mendekatinya. Lalu Jibril memutar Buraq dengan memegang telinganya
dan menaikkanku ke atas punggungnya, sehingga akhirnya binatang tersebut berangkat
membawa kami. Kakinya melangkah sejauh pandangan matanya, hingga kami sampai ke
suatu daerah yang penuh dengan pohon kurma, lalu Jibril menurunkanku seraya berkata:
“Laksanakanlah shalat di tempat ini!” aku pun melaksanakan shalat di tempat tersebut.
Kemudian kami naik ke atas Buraq lagi dan Jibril berkata: “Tahukah engkau di mana engkau
tadi melakukan shalat?” Aku menjawab: “Allah-lah yang Maha Mengetahui.” Jibril berkata:
“Engkau tadi melakukan shalat di Yatsrib, di Thaybah (yang di kemudian hari disebut
Madinah).”
Demikianlah, Nabi di malam itu berpindah dari satu tempat ke tempat berikutnya dengan
mengendarai Buraq, dan ditemani oleh malaikat Jibril. Nabi melakukan shalat di bukit Thur
Saina` (Tursina), tempat diperdengarkannya kalam Allah kepada Nabi Musa ‘alaihissalam,
kemudian di Bait Lahm (Betlehem), tempat ‘Isa al-Masih bin Maryam ‘alaihissalam
dilahirkan. Nabi bercerita:

“Kemudian Jibril kembali membawaku hingga kami memasuki kota Baitul Maqdis dari pintu
Yamani. Jibril pun mendatangi arah kiblat al-Masjidil Aqsha dan mengikat Buraq di sana.
Lalu kami memasuki al-Masjidil Aqsha dari pintu yang terkena cahaya matahari dan bulan.
Kemudian aku melakukan shalat di salah satu tempat di masjid tersebut.”

Ma’asyiral Muslimin rahimukumullah,


Peringatan Isra’ adalah peringatan yang agung, yang menyegarkan ingatan kita tentang sejarah
hidup makhluk Allah yang paling agung, pemimpin makhluk seluruhnya yang menjelaskan
hakikat kebenaran dan menampakkannya, pemilik mukjizat-mukjizat yang luar biasa nan
menakjubkan, penghulu para nabi, Nabi agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di
malam yang agung tersebut, Allah memperlihatkan keutamaan dan kemuliaan Sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas semua nabi dan rasul. Allah mengumpulkan
untuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam semua nabi dan rasul di Baitul
Maqdis. Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat sebagai
imam bagi mereka semua.

Dalam perjalanan Isra’, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat banyak sekali
keajaiban-keajaiban yang mengandung hikmah dan pelajaran bagi kita semua.

Di antaranya, ketika beliau melewati kuburan tukang sisir putri Fir’aun, beliau mencium bau
wangi yang muncul dari kuburan perempuan muslimah yang shalihah tersebut, perempuan
yang Allah berikan kepadanya dan kepada anak-anaknya karunia mati syahid. Dalam
kisahnya, bahwa suatu hari perempuan ini tengah menyisir rambut putri Fir’aun. Lalu jatuhlah
sisir dari tangannya. Ia lalu berucap: “Bismillah (dengan menyebut nama Tuhan Allah).” Putri
Fir’aun bertanya kepadanya: “Apakah kamu memiliki tuhan selain ayahku?” Tukang sisir itu
menjawab: “Iya, Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah Allah.”

Putri Fir’aun kemudian memberitahukan hal itu kepada ayahnya. Fir’aun lantas meminta
tukang sisir itu untuk meninggalkan agamanya. Akan tetapi tukang sisir menolak. Fir’aun lalu
memanaskan air di suatu wadah besar yang diisi minyak hingga mendidih. Kemudian ia
memerintahkan para algojonya untuk melemparkan anak-anak tukang sisir itu satu persatu ke
air panas tersebut, sehingga daging mereka meleleh dan lepas dari tulangnya. Namun tukang
sisir tidak surut sedikit pun untuk mempertahankan imannya. Hingga tibalah giliran anaknya
yang masih menyusu untuk dilempar. Tiba-tiba anak itu berbicara kepada ibunya. Allah
menjadikannya bisa bicara. Anak itu berkata: “Wahai Ibuku, bersabarlah karena siksa akhirat
lebih pedih dari siksa dunia. Janganlah engkau gentar dan mundur selangkah pun,
sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”

Saudara-saudara seiman,
Mampukah kita di masa sekarang ini meraih puncak kesabaran seperti ini? Di masa yang
penuh godaan ini, mampukah kita mempertahankan kebenaran yang kita yakini? Seberapa
kuat kita mampu memegangteguh nilai-nilai kebenaran yang diajarkan Baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam? Di masa yang penuh dengan fitnah ini, bisakah kita meneladani
Masyithah (tukang sisir putri Fir’aun)? Marilah kita berintrospeksi, menanyai diri sendiri.
Apakah kita telah mengerjakan apa yang Allah wajibkan kepada kita? Apakah kita telah
menjauhi segala hal yang Allah haramkan? Apakah kita telah melaksanakan shalat pada
waktunya? Apakah kita telah membayar zakat yang diwajibkan atas kita?
Rasulullah dalam perjalanan Isra’nya juga melihat orang-orang yang menyebar seperti
binatang-binatang ternak, aurat mereka hanya tertutup dengan kain-kain kecil. Jibril berkata
kepada Rasulullah: “Mereka adalah orang-orang yang tidak menunaikan zakat.”
Nabi juga melihat sekumpulan orang yang retak dan pecah kepalanya, kemudian kembali
seperti semula. Jibril berkata: “Mereka adalah orang-orang yang enggan dan malas
menunaikan kewajiban shalat.”

Rasulullah juga melihat orang-orang yang memperebutkan daging busuk dan mengabaikan
daging bagus yang sudah terpotong-potong. Jibril berkata: “Mereka adalah orang-orang dari
umatmu yang meninggalkan sesuatu yang halal, dan lebih memilih sesuatu yang haram dan
keji, lalu memakannya. Mereka adalah para pezina.” Rasulullah juga melihat orang-orang
yang meminum nanah yang keluar dari para pezina. Jibril berkata: “Mereka adalah para
peminum khamr yang diharamkan oleh Allah di dunia.”

Inilah sebagian keajaiban yang Allah perlihatkan kepada Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam perjalanan Isra’. Mudah-mudahan kita dapat memetik hikmah dan pelajaran
darinya..

‫ ِإَّنُه ُهَو اْلَغُفْو ُر الَّرِح ْيُم‬،‫ َفاْس َتْغ ِفُر ْو ُه‬، ‫َأُقْو ُل َقْو ِلْي ٰه َذ ا َو َأْس َتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْس َتِع يُنُه َو َنْس َتْغ ِفُرُه‪َ ،‬و َنُعْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َسِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫َم ْن َيْه ِد ُهللا َفاَل ُم ِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬
‫َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد َأَّن َسِّيَد َنا ُم َح َّم ًد ا َعْبُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه‬
‫َاللهم َص ِّل َو َس ِّلْم َع ٰل ى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ِد ِن الَّص اِد ِق اْلَو ْع ِد اَأْلِم ْيِن ‪َ ،‬و َع ٰل ى ِإْخ َو اِنِه الَّنِبِّيْيَن َو اْلُم ْر َسِلْيَن‬
‫اللهم َعْن ُأَّم َهاِت اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ‪َ ،‬و آِل اْلَبْيِت الَّطاِهِرْيَن ‪َ ،‬و َع ِن اْلُخ َلَفاِء الَّر اِشِد ْيَن ‪َ ،‬أِبْي َبْك ٍر َو ُع َم َر‬
‫َو ُع ْثَم اَن َو َع ِلٍّي ‪َ ،‬و َع ِن اَأْلِئَّم ِة اْلُم ْه َتِد ْيَن ‪َ ،‬أِبْي َح ِنْيَفَة َو َم اِلٍك َو الَّشاِفِع ِّي َو َأْح َم َد َو َع ِن اَأْلْو ِلَياِء‬
‫َو الَّص اِلِح ْيَن ‪َ .‬أَّم ا َبْع ُد‬

‫َفَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن‬


‫ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَعِلِّي اْلَعِظ ْيِم َفاَّتُقْو ُه‪َ ،‬و اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْمٍر َع ِظ ْيٍم ‪َ ،‬أَم َر ُك ْم‬
‫ِبالَّص اَل ِة َو الَّس اَل ِم َع ٰل ى َنِبِّيِه اْلَك ِرْيِم َفَقاَل ِإَّن َهَّللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ۚ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا‬
‫َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‪َ ،‬الّٰل ُهَّم َص ِّل َع ٰل ى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰل ى آِل َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع ٰل ى‬
‫َسِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع ٰل ى آِل َسِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع ٰل ى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰل ى آِل َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َك َم ا‬
‫َباَر ْك َت َع ٰل ى َسِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع ٰل ى آِل َسِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬فْي اْلَعاَلِم ْيَن ِإَّنَك َح ِم ْيٌد َم ِج ْيٌد‬
‫ّٰل‬ ‫ّٰل‬
‫َال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْمَو اِت‪َ ،‬ال ُهَّم‬
‫اْج َعْلَنا ُهَد اًة ُم ْه َتِد ْيَن َغ ْيَر ٰض اِّلْيَن َو َال ُم ِض ِّلْيَن ‪َ ،‬الّٰل ُهَّم اْس ُتْر َع ْو َر اِتَنا وآِم ْن َّر ْو َع اِتَنا َو اْك ِفَنا َم ا‬
‫َأَهَّم َنا َو ِقَنا َش َّر ما َنَتخَّو ُف ‪َ ،‬ر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفي اآْل ِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪.‬‬
‫ِع َباَد ِهللا‪ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر ِباْلَعْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر ٰب ى وَيْنٰه ى َع ِن الَفْح ٰش اِء َو اْلُم ْنَك ِر‬
‫َو الَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُر ْو َن ‪َ .‬فاذُك ُر وا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْش ُك ُر ْو ُه َع ٰل ى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم‬
‫‪َ.‬و اْس َأُلْو ُه ِم ْن َفْض ِلِه ُيْع ِط ُك ْم َو اَّتُقْو ُه َيْج َعْل َلُك ْم ِم ْن َأْمِرُك ْم َم ْخ َرًج ا‪َ ،‬و َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬

Anda mungkin juga menyukai