Kelompok 4
Kelompok 4
Rodiyah1
Elfriska Auly Adenia
____________________
1Korespondensi mengenai isi artikel dapat dilakukan melalui: rodiyah.rodiyah@hangtuah.ac.id
Copyright © 2022 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons 1
Attribution-ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)
Rodiyah & Elfriska Auly Adenia
Indonesia terkenal kaya akan budaya Pergerakan Samin atau Saminisme ini
yang beraneka ragam, budaya ini dihasilkan merupakan salah satu suku yang ada di
oleh berbagai macam suku bangsa di Indonesia. Suku Samin adalah suku di Jawa
Indonesia yang berjumlah ratusan dengan Tengah yang biasa dikenal dengan sebutan
berbagai macam corak dan budayanya yang Wong Sikep atau Sedulur Sikep
berbeda satu sama lain. Akan tetapi (Mardikantoro, 2017).
meskipun memiliki berbagai macam Pandemi covid-19 yang saat ini
perbedaan corak dan budaya antar suku, tengah terjadi hampir di seluruh dunia, juga
perbedaan ini telah terikat oleh tali berdampak dan dialami oleh masyarakat
persatuan dalam satu bangsa yaitu Bangsa Samin, terutama dalam hal pendidikan. Hal
Indonesia. Merujuk pada data dari Badan ini tentunya membawa permasalahan dan
Pusat Statistik (Badan Pusat Statistik, 2010), kesulitan yang dialami oleh para pelajar atau
Indonesia memiliki sekitar 1.340 suku siswa dari masyarakat Samin. Selain
bangsa. Salah satu suku yang terdapat di dikarenakan ajaran atau adat istiadat dari
Indonesia yaitu Suku Samin atau disebut budaya Samin, juga ditambah dengan
juga masyarakat Samin. tuntutan dari pemerintah dalam upaya
Masyarakat Samin merupakan suatu mengurangi penyebaran covid-19 ini
masyarakat yang hidup secara berkelompok. menuntut para pelajar untuk bisa
Masyarakat ini mempunyai kebiasaan, beradaptasi dengan berbagai perubahan
tatanan, serta adat-istiadat tersendiri yang yang ada. Perubahan ini paling berdampak
berbeda dengan masyarakat pada terhadap pelajar atau siswa SMP dari
umumnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh masyarakat Samin. Hal ini dikarenakan
ajaran Samin Surosentiko yang merupakan pengaruh dari ajaran Samin yaitu bahwa
cikal bakal lahirnya masyarakat Samin sekolah secara formal dianggap tidak ada
(Herman, 1994). Masyarakat Samin pertama dan pada umumnya anak-anak masyarakat
kali muncul di Kabupaten Blora, sesuai Samin bersekolah dari keluarga (orangtua)
dengan tempat kelahiran Samin Surosentiko dan lingkungannya. Masyarakat Samin
yaitu di Desa Ploso Kediren, Kecamatan menimba ilmu dari orangtua masing-masing
Randublatung, Kabupaten Blora tentang hidup dan kehidupan atau tentang
(Mardikantoro, 2017) Oleh karena mengamalkan ajaran sesepuh Samin
pengikutnya semakin banyak, Samin (Mardikantoro, 2017).
Surosentiko mencari tempat lain yang lebih Namun seiring dengan
luas, yakni di Desa Sumber, Kecamatan perkembangan zaman dan kontak sosial
Kradenan dan Desa Bapangan, Kecamatan budaya dengan warga non-Samin,
Menden. Dari desa inilai persebaran pandangan tersebut semakin lama justru
masyarakat Samin dimulai. Persebaran itu semakin berkurang. Meskipun sekolah bagi
selanjutnya ke daerah Kedungtuban, pandangan masyarakat Samin tetap tidak
Sambong, Jiken, Jepen, Blora, Tunjungan penting, namun nyatanya anak-anak
Ngawen, Todanan, Kunduran, Bangreja, dan masyarakat Samin sudah mulai dimasukkan
Doplang. Dalam perkembangannnya, ke sekolah-sekolah formal di sekitarnya.
persebaran masyarakat Samin sampai ke Masyarakat Samin berpandangan bahwa
luar daerah, antara lain Kudus, Pati, anak-anaknya disekolahkan di sekolah
Rembang, Bojonegoro, dan Ngawi. Namun formal lebih dikarenakan faktor keumuman
demikian, sampai saat ini Samin tetap masyarakat. Pendidikan di sekolah belum
identik dengan Kabupaten Blora. merupakan kebutuhan masyarakat Samin.
Oleh karena itu di wilayah tempat tinggal meregulasi diri merencanakan, mengorga-
masyarakat Samin, misalnya di Desa nisasi, menginstruksi diri, memonitor dan
Kemantren Kecamatan Kedungtuban, mengevaluasi dirinya dalam proses belajar.
sekolah formal yang ada hanya sebatas Secara motivasional, individu yang belajar
sekolah TK dan SD saja. Sedangkan untuk merasa bahwa dirinya kompeten, memiliki
sekolah SMP dan SMA belum ada, sehingga keyakinan diri (self-efficacy) dan memiliki
pelajar dari masyarakat Samin yang ingin kemandirian. Sedangkan secara behavioral,
melanjutkan pendidikan SMP dan SMA individu yang belajar menyeleksi,
harus bersekolah ke luar desa atau kota lain. menyusun, dan menata lingkungan agar
Perubahan yang dialami oleh siswa lebih optimal dalam belajar. Menurut
SMP dari masyarakat Samin ini menuntut Hidayati dan Listyani (2002) terdapat enam
agar dapat beradaptasi mulai dari aspek dari kemandirian belajar yaitu
lingkungan sekolah yang awalnya berasal ketidaktergantungan terhadap orang lain
dari lingkungan budaya masyarakat Samin (independent), kepercayaan diri (confident),
menjadi lingkungan yang umum serta disiplin (discipline), bertanggung jawab
dikarenakan adanya pandemi covid-19 yang (responsible), inisiatif (iniciative), dan
menuntut para pelajar untuk melakukan kontrol diri (control).
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan Pelatihan SAT yang merupakan
memanfaatkan teknologi. Pelajar dari singkatan dari Self-Regulation, Assertiveness
masyarakat Samin harus dapat dan Time Management. Menurut Lioyd dan
menggunakan dan mengakses teknologi, Budiyanto (1991) assertiveness adalah
sedangkan awalnya masyarakat Samin perilaku bersifat aktif, langsung, dan jujur.
masih minim dalam penggunakan teknologi. Perilaku ini mampu mengkomunikasikan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kesan respek kepada diri sendiri dan orang
dengan salah satu siswa SMP dari lain sehingga dapat memandang keinginan,
masyarakat Samin di Dukuh Tanduran, Desa kebutuhan, dan hak yang sama dengan
Kemantren, Kecamatan Kedungtuhan, keinginan, kebutuhan dan hak orang lain.
diketahui bahwa siswa SMP dari masyarakat Manajemen waktu (time management)
Samin mengalami kesulitan dalam menurut Taylor (1990) adalah pencapaian
mengikuti pembelajaran selama pandemi sasaran utama kehidupan sebagai hasil dari
covid-19. Selain dikarenakan lingkungan menyisihkan kegiatan-kegiatan tidak berarti
budaya yang berbeda, juga penggunaan yang sering kali justru banyak memakan
teknologi yang menurut para siswa, waktu. Manajemen waktu merupakan
terutama siswa SMP, merupakan hal yang perencanaan, pengorganisasian, pengetatan
baru. Hal ini berpengaruh terhadap strategi dan pengawasan produktifitas waktu.
atau cara belajar para siswa dari masyarakat Melalui penggabungan dari hal tersebut,
Samin yang menuntut untuk dapat dapat berpengaruh terhadap peningkatan
beradaptasi dan memiliki kemandirian kemampuan dalam kemandirian belajar
dalam belajar. individu.
Kemandirian belajar atau disebut Berdasarkan permasalahan yang
juga self-regulated learning adalah dialami oleh para pelajar atau siswa SMP
kemampuan individu untuk berperan aktif dari masyarakat Samin tersebut, maka kami
dalam proses belajarnya, baik secara tertarik untuk melakukan penelitian yang
metakognitif, secara motivasional dan berupa pelatihan SAT (Self-Regulation,
secara behavioral (Zimmerman & Schunk, Assertiveness, dan Time Management) yang
2011). Secara metakognitif, individu yang sesuai dengan kebutuhan para siswa SMP
dari masyarakat Samin yaitu untuk penelitian ini berjumlah 14 siswa SMP di
meningkatkan keterampilan dalam hal Dukuh Tanduran, Desa Kemantren,
kemandirian belajar pada siswa SMP dari Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora,
masyarakat Samin di Desa Kemantren, Jawa Tengah.
Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Teknik pengambilan sampel yang
Jawa Tengah. digunakan pada penelitian ini menggunakan
teknik total sampling atau sampel jenuh.
METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2016) sampel jenuh
Desain Penelitian adalah teknik penentuan sampel bila semua
Desain penelitian yang digunakan anggota populasi digunakan sebagai sampel.
pada penelitian ini berupa quasi experiment.
Quasi experiment adalah rancangan yang Metode Pengumpulan Data
meliputi hanya satu kelompok atau satu Variabel kemandirian belajar diukur
kelas yang diberikan pra-ujian dan pasca- menggunakan skala kemandirian belajar
ujian. Desain penelitian yang digunakan menurut Hidayati dan Listyani (2002)
yaitu desain pra-eksperimental jenis one berdasarkan enam aspek kemandirian
group pretest and posttest design. Menurut belajar yaitu: ketidaktergantungan terhadap
Sugiyono (2014) bahwa pre-experimental orang lain (independent), kepercayaan diri
design ialah rancangan yang meliputi hanya (confident), disiplin (discipline),
satu kelompok atau kelas yang diberikan pra bertanggung jawab (responsible), inisiatif
dan pasca uji. Rancangan one group pretest (iniciative), dan kontrol diri (control).
and posttest design ini dilakukan terhadap
satu kelompok tanpa adanya kelompok Prosedur Intervensi
kontrol atau pembanding. Dalam desain ini, 1. Persiapan Penelitian
sebelum perlakuan diberikan terlebih Persiapan yang dilakukan peneliti
dahulu sampel diberi pra-ujian (tes awal) dalam penelitian ini adalah persiapan-
dan di akhir pelaksanaan sampel diberi persiapan yang berkaitan dengan
pasca-ujian (tes akhir). Desain ini digunakan administrasi, persiapan alat ukur, dan
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai persiapan materi pelatihan. Rincian
yaitu ingin mengetahui peningkatan masing-masing persiapan yang dilakukan
kemandirian belajar siswa setelah yaitu:
mengikuti pelatihan SAT (Self-Regulation, a. Persiapan Administrasi
Assertiveness, dan Time Management) Peneliti mengawali penelitian
dengan kearifan lokal masyarakat Samin. dengan melakukan persiapan yang
Pelatihan SAT (Self-Regulation, berkaitan dengan administrasi
Assertiveness, dan Time Management) yang penelitian dan perizinan untuk lokasi
dikaitkan dengan kearifan lokal masyarakat penelitian.
Samin ini seperti penerapan teori tentang b. Persiapan Alat Ukur Penelitian
Self-Regulation, Assertiveness, dan Time Alat ukur yang digunakan untuk
Management yang disajikan dalam konsep pra-ujian dan pasca-ujian yaitu
daerah misalnya dalam penggunaan bahasa menggunakan skala kemandirian
daerah dan budaya yang ada. belajar menurut Hidayati dan Listyani
(2002). Skala ini terdiri dari 20 item
Subjek Penelitian pernyataan dengan format 5 skala
Subjek pada penelitian ini yaitu likert SS = Sangat Sesuai, S = Sesuai, KS
memiliki kriteria sebagai siswa SMP dengan = Kadang-kadang Sesuai, TS = Tidak
latar belakang budaya Samin. Subjek dalam Sesuai, dan STS = Sangat Tidak Sesuai.
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pra-Ujian Pasca-Ujian
Sebelum melakukan uji paired ujian sebesar 0,200 dan pasca-ujian sebesar
sample t test, terlebih dahulu dilakukan uji 0,200. Karena kedua hasil uji sebesar 0,200
prasyarat yaitu dengan uji normalitas dan uji > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa kedua
homogenitas. Uji normalitas digunakan data tersebut berdistribusi normal atau
untuk mengetahui apakah data yang persebaran datanya normal.
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji hipotesis yaitu uji paired sample t
Dalam penelitian ini, uji normalitas test dilakukan dengan menggunakan
dilakukan dengan menggunakan bantuan bantuan IBM SPSS Statistics 25 diperoleh
IBM SPSS Statistics 25 diperoleh hasil hasil pada tabel 2 berikut.
signifikansi kolmogorov smirnov untuk pra-
hari dari pelaksanaan kegiatan pelatihan dengan kearifan lokal masyarakat Samin
tersebut, tetap diadakan pengawasan secara yaitu sebesar 4,86. Selain itu, terdapat
online melalui media group WhatsApp yaitu pengaruh dari kegiatan pelatihan SAT (Self-
dengan menanyakan terkait praktek dari Regulation, Assertiveness, dan Time
materi yang telah dijelaskan, berupa Management) dengan kearifan lokal
pengaturan waktu dalam kehidupan sehari- masyarakat Samin dalam meningkatkan
harinya dan goal setting yang telah dibuat kemandirian belajar pada siswa SMP di
dengan metode SMART. Apabila terdapat Kecamatan Kedungtuban yaitu dengan
kendala atau kesulitan selama upaya untuk perolehan nilai sig. (2 tailed) sebesar 0,005.
mencapai goal setting yang telah dibuat Pelatihan SAT (Self-Regulation,
tersebut, dapat didiskusikan melalui group Assertiveness, dan Time Management)
WhatsApp untuk mencari solusinya secara dengan kearifan lokal masyarakat Samin
bersama-sama. Selain itu, juga diadakan cukup efektif untuk meningkatkan
sharing atau berbagi cerita mengenai kemandirian belajar pada siswa SMP di
pengalamannya dalam mengatur waktu dan Kecamatan Kedungtuban yaitu sebesar
selama proses mencapai goal setting yang 64,2%. Sehingga pelatihan SAT (Self-
dibuat melalui group WhatsApp. Hal ini Regulation, Assertiveness, dan Time
dilakukan juga bertujuan untuk Management) dapat dijadikan sebagai salah
memberikan motivasi bagi siswa lainnya satu cara untuk meningkatkan kemandirian
agar tetap mendapatkan hasil belajar yang belajar pada siswa.
baik, meskipun saat Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) selama pandemi covid-19 seperti Saran
sekarang ini. Hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan sebagai tambahan referensi bagi
SIMPULAN DAN SARAN penelitian selanjutnya, mengingat belum
Berdasarkan hasil dari penelitian banyak penelitian yang membahas
yang telah dilakukan yaitu pelatihan SAT mengenai masyarakat Samin. Pelatihan SAT
(Self-Regulation, Assertiveness, dan Time (Self-Regulation, Assertiveness, dan Time
Management) dengan kearifan lokal Management) ini dapat digunakan sebagai
masyarakat Samin untuk meningkatkan salah satu metode untuk meningkatkan
kemandirian belajar pada siswa SMP di kemandirian belajar pada siswa. Selain itu,
Kecamatan Kedungtuban, dapat ditarik bagi subyek dalam penelitian ini yaitu siswa
kesimpulan bahwa kemandirian belajar dengan latar belakang masyarakat Samin,
siswa SMP di Kecamatan Kedungtuban diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan
mengalami peningkatan setelah mengikuti kemandirian belajar dengan menggunakan
pelatihan SAT (Self-Regulation, kearifan lokal dan ajaran yang terdapat pada
Assertiveness, dan Time Management) masyarakat Samin tersebut.
DAFTAR PUSTAKA