Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR KIMIA AMAMI II

Dosen Pengampu :

Suhariyadi, S.Pd, M.Kes

Christ Kartika Rahayuningsih, ST, M.Si

Ratno Tri Utomo, S.ST

Disusun Oleh :
Gabriella Jihan Fatma P27834121002

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS TAHUN
AJARAN 2023/2024
Pertemuan / Tanggal : 2 / 9, Februari 2023
Semester / Kelompok :4/A
Pembimbing : Suhariyadi, S.Pd, M.Kes
Materi : Penentuan Kadar Vitamin C

PENENTUAN KADAR VITAMIN C


A. Metode
Iodimetri
B. Prinsip
Vitamin C akan direaksikan dengan larutan iodine. Indicator yang digunakan adalah
amilum. Titik akhir titrasi akan ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru
yang diakibatkan oleh indicator amilum.
C. Reagensia
1. Amilum 1 %
2. Aquadest Dingin
3. Larutan Standart Iodium 0,01N
4. Na2S2O3 1N
5. KI 15%
6. H2So4 2N
7. KIO3
D. Alat
1. Labu Ukur 100 ml
2. Batang Pengaduk
3. Cawan Petri
4. Buret 50 ml
5. Buret coklat
6. Pipet ukur 25 ml
7. Pipet volume 25 ml
8. Erlenmeyer tutup asa
9. Neraca Analitik
10. Blender
11. Beaker Glass
E. Prosedur
a. Persiapan Sampel
1. Sampel ditimbang sebanyak 200-300 gram dan diblender sampai diperoleh slurry
2. Timbang slurry sebanyak 10-30 gram lalu masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan
tambahkan aquadest dingin sampai batas garis
b. Titrasi Iodometri
1. Membuat Larutan Standart Primer KIO3 Sesuai dengan Kebutuhan
2. Masukkan KIO3, KI 15%, dan H2SO4 2N kedalam erlenmeyer sampai terjadi perubahan
warna menjadi coklat, kemudian diamkan diruang gelap selama 3 menit
3. Isi buret dengan Na2S2O3 sampai tanda 0
4. Titrasi erlenmeyer tadi menggunakan metode iodometri
5. Ketika dititrasi terjadi perubahan warna kuning tambahkan amilum 1% hingga menjadi
biru
6. Titrasi lagi untuk mencapai TAT bening
c. Titrasi Iodimetri
1. Isi Buret coklat menggunakan Iodine sampai batas 0
2. Pada erlenmeyer diisi Na2S2O3 sebanyak 10 ml dan amilum 1% sebanyak 2 ml
3. Kemudian dititrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi biru
d. Titrasi Sampel
1. Isi buret coklat menggunakan Iodine sampai batas 0
2. Pada erlenmeyer diisi sampel sebanyak 5-10 ml dan amilum 1% sebanyak 2 ml
3. Kemudian dititrasi sampai terjadi perubahan warna biru keunguan
F. Perhitungan
a. Pembuatan Larutan Standart Primer (KIO3)
M = N . V . BE
M = 0,1 . 0,1 L . 35,67
M = 0,3567
MENCARI BERAT TIMBANGAN
Berat Gelas Arloji = 30 ,9811
Gram Hitung = 0,3567 +
31,3378 gram (Planning)
Berat Timbangan = 31,3563
Massa Cawan = 30, 9811 -
0,3752 (Sebenarnya)
MENCARI N PRIMER SEBENARNYA
Gram Sebenarnya = N x Vol (L) x BE
0,3752 = N x 0,1 x 35,67
0,3752 = 3,567 N
N = 0,1050 N
TITRASI STANDARISASI Na2S2O3 (Iodometri)
 Standarisasi 1
N1 . V1 = N2 . V2
0,1050 . 10 = N2 . 11,10
1,050 = 11,10 N2
N2 = 0,0945
 Standarisasi 2
N1 . V1 = N2 . V2
0,1050 . 10 = N2 . 11,00
1,050 = 11,00 N2
N2 = 0,0954

0,0945+0,0954
Rata – Rata N = = 0,0949 N
2
TITRASI STANDARISASI I (IodImetri)
 Standarisasi 1
N1 . V1 = N2 . V2
0,0949 . 10 = N2 . 10,70
0,949 = 10,70 N2
N2 = 0,0887
 Standarisasi 2
N1 . V1 = N2 . V2
0,0949 . 10 = N2 . 10,68
0,949 = 10,68 N2
N2 = 0,0885

0,0887+0,0885
Rata – Rata N = = 0,0886 N
2
TITRASI STANDARISASI SAMPEL (PISANG)
 Standarisasi 1
N1 . V1 = N2 . V2
0,0886 . 10 = N2 . 1,30
0,886 = 1,30 N2
N2 = 0,68
 Standarisasi 2
N1 . V1 = N2 . V2
0,0886 . 10 = N2 . 1,22
0,886 = 1,22 N2
N2 = 0,72
PENENTUAN KADAR VITAMIN C
𝑁
(𝑚𝑙 𝑥 0,01) 𝑥 0,88 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 100%
% Vit. C =
𝑀𝑔 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛
0,0886 100
(10 𝑥 0,01 ) 𝑥 0,88 𝑥 10 𝑥 100%
% Vit. C =
25,5401 𝑔𝑟𝑎𝑚
10 𝑥 8,86 𝑥 0,88 𝑥 10 𝑥 100%
% Vit. C =
25,5401 𝑔𝑟𝑎𝑚
779,68
% Vit. C =
25,5401
% Vit. C = 30,52 %
G. Hasil Praktikum
No. Gambar Keterangan
1.

Sebelum dititrasi Iodometri

2.

Sesudah dititrasi Iodometri


3.

Hasil Standarisasi setelah penambahan


amilum dan dititrasi lagi

4.

Sebelum dititrasi Iodimetri

5.

Setelah dititrasi Iodimetri


6.

Sampel sebelum dititrasi secara Iodimetri

7.

Sampel sesudah ditirasi secara Iodimetri

H. Analisis Data
Pada uji Analisa Kualitatif kadar vitamin C menggunakan metode Volumetri yaitu
interaksi materi dengan materi dalam satuan mL (Volume). Pada Uji ini metode yang
digunakan adalah titrasi iodometri dan iodimetri. Pertama-tama yang dilakukan adalah
standarisasi dari KIO3  Thiosulfat I2  Sampel. Pada uji kadar vitamin C kali ini
menggunakan sampel buah pisang. TAT pada larutan pisang menandakan adanya
perubahan warna menjadi biru setelah ditambahkan indicator Amilum 1%. Akan tetapi
pada saat pemeriksaan TAT yang didapat warna ungu hal tersebut dikarenakan I2 yang
tersedia sudah tidak baru sehingga Ion I2 sudah banyak teroksidasi.
I. Kesimpulan
Dari hasil praktulum didapatkan kadar Vitamin C pada pisang sebesar 30,52277%,
hal tersebut ditandai dengan tercapainya TAT menjadi warna biru setelah ditambhkan
amilum
Pertemuan / Tanggal : 3 / 10, Februari 2023
Semester / Kelompok :4/A
Pembimbing : Ratno Tri Utomo , S. ST
Materi : Penentuan Kadar Lemak Metode Soxhlet
A. Prinsip
Lemak bebas akan diekstrasikan dari bahan uji dengar menggunakan pelarut polar. Hasil
ekstraksi dimurnikn dari pelarut, dan ditimbang
B. Alat
1. Kertas saring
2. Labu Lemak
3. Alat Soxhlet
4. Pemanas Listrik
5. Oven
6. Neraca Analitik
7. Kapas Bebas Lemak
C. Bahan
1. Eter
2. Keju
D. Prosedur
1. Sampel dipotong kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 2-5 gram
2. Timbang labu destilasi sebagai bobot konstan
3. Sampel dibungkus menggunakan kertas saring dan diikat rapat
4. Sampel dimasukkan kedalam soxhlet
5. Siapkan air dingin, kemduain nyalakan pompa sehingga air dingin tersebut memenuhi
pendingin
6. Tambahkan eter sampai memenuhi soxlet menggunakan corong
7. Nyalakan pemanas dan tunggu sampai terjadi 3 sirkulasi untuk mendapatkan lemak
8. Buang sampel dan panaskan kembali sampai eter dan lemak terpisah
9. Eter murni dikembalikan ke wadahnya
10. Labu destilasi yang berisi lemak dan sedikit eter dimasukkan kedalam oven dengan
suhu 60o sampai pada labu hanya tersisa lemak dan timbang untuk mengetahui kadar
lemaknya
E. Hasil Perhitungan
 Sampel : 4,0957 gram
 Labu destilasi : 104, 9044 gram
 Labu destilasi + Lemak : 105,3358
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑀𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎
% Lemak = x 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)

105,3358 − 104,9044
= x 100%
4,0957 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 10,53 %
F. Hasil Praktikum

Gambar Keterangan

Sisa lemak setelah eter diuapkan

G. Analisis Data
Metode yang digunakan pada penentuan kadar lemak adalah grafimetri yaitu
interaksi materi dengan materi dalam satuan gram (massa). Penentuan kadar lemak
didasarkan pada perhitungan analitik. Penentuan kadar lemak menggunakan alat soxlet
yang harus diperhatikan pada penggunaan alat ini adalah pendingin harus benar-benar
dingin karena jika tidak uap eter yang dipanaskan pada labu destilasi akan keluar melalui
pipa yang ada pada pendingin. Dan pastikan preparasi sampel dilakukan dengan benar
karena jika preparasi sampel tidak baik dan benar akan mempengaruhi hasil.
H. Kesimpulan
Didapat kan hasil sebesar 10,53%, lemak yang didapat lebih besar dari komposisi yang
tertera pada kemasan yaitu 4%
Pertemuan / Tanggal : 4 / 15, Februari 2023
Semester / Kelompok :4/A
Pembimbing : Christ Kartika.R. S.ST. M.Si
Materi : Analisis Kualitatif Pemanis Sakarin dan Siklamat
Analisis Pemanis Sakarin
A. Prinsip
HCl digunakan untuk memberikan suasana asam pada sampel, kemudian sampel diekstrak
dengan eter kemudian dipisahkan menggunakan corong pisah dan diuapkan, sampel
digunakan untuk 4 jenis metode uji yaitu :
 Uji SNI , Hasil Positif ditandai dengan adanya perubhan warna menjadi hijau
floresense setelah ditambahkan NaOH 10%
 Uji FeCl3 , Hasil Positif ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi ungu
setelah ditambahkan FeCl3 0,5%
 Uji BTB , Hasil Positif ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru
setelah ditambahkan NaOH 2N
 Uji Fenol-Asam Sulfat, Hasil Positif ditandai dengan adanya perubahan warna
menjadi magenta / Ungu setelah ditambahlam NaOH N
B. Alat
1. Lampu Spirtus
2. Penjepit tabung reaksi
3. Corong pisah
4. Pipet ukur
5. Pipet tetes
6. Heater
7. Beaker glass
8. Rak tabung
9. Tabung reaksi
10. Gelas ukur
11. Cawan porselen
12. Kertas Lakmus
C. Bahan (reagen)
1. SNI 01-2893-1992
 H2SO4
 Resorsinol
 NaOH 10%
2. FeCl3
 H2SO4 2N
 KMnO4 2N
 NaOH Kristal
 HCl
 FeCl3 0,5%
3. BTB
 Aseton
 BTB
 NaOH 2N
4. Fenol – Asam Sulfat
 Fenol – asam sulfat
 NaOH 2N
D. Prosedur
a. Preparasi Sampel
1. Sampel diukur sebanyak 100 ml kemudian di masukkan kedalam corong pisah
2. Asamkan dengan HCl hingga pH >3
3. Tambahkan 25 mL eter untuk mengekstrak sampel
4. Homogenkan dengan memutar corong kedepan sebanyk 8 kali dan buka kran untuk
membuang gas
5. Lakukan hingga gas hilang, kemudian gantung corong pisah pada statif dan biarkan
hingga terbentuk 2 lapisan
b. Metode SNI
1. Sampel yang sudah terpisah fasa organic dimasukkan kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 tetes H2SO4 dan 40 mg Resorsinol. Panaskan perlahan-lahan dengan
api kecil sampai menjadi warna hijau kotor
3. Didinginkan, tambahkan 10 mL aquades dan Larutan NaOH 10% berlebuhan
4. Bila terbentuk warba hijau flouresense berarti sampel positif mengandung sakarin
c. Metode FeCl3
1. Larutkan residu kedalam air panas
2. Tambahkan 3 tetes H2SO4 2N. panaskan sampai mendidih
3. Tambahkan KMnO4 2N samapi terbentuk warna merah muda yang konstan
4. Tambahkan sepucuk NaOH teknis, masukkan kedalam cawan penguap. Uapkan
sampai kering
5. Larutkan residu dalam air panas, asamkan dengan HCl encer (cek keasaman dengan
kertas lakmus) hingga pH > 3
6. Tambahkan FeCl3 0,5% tetes demi tetes, jika terjadi perubahan warna menjadi
ungu, maka sampel positif sakarin
d. Metode BTB
1. Larutkan residu dalam aquades, tambahkan 2 tetes aseton
2. Tambahkan 2 tetes BTB
3. Tambahkan NaOH 2N tetes demi tetes sampel posititf sakarin jika terbentuk warna
biru
e. Metode Fenol – Asam Sulfat
1. Tambahkan 3 tetes reagen fenol-asam sulfat
2. Panaskan ke dalam penangas air selama 10 menit
3. Larutan residu dalam air panas
4. Tambahkan NaOH 2N sampai suasana basa > 8. Jika terbentuk warna magenta /
ungu kemerahan maka sampel positif sakarin
E. Hasil praktikum
Gambar Keterangan

Metode SNI

Metode FeCl3

Metode BTB
Metode Fenol-Sulfat

F. Analisis Data
Pada uji kualitatif sakarin menggunakan bahan uji fanta. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui kadar sakarin pada sampel. Pada pemeriksaan metode SNI yang sehaursnya
terjadi perubahan warna menjadi hijau flouresence tetapi pada sampel yang digunakan
tidak terjadi perubahan warna sehingga dikatakan negative (-). Pada metode FeCl3 hasil
positif (+) ditandai dengan terjadinya perubahan warna ke ungu setelah penambahan
reagen FeCl3. Pada metode BTB hasil negative (-) karena tidak terjadi perubahan warna ke
biru. Metode fenol-asam sulfat hasil negative (-) karena tidak terjadi perubahan warna ke
ungu/magenta
G. Kesimpulan
Dari keempat metode tersebut yang menunjukkan hasil positif hanya metode FeCl3.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa FeCl3 cukup akurat untuk pemeriksaan pemanis buatan
sakarin.
Analisa Kualitatif Pemanis Siklamat
A. Prinsip
Akan terbentuk endapan putih jika sampel mengandung siklamat setelah ditambahkan
BaCl2 dalam keadaan asam dan dipanaskan diatas hot plate
B. Alat
1. Labu erlenmeyer
2. Kertas saring
3. Hot plate
C. Bahan
1. HCl 10%
2. BaCl2 10%
3. NaNo2 10%
D. Prosedur
1. Timbang 100 mL sampel pada labu erlenmeyer, tambhakan aquades sampai tanda
2. Saring menggunakan kertas saring 15 cm x 15 cm, kemudian tambahkan 10 mL
larutan HCl 10%
3. Tambahkan 10 mL larutan BaCl2 1-% dibiarkan 30 menit, saring menggunakan
kerts saring whatmann 15 cm x 15 cm
4. Tambahkan NaNo2 10 mL dilakukan diruang asam. Panaskan diatas hotplate pada

suhu 125o-130oC

5. Hasil yang didapatkan sekitar 20-30 menit setelah dipanaskan adalah endapan putih

berarti sampel mengandung siklmat


E. Hasil Praktikum
Gambar Keterangan

Tidak ada endapan

F. Analisis data
sampel yang digunakan pada analisis kualitatif pemanis sakarin adalah Fanta. Hasil
positif akan ditandai dengan terbentuknya endapan putih setelah ditambahkan BaCl2
10 % dan NaNo2 10% dan dipanaskan selama 20-30 menit. Akan tetapi pada sampel
fanta tidak terbentuk sakarin karena sampel tidak terbentuk endapan setelah
ditambhkan reagen dan dipanaskan
G. Kesimpulan
Fanta negative (-) siklamat karena tidak terbentuk endapan berwarna putih setalh
dipanaskan dan diberi BaCl2 10% dan NaNo2 10 %.
Pertemuan / Tanggal : 5 / 16, Februari 2023
Semester / Kelompok :4/A
Pembimbing : Christ Kartika.R. S.ST. M.Si
Materi : Analisis Kualitatif Pengawet Benzoat dan Uji Pewarna
Tambahan Makanan

Analisis Kualitatif Pengawet Benzoat


A. Prinsip
Menambahkan FeCl3 pada sampel untukmengetahui adanya kandungan Natrium Benzoat
pada sampel yang ditandai dengan adanya endapan merah bata
B. Alat
1. Hot plate
2. Cawan porselein
3. Corong pemisah
4. Kertas saring
5. Kertas lakmus
6. Pipet tetes
C. Bahan
1. NaOH 10%
2. HCl
3. Eter
4. NH3
5. FeCl
D. Prosedur
a. Preparasi Sampel
1. Sampel sebanyak 50-100 g ditambahkan dengan 300-400 mL air
2. Kemudian hancurkan dengan blender
3. Campuran ditambahkan dengan NaOH 10% hingga alkalis dan dibiarkan selama +
2 jam, dan disaring
b. Prosedur Kerja
1. Sebanyak 100 mL atau lebih filtrate dari persiapan sampel dimasukka ke dalam
labu pemisah
2. Tambahkan HCl sampai asam dan ditambahkan lagi 5-10 mL HCl
3. Setelah itu, larutan tadi diekstrak dengan 75-100 mL eter. Jika perlu lapisan air
diekstrak kembali dengan eter. Ekstrak eter dicuci sebanyak 3 kali, masing-masing
dengan 5 ml air. Ekstrak eter yang telah dicuci dimasukkan ke dalam pinggan
porselin dan diuapkan ke dalam hot plate
4. Residu yang diperoleh dilarutkan dalam air. Jika perlu dipanaskan sampai 80-85o
C selama 10 menit
5. Larutan tersebut ditambahkan dengan beberapa tetes NH3 sampai larutan menjadi
Basa. Kemudian larutan diuapkan untuk menghilangkan kelebihan NH3
6. Residu yang tersisa dilarutkan kembali dengan air panas (residu A). setelah itu
larutan disaring jika perlu
c. Uji ferri Klorida
1. Ke dalam larutan ditambahkan beberapa tetes FeCl3 netral 0,5%
2. Terbentuknya endapan ferribenzoat yang berwarna salmon (merah bata)
menunjukkan adanya asam benzoate.

E. Hasil Praktikum
Gambar Hasil Praktikum

Terdapat Endapan Merah Bata


F. Analisis data
Pada analisa pengawet benzoate menggunakan sampel saos dimana sampel tersebut diduga
mengandung pengawet benzoate. Akan tetapi pada saat ekstraksi yang pertama terbentuk
3 lapisan, dimana seharusnya hanya membentuk 2 lapisan hal tersebut dikarenakan saat
ekstraksi kurang maksimal. Sehingga eter berada dilapisan paling atas.
G. Kesimpulan
Pada analisa pengawet benzoate ssampel saos yang digunakan positif (+) mengandung
benzoate. Karena terjadi endapan merah bata setelah ditambahkan FeCl3 0,5%
Uji Pewarna Tambahan Makanan
A. Prinsip Kerja
Penyerapan zat warna menggunakan kapas kemudian larutan zat warna ammonia yang
telah dipekatkan diidentifikasi mengunakan metode kromatografi lapis tipis dengan zat
warna makanan sebagai standart
B. Alat
1. Plat kromatografi
2. Chamber
3. Gelas beaker
4. Pipet hematokrit
5. Hot plate
6. Kapas
7. Batang pengaduk
C. Bahan
1. Ammonia
2. Fasa Gerak (Butanol, Heksana, Chloroform)
3. Pewarna standart
D. Prosedur
1. Minuman tak beralkohol umunya sudah bereaksi asam, sehingga bisa langsung
dilakukan penarikan zat warna dengan benang wol. Jika reaksinya tidak asam, harus
diasamkan sedikit dengan penambahan asam asetat atau kalium hydrogen sulfat
(KHSO4)
2. Masukkan kapas secukupnya kedalam sampel yang sudah dipersiapkan lalu panaskan
diatas hot plate sambil diaduk selama 10 menit
3. Ambil dan cuci kapas dengan aquades
4. Masukkan kapas kedalam gelas beaker tambahkan larutan ammonia encer dan
panaskan diatas hot plate hingga zat warna pada kapas luntur, ambil kapas, saring
larutan berwarna tersebut dan pekatkan diatas hot plate
5. Pekatan di totolkan pada plat kromatografi, juga totolkan zat warna pembanding yang
cocok (maksudnya jika larutan pekatan berwarna merah gunakan zat warna
pembanding merah)
6. Masukkan kertas tersebut kedalam bejana atau chamber kromatografi, yang berlebihan
yang terdahulu sudah dijenuhkan dengan uap elusi
7. Bandingkan Rf bercak contoh dengan Rf bercak stndart
E. Hasil Perhitungan
 SUNSET YELLOW
0,7
RF = = 0,127
5,5

 TARTAZINE
0,6
RF = = 0,109
5,5

 CARMOSIN
1
RF = = 0,182
5,5

 SUNSEA
1
RF = = 0,182
5,5

 RODHAMINE
5
RF = = 0,909
5,5

 PONCEA
1,5
RF = = 0,273
5,5

 SAMPEL
3,2
RF = = 0,582
5,5
F. Hasil Praktikum
GAMBAR KETERANGAN

Tidak Semua Warna Standart Bergerak


Mengikuti Fasa Gerak

G. Analisis Data
Pada kromatografi kali ini menggunakan fasa gerak yang terdiri dari hexane, btanol, dan
chloroform, dengan perbandingan 5: 3: 2, sampel yang dugunakan pada uji ini adalah fanta
yang diduga mengandung pewarna tambahan yang berupa carmosin sesuai yang tertera
pada ingredient. Pada saat melakukan kromatografi tidak berjalan secara maksimal. Karena
ada beberapa pewarna stndart yang tidak ikut bergerak naik bersama fasa gerak. Hal
tersebut diduga adanya kesalahan dalam pembuatan fasa gerak, yang mana komposisi
perbandingan yang digunakan kurang sesuai. Selain itu sampel standsrt rodhamine
mengalami tailing dalam bergerak keatas. Tailing merupakan jejak memanjang yang tersisa
setelah mengalami pemisahan. Terjadinya tailing sendiri dikarenakan adanya kejenuhan
yang kurang maksimal pada fasa gerak dan volume sampel yang berlebihan saat
diaplikasikan ke plat KLT.
H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan ada kemungkinan fanta mengandung rodhamine,
karena jarak Rf antara rodhamine dan sampel paling dekat.

Anda mungkin juga menyukai