Anda di halaman 1dari 18

GANGGUAN STRESS

PASCA TRAUMA
Oleh :
Bayu Aji Santoso 225110001
Ni Luh Putu Diah Putri Rahayu 225110009
Rofiqoh prepti Reptiana 225110017
1. Definisi
Gangguan stres pasca trauma atau PTSD merupakan reaksi maladaptif berkepanjangan
yang berlangsung lebih lama dari satu bulan setelah pengalaman traumatis. PTSD muncul
dengan gejala yang serupa dengan profil gangguan stres akut, tetapi dapat berlangsung
selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, atau bahkan berpuluh tahun dan dapat pula tidak
berkembang sampai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah peristiwa
traumatik (nevid rathus dan Greene 2018).

Menurut DSM V (APA, 2013), gejala PTSD termasuk ingatan yang mengganggu,
menghindari peristiwa traumatis, perubahan negatif dalam kognisi dan suasana hati, dan
ditandai perubahan dalam gairah dan reaktivitas. Gejala-gejala ini umumnya muncul
segera setelah pengalaman traumatis, tetapi terkadang berkembang Setelah beberapa
lama kemudian. Mayoritas individu yang terkena peristiwa traumatis akan pulih dari gejala
psikologis yang bersifat sementara tanpa intervensi.
2. Penyebab
a. faktor biologis meliputi faktor genetik melalui interaksi dengan lingkungan memiliki
kontribusi terhadap kerentanan individu, terdapat perbedaan fungsi dan struktur
amygdala dan hippocampus, dan peningkatan kerja sistem saraf simpatis ketika merespon
rasa takut.
b. faktor psikologis meliputi pengalaman traumatis sebelumnya, kurangnya kemampuan
keterhubungan secara emosional dengan ingatan traumatik, kurang mampunya
mengartikulasikan dan pengelolaan ingatan traumatik, peningkatan presepsi dan rasa
tidak aman terhadap dunia, intensitas paparan trauma yang dihadapi dan pemrosesan
emosional yang terjadi setelah trauma, serta pengalaman traumatik/kekerasan dimasa
anak.
c. faktor sosial meliputi, intesitas peristiwa traumatik, ancaman terhadap kehidupan, dan
melibatkan paparan truama yang lebih besar, dan kurangnya dukungan sosial.
3. Manifestasi klinis
1. Pada toddler memperlihatkan permasalahan kelekatan, gangguan tidur, cemas
perpisahan, gejala regresif (menghisap jempol, enuresis, irritabilitas, mudah menangis,
temper tantrums, merengek, gangguan makan, kecemasan menyeluruh atau ketakutan
yang tidak terkait peristiwa traumatis.
2. Anak usia pra - sekolah cenderung memperlihatkan, memperagakan kembali peristiwa
traumatik ketika bermain, membentuk ketakutan baru (takut gelap, cemas perpisahan),
mimpi buruk dan gangguan tidur, preokupasi terhadap peristiwa trauma, keluhan somatik
(sakit kepala / peurt), afek datar, menghindari situasi yang mengingatkan akan peristiwa
traumatik.
3. Pada remaja meliputi, kepatuhan dan penarikan diri yang berlebihan, meningkatnya
agresivitas, mencari kebebasan lebih awal, acting out secara seksual, meningkatnya
keinginan untuk bebas dan resiko kenakalan remaja (penyalahgunaan zat dan adiksi),
perilaku membahayakan diri, serta kurang mampu membayangkan masa depan.
3. Manifestasi klinis lanjutan
● Gejala yg dapat menutupi diagnosis PTSD kronis adalah : disosiasi, self harm,
penyalahgunaan zat, dan conduct problems.
● Kekerasan terhadap anak yg bersifat kronis dapat merusak perkembangan
biopsikososial yg normal pada banyak area meliputi kemampuan kognitif, regulasi
perilaku dan emosi, perkembangan moral serta keterampilan interpersonal.
● Pada orang dewasa, mengalami trauma akan menyebabkan reaksi sampai taraf
tertentu yang mengingatkan trauma ketika menghadapi situasi tertentu
● Individu dengan gangguan PTSD mengalami respons kognitif, afektif, dan perilaku
terhadap stimulus yg memunculkan flashback, kecemasan berat, menghindar atau
melakukan perilaku agresif
3. Manifestasi klinis lanjutan
● Penyintas PTSD memiliki kecenderungan untuk mengimbangi reaksi
emosional yg begitu kuat dengan mencoba menghindari pengalaman yg
memicu munculnya gejala. Hal ini mengakibatkan mati rasa secara
emosional, berkurangnya minat dan aktivitas sehari - hari, hingga
keterpisahan dari orang lain.
● Individu dewasa yg mengalami trauma di masa kanak - kanak (kekerasan
fisik & seksual) memperlihatkan kesulitan dalam meregulasi emosi
(kurang mampu mengelola kemarahan), menunjukan kecenderungan
disosiasi, gejala somatikl, perilaku merusak diri sendiri, dan bunuh diri.
3. Manifestasi klinis lanjutan
❖ Wawancara :
❖ Penting ditanyakan kepada individu apakah mengalami kejadian yang
berpotensi menimbulkan trauma dari satu bulan yang lalu.
❖ Kejadian yang berpotensi menimbulkan trauma meliputi kejadian yang
mengancam atau mengerikan, seperti kekerasan fisik ataupun seksual,
menyaksikan kekejaman, kecelakaan berat atau luka yang parah.
❖ Contoh beberapa pertanyaan yang dapat disampaikan
❖ bagaimana dampak kejadian tersebut pada diri anda?
❖ apakah hidup anda dalam bahaya akibat peristiwa tersebut?
❖ Jika individu mengalami peristiwa traumatik, konfirmasi kembali kapan
peristiwa tersebut terjadi
3. Manifestasi klinis lanjutan
❖ Jika kejadian berpotensi menimbulkan trauma terjadi pada satu bulan yg lalu, perlu dicermati
apakah individu mengalami gejala PTSD
❖ Gejala Re-experiencing yaitu munculnya ingatan yg tidak diinginkan dan berulang berkaitan
dengan peristiwa traumatik yang pernah dialami (flashback situasi traumatik disini dan saat ini
hingga muncul ingatan intrusif dengan rasa takut)
❖ Gajala Avoidance yaitu, menghindar untuk mengingat, memikirkan, atau melakukan aktivitas yg
mengingatkan dengan trauma (menghindari tempat dimana trauma itu terjad)
❖ Gejala - gejala yg berhubungan dengan peningkatan perasaan terancam yang kuat, terlalu
waspada akan kemungkinan bahaya, atau bereaksi berlebihan terhadap suara keras ataupun
gerakan yang mengejutkan.
❖ Kesulitan dalam melaksanakan fungsi sehari - hari.
❖ Tanyakan juga apakah ada kondisi penyerta yang meliputi kondisi fisik yg buruk terjadi
bersamaan dengan kondisi trauma. (Kondisi fisik sedang tidak stabil yg dapat menjelaskan gejala -
gejala yang muncul)
Observasi
1. Gejala-gejala re-expriencing, avoidence, dan hyperarousal yang dapat muncul dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Gesture, yang menunjukkan adanya kecemasan, over-alert (terlalu waspada), gelisah,
tidak stabil, tidak tenang.
3. Fungsi Psikologi
Psikotes
1. The four-item Primary Care PTSD
2. The PTSD checklist (PCL-5)
3. The Clinician-Administered PTSD Scale (CAPS)
4. Harvard Trauma Questioner (HTQ)
5. Hopkins Symptom Checklist (HSCL)
6. Impact Event Scale-Resived (IES-R)
7. Children Behavior Checklist (CBCL) untuk anak
Diagnosis
A. Kriteria diagnostik menurut DSM-V (APA, 2013)
Diagnosis
B. Munculnya satu atau lebih gejala intrusi yang berhubungan dengan peristiwa traumatik,
dimulai setelah peristiwa trauma terjadi, yaitu:

1. Ingatan yang berulang, tidak disengaja, dan mengganggu dari peristiwa traumatik.
2. Catatan: pada anak diatas usia 6 tahun, permainan diulang-ulang dapat
diekspresikan melalui tema atau aspek-aspek dari peristiwa traumatik.
3. Mimpi buruk yang berulang dimana isi/konten mimpi atau efek yang muncul dalam
mimpi terkait dengan peristiwa traumatik.
4. Reaksi-reaksi disosiatif (flashbacks) dimana individu merasa bertindak seolah-olah
peristiwa traumatik yang pernah dialami sedang terjadi.
5. Tekanan psikologis yang intens ata berkepanjangan saat terpapar dengan isyarat
internal atau eksternal yang melambangkan ata menyerupai aspek dari peristiwa
trauma.
6. Reaksi psikologis yang ditandai terhadap isyarat dari peristiwa trauma.
Diagnosis
C. Menghindari secara terus menerus stimulus yang terkait dengan peristiwa trauma

1. Penghindaran atau upaya menghindari ingatan yang mengganggu, pikiran, atau perasaan tentang atau yang
terkait erat dengan peristiwa traumatik.
2. Penghindaran atau upaya untuk menghindari pengingat eksternal (orang, tempat, percakapan, kegiatan,
objek, situasi) yang membangkitkan ingatan, pikiran atau perasaan yang menyedihkan.

D. Perubahan Negatif pada Kognisi dan Mood yang terkait dengan peristiwa Traumatik

1. Ketidakmampuan untuk mengingat peristiwa traumatik.


2. Keyakinan negatif yang terus menerus dan berlebihan tentang diri sendiri, orang lain atau dunia.
3. Kognisi yang terdistorsi secara persisten tentang penyebab dari peristiwa traumatik.
4. Keadaan emosional negatif yang persisten (takut, marah, rasa bersalah atau rasa malu)
5. Menurunnya minat atau partisipasi dalam kegiatan.
6. Perasaan tersisi atau terasing dari orang lain.
7. Ketidakmapuan untuk merasakan emosi yang positif.
Diagnosis
E. Perubahan yang ditandai dalam gairah dan reaktivitas terkait peristiwa Traumatik

1. Perilaku yang mudah tersinggung dan ledakan kemarahan dengan sedikit atau tanpa pencetus.
2. Perilak sembrono dan merusak diri sendiri.
3. Hypervigilance (kewaspadaan berlebihan).
4. Respon terkejut yang berlebihan.
5. Masalah dengan konsentrasi.
6. Gangguan tidur

F. Durasi Gangguan B,C,D,E lebih dari 1 bulan

G. Gangguan yang menyebabkan distress yang signifikan secara klinis atau gangguan dalam
hubungan sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lainnya.

H. Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis Zat (obat-obatan)


Diagnosis-Banding

1. Acute Stress Disorders


2. Anxiety Disorders
3. Depression and othe mood disorders
4. Subtance Abuse
5. Dissociative Disorders
6. Psyhotic Symptoms or Disorders
Komorbid

Menurut Brady, Killeen, Breweston, & Menurut (Klaric, et.al., 2017)


Lucerini, 2000 sebagai berikut: 1. Chronic Somatic Problems
1. Depressive Disorders 2. Dsythymia
2. Other Anxiety Disorders 3. Panic Disorder with Agoraphobia
3. Substance Use Disorders 4. Generalized Anxiety Disorder
5. Alcohol Abuse
6. Suicidal Ideation
Intervensi Psikologi Klinis
Psikoedukasi

● Psikoedukasi terhadap penderita PTSD sangat penting dilakukan agar individu


memahami bahwa PTSD dapat sembuh dalam berjalannya waktu, namun
sebagian membutuhkan penanganan khusus.
● PTSD mungkin juga muncul dalam bentuk mimpi buruk.
● Penderita PTSD juga sering merasa bahwa dirinya masih berada dalam bahaya
sehingga lebih mudah terkejut dan berjaga-jaga.
● Individu PTSD menghindari hal yang mengingatkan mereka terhadap peristiwa
trauma yang berdampak buruk pada kehidupan mereka. Beberapa penderita
PTSD juga memiliki masalah fisik dan psikologis lainnya.
Intervensi Psikologi Klinis
Psikoterapi

1. individual CBT (Cognitive Behavioral Theraphy) with trauma fokus


2. EMDR (Eye Movement Desensitization & Reprocessing)

Terapi CBT dan EMDR direkomendasikan untuk anak dan remaja juga dewasa
yang mengalami PTSD. sebagaimana CBT dengan fokus trauma, EMDR bertujuan
untuk mengurangi distress dan memperkuat kognisi yang adaptif yang
dihubungkan dengan peristiwa traumatik

Anda mungkin juga menyukai