Anda di halaman 1dari 39

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

MODUL 04

RENCANA K3 KONSTRUKSI

PUSAT PEMBINAAN PELATIHAN DAN SERITIKASI MANDIRI


Jl. Pluit Raya Kav. 12 Blok A.5, Penjaringan, Jakarta Utara, (14440)
Telp. +62-21-6622925 ext. 146
Email: p3s@p3sm.or.id website: https://p3sm.or.id/
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
A. Pendahuluan 2
B. Dasar Hukum 2
C. Pekerjaan Konstruksi 2
D. Tahapan Pelaksanaan SMKK dan Standar K4 3
E. Penyusunan RKK 4
F. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang 5
G. Identifikasi dan Penetapan Isu Eksternal dan Internal 9
H. Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan dan Harapan Pihak yang Berkepentingan 10
I. Identifikasi Bahaya serta Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi terhadap Peluang 12
Keselamatan Kerja
J. Penilaian Risiko dan Peluang Keselamatan Konstruksi 12
K. Perencanaan Pengendalian Risiko 13
L. Rencana Tindakan (Sasaran & Program) 13
M. Identifikasi dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundangan dan Peraturan lainnya 14

MODUL 04:
1 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
A. PENDAHULUAN

Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung pekerjaan


konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlajutan yang menjamin keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan Kesehatan
kerja, keselamatan publik dan keselamatan lingkungan. Dalam rangka mewujudkan keselamatan
konstruksi tersebut di atas maka penyelenggara konstruksi wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan konstruksi.

Perwujudan penyelenggaraan system manajemen keselamatan konstruksi adalah melalui


pembentukan Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) yang merupakan unit pada Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SMKK dalam pekerjaan
konstruksi dan dibawah pimpinan tertinggi penyedia jasa.

Guna melaksanakan tertib penyelenggaraan system manajemen keselamatan konstruksi maka


penyedia jasa harus mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur aspek-
aspek keselamatan konstruksi. Peraturan perundang-undangan tersebut berupa Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Lembaga, Standar-
standar yang diakui baik nasional maupun internasional.

Ahli K3 Konstruksi yang ditugaskan dalam penyelenggaraan kegiatan konstruksi harus memiliki
kompetensi dalam mengidentifikasi, mengevaluasi dan menerapkan seluruh peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan K3 dilingkungan kerja konstruksi.

B. DASAR HUKUM
Berikut adalah peraturan perundang-undangan yang harus diketahui dan dilaksanakan terutama
dalam penyelenggaraan K3 dibidang konstruksi:
 Peraturan Menteri PUPR No. 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi (SMKK)
 Peraturan Menteri PUPR No. 14/PRT/M/2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi Melalui Penyedia
C. PEKERJAAN KONSTRUKSI
Sasaran utama dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi ialah:
 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Keselamatan Lingkungan
 Biaya Efisien

MODUL 04:
2 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
 Mutu Produk dan Proses Kerja
 Tepat Waktu
 Produk dapat dimanfaatkan

Karakteristik kegiatan proyek konstruksi


 Melibatkan banyak tenaga kerja kasar berpendidikan rendah, masa kerja terbatas, dan
intensitas kerja yang tinggi
 Tempat kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu dan kotor)
 Pekerjaan dilaksanakan secara komprehensif (bersifat multi disiplin dan multi crafts)
 Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas dan kondisinya

D. TAHAPAN PELAKSANAAN SMKK DAN STANDAR K4


Skema urutan tahapan pelaksanaan SMKK yaitu,
1. Tahapan
 Pengkajian dan perencanaan
 Perancangan
 Pembangunan
2. Dokumen
 Rancangan konseptual RKK
 Rancangan konseptual KAK, HPS, Risk Analysis, Biaya SMKK
 Dokumen Penawaran
 RKK
 RMPK
 RKK Pelaksanaan
3. Pelaku
 Pengguna/Konsultan Pengkajian/Konsultan Perencanaan/Konsultan perencana
 Pengguna/Kontraktor Konsultan Pengawas/Konsultan MK

Standar K4 dengan standar keamanan, keselamatan, Kesehatan, dan keberlanjutan K4 yaitu :


1. Keselamatan Keteknikan
 Standar perencanaan
 Standar perancangan
 Standar prosedur dan mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi
 Mutu bahan sesuai standar

MODUL 04:
3 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
 Kelaiakan peralatan
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Perlindungan sosial tenaga kerja
 Pencegahan kecelakaan kerja dan PAK
 Pencegahan wabah penyakit
 Pencegahan penanggulangan HIV/AIDS
 Pencegahan penggunaan psikotropika
 Pengamanan lingkungan kerja
3. Keselamatan public
 Standar keselamatan public
 Pencegahan kecelakaan kerja yang berdampak pada masyarakat disekitar tempat kerja
 Pemahaman pengetahuan K3 disekitar tempat kegiatan konstruksi
4. Keselamatan lingkungan
 Pencegahan terganggunya derajat Kesehatan pekerja dan masyarakat disekitarnya
 Pencegahan dampak sosial
 Pecegahan kerusakan lingkungan (Pencemaran)

E. PENYUSUNAN RKK
Penerapan system manajemen keselamatan konstruksi/SMKK pada tahapan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dilakukan dengan melaksanakan RKK.
1. Penyedia jasa harus menerapkan analisis keselamatan pekerjaan untuk pekerjaan yang
mempunyai tingkat risiko besar dan/atau sedang dan pekerjaan bersifat khusus sesuai
dengan metode kerja konstruksi yang terdapat dalam RKK.
2. Dalam hal terjadi perubahan metode kerja, situasi, pengammanan, dan sumber daya
manusia, analisisi keselamatan pekerjaan harus ditinjau kembali oleh ahli K3 konstruksi.
3. Penijauan kembali dilakukan untuk melihat pemenuhan persyaratan keselamatan konstruksi,
standar, dan/atau ketentuan peraturan perundang undangan.
4. Hasil peninjauan kembali harus mendapat persetujuan dari pengguna jasa, ahli Teknik sesuai
bidangnya, dan penyedia jasa.

MODUL 04:
4 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Elemen Sisten Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
1. Kepemimpinan dan partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi
2. Perencanaan keselamatan konstruksi
3. Dukungan keselamatan konstruksi
4. Operasi keselamatan konstruksi
5. Evaluasi kinerja keselamatan konstruksi

F. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENGENDALIAN DAN RUANG


Identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian dan peluang (IBPRP) Perencanaan Keselamatan
Konstruksi meliputi:
 Identifikasi dan penerapan isu-isu eksternal dan internal
 Identifikasi dan penetapan kebutuhan dan harapan pihak yang berkepentingan
 Identifikasi bahaya serta penilaian risiko dan peluang keselamatan konstruksi. Risiko yang
dimaksud adalah Risiko Keselamatan Konstruksi untuk menentukan kebutuhan Ahli K3
Konstruksi dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi, tidak untuk menentukan kompleksitas
atau segmentasi pasar Jasa Konstruksi
 Identifikasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan lainnya
 Perencanaan Pengendalian Risiko

Gambar 1. Form Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko

MODUL 04:
5 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Tabel 1. Form Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang
IBPRP

Keterangan :
1. PPK mengisi kolom 1, 2, 3.
2. PPK mengisi kolom “uraian pekerjaan” dan “Identifikasi Bahaya” berdasarkan tahapan pekerjaan.
3. Kolom “uraian pekerjaan” dan “Identifikasi Bahaya” yang diisi oleh PPK berdasarkan tahapan
pekerjaan, dimana penyedia jasa dapat menambahkan uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya
dari yang sudah dicantumkan oleh PPK berdasarkan analisis ahli konstruksi dan/atau petugas
keselamatan konstruksi.
4. Kolom 12, 13,14, 15, dan 16, diisi berdasarkan kondisi pengendalian dilapangan atas dasar
penilaian ahli K3 Konstruksi dan/atau petugas keselamatan konstruksi, apabila dinilai tidak ada
yang diisikan, maka dapat ditulis “tidak ada” atau “n/a”.

Tabel 2. Penjelasan Tabel Contoh Format IBPRP


Tahapan Kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan
Uraian Kegiatan :
rutin dan non rutin
Identifikasi Bahaya/ Tipe Menetapkan karakteristik kondisi bahaya / Tindakan bahaya sesuai
:
Kecelakaan dengan peraturan terkait
Paparan/ konsekuensi yang timbul akibat kondisi bahaya dan
Dampak bahaya :
Tindakan bahaya
Tingkat Frekuensi Terjadinya pristiwa bahaya
Kekerapan :
keselamatankonstruksi (skala 1 – 5)
Tingkat keparahan / kerugian / dampak kerusakan yang
Keparahan :
ditimbulkan oleh bahaya keselamatan konstruksi (skala 1:5)
Tingkat risiko : Perpaduan nilai tingkat kekerapan dan nilai tingkat keparahan
Urutan pelaksanaan pengendalian yang menjadi prioroitas
Skala prioritas :
berdasarkan tingkat risiko (besar,sedang, dan kecil)
Perundangan atau persyaratan lain : Acuan dalam melakukan pengendalian risiko
Kegiatan yang dapat mengendalikan baik mengurangi mauoun
Pengendalian Risiko :
menghilangkan dampak bahaya yang timbul
Nilai positif yang dapat dikembangkan berdasarkan dampak
Peluang perbaikan :
bahaya yang timbul

MODUL 04:
6 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Tabel 3. Penjelasan Risk Rating
Tingkat
Deskripsi Definisi
Keparahan
Hampir pasti - Besar kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan
5
terjadi - Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 2 kali dalam 1 tahun
Sangat - Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
4 mungkin hamper semua kondisi
terjadi - Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 1 tahun terakhir
- Kemungkinan akan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
Mungkin
3 beberapa kondisi tertentu
terjadi
- Kemungkinan terjadinya kecelakaan 2 kali dalam 3 tahun terakhir
Kecil - Kecil kemungkinan terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada
2 kemungkinan beberapa kondisi tertentu
terjadi - Kemungkinan terjadinya kecelakaan 1 kali dalam 3 tahun terakhir
Hampir tidak - Dapat terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan pada beberapa kondisi
1 pernah tertentu
terjadi - Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih dari 3 tahun terakhir

Tabel 4. Penjelasan Skala Konsekuensi Keselamatan

MODUL 04:
7 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Gambar 2. Matriks Tingkat Risiko

MODUL 04:
8 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
G. IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN ISU EKSTERNAL DAN INTERNAL
Penyedia Jasa harus mengidentifikasi bahaya dengan mengacu kepada isu-isu eksternal dan
internal yang dapat mempengaruhi Penyedia Jasa dalam mencapai sasaran atau hasil yang
diharapkan dari SMKK.
1. Isu eksternal seperti:
a. lingkungan budaya, sosial, politik, hukum, keuangan, teknologi, ekonomi dan alam serta
persaingan pasar, baik internasional, nasional, regional maupun lokal;
b. pengenalan pesaing, kontraktor, subkontraktor, pemasok, mitra dan Penyedia Jasa baru;
teknologi baru; undang-undang baru dan pekerjaan baru;
c. pengetahuan baru tentang produk dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan keselamatan;
d. dorongan dan kecenderungan utama yang terkait dengan industri atau sektor yang
berdampak pada Penyedia Jasa;
e. hubungan, persepsi, dan nilai pihak eksternal yang berkepentingan;
f. perubahan terkait dengan hal-hal di atas;

2. Isu internal seperti:


a. tata kelola, struktur organisasi, peran dan akuntabilitas;
b. kebijakan, tujuan, dan strategi pencapaiannya;
c. kemampuan dan pemahaman dalam hal sumber daya, pengetahuan, dan kompetensi
(seperti modal, waktu, sumber daya manusia, proses, sistem, dan teknologi);
d. sistem informasi, arus informasi dan proses pengambilan keputusan (baik formal maupun
informal);
e. pengenalan produk, bahan, layanan, peralatan, perangkat lunak, tempat, dan peralatan
baru;
f. hubungan persepsi dan nilai-nilai pekerja;
g. budaya dalam organisasi;
h. standar, pedoman dan model yang diadopsi oleh Penyedia Jasa;
i. bentuk dan tingkat hubungan kontraktual, termasuk, misalnya, kegiatan yang dialihdayakan;
j. pengaturan waktu kerja;
k. kondisi kerja; dan
l. perubahan yang terkait dengan hal-hal di atas.

MODUL 04:
9 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
H. IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KEBUTUHAN DAN HARAPAN PIHAK YANG BERKEPENTINGAN
Penyedia Jasa harus melakukan identifikasi dan penetapan:
1. pihak-pihak berkepentingan lainnya, selain pekerja, yang dapat mempengaruhi dan/atau
dipengaruhi oleh SMKK;
2. kebutuhan dan harapan dari dari para pekerja maupun pihak-pihak yang berkepentingan,
termasuk di dalamnya ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya
yang terkait.
3. Prosedur identifikasi potensi bahaya, penetapan tingkat risiko dan peluang

Pihak yang berkepentingan, antara lain:


1. pemerintah (kementerian/lembaga pemerintah pada berbagai tingkatan dan fungsi,
termasuk pemerintah daerah);
2. pemasok, kontraktor dan subkontraktor;
3. perwakilan pekerja;
4. organisasi pekerja (serikat pekerja) dan organisasi pengusaha;
5. pemilik, pemegang saham, klien, pengunjung, komunitas lokal dan masyarakat sekitar serta
masyarakat umum;
6. pelanggan, layanan medis dan layanan masyarakat lainnya, media massa, akademisi, asosiasi
usaha, asosiasi profesi dan organisasi non-pemerintah (lembaga swadaya masyarakat/LSM);
7. organisasi yang bergerak di bidang keselamatan dan kesehatan kerja profesional di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja.
Tabel 5. Contoh Daftar Identifikasi Isu Internal dan Eksternal

MODUL 04:
10 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
I. IDENTIFIKASI BAHAYA SERTA PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI TERHADAP
PELUANG KESELAMATAN KERJA
Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. peraturan dan prosedur kerja, faktor sosial (termasuk beban kerja, jam kerja, pelecehan dan
intimidasi), kepemimpinan dan budaya dalam organisasi;
b. kegiatan rutin dan non-rutin, termasuk bahaya yang timbul dari:
1) kondisi prasarana, peralatan, material, zat berbahaya dan kondisi fisik tempat kerja;
2) desain produk dan layanan, penelitian, pengembangan, pengujian, produksi, perakitan,
pengadaan, pemeliharaan dan pembuangan;
3) faktor manusia;
4) cara pelaksanaan pekerjaan.
c. kejadian yang pernah terjadi pada periode sebelumnya, baik dari internal maupun eksternal
organisasi, termasuk keadaan darurat, dan penyebabnya;
d. potensi keadaan darurat;
e. faktor manusia, termasuk:
1) orang yang memiliki akses ke tempat kerja dan/atau kegiatan Pekerjaan Konstruksi,
termasuk pekerja, pengunjung, dan orang lain;
2) orang di sekitar tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan Pekerjaan Konstruksi;
3) pekerja di lokasi yang tidak berada di bawah kendali langsung organisasi;
f. isu lainnya, meliputi:
1) desain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan organisasi
kerja, termasuk kesesuaiannya dengan kebutuhan dan kemampuan pekerja yang terlibat;
2) situasi yang terjadi di sekitar tempat kerja yang disebabkan oleh kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi;
3) situasi yang tidak di bawah kendali organisasi dan terjadi di sekitar tempat kerja yang
dapat menyebabkan cedera dan penyakit/kesehatan yang buruk bagi orang-orang di
tempat kerja;
g. perubahan yang terjadi atau perubahan yang diusulkan terkait organisasi, operasi, proses,
kegiatan dan SMKK;
h. perubahan ilmu pengetahuan dan informasi tentang bahaya.

MODUL 04:
11 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
J. PENILAIAN RISIKO DAN PELUANG KESELAMATAN KONSTRUKSI
Identifikasi bahaya serta penilaian risiko dan peluang keselamatan konstruksi. Risiko yang
dimaksud adalah Risiko Keselamatan Konstruksi untuk menentukan kebutuhan Ahli K3 Konstruksi
dan/atau Petugas Keselamatan Konstruksi, tidak untuk menentukan kompleksitas atau
segmentasi pasar Jasa Konstruksi.
Penilaian risiko dan peluang Keselamatan Konstruksi meliputi:
a. penilaian risiko bahaya yang telah teridentifikasi, dengan mempertimbangkan
keberhasilgunaan pengendalian yang ada;
b. penentuan dan penilaian risiko lain yang terkait dengan penerapan, pengoperasian dan
pemeliharaan SMKK.
c. penilaian peluang Keselamatan Konstruksi untuk meningkatkan kinerja Keselamatan
Konstruksi, dengan mempertimbangkan perubahan yang direncanakan terkait organisasi,
kebijakan, proses atau kegiatan dan:
1) peluang untuk menyesuaikan pekerjaan, organisasi kerja dan lingkungan kerja;
2) peluang untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko Keselamatan Konstruksi;
d. penilaian peluang lain guna peningkatan SMKK.

Metodologi dan kriteria untuk penilaian risiko Keselamatan Konstruksi harus ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. ruang lingkup, sifat dan jangka waktu untuk memastikan bahwa yang dilakukan adalah lebih
bersifat proaktif dari pada reaktif dan digunakan dengan cara yang sistematis.
b. kemungkinan terjadinya risiko dan peluang lain untuk Penyedia Jasa sebagai akibat
terjadinya risiko Keselamatan Konstruksi dan peluang Keselamatan Konstruksi.

K. PERENCANAAN PENGENDALIAN RISIKO


Perencanaan pengendalian risiko meliputi:
1. jenis tindakan pengendalian risiko:
a. mengatasi risiko dan peluang;
b. mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya;
c. mempersiapkan dan menanggapi situasi darurat;
2. cara melaksanakan tindakan pengendalian risiko:
a. mengintegrasikan dan menerapkan tindakan ke dalam penerapan SMKK;
b. mengevaluasi keberhasilgunaan tindakan.

MODUL 04:
12 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Perencanaan tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. tingkatan pengendalian dan keluaran dari penerapan SMKK;
2. praktek terbaik yang pernah dilakukan oleh organisasi lainnya;
3. teknologi yang digunakan (peralatan, material, metode);
4. kemampuan keuangan;
5. kebutuhan operasional dan bisnis.

Gambar 3. Contoh Job Safety Analysis

L. RENCANA TINDAKAN (SASARAN & PROGRAM)


Sasaran Keselamatan Konstruksi pada setiap fungsi dan tahapan Pekerjaan Konstruksi
harus:
1. konsisten dengan kebijakan Keselamatan Konstruksi;
2. memiliki indikator kinerja yang dapat diukur;
3. memperhitungkan:
a. persyaratan yang diterapkan;
b. hasil penilaian risiko dan peluang;
c. hasil konsultasi dengan wakil pekerja, Ahli K3 Konstruksi, Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), atau pihak lain yang terkait.
4. dilakukan pemantauan;
5. dikomunikasikan; dan
6. dimutakhirkan bila perlu.

MODUL 04:
13 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
Perencanaan pencapaian sasaran Keselamatan Konstruksi meliputi:
1. kegiatan yang akan dilakukan;
2. sumber daya yang diperlukan;
3. pihak yang bertanggung jawab;
4. jangka waktu pelaksanaan;
5. cara evaluasi hasil pencapaian, termasuk indikator pemantauan;
6. cara mengintegrasikan pencapaian sasaran Keselamatan Konstruksi dengan kegiatan
bisnis Penyedia Jasa.
Dokumen Sasaran Keselamatan Konstruksi dan Perencanaan Pencapaian Sasaran
Keselamatan Konstruksi harus disimpan dan dipelihara sebagai informasi terdokumentasi.

M. IDENTIFIKASI DAN KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANGAN DAN PERATURAN


LAINNYA
Identifikasi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan dan peraturan lainnya meliputi:

1. Identifikasi dan inventarisasi peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya


mencakup:
a. identifikasi dan inventarisasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya yang
mengatur kesesuaian proses, operasi, standar Alat Pelindung Diri (APD)/Alat Pelindung
Kerja (APK), kegiatan, dan fasilitas; dan
b. pengkajian terhadap perubahan ketentuan peraturan perundangan yang mempengaruhi
proses, operasi, kegiatan dan fasilitas untuk pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.
2. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya mencakup
kegiatan:
a. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya, kepada seluruh pekerja
serta pihak lain yang terkait untuk menjamin pemahaman dan kepatuhan terhadap
peraturan;
b. pembuatan daftar peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang akan
diterapkan oleh organisasi dan yang akan disosialisasikan;
c. pendokumentasian dan pemajangan (apabila diperlukan) surat izin, lisensi dan/atau
sertifikat; dan
d. pembuatan daftar tanggal habis masa berlaku dan perpanjangan surat izin, lisensi dan
sertifikat, yang harus:
1) dilakukan kaji ulang terhadap ketepatan dan keterkaitannya secara berkala;

MODUL 04:
14 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
2) dilakukan penyesuaian terhadap perubahan peraturan perundangan dan peraturan
lainnya; dan
3) mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan.
3. evaluasi dan audit atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan
lainnya.
4. penyimpanan dan pemeliharaan proses identifikasi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan peraturan lainnya beserta perubahan dan pembaharuannya
sebagai informasi terdokumentasi.
5. prosedur pemenuhan peraturan perundangan Keselamatan Konstruksi.

Tabel 6. Identifikasi Peraturan Prrundang-undangan dan Persyaratan Lainnya

MODUL 04:
15 RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

MODUL 05

EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI

PUSAT PEMBINAAN PELATIHAN DAN SERITIKASI MANDIRI


Jl. Pluit Raya Kav. 12 Blok A.5, Penjaringan, Jakarta Utara, (14440)
Telp. +62-21-6622925 ext. 146
Email: p3s@p3sm.or.id website: https://p3sm.or.id/
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
A. Pendahuluan 2
B. Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi 2
C. Pelaksanaan Pengawasan SMK3 3
D. Rencana Keselamatan Konstruksi 4
E. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 5
F. Persyaratan Pengajuan Izin Kerja (Request of Work) 8
G. Laporan Pekerjaan Konstruksi 11
H. Pemantauan, Pengukuran, Analisis dan Evaluasi Kinerja 14
I. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 14

MODUL 05:
1 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
A. PENDAHULUAN

Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung pekerjaan


konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlajutan yang menjamin keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan Kesehatan
kerja, keselamatan publik dan keselamatan lingkungan. Dalam rangka mewujudkan keselamatan
konstruksi tersebut di atas maka penyelenggara konstruksi wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan konstruksi.

Perwujudan penyelenggaraan system manajemen keselamatan konstruksi adalah melalui


pembentukan Unit Keselamatan Konstruksi (UKK) yang merupakan unit pada Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SMKK dalam pekerjaan
konstruksi dan dibawah pimpinan tertinggi penyedia jasa.

Guna melaksanakan tertib penyelenggaraan system manajemen keselamatan konstruksi maka


penyedia jasa harus mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur aspek-
aspek keselamatan konstruksi. Peraturan perundang-undangan tersebut berupa Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Lembaga, Standar-
standar yang diakui baik nasional maupun internasional.

Ahli K3 Konstruksi yang ditugaskan dalam penyelenggaraan kegiatan konstruksi harus memiliki
kompetensi dalam mengidentifikasi, mengevaluasi dan menerapkan seluruh peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan K3 dilingkungan kerja konstruksi.

B. EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI


Penerapan SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 dilakukan berdasarkan kebijakan Nasional
yang meliputu :
 penetapan kebijakan K3
 perencanaan K3
 pelaksanaan rencana K3
 Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
 Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

MODUL 05:
2 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
Definisi :
1. Pemantauan/Monitoring adalah salah satu cara pengawasan yang dapat menggambarkan
kondisi berjalanya suatu system Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada
waktu tertentu
2. Evaluasi adalah melakukan pengukuran terhadap aktivitas yang akan digunakan untuk tindak
lanjut berikutnya.
Pemantauan dan Evaluasi Keselamatan Konstruksi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi
terhadap kinerja penyelenggaraan Keselamatan Konstruksi yang meliputi pengumpulan data,
analisis, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan penerapan Keselamatan Konstruksi (PERMEN
PUPR No. 21 tahun 2019)

C. PELAKSANAAN PENGAWASAN SMK3


Tujuan Penerapan SMK3 yaitu:
 Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan Kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur dan terintegrasi
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja atau serikat pekerja
 Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktivitas
Pengawasan Penerapan SMK3
 Pembangunan dan terjaminnya komitmen
 Organisasi
 Sumber daya manusia
 Pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang K3
 Keamanan bekerja
 Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3
 Pengendalian keadaan darurat industry
 Pelaporan dan perbaikan kekurangan
 Tindak lanjut audit

MODUL 05:
3 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
D. RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
1. Perencanaan dan pengendalian pelaksanaan :
 Menetapkan penanggung jawab untuk setiap proses
 Menetapkan kriteria untuk proses dengan struktur organisasi proyek
 Menerapkan kendali atas proses sesuai dengan kriteria Keselamatan Konstruksi, public,
peralatan, material dan lingkungan
 Memelihara dan menyimpan informasi terdokumentasi yang diperlukan untuk memastikan
bahwa proses telah dilakukan dengan benar
 Menetapkan kriteria untuk proses dengan struktur organisasi proyek

Gambar 1. Para Pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan Konstruksi


2. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)
 Membentuk dan menetapkan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak sebelum pelaksanaan
tahapan pengukuran/ pemeriksaan Bersama
 Menerima hasil pekerjaan dari PPK setelah Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan
diterbitkan
 Menetapkan PPHP untuk melakukan pemeriksaan administratif terhadap hasil pekerjaan
yang diserahterimakan; dan
 Menyerahkan hasil pekerjaan selesai kepada penyelenggara Infrastruktur.

3. Terkait penjaminan mutu dan pengendalian mutu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, PA/KPA
sebagai pemilik pekerjaan konstruksi tanggung jawab dan wewenang :

MODUL 05:
4 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
 PPK bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sebagaimana
yang tercantum dalam kontrak konstruksi, mencakup aspek administrasi kontrak dan
aspek teknis (engineering).
 PPK berwenang atas pengendalian dan pengawasan pekerjaan konstruksi. Kewenangan
ini dapat dilimpahkan sebagian atau keseluruhan terhadap pihak/tim yang ditunjuk oleh
PPK.
 Pengendalian Pekerjaan Konstruksi dilakukan untuk mengendalikan proses dan hasil
pekerjaan Penyedia sesuai dengan ketentuan kontrak. Pengendalian dilaksanakan baik
pada kontrak pekerjaan konstruksi maupun kontrak jasa konsultansi pengawasan
pekerjaan konstruksi.
 Pengawasan Pekerjaan Konstruksi dilakukan untuk memastikan proses pelaksanaan
pekerjaan oleh Penyedia sesuai dengan ketentuan kontrak.
 Kewenangan dan tanggung jawab pengendalian pekerjaan konstruksi dapat didelegasikan
kepada Pengendali Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh staf PPK, dalam hal ini disebut
Direksi Lapangan, atau Penyedia Jasa Konsultansi yaitu Konsultan Manajemen Konstruksi
(MK);
 Kewenangan dan tanggung jawab pengawasan pekerjaan konstruksi dapat didelegasikan
kepada Pengawas Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh staf PPK, dalam hal ini disebut
Direksi Teknis, atau atau Penyedia Jasa Konsultansi yaitu Konsultan Pengawas.
 Dalam hal pengendalian dan pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan oleh Penyedia
Jasa Konsultansi, maka Penyedia Jasa Konsultansi wajib menyusun Program Mutu sebagai
bentuk penjaminan mutu.

E. PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


1. Aspek Pengendalian Pekerjaan Konstruksi yaitu :
 Quality Assurance yaitu Merencanakan, mereview dan menetapkan serta menjamin
penerapan dari system pengendalian mutu yang dilaksanakan oleh penyedia dan
pengawas pekerjaan.
 Kuantitas yaitu Memerintahkan pengukuran hasil pekerjaan dan melakukan persetujuan
terkait hasil kuantitas serta sertifikat pembayaran
 Jadwal yaitu Memastikan jadwal pelaksanaan sesuai dengan rencana jadwal yang telah
ditetapkan dan menyetujui penyesuaian jadwal yang disusun oleh Penyedia
 Pelaporan yaitu Melaporkan capaian kemajuan pelaksanaan pekerjaan secara berkala,
termasuk permasalahannya kepada Kasatker

MODUL 05:
5 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
 Keselamatan Konstruksi yaitu Merencanakan, mereview dan menetapkan serta
menjamin penerapan dari sistem pengendalian aspek keselamatan konstruksi yang
dilaksanakan oleh Penyedia.
 Rekayasa teknis yaitu Mereview dan menyetujui dokumen teknis rencana pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang terdiri dari: gambar kerja, metode kerja, usulan perubahan
pekerjaan.

Gambar 2. Tanggung Jawab dan Wewenang PPK dalam Penjamin serta Pengendalian Mutu

2. Pengawasan Pekerjaan Konstruksi dilakukan untuk memastikan proses pelaksanaan


pekerjaan oleh Penyedia sesuai dengan ketentuan kontrak :
 Aspek Pengawasan
- Mutu
- Kuantitas
- Jadwal
- Pelaporan
- Keselamatan konstruksi
- Rekayasa teknis
 Kewenangan dan tanggung jawab pengendalian pekerjaan konstruksi dapat
didelegasikan kepada Pengendali Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh staf PPK,
dalam hal ini disebut Direksi Lapangan, atau Penyedia Jasa Konsultansi yaitu
Konsultan Manajemen Konstruksi (MK);
 Kewenangan dan tanggung jawab pengawasan pekerjaan konstruksi dapat
didelegasikan kepada Pengawas Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh staf PPK,

MODUL 05:
6 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
dalam hal ini disebut Direksi Teknis, atau atau Penyedia Jasa Konsultansi yaitu
Konsultan Pengawas
 Dalam hal pengendalian dan pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan oleh
Penyedia Jasa Konsultansi, maka Penyedia Jasa Konsultansi wajib menyusun
Program Mutu sebagai bentuk penjaminan mutu

3. Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Penjaminan Mutu

Gambar 3. Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa


1) Penjamin Mutu pada Unit Organisasi merupakan unsur pendukung pada struktur
penyelenggara proyek dan tidak terlibat secara langsung dalam pengambilan keputusan
terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang memiliki fungsi:
a. Perumusan kebijakan;
b. Pembinaan teknis
c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan
2) Penjamin mutu memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun standar dan pedoman teknis yang berlaku pada masingmasing unit
organisasi;
b. Melakukan bimbingan teknis;
c. Melakukan pemantuan dan evaluasi serta pelaporan.
Unit Penjamin Mutu
1) Menetapkan Rencana Pemeriksaan dan Pengujian;
2) Mengembangkan dan memantau pelaksanaan prosedur pengendalian mutu;
3) Berkoordinasi dengan Direksi Lapangan/Konsultan MK terkait dengan rencana pemeriksaan
dan pengujian serta prosedur pengendalian mutu;

MODUL 05:
7 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
4) Melakukan audit internal atas kesesuaian pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan tim
konstruksi dan kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan tim
pengendali mutu;
5) Menyusun Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK).
Unit Pengendalian Mutu
1) Melakukan pemeriksaan;
2) Merekomendasikan tindakan perbaikan yang di perlukan;
3) Membuat laporan hasil pemeriksaan.
F. PERSYARATAN PENGAJUAN IZIN KERJA (REQUEST OF WORK)
Untuk memulai setiap kegiatan pekerjaan, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus
menyampaikan permohonan izin memulai pekerjaan (Request of Work).
Prosedur permohonan izin memulai pekerjaan sesuai dengan Prosedur dan mengisi Formulir
Pengajuan Memulai Pekerjaan dengan paling sedikit melampirkan:
a. Membuat laporan hasil pemeriksaan.
b. Membuat laporan hasil pemeriksaan.
1) Metode Kerja
2) Tenaga kerja yang dibutuhkan;
3) Peralatan yang dibutuhkan dan Material yang digunakan;
4) Aspek Keselamatan Konstruksi (mengacu pada analisis Keselamatan dan kesehatan
Kerja/K3 per pekerjaan);
5) Jadwal mobilisasi tiap-tiap sumber daya.
c. Rencana pemeriksaan dan pengujian (inspection and test plan/ ITP) jadwal pelaksanaan
pemeriksaan bahan, material, serta titik tunggu (hold point) pada metode kerja.

Tabel 1. Persyaratan Pengajuan Ijin Kerja dan Kriteria Persetujuan

MODUL 05:
8 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
Gambar 4. Contoh Format Pengajuan Memulai Pekerjaan

Gambar 5. Contoh Pengajuan Permohonan Memulai Pekerjaan

MODUL 05:
9 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
Gambar 6. Contoh Persetujuan Material
Pengawasan Mutu Pekerjaan :
1. Pengawasan terhadap proses tiap-tiap kegiatan dilakukan berdasarkan spesifikasi dan
metode kerja yang diajukan.
2. Pengawasan terhadap hasil pekerjaaan dilakukan berdasarkan spesifikasi.
3. Pemeriksaan material pada saat penerimaan. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi melakukan
pemeriksaan secara visual dan pengukuran (bila diperlukan), dan disaksikan Pengawas
Pekerjaan, untuk memastikan agar material yang dikirim ke lapangan sesuai dengan material
yang telah distujui.
4. Pemeriksaan dan Pengujian berkala material dilaksanakan sesuai dengan rencana pengujian
pada dokumen Pemeriksaan dan Pengujian (ITP) yang terkait dengan material tersebut.
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus memastikan pengujian berkala memenuhi
persyaratan pada kontrak dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5. Pemeriksaan hasil pekerjaan dilakukan pada setiap pekerjaan maupun sub pekerjaan.
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus melakukan pemeriksaan pekerjaan baik fisik
maupun administrasi. Jika hasil pekerjaan sudah sesuai spesfikasi, maka Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi mengajukan permohonan pemeriksaan kepada PPK
6. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan adanya penyesuaian atau perubahan di
lapangan, maka perubahan di lapangan dilaksanakan sesuai Prosedur
7. Pengendalian ketidaksesuaian hasil pekerjaan dilakukan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi dan Pengawas Pekerjaan. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan
ketidaksesuaian dengan spesifikasi, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan Pengawas
Pekerjaan membuat laporan ketidaksesuaian

MODUL 05:
10 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
G. LAPORAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Gambar 7. Laporan Pekerjaan Konstruksi


1. Laporan harian dan mingguan.
 Laporan Harian
- Kuantitas dan jenis bahan yang ada di lapangan;
- Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan keterampilan yang
diperlukan;
- Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia;
- Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk peralatan;
- Taksiran kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
- Jenis dan uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
- Kondisi cuaca antara lain hujan, banjir dan peristiwa-peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan;
- Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan design, gambar
kerja (shop drawing), spesifikasi teknis, keterlambatan pekerjaan dan penyebabnya
dan lain sebagainya.
 Laporan Mingguan
- Rangkuman pembandingan capaian pekerjaan dengan minggu sebelumnya dan
capaian pada minggu berjalan dengan rencana kegiatan dan sasaran capaian pada
minggu berikutnya;
- Hambatan dan kendala yang dihadapi pada kurun waktu 1 (satu) minggu beserta
tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan potensi kendala pada minggu
berikutnya;

MODUL 05:
11 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
- Dukungan yang diperlukan dari pihak-pihak yang terkait;
- Ringkasan permohonan persetujuan atas usulan dan dokumen yang diajukan
beserta statusnya;
- Ringkasan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan;
- Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi, termasuk
kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja
(nearmiss record), dan lain-lain
 Laporan Bulanan
- Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian pekerjaan fisik dengan
membandingkan capaian di bulan sebelumnya, capaian pada bulan berjalan serta
target capaian di bulan berikutnya;
- Foto dokumentasi;
- Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, status
pembayaran dari Pengguna;
- Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
- Masalah dan kendala yang dihadapi; termasuk statusnya, tindakan penanggulangan
yang telah dilakukan dan rencana tindakan selanjutnya;
- Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan berikutnya, beserta rencana
pencegahan atau penanggulangan yang akan dilakukan;
- Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen;
- Daftar dan status persetujuan dokumen yang yang harus ditindak lanjuti oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK;
- Ringkasan hasil pelaksanaan kegiatan pekerjaan (daftar pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan beserta hasil dan status persetujuannya);
- Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi, termasuk
kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja
(nearmiss record), dan lain-lain;
- Kendala yang dihadapi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas, tindakan yang telah dan
akan dilakukan serta dukungan yang dibutuhkan dari Direksi Lapangan/Konsultan
MK untuk tujuan kelancaran proyek.

MODUL 05:
12 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
Gambar 8. Contoh Format Laporan Harian, Mingguan, dan Bulanan

MODUL 05:
13 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
H. PEMANTAUAN, PENGUKURAN, ANALISIS, DAN EVALUASI KINERJA
Penyediaan Jasa harus menetapkan :
1. hal-hal yang perlu dipantau dan diukur yang meliputi:
a. tingkat kepatuhan pemenuhan terhadap peraturan perundangundangan dan peraturan
lain;
b. penanganan terkait dengan bahaya, risiko, dan peluang yang teridentifikasi;
c. pencapaian tujuan Keselamatan Konstruksi; dan d. tingkat hasil guna pengendalian dan
pelaksanaan.
2. metode pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja;
3. kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja Keselamatan Konstruksi;
4. waktu pemantauan, pengukuran, analisis, dan evaluasi, serta pelaporan;
5. prosedur pengukuran kinerja Keselamatan Konstruksi.

Evaluasi kepatuhan dilakukan dengan cara:


1. menentukan frekuensi dan metode evaluasi kepatuhan;
2. mengevaluasi kepatuhan dan mengambil tindakan jika diperlukan;
3. menghentikan pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi (stop working) jika ditemukan hal yang
membahayakan.
4. mengisi lembar penghentian pekerjaan yang ditandatangani oleh pihakpihak berwenang
yang ditunjuk oleh Pimpinan Tertinggi Penyedia Jasa
5. menjaga pengetahuan dan pemahaman tentang status kepatuhannya;
6. menyimpan informasi terdokumentasi hasil evaluasi kepatuhan.

I. INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi bahaya yang ada di tempat kerja,
demi mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan di tempat kerja dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.
Inspeksi K3 juga sebagai upaya melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap sumber-
sumber bahaya K3.
1. Tujuan dan Manfaat Inspeksi yaitu :
 Mengidentifikasi problem potensial.
 Mengidentifikasi efisiensi peralatan (equipment).
 Mengidentifikasi kekeliruan dalam tindakan/ pelaksanaan kerja.
 Mengidentifikasi efek perubahan (effect of changes-MOC).

MODUL 05:
14 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
 Mengidentifikasi kekurangan dalam tindakan perbaikan (remedial action).
 Mengidentifikasi positive performance dan quality result.
 Mendemonstrasikan komitmen manajemen.
 Hasil Inspeksi akan menjadi salah satu topik penting dalam Audit.
Manfaat :
 Perbaikan dengan segera;
 Kontak langsung pada karyawan;
 Karyawan tanggap terhadap Kondisi Tidak Aman & Tindakan Tidak Aman;
 Menetapkan alat keselamatan yang sesuai;
 Meningkatkan kesadaran K3;
 Menjalankan program K3
2. Standar pemantauan berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 – Lamp. II yaitu :
 Pemeriksaan Bahaya;
 Pemantauan/Pengukuran Lingkungan Kerja;
 Peralatan Pemeriksaan/Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian;
 Pemantauan Kesehatan Tenaga Kerja.
3. Inspeksi Bahaya :
 Pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.
 Pemeriksaan/inspeksi dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang yang
telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi bahaya.
 Pemeriksaan/inspeksi mencari masukan dari tenaga kerja yang melakukan tugas di tempat
yang diperiksa.
 Daftar periksa (checklist) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat
pemeriksaan/inspeksi.
 Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan diajukan
kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan.
 Pengusaha atau pengurus telah menetapkan penanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan
perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi.
 Tindakan perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi dipantau untuk menentukan
efektifitasnya.
4. Pemantauan/ Pengukuran lingkungan kerja
 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasilnya
didokumentasikan, dipelihara dan digunakan untuk penilaian dan pengendalian risiko.

MODUL 05:
15 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
psikologi.
 Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja dilakukan oleh petugas atau pihak yang
berkompeten dan berwenang dari dalam dan/atau luar perusahaan

5. Peralatan Pemeriksaan/Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian


 Terdapat prosedur yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan
penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai K3.
 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas atau pihak yang berkompeten dan berwenang
dari dalam dan/atau luar perusahaan.
6. Pemantauan Kesehatan Tenaga Kerja
 Dilakukan pemantauan kesehatan tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang
mengandung potensi bahaya tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Pengusaha atau pengurus telah melaksanakan identifikasi keadaan, dimana pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk membantu
pemeriksaan ini.
 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai
peraturan perundang-undangan.
 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan perundang-
undangan.
 Catatan mengenai pemantauan kesehatan tenaga kerja dibuat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
7. Kategori Inspeksi
1) Inspeksi formal
 Dilakukan dengan tingkat kesadaran yang tinggi oleh setiap orang dalam rutinitas
aktifitasnya.
 Spontan, terbatas dan tidak sistematis.
 Mendapatkan kondisi/ data sebenarnya/ nyata & asli.
 Bisa dalam bentuk kotak saran.
2) Inspeksi Informal
 Menyeluruh dan komprehensif
 Terjadwal dengan jelas
 Bagian dari tanggung jawab manajemen lini (line management responsibility).
 Dilakukan secara team.

MODUL 05:
16 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
 Dimana dan apa – need analysis-nya jelas.
Kategori Inspeksi Formal:
 Inspeksi Umum K3 (General Inspection).
 Inspeksi Kebersihan (Housekeeping)
 Inspeksi Kritikal (Critical Part Inspection)
 Inspeksi Preventive Maintenance
 Pre-used Equipment Inspection
Manfaat Inspeksi Formal:
 Inspector memberikan perhatian penuh dalam inspeksi.
 Inspector mempersiapkan menjadi observant dan cepat mengerti (perceptive) terhadap
kondisi.
 Menggunakan check-list yang terstruktur dan teratur.
 Inspector melihat sesuatu di luar penglihatan normal (outside normal eye level).
 Temuan sumber bahaya diklasifikasi, diprioritaskan dan ditindak lanjuti.
 Temuan dan rekomendasi dilaporkan, meningkatkan hazard awareness, corrective
action dan pencegahan kecelakaan.
Berdasarkan Urgensinya, Inspeksi Formal dibagi dalam 2 bagian :
1) Inspeksi Umum
bertujuan utk melihat apakah ada perubahan thdp prosedur kerja, peralatan, bahan dan
lingkungan kerja.
2) inspeksi yg ditujukan kepada bagian kritis dari mesin, peralatan atau struktur yg akan
menimbulkan masalah besar bila rusak, aus, salah pemakaian atau pelaksanaan kerja yg
tidak memadai.
Tahapan Inspeksi Formal
 Persiapan (Preparation)
 Pelaksanaan Inspeksi (Inspection)
 Mengembangkan Langkah Perbaikan
 Tindak Lanjut (Follow Up Action)
Persiapan
1) Mulailah dengan positive attitude.
 Persiapan mental untuk tidak hanya melihat hal yang substandard, namun juga harus
hal yang benar (right).
2) Buat perencanaan inspeksi.
 Ketahui penanggung jawab area.

MODUL 05:
17 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
 Buat peta dan rute inspeksi.
3) Tentukan apa yang akan dilihat/ diinspeksi
4) Pelajari & pahami apa yang dilihat/ diinspeksi.
5) Buat daftar verikasi (checklist)
Persiapan 2
1) Tinjau Kembali (Review) laporan Inspeksi sebelumnya
 Temukan hal – hal yang belum tuntas akar permasalahnya (basic causes).
 Temukan lokasi atau equipment yang belum diinspeksi.
 Temukan item – item yang terbatas dan masih dapat dikembangkan.
 Temukan dan analisa corrective action yang mungkin tidak tepat atau masih bisa
dikembangkan.
 Temukan laporan tentang Critical Parts
2) Persiapkan & lengkapi peralatan, material dan kebutuhan penunjang Inspeksi
 Pakaian yang cocok, Alat Pelindung Diri (APD), Senter;
 Alat ukur/ meteran/kaca pembesar, Kamera;
 P3K secukupnya,
 Clip Board, kertas/millimeter paper & pensil/ballpoint.

Pelaksanaan Inspeksi
 Mengacu pada Map dan Check-list.
 Berbicara secara positive.
 Lihat secara detail dan tajam.
 Lakukan tindakan perbaikan sementara.
 Uraikan dan petakan seluruh item temuan dengan jelas.
 Klasifikasikan sumber bahaya.
 Memeriksa & melaporkan existing item bila dianggap perlu
 Menentukan basic causes dari substandard action dan substandard condition (gunakan
magic word “Why”).
Pelaksanaan Inspeksi boleh dilakukan oleh supervisor pekerjaan, dengan catatan: “Supervisor
tersebut mempunyai kompetensi dalam pekerjaan Inspeksi”.

MODUL 05:
18 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
Pelaksanaan Inspeksi 2
Klasifikasi Sumber Bahaya :
 Kelas A (Major) yaitu Kondisi atau tindakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan fatal atau
cacat permanen. Tindaikan perbaikan segera.
 Kelas B (Serius) Kondisi atau tindakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan serius atau
cacat sementara. Tindakan perbaikan tidak lebih dari 6 jam.
 Kelas C (Minor) Kondisi atau tindakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan minor dan
tanpa cacat. Tindakan perbaikan lebih dari 12 jam.
Pelaksanaan Inspeksi 3
1) Mengembangkan Langkah Perbaikan
 Tidak sebatas correction tapi juga corrective action.
 Merekomendasikan sesuatu yang sistematis yang dapat mengontrol immediate / basic
causes.
- Pontensi dari severity loss
- Kemungkinan timbul kerugian
- Biaya pengontrolan
- Level pengontrolan
- Alternatif pengontrolan
- Justifikasi/ alasan pengontrolan

2) Tindakan Lanjut (Follow Up)


 Sebagai tindakan nyata dari rekomendasi tindakan perbaikan.
 Inspektor harus berinisiatif dalam follow-up action:
 Commendation, memorandum, recourses, verifying, progress monitoring, final review

MODUL 05:
19 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
Inspeksi Kebersihan (Housekeeping)

Gambar 9. Pemeriksaan terhadap Penerapan Program 5R


Inspeksi Kritikal, Inspeksi Preventive Maintenance & Inspeksi Pre-Use
1) Inspeksi Kritikal (Critical Part Inspection) yaitu komponen dari mesin, equipment, material,
struktur atau lokasi yang lebih vital dari komponen lainnya yang dapat mengakibatkan
kerugian yang besar bila mengalami kegagalan atau kerusakan
2) Pre-Use Inspection yaitu Suatu inspeksi yang dilakukan sebelum suatu alat/ equipment
digunakan untuk memastikan kelayakan serta terpenuhinya persyaratan safety yang
diharuskan.
3) Inspeksi Preventive Maintenance yaitu :
 Preventive Maintenance bertujuan untuk menjaga performa equipment atau mesin
dalam kondisi prima dan jauh dari kegagalan (fails).
 Point pada preventive maintenance:
- Histori kegagalan (failure), kecelakaan/ breakdowns
- Risk Assessment
- Program inspeksi
- Regulatory requirement
- Informasi dan data manufacturer’s

MODUL 05:
20 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
Inspection & Test Plan (ITP)
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus memberikan penjelasan mengenai prosedur dan
rencana inspeksi dan pengujian di lapangan untuk memastikan agar mutu produk yang dihasilkan
tetap terjaga, mencakup poin-poin sebagai berkut:
1. Kriteria keberterimaan (termasuk toleransi penerimaan);
2. Cara pengujian/pemeriksaan; dan
3. Jadwal pengujian (frekuensi pengujian), dan Penanggung jawab/pelaksana pengujian.
Rencana pelaksanaan ITP harus disesuaikan dengan uraian tahapan pekerjaan yang disampaikan
pada poin sebelumnya.

Gambar 10. Rencana Pemerikasaan dan Pengujian

Gambar 11. Contoh Form Rencana Pemeriksaan dan Pengujian

MODUL 05:
21 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3
Tabel 2. Contoh Petunjuk Pengisian Form ITP

MODUL 05:
22 EVALUASI SASARAN DAN PROGRAM K3

Anda mungkin juga menyukai