Anda di halaman 1dari 11

AYAT-AYAT EKONOMI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aya-Ayat Ekonomi

Prodi Perbankan Syariah 2 Semester 2

Dosen pengampu : Dr. Arifin S., M.Ag.

Erna Erlisa 612062023032


Rinianti 612062023033
Resky Eka Anugrah 612062023044
Amanda 612062023047
Thoriq Irham 612062023050
Samsul Bahri 612062023051
Wanda Aryani 612062023052
Irfiyanti Uthary 612062023059

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Ayat-Ayat Ekonomi".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Arifin S., M.Ag.
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Watampone, 15 Maret 2024


Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2

A. Ayat-ayat Tentang Ekonomi..............................................................................2


B. Asbabunnuzul Surah An-Nisa Ayat 29.............................................................2
C. Tafsir Surah An-Nisa Ayat 29...........................................................................3
D. Konsep Jual Beli Menurut Surah An-Nisa Ayat 29.........................................4
E. Hukum Jual Beli................................................................................................6

BAB III PENUTUP..........................................................................................7

A. Kesimpulan..............................................................................................................7
B. Saran .......................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ayat -ayat ekonomi dalam Al-Qur'an secara jelas mencerminkan pemahaman
mendalam tentang sistem ekonomi Islam yang berbasis syariah. Ekonomi Islam
menjelaskan perilaku pilihan dan pengambilan keputusan dalam aktivitas ekonomi
dengan berlandaskan pada tata aturan moral dan etika. Sistem ekonomi Islam fokus pada
nilai-nilai amar ma'ruf nahi mungkar, yang mengandung prinsip mengerjakan yang benar
dan meninggalkan yang dilarang. Ekonomi Islam menjelaskan mekanisme perolehan
kepemilikan, pengelolaan, dan distribusi kekayaan dengan detail melalui ketetapan
hukum-hukumnya.
Ekonomi Islam juga menekankan bahwa aktivitas ekonomi harus selalu
dipengaruhi oleh nilai-nilai aqidah, akhlak, dan ibadah. Hukum Islam, atau hukum syara',
mengatur perbuatan manusia dengan tuntutan untuk dikerjakan atau ditinggalkan sesuai
dengan ajaran agama. Setiap transaksi ekonomi dalam Islam harus didasarkan pada
prinsip kerelaan antara kedua belah pihak tanpa adanya penzaliman.
Selain itu, konsep gadai dalam ekonomi Islam menekankan pentingnya
menjadikan barang bernilai sebagai jaminan utang, di mana pemahaman tentang gadai
dalam syariat Islam berbeda dengan hukum positif. Prinsip-prinsip ekonomi Islam juga
menyoroti pentingnya keadilan, keseimbangan, moralitas, dan keberkahan dalam praktik
ekonomi umat manusia. Dengan demikian, latar belakang ayat-ayat ekonomi dalam Al-
Qur'an memberikan landasan yang kuat untuk menjalani kehidupan ekonomi sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam yang mengarah pada kesejahteraan lahir dan batin.
B. Rumusan Masalah
1. Menyebutkan ayat-ayat apa saja yang membahas tentang ekonomi?
2. Bagaimana asbabannuzul surah An-nisa ayat 29?
3. Bagaimana tafsir surah An-Nisa ayat 29?
4. Bagaimana konsep jual beli menurut surah An-nisa ayat 29?
5. Bagaimana hukum jual beli?

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Tentang Ekonomi


Ayat-ayat dalam Al-Quran yang berhubungan dengan ekonomi:
1. Surah An-Nisa’ ayat 29:
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُن و۟ا اَل َت ْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتَٰج َر ًة َعن َت َر اٍض ِّم نُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُل ٓو ۟ا َأنُفَس ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن ِبُك ْم‬
‫َرِح يًم ا‬
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta kamu di antara
kamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berdasarkan.".
2. Surah At-Taubah ayat 103 :
‫ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َصَد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك ْيِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْۗم ِاَّن َص ٰل وَتَك َس َكٌن َّلُهْۗم َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
3. Surah Adz-Dzariyaat ayat 19 :
‫ّق ِّللَّسآِئِل َو ٱۡل َم ۡح ُروِم‬ٞ ‫َوِفٓي َأۡم َٰو ِلِهۡم َح‬
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian.”
B. Asbabunnuzul Surah An-Nisa Ayat 29
Dalam beberepa literatur bahwa asbabunnuzul dari ayat ini seperti yang
dikisahkan oleh Ibnu Jarir bahwa ayat ini diturunkan karena pada waktu para orang-orang
arab banyak yang melakukan kegiatan memakan harta dengan cara yang tidak syar’i.
banyak orang-orang arab pada waktu itu mereka mencari laba ataupun keuntungan
dengan jalan yang tidak sesuai atau jalan yang tidak sah, kemudian melakukan kegiatan-
kegiatan tipu menipu yang seoalah-olah itu sesuai dengan kaidah-kaidah syariat.
Seperti halnya yang digambarkan oleh Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh ibnu
jariri seorang melakukan transaksi untuk membeli kepada temannya sebuah baju atau
pakaian tetapi dengan syarat apabila dia tidak menyukai terhadap bakaian tersebut
mereka mengembalikannya dengan penambahan satu dirham dari harga asal, padahal

v
sesungguhnya kegiatan traksaksi jual beli harus dilakukan dengan suka sama suka atau
penuh keridhoan tanpa adanya unsur penipuan diantara para pihak.
Sedangkan sayyid quthb mengatakan bahwa bekaitan dengan ayat ini
asbabunnuzulnya tidak bisa di pastikan kapan terjadi turunnya. Menurutnya bahwa
apakah ayat ini diturunkan pada waktu sebelum atau sesudah pengharaman riba, sehingga
apabila ayat ini turun sebelum adanya pengharaman terhadp riba maka ayat ini sebagai
warning untuk pengahraman riba. Akan tetapi apabila ayat ini turun sesudah adanya
pengharam riba maka ayat ini sebagai pemberian informasi terkait dengan ketidakbolehan
dalam mengambil harta orang lain dengan jalan yang tidak dibernarkan atau dengan jalan
bathil (Taufiq, 2018).
Ayat ini adalah perintah tegas untuk tidak melakukan kegiatan memakan harta
orang lain bahkan harta pribadinya dengan jalan yang tidak sesuai syariat. Melakukan
kegiatan konsumsi pada harta pribadi dengan jalan bathil misalkan dengan melaksanakan
transaksi hartanya pada jalan yang tidak dibenarkan atau dengan jalan maksiat. Atau
melaksankan kegiatan konsumsi harta orang lain dengan jalan yang bathil adalah
memakan dengan jalan riba, menganiaya bahkan melakukan penipuan. Selain itu,
melakukan kegiatan transaksi yang bathil ini adalah melakukan kegiatan transaksi jual
beli dengan melakukan kegiatan-kegiatan transaksi jualbeli yang tidak sesuai dengan
syariat (H. Abdul Halim Hasan Binjai, 2006).
C. Tafsir Surah An-Nisa Ayat 29
Kata perniagaan yang berasal dari kata niaga, yang kadang-kadangdisebut pula
dagang atau perdagangan amat luas maksudnya, segala jual beli, sewa menyewa, import
dan eksport, upah mengupah, dan semua yangmenimbulkan peredaran harta benda
termasuklah itu dalam bidang niaga.Allah melarang hamba-hamba-Nya kaum mukminin
untukmemakan harta sebagian mereka terhadap sebagian lainnya dgn cara yang batil.
Yaitu dengan segala jenis penghasilan yang tak syar’I, seperti berbagai jenis
transaksi riba, judi, mencuri, dan lainnya, yang berupa berbagai jenis tindakan penipuan
dan kezaliman. Bahkan termasuk pula orang yang memakan hartanya sendiri dengan
penuh kesombongan dan kecongkakan.Ibnu Jarir mengatakan: “Ayat ini mencakup
seluruh umat Muhammad. Maknanya adalah: ‘Janganlah sebagian kalian memakanharta
sebagian yang lain tanpa hak.’

vi
Termasuk dalam hal ini adalah perjudian, penipuan, menguasai (milik orang
lain), mengingkari hak-hak(orang lain), apa-apa yang pemiliknya tak ridha, atau yang
diharamkan oleh syariat meskipun pemiliknya ridha.” Dari penjelasan para ulama tentang
hal ini, kita bisa memberikesimpulan bahwa memakan harta dengan cara yang batil
terbagi menjadi dua bagian:
1. Mengambilnya dgn cara zalim seperti mencuri, khianat,suap, dan yang
lainnya.
2. Apa yang diharamkan oleh syariat meskipun pemilikharta itu ridha.
D. Konsep Jual Beli Menurut Surah An-Nisa Ayat
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa bermakna memiliki dan membeli. Jual beli juga
diartikan “pertukaran sesuatu dengan sesuatu”. Sedangkan menurut syara” jual beli
adalah perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
ridha diantara kedua belah pihak,yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan
disepekati.
2. Rukun Jual beli
Rukun Jual BeliMenurut jumhur ulama, rukun jual beli ada 4:
a. Akad (Ijab qabul)
Ijab qabul ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum
dikatakan sah sebelum ijab dan qabul menunjukkankerelaan (keridhaan). Ijab
qabul boleh dilakukan dengan lisanataupun tulisan. Ijab qabul dalam bentuk
perkataan dan/atau dalam bentuk perbuatan yang saling memberi (penyerahan
barang dan penerimaan uang). Menurut fatwa ulama Syafi’iyah, jual beli barang-
barang kecilpun harus ada ijab qabul tetapi menurut Imamna- Nawawi dan ulama
muta’akhirin syafi’yah berpendirian bahwa boleh jual beli barang-barang yang
kecil tidak dengan ijab qabul.Jual beli menjadi kebiasaan seperti kebutuhan
sehari-hari tidakdisyaratkan ijab qabul. Ini adalah pendapat jumhur ulama.
b. Orang-orang Yang Berakad (Subjek)
Ada 2 pihak yaitu bai’ (penjual) dan mustari (pembeli).

vii
c. Ma’kud ‘alaih (objek)
Barang-barang yang bermanfaat menurut pandangan syara’.
d. Ada Nilai Tukar Pengganti Barang
Nilai tukar pengganti barang yaitu dengan sesuatu yangmemenuhi 3 syarat
bisa menyimpan nilai (store of value), bisamenilai suatu barang (unit of account)
dan bisa dijadikan alat tukar(medium of echange).
3. Syarat Jual Beli
Jual beli dikatakan sah, apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
Persyaratan itu untuk menghindari timbulnya perselisihan antara penjual dan pembeli
akibat adanya kecurangan dalam jual beli. Bentuk kecurangan dalam jual beli
misalnya dengan mengurangi timbangan, mencampur barang yang berkualitas baik
dengan barang yang berkualitas lebih rendah kemudian dijual dengan harga barang
yang berkualitas baik. Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang
jual beli yang mengandung unsur tipuan. Oleh karena itu seorang pedagang dituntut
untuk berlaku jujur dalammenjual dagangannya. Adapun syarat sah jual beli adalah
sebagai berikut:
a. Penjual dan pembeli
1. Jual beli dilakukan oleh orang yang berakal agar tidaktertipu dalam jual
beli. Allah swt.berfirman dalam surah an- Nisaa’ ayat 5:
‫َو اَل ُتْؤ ُتوا الُّس َفَهۤا َء َاْم َو اَلُك ُم اَّلِتْي َج َعَل ُهّٰللا َلُك ْم ِقٰي ًم ا َّو اْر ُز ُقْو ُهْم ِفْيَها َو اْك ُسْو ُهْم َو ُقْو ُلْو ا َلُهْم‬
‫َقْو اًل َّم ْع ُرْو ًفا‬
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari
hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
2. Jual beli dilakukan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa).
3. Barang yang diperjual belikan memiliki manfaat (tidak mubazir).
4. Penjual dan pembeli sudah balihg atau dewasa, akan tetapianak-anak yang
belum baligh dibolehkan melakukan jual beli untuk barang-barang yang
bernilai kecil, misalnya jual beli buku dan koran.

viii
b. Syarat Uang Dan Barang Yang Dijual
1. Keadaan barang suci atau dapat disucikan.
2. Barang yang dijual memiliki manfaat.
3. Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik lain yang dipercayakan
kepadanya untuk dijual.
4. Barang yang dijual dapat diserahterimahkan sehingga tidak terjadi
penipuan dalam jual beli.
5. Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran, bentuk, sifat
dan bentuknya oleh penjual dan pembeli.
E. Hukum Jual Beli
Orang yang terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui hukum jual beli agar
dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, baik dari pihak penjual maupun pihak
pembeli. Jual beli hukumnya mubah. Artinya, hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka
sama suka.
Artinya:“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu.”QS.AnNisa:29
Hadis nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan sebagai berikut:
Artinya : “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama suka.” (HR Bukhari)
Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:
1. Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli.
2. Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang untuk
membayar hutang.
3. Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orangyang sangat
memerlukan barang yang dijual.
4. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untukdiperjualbelikan. Menjual
barang untuk maksiat, jual beli untukmenyakiti seseorang, jual beli untuk
merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak ketentraman
masyarakat.

ix
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jual beli adalah perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai
nilai secara ridha diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak
lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan
disepekati.
Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan tentang norma dan mekanisme dalam
memperolah harta, yaitu khususnya dengan cara jual beli secara umum. Seperti dalam
QS.An Nisa’:29 yang menjelaskan tentang tata cara perniagaan (perdagangan) yang
sesuai dengan syar’i atau tidak bathil.Ada beberapa ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi dalamtransaksi jual beli, seperti harus sempurna rukun dan syarat-syarat jual
beli itu sendiri. Jika tidak sempurna rukun dan syaratnya maka jual belitersebut dianggap
tidak sah dan bathil di sisi Allah Subhanahu Wata’ala.
B. Saran
Dalam proses pembuatan makalah ini penulis menyadari betul masih jauh dari
kesempurnaan, karena rendahnya ilmu penulis itu sendiri. Maka kritik dan saran yang
sifatnya membangun kami terima dengan lapang dada, demi lebih baiknya makalah ini.

x
DAFTAR PUSTAKA

Jamal, Abu Karimah Askari.“Kebatilan Yang Tersamarkan Tafsir Ibnu Katsir”. Dikutip dari:
www.asysyariah.com. Diakses pada Tanggal 15 Maret 2024

Majelis Kajian Interaktif Tafsir Al-Qur’an (M-KITA) Surakarta. “Tafsir Surah An Nisa (4) Ayat
29. Dikuti dari www.mkitasolo.com. Dikses pada tangal 15 Maret 2024.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati. 2002

Zulfan, Royan, Tafsir Ayat dan Hadis tentang Jual Beli. Dikutip dari www.amronbadriza.com.
Diakses pada tangal 15 Maret 2024.

xi

Anda mungkin juga menyukai