Salah satu aspek krusial dalam upaya meningkatkan kemajuan
suatu bangsa adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Meskipun sumber daya alam yang melimpah penting, tanpa SDM yang berkualitas, pengelolaan sumber daya alam tersebut akan menjadi terbatas. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan literasi yang handal oleh setiap individu, karena kemampuan literasi yang tinggi berdampak positif pada penguasaan informasi dan, akhirnya, pada kualitas SDM. Literasi mencakup kegiatan membaca, berpikir, dan menulis dengan tujuan meningkatkan pemahaman informasi secara kritis, kreatif, dan reflektif, dan literasi dapat dijadikan sebagai dasar pembelajaran di sekolah. Seiring berjalannya waktu, masalah literasi menjadi fokus penting bagi bangsa Indonesia. Kurangnya kemampuan literasi dapat mengakibatkan rendahnya daya saing Indonesia dengan negara-negara lain. Penelitian internasional menunjukkan bahwa kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih rendah secara umum. Di Indonesia, kegiatan membaca dan menulis belum menjadi bagian integral dari rutinitas harian peserta didik, berbeda dengan masyarakat Barat yang telah mengintegrasikan kebiasaan membaca dan menulis dalam kehidupan sehari-hari. Tingginya tingkat aliterasi di Indonesia disebabkan oleh kurangnya minat masyarakat untuk menjadikan membaca sebagai kegiatan sehari-hari (Nurdiyanti, 2010). Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM di Indonesia dapat dicapai melalui kegiatan literasi di semua tingkatan pendidikan, terutama di tingkat sekolah dasar, untuk menanamkan kegiatan literasi sejak dini. Secara harfiah, literasi berasal dari kata 'literacy,' yang mengacu pada melek huruf (Echols & Shadily, 2003). Literasi mencakup seluruh proses pembelajaran membaca dan menulis yang dikuasai oleh seseorang, melibatkan empat keterampilan berbahasa, yakni mendengar, berbicara, membaca, dan menulis (Kharizmi, 2015). Clay & Ferguson (2001) menjelaskan bahwa terdapat beberapa komponen literasi, antara lain: 1. Literasi Dini (Early Literacy): Kemampuan dasar untuk menyimak atau memahami bahasa lisan yang diperoleh dari pengalaman anak melalui interaksi di lingkungan sekitar. 2. Literasi Dasar (Basic Literacy): Kemampuan menarik informasi dari tuturan, membaca rangkaian kata, menulis beberapa kosa kata, dan menghitung angka untuk pemahaman dan kesimpulan pribadi. 3. Literasi Perpustakaan (Library Literacy): Kemampuan memanfaatkan koleksi referensi untuk memahami informasi dalam menyelesaikan karya tulis, penelitian, atau penyelesaian masalah. 4. Literasi Media (Media Literacy): Kemampuan memahami penggunaan media, tujuan penggunaannya, termasuk media cetak, media elektronik, dan media digital (internet). 5. Literasi Teknologi (Technology Literacy): Kemampuan memahami perkembangan teknologi, termasuk perangkat keras dan perangkat lunak. 6. Literasi Visual (Visual Literacy): Pemahaman tingkat lanjut yang menggabungkan literasi media dan literasi teknologi dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual untuk kebutuhan pembelajaran. Dari komponen-komponen tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi setiap individu memiliki komponen-komponennya sendiri, khususnya pada peserta didik tingkat sekolah dasar. Tingkat pendidikan ini menjadi fase awal untuk menanamkan kemampuan literasi agar dimiliki sejak dini hingga dewasa nanti, dengan guru memiliki peran penting dalam proses tersebut. Festival Literasi berperan sebagai wadah untuk mengembangkan bakat dalam literasi dan diarahkan sebagai proses pembentukan karakter. Festival Literasi tidak hanya bertujuan agar peserta didik menjadi mahir dalam literasi, melainkan juga melatih mereka untuk memiliki kepekaan afektif dan estetis, memperkuat rasa percaya diri melalui seni sebagai bentuk ekspresi. Media literasi menjadi sarana bagi peserta didik untuk mengekspresikan intuisi, estetika, serta mengembangkan gagasan dan imajinasi estetis sambil tetap menjunjung tinggi nilai budi pekerti dan etika. Festival literasi merupakan program untuk memberikan apresiasi kepada peserta didik yang telah aktif dan berkembang dalam literasi selama satu semester. Apresiasi, berasal dari bahasa Latin "appreciatio," dapat diartikan sebagai bentuk penghargaan. Dalam konteks ini, apresiasi mencakup kesadaran terhadap nilai seni dan budaya, dan merupakan bagian dari penilaian serta penghargaan terhadap pencapaian seseorang. Menurut Alfred North Whitehead, seorang matematikawan dan filsuf Inggris, apresiasi adalah proses penghargaan terhadap sebuah hal yang dilakukan oleh seseorang dalam sebuah kegiatan, dengan memberikan penilaian secara keseluruhan. Apresiasi terhadap pencapaian peserta didik, baik yang telah mencapai prestasi maupun yang sedang berusaha, bertujuan untuk memotivasi mereka dan memberikan penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan. Apresiasi juga berperan dalam mendorong peserta didik lain yang belum meraih prestasi untuk berusaha mencapainya. Selain itu, apresiasi memberikan pengakuan kepada individu yang berhasil meraih prestasi, memperkuat rasa dihargai atas pencapaian yang telah dicapainya. Festival Literasi tidak hanya menjadi ajang perkembangan keterampilan literasi peserta didik di era abad ke-21, melainkan juga tempat apresiasi terhadap kegiatan literasi yang telah dijalankan oleh peserta didik selama satu semester penuh. Dukungan dan penyediaan ruang literasi menjadi bagian terpenting dalam membantu menumbuhkan dan memelihara kemampuan literasi peserta didik. Daftar Pustaka
Clay & Ferguson. (2001). Gerakan Literasi Sekolah Dasar.
Echol, J.M & Hassan, S. (2003). Kamus Inggris Indonesia:An English-
Indonesian Dicrionary. Jakarta: Gramedia.
Kharizmi, M. (2015). Kesulitan Siswa Sekolah Dasar dalam Meningkatkan
Kemampuan Literasi. Jurnal Pendidkan Dasar (Jupendas), 2(2), 11-21.
Nurdiyanti, E. (2010). Pembelajaran Literasi Mata Pelajarna Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Online (http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/view/13490)