Anda di halaman 1dari 47

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN

NOBANGAN BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL SUKU


KAILI TERHADAP NILAI KEAKTIFAN SISWA KELAS IV
SDN 22 PALU

PROPOSAL

OLEH

ABD RAHMAN
A 401 18 029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Keefektifan Model pembelajaran Nobangan Berbasis

Permainan Tradisional Suku Kaili Terhadap Nilai

Keaktifan Siswa Kelas 4 SDN 22 Palu

Nama : Abd Rahman

No. Stambuk : A 401 18 029

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Telah diperiksa dan disetujui untuk melakukan seminar


Menyetujui,

Pembimbing Koordinator Program Studi


PGSD FKIP UNTAD

Azizah, S.Si., M.Pd Rizal, S.Ag.,M.Pd.


NIP. 19840423 2019032 012 NIP. 19780606 2008011 019

Mengetahui :
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
FKIP UNTAD

Dr. Nurhayati, S.Ag., M.Pd,I.


NIP. 19730909 200912 2 002

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ......... 9

2.1 KERANGKA TEORI .................................................................................. 9

2.1.1 Nilai Keaktifan Siswa ....................................................................... 9

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar siswa ..................... 11

2.1.3 Indikator-Indikator Keaktifan Belajar Siswa .................................. 12

2.1.4 Model Pembelajaran........................................................................ 13

2.1.5 Permainan Nobangan ...................................................................... 15

2.1.6 Model Pembelajaran Nobangan ...................................................... 16

2.1.7 Tujuan Model Pembelajaran Nobangan .......................................... 17

2.1.8 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Nobangan ........................ 18

2.1.9 Kelebihan Model Pembelajaran Nobangan ..................................... 21

2.1.10 Kekurangan Model Pembelajaran Nobangan.................................. 22

2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 22

2.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 24

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN .............................................................. 25


3.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 25

3.2 Subjek Penelitian ....................................................................................... 26

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran .............................. 27

3.3.1 Definisi Operasional Variabel ......................................................... 27

3.3.2 Definisi Skala Pengukuran .............................................................. 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 29

3.4.1 Teknik angket .................................................................................. 29

3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 29

3.6 Uji Validitas, dan Reliabilitas ................................................................... 30

3.6.1 Uji Validitas .................................................................................... 30

3.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................................ 31

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................. 32

3.7.1 Analisis Deskriptif .......................................................................... 32

3.7.2 Analisis Inferensial.......................................................................... 33

3.7.2.1 Uji Normalitas ................................................................................. 33

3.7.2.2 Uji Homogenitas ............................................................................. 34

3.7.2.3 Uji Hipotesis.................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

LAMPIRAN LAMPIRAN .................................................................................... 38

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu wadah dalam mencerdaskan anak bangsa,

sehingganya kualitas dari pendidikan itu sendiri harus terjamin untuk meningkatkan

kualitas anak bangsa. Seperti halnya yang dielaskan oleh Dewantara & Nurgiansah,

(2021) bahwa Salah satu usaha tersebut dimulai dengan perbaikan sistem

pembelajaran, dari tingkat sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Perbaikan-

perbaikan tersebut diantaranya perubahan kurikulum, penyempurnaan kajian bahan

ajar, peningkatan sumber daya manusia, dengan cara melalui pelatihan-pelatihan.

Guru harus mampu membuat suasana belajar yang aktif serta manarik dan tidak

membosankan, agar pengalaman belajar siswa yang didapatkan lebih bermakna.

Proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan

yang bermutu dan berkualitas Putriani et al., (2017). Karena pada dasarnya

pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat membuat suasana kelas

menjadi kondusif, menyenangkan dan tidak membosankan. Salah satu cara untuk

mendapatkan suasana tersebut adalah penggunaan cara atau model yang tepat yang

di terapkan di dalam kelas.

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,

metode, strategi, dan tehnik pembelajaran Helmiati, n.d (2012-19). Hal lain juga

disampaikan oleh Trianto (2010) menyebutkan bahwa konsep model pembelajaran

adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

1
merencanakan pembelajaran di dalam kelas. Sehingganya model pembelajaran

sangat berperan penting dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. berikut

alasan pentingnya suatu model-model pembelajaran menurut (Asyafah, 2019).

a) Model pembelajaran yang efektif sangat membantu dalam proses


pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai, b)
model pembelajaran dapat memberikan informasi yang berguna bagi
peserta didik dalam proses pembelajarannya, c) variasi model
pembelajaran dapat memberikan gairah belajar peserta didik,
menghindari rasa bosan, dan akan berimplikasi pada minat serta
motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, d)
mengembangkan ragam model pembelajaran sangat urgen karena
adanya perbedaan karakteristik, kepribadian, kebiasaan-kebiasaan cara
belajar para peserta didik, e) kemampuan dosen/guru dalam
menggunakan model pembelajaran pun beragam, dan mereka tidak
terpaku hanya pada model tertentu, dan f) tuntutan bagi dosen/guru
profesional memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam
menjalankan tugas/profesinya

Menurut Riswanil dan Widayati dalam Naziah et al., (2020) keaktifan

belajar siswa yaitu aktivitas siswa dalam proses belajar yang melibatkan

kemampuan emosional dan lebih menekankan pada kreativitas siswa,

meningkatkan kemampuan yang dimiliki, serta mencapai siswa yang kreatif dan

mampu menguasai konsep-konsep. Hal ini juga dijelaskan menurut Naziah et al.,

(2020) keaktifan belajar merupakan suatu hal yang sangat berperan penting di

dalam setiap peroses belajar mengajar. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa untuk

meningkatkan keaktifan belajar siswa, guru harus mampu memfasilitasi seperti

suasana belajar, sumber belajar, penggunaan metode pembelajaran, maupun model-

model pembelajaran yang digunakan guna membangun interaksi belajar siswa serta

kreatifitas dalam memahami pembelajaran yang diberikan. Karena pada dasarnya

keaktifan belajar siswa sangatlah peting guna membangun interaksi belajar antara
3

guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa lainnya. Adapun model

pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini guna meningkatkan keaktifan

belajar siswa yaitu menggunakan pendekatan permainan tradisional didalam

penerapannya.

Permainan tradisional yang dapat dikolaborasikan tentunya memiliki

kelebihan seperti tidak berbahaya, serta mampu meningkatkan kerjasama, keaktifan

belajar maupun mengasah kemampuan kognitif dari anak. Seperti hasil penelitian

yang dilakukan oleh Saputra & Ekawati, (2017) yang menjelaskan kemampuan

dasar yang ditimbulkan oleh permainan tradisional diantaranya yaitu.

“Secara khusus kemampuan dasar anak yang dapat dikembangkan


melalui permainan tradisional yaitu kemampuan motorik halus dan
kasar (KK), kemampuan menghitung dan kemampuan untuk fokus
dalam menyelesaikan masalah (KLM), kemampuan untuk berinteraksi/
bermain dengan teman sebaya dan bermain secara bergantian (Kinter),
kemampuan berkomunikasi atau berdialog dengan teman sebaya dan
dengan orangtua / dewasa (KL), kemampuan untuk mengekspresikan
perasaan senang dalam bermain, dan mengembangkan motivasi dan
keterampilan dalam mengelola kesabaran (Kintra), kemampuan dalam
menentukan jarak dan menentukan ruang (KVS).”

Dalam penelitian ini permainan tradisional yang dikolaborasikan dengan

penggunaan model pembelajaran adalah permainan tradisional suku Kaili yang

sebelumnya telah diteliti untuk diuji kelayakan penggunaan dalam pembelajaran

oleh tim peneliti PGSD Universitas Tadulako. Hasil penelitian dari Maulinda,

(2020) menunjukan bahwa Hasil validasi dari penelitian ini adalah validasi silabus

memperoleh nilai 3,68 dengan kriteria sangat valid, validasi RPP memperoleh nilai

3,64 dengan kriteria sangat valid dan validasi buku panduan model pembelajaran

Nobangan memperoleh nilai 3,70 dengan kriteria sangat valid. Sedangkan tingkat
kepraktisan model pembelajaran Nobangan adalah respon siswa memperoleh nilai

3,62 dengan kriteria sangat praktis, respon guru memperoleh nilai 3,67 dengan

kriteria “sangat praktis” dan respon pengamat nilai Keaktifan memperoleh nilai

3,16 dengan kriteria praktis. Sehingganya untuk kelayakan penggunaan model

pembelajaran Nobangan telah memenuhi kriteria praktis untuk digunakan.

Sehingga peneliti mencoba melanjutkan dalam tahap pengujian keefektifan

penggunaan model pembelajaran Nobangan.

Berdasarkan urayan penjelasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

observasi terkait dengan bagaimana keaktifan belajar siswa, serta penggunaan

model pembelajaran apa saja yang diterapkan oleh guru guna meningkatkan

keaktifan belajar siswa. Peneliti melakukan observasi awal di sekolah SDN 22 Palu

pada kelas IV dengan mewawancarai salah satu guru gelasnya. Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi didapatkan suatu permasalahan terkait dengan

penggunaan model pembelajaran, diamana dalam proses pembelajaran guru masih

terpacu pada penggunaan model pembelajaran konvensional atau yang sering kali

digunakan secara terus menerus tanpa adanya perubahan seperti motode ceramah,

tanya jawab, dan diskusi sehingga membuat siswa merasa bosan dengan suasana

belajar yang monoton. Sehingganya dengan kondisi tersebut mempengaruhi

keaktifan belajar siswa seperti siswa hanya akan menjawab ketika ditanya oleh guru

namun tidak memiliki inisiatif untuk berkontribusi dalam pembelajaran. Sehingga

ketika guru berhenti menjelaskan maka siswa akan diam semuanya atau siswa

kurang merespon materi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan permasalahan tersebut guru sebaikanya menambah referensi

tentang penggunaan model pembelajaran apa saja yang tepat sasaran seperti
5

meningkatkan keaktifan belajar dari siswa. Dalam hal ini penggunaan model

pembelajaran Nobangan sangatlah cukup baik digunakan untuk meningkatkan

keaktifan belajar siswa, karena Model pembelajaran Nobangan adalah model

pembelajaran yang diawali dengan mencari informasi dari materi atau gambar yang

guru berikan kemudian memperkuat penguasaan materi tersebut dengan tugas

membuat pertanyaan dan jawabannya dan dibagian akhir pembelajaran, informasi

yang telah diperoleh tersebut dipanggil kembali melalui permainan. Azizah &

Mufidah, (2019). Model Pembelajaran Nobangan juga memiliki beberapa

kelebihan yaitu :

“1), Adanya pembelajaran yang menyenangkan dan tidak


membosankan karena siswa dapat belajar di dalam kelas dan bermain
di luar kelas. 2), Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara
guru dan siswa. 3), Siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. 4),
Menanamkan sifat tanggung jawab, disiplin, cermat dan berfikir kritis
pada diri siswa. 5), Menumbuhkan rasa kompetisi saat mengikuti
permainan nobangan pada diri siswa. 6), Secara langsung dapat
mengetahui bagaimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran yang telah dijelaskan oleh guru melalui permainan
nobangan. 7), Menumbuhkan nilai keaktifan siswa karena mengajarkan
siswa untuk bermain dengan permainan tradisional khususnya daerah
kota palu.” (Azizah & Ikhlas, 2021)

Dari ketujuh kelebihan tersebut yang dapat meningkatkan keaktifan belajar

siswa dapat kita lihat pada beberapa poin yaitu poin satu, dimana dengan

pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan siswa mampu

berkontribusi didalam pembelajaran dengan cara saling berdiskusi terhadap materi

yang diberikan oleh guru. Poin tiga, siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan seperti bertanya,

sehingga siswa dalam proses pembelajaran lebih aktif. Poin enam, siswa secara
langsung dapat mengetahui bagaimana tingkat pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran yang telah dijelaskan oleh guru melalui permainan Nobangan.

Selain kelebihan di atas, Model pembelajaran Nobangan juga memiliki

kelemahan, sebagaimana yang dijelaskan menurut Azizah & Rahma, (2021) yaitu:

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu

membutuhkan lebih banyak waktu, tenaga dan pemikiran. 2) Agar proses

pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang

cukup memadai. 3) Memungkinkan kelas menjadi lebih ribut karena adanya

permainan nobangan. 4) Waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran akan lebih

lama karena pelaksanaanya di dalam kelas dan di luar kelas. Namun kekurangan-

kekurangan tersebut dapat diatasi dengan memaksimalkan langkah-langkah model

pembelajaran Nobangan, dan juga penguasaan materi dan konsep dari guru.

Berdasarkan urayan latar belakang yang telah dijelasakan tersebut, maka

peneliti dapat menarik kesimpulan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa

diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat, dalam hal ini dapat digunakan

model pembelajaran Nobangan. Sehingganya peneliti dapat menarik judul

penelitian tentang “ Keefektifan Model Pembelajaran Nobanagan Berbasis

Permainan Tradisional Suku Kaili terhadap Nilai Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV

SDN 22 Palu.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah Model

Pembelajaran Nobangan Berbasis Permainan Tradisional Suku Kaili Efektif

Digunakan Untuk Meningkatkan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV SDN 22

Palu.
7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut adapun tujuan penelitian yang dapat

diharapkan yaitu untuk mengetahui Keefektifan Model Pembelajaran Nobangan

Berbasis Permainan Tradisional Suku Kaili Efektif Digunakan Untuk

Meningkatkan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV SDN 22 Palu.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sekolah

Dengan menerapkan model pembelajaran Nobangan Berbasis Permainan

Tradisional Suku Kaili dapat meningkatkan Nilai Keaktifan Belajar Siswa

Kelas IV SDN 22 Palu.

1.4.2 Guru

Dengan menggunakan model pembelajaran Nobangan Berbasis Permainan

Tradisional Suku Kaili dapat manambah referensi serta penggunaan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan Nilai Keaktifan Belajar Siswa Kelas

IV SDN 22 Palu.

1.4.3 Siswa

Dengan menggunakan model pembelajaran Nobangan Berbasis Permainan

Tradisional Suku Kaili dapat membuat pembelajaran lebih aktif dan tidak

membosankan sehingga dapat meningkatkan Nilai Keaktifan Belajar Siswa

Kelas IV SDN 22 Palu.

1.4.4 Peneliti

a. Penelitian yang dilakukan mampu memberikan pengalaman secara langsung bagi

peneliti sebagai referensi tambahan dalam menerapkan model pembelajaran

khususnya model pembelajaran Nobanagn.


b. Penelitian ini juga memberikan pelatihan guna menambah pengetahuan serta

kemampuan mewujudkan penulisan karya tulis ilmiah.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 KERANGKA TEORI

2.1.1 Nilai Keaktifan Siswa

Keaktifan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas itu sendiri,

karena ketika tidak ada aktivitas maka keaktifan tidak akan pernah muncul. Maka

dalam sebuah proses pembelajaran keaktifan belajar siswa akan muncul ketika

aktivitas siswa terlibat didalamnya. Seperti yang di jelaskan oleh Rizka, (2018)

Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan aktivitas dan

kreativitas belajar siswa, melalui pengalaman belajar. Hal ini juga dijelaskan oleh

Madaeni, (2019) Keberhasilan belajar dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa,

semakin tinggi tingkat aktivitas belajar siswa maka semakin tinggi pula

keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. sendangkan menurut Naziah et

al., (2020) Untuk mencapai keterlibatan siswa agar efektif dan efisien dalam

belajar, dibutuhkan berbagai pendukung di dalam proses pembelajaran, yaitu dari

sudut siswa, guru, situasi belajar, program belajar dan dari sarana belajar.

Sehingganya dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa keaktifan belajar siswa merupakan upaya yang digunakan untuk mencapai

keberhasilan belajar dengan melibatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran

serta membutuhkan faktor pendukung didalam meningkatkan keaktifan belajar

seperti suasana belajar yang kondusif, serta program belajar yang telah

direncanakan oleh guru. Menurut Halik & Aini, (2020) keaktifan belajar adalah

9
suatu hal yang memiliki peran yang sangat penting di dalam setiap peroses belajar

mengajar. Karena dengan adanya daya keaktifan dari siswa di dalam proses

pembelajaran, maka siswa sebagai peserta didik akan lebih cenderung akan

memiliki rasa ketertarikan dan semangat yang tinggi dalam mengikuti proses

kegiatan belajar mengajar. Maka dalam sebuah proses pembelajaran guru

sepenuhnya membuat siswa lebih aktif seperti berdiskusi dalam kelompok,

menyampaikan pendapat/ ide sehingga meningkatkan keaktifan dalam proses

pembelajaran.

Keaktifan belajar merupakan hal penting yang dapat meningkatkan

keberhasilan belajar dengan menekankan siswa akan berpartisipasi langsung dalam

pembelajaran disertai dengan adanya antusiasme pada diri peserta didik tersebut

Yunitasari et al., (2021) Sehingganya dengan adanya keaktifan ini juga akan

memberikan stimulus terhadap kerja akal dan keinginan siswa untuk menemukan

berbagai persoalan dalam konteks pembelajaran hingga menemukan solusi

terhadap permasalahan tersebut serta menyimpulkan hasil temuannya sehingga

menjadi sebuah produk pembelajran yang komprehensif Dadi & Kewa, dalam

(Kamza & Lestari, 2021)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar

siswa merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan parsitipasi siswa

dalam belajar, karena dapat memberikan umpan balik pemberian materi dari guru

dan siswa mampu menemukan penyelesaian persoalan dalam konteks pebelajaran

dengan baik. Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana
11

keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sudjana & Ibrahim, (2004)

siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran bila terdapat ciri-ciri sebagai berikut:

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2. Terlibat dalam pemecahan masalah.

3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami pesoalan

yang dihadapinya.

4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah.

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

7. Melatih diridalam memecahkan soal atau masalah sejenis.

8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar siswa

Halik & Aini, (2020) Menjelaskan bahwasanya keberhasilan dalam

pembelajaran dapat diukur dengan dua indikator yaitu keaktifan siswa selama

kegiatan belajar (antusias siswa) dan hasil yang didapatkannya setelah

pembelajaran itu selesai. Namun untuk mencapai keberhasilan tersebuut tentunya

memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui oleh guru, salah satunya adalah

memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan dalam pembelajaran.

Seperti yang dijelaskan oleh Elliott dalam Halik & Aini, (2020) faktor yang dapat

mempengaruhi keaktifan belajar siswa diantaranya karakteristik siswa,

karakteristik guru, performance (kinerja) guru dalam mengajar, serta kondisi


lingkungan sekolah. Keterampilan guru dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam

kegiatan belajar menjadi upaya guru untuk memberikan hasil terbaik. Hal lain juga

disampaikan oleh Irsyad et al., (2020) Keaktifan belajar dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri siswa itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang

bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal merupakan kesiapan diri dari siswa

baik secara fisik maupun mental dalam menerima materi yang diberikan oleh guru,

sedangkan faktor eksternal merupakan pengaruh yang bersal dari lingkungan

belajar baik itu dari guru, teman kelas, maupun suasana dalam pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi keaktifan belajar siswa secara garis besar dipengaruhi

oleh faktor internal yang berasal dari karakteristik siswa yaitu kesiapan secara fisik

serta mental dalam mengikuti pembelajaran dan faktor eksternal berasal dari

karakteristik guru yaitu bagaimana guru menciptakan kondisi pembelajaran yang

kondusif, dan merencanakan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar

siswa.

2.1.3 Indikator-Indikator Keaktifan Belajar Siswa

Aktifitas pembelajaran aktif yang dilakukan disekolah tentunya memiliki

beberapa jenis pemilihan keaktifan, hal ini dikarenakan keaktifan tersebut tidak

hanya berasumsi memperhatikan guru dengan cara mendengar, mencatat, dan

mengerjakan tugas semata namun terdapatnya umpan balik dari siswa dalam

mengukur keaktifan tersebut. Berikut klasifikasi atau indikator yang dapat

mengukur bahwasannya siswa dapat dikatakan aktif dalam proses pembelajaran.


13

indikator keaktifan belajar siswa diambil berdasarkan pendapat Ardana dalam

(Madaeni, 2019).

1. Persiapan siswa sebelum pembelajaran

2. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru

3. Kerja sama dalam kelompok

4. Penguasaan materi

5. Saling membantu dan menyelesaikan masalah

6. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat kelompok

Kemudian dari ke enam indikator tersebut dapat digunakan sebagai

indikator instrumen angket dalam penelitian ini, sehingga peneliti dapat mengetahui

keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Nobangan.

2.1.4 Model Pembelajaran

Pegertian model pembelajaran menurut permendikbud Nomor 103 Tahun

2014 tentang “Pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional

pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya”.

Sendangkan definisi lain yang dijelaskan oleh Asyafah, (2019) model pembelajara

merupakan sebuah dekripsi yang menggambarkan desain pembelajaran secara

keseluruhan yang dimulai dari tahapa perencanaan, proses pembelajaran, paska

pembelajaran yang dipilih oleh guru serta berbagai perlengkapan yang dibutuhkan

seperti media atau bahan ajar, terkait yang digunakan secara langsung ataupun tidak

langsung. Menurut Maulinda, (2020) model pembelajaran dapat didefinisikan

sebagai kerangka konseptual yang memberikan gambaran tentang rancangan,

proses pembelajaran yang tersusun sebagai panduan bagi guru, dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Hal ini juga dijelaskan oleh Helmiati, (2012-19) bahwa model

pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,

strategi, dan tehnik pembelajaran. Sedangkan Konsep model pembelajaran menuru

Trianto dalam Madaeni, (2019) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Menurut

Winaputra, dalam Tayeb, (2017) Model erat kaitannya dengan pembelajaran yang

biasa disebut dengan model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran oleh karena itu, kegiatan pembelajaran

merupakan kegiatan yang bertujuan dan bertahap.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan kerangka tahapan pembelajaran yang dimulai dari

kegiatan awal hingga pada kegiatan akhir yang disusun secara sistematis yang dapat

mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pada peneitian ini model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

yang dikolaborasikan bersama dengan penggunaan permainan tradisional suku

Kaili, yaitu permaninan Nobangan.


15

2.1.5 Permainan Nobangan

Nobangan merupakan sebutan bagi orang Kaili di Sulawesi Tengah untuk

permainan melempar kemiri yang dijadikan sebagai gacu ke sebuah lingkaran yang

di dalamnya terdapat kemiri lain sebagai taruhannya. Nobangan merupakan

gabungan dari dua kata, yaitu “no” dan “banga”. “No” adalah kata awalan yang

menunjukkan kata kerja dan “banga”, yang secara harafiah berarti “tempurung

kelapa” Azizah & Rahma, (2021). Permainan Nobangan pada umumnya dimainkan

oleh ana laki-laki yang berusia sekitaran 7-14 tahun. Permainan ini dilakukan secara

beregu dengan jumlah pemain antara 2-6 Orang. Permainan ini dapat dilakukan

dimana saja asalkan di atas tanah, seperti di lapangan, pantai, di pekarangan rumah

dan lainnya. Arena permainan akan dibuatkan sebuah lingkaran yang berdiameter

10 cm, sedangkan jarak antara garis batas lemparan pemain dengan lingkaran

sekitaran 6-10 Cm. Adapun peralatan yang akan digunakan yaitu buah kemiri yang

belum dipisahkan dalam tempurungnya, yang dimana buah kemiri tersebut akan

digunakan sebagai pelempar (pataba), dengan ukuran yang lebih besar yang dihiasi

oleh dua helai bulu ekor ayam jantan yang panjang dan beberapa helai bulu lainnya

yang lebih kecil dan pendek. Kemudian kemiri yang dijadikan sebagai taruhannya

(pota) jumlahnya sekitar 4-5 buah untuk setiap pemain.

Cara membuat gacu pelempar pataba, yaitu dengan memilih kemiri yang

lebih besar, di bagian atasnya akan dilubang dengan ukuran sebesar ujung tangkai

bulu ekor ayam jantan. Cara melubanginya dengan menggunakan pisau atau bor.

Selanjutnya seluruh isi kemiri dikeluarkan, sehingga terdapat rongga pada buah

kemiri tersebut. Setelah itu dimasukkan ujung tangkai bulu ekor ayam jantan, lalu
diteteskan timah putih cair, lalu tunggu hingga kering. Setelah kering di sekitaran

bulu ayam jantan yang panjang itu dipasang lagi bulu yang diambil pada bagian

leher ayam dan dibalut menggunakan torajanese (Kamawarni, 2020).

2.1.6 Model Pembelajaran Nobangan

Menurut Azizah & Ikhlas, (2021) Model pembelajaran Nobangan

merupakan model pembelajaran berbasis permainan tradisional dimana, permainan

tersebut adalah aktivitas penting yang bersifat psikis, sosial, dan intelektual yang

dilakukan oleh anak, sehingga membuat kepribadiannya menjadi terbuka.

Permainan membuat anak dapat memperoleh keahlian bergerak, kemampuan untuk

memahami dunia sekitar, dan berinteraksi dengan orang lain. Menurut Kamawarni,

(2020) model pembelajaran Nobangan adalah suatu perencanaan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan permainan tradisional suku Kaili, yang dapat

dilaksanakan di dua tempat yaitu tahapan pembelajaran di kelas, dan tahapan

permainan di luar kelas. Tahapan pembelajaran dilakukan di dalam kelas, yaitu

dimana guru menjelaskan materi pembelajaran untuk memahamkan siswa, dan

memberikan informasi tambahan mengenai pelaksanaan permainan Nobangan.

Kegiatan di luar kelas adalah proses permainan Nobangan.

Model pembelajaran Nobangan adalah model pembelajaran yang diawali

dengan mencari informasi dari materi atau gambar yang guru berikan kemudian

memperkuat penguasaan materi tersebut dengan tugas membuat pertanyaan dan

jawabannya. Dibagian akhir pembelajaran, informasi yang telah diperoleh tersebut

dipanggil kembali melalui permainan. Model pembelajaran nobangan yang

dikembangkan yaitu terbagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pemrosesan informasi,


17

tahap penguatan, dan tahap permainan. Tahap pemrosesan informasi meliputi

pemberian materi kepada siswa baik dari ringkasan materi di buku ataupun melalui

video. Tahap penguatan dilakukan dengan tanya jawab antara guru dan siswa.

Tanya jawab ini bisa dengan meminta siswa untuk membuat pertanyaan, kemudian

saling bertukar pertanyaan antar setiap kelompok untuk mencari solusi atau

jawaban dari pertanyaan tersebut. Tahap terakhir yaitu tahap permainan. Dalam

tahap ini, siswa memainkan permainan nobangan. Permainan nobangan yang

dimainkan telah dikemas dalam bentuk pembelajaran. (Azizah & Regita, 2021)

2.1.7 Tujuan Model Pembelajaran Nobangan

Model pembelajaran Nobangan merupakan salah satu model pembelajaran

yang dikreasikan dengan penggunaan permainan Tradisional didalamnya.

Permainan tradisional tersebut merupakan permainan tradisional Suku Kaili. Model

pembelajaran Nobanagan tidak hanya mengimplementasikan kreatifitas

keterampilan anak dalam bermain melempar kemiri, namun model pemebelajaran

Nobangan juga memiliki beberapa tujuan yang penting dalam proses belajar

mengajar. Adapun tujuan model pembelajaran Nobangan menurut (Azizah et al.,

2016).

1. Menumbuhkan nilai karakter cinta tanah air. Permainan tradisional Nobangan

merupakan budaya masyarakat suku kaili. Dengan model pembelajaran

Nobangan peserta didik akan mengetahui dan memahami tahap-tahap

permainan tersebut, sehingga diharapkan peserta didik dapat melestarikan

permainan Nobangan sebagai budaya suku kaili. Dalam permainan ini banyak
nilai yang terkandung seperti sportivitas, ketekunan, kedisiplinan, kerja keras,

budaya gotong royong dan lain sebagainya.

2. Mengetahui pemahaman materi pembelajaran dari peserta didik. Dengan

adanya kartu pertanyaan dalam permainan Nobangan maka peserta didik

dituntut untuk bermain dan menjawab kartu pertanyaan tersebut, sehingga akan

terlihat bagaimana tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi

pembelajaran.

3. Peserta didik mendominasi pembelajaran. Dengan adanya permainan Nobangan

dalam model pembelajaran Nobangan peserta didik akan lebih aktif dalam

pembelajaran, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengekspresikan

dirinya dengan baik, berkompetisi lewat permainan sehingga belajar terasa

menyenangkan dan mengasyikkan. Dengan demikian guru dapat mengenal

karakteristik peserta didik dalam permainan, bagaimana perilakunya terhadap

dirinya dan teman-temannya.

4. Memotivasi peserta didik untuk rajin belajar. Dengan permainan Nobangan

akan terlihat kelompok yang mendapatkan skor tinggi dan menjadi pemenang

permainan. Oleh karenanya guru dapat memotivasi peserta didik untuk rajin

belajar dan memenangkan berbagai kompetisi lainnya.

2.1.8 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Nobangan

Model pembelajaran Nobangan merupakan model pembelajaran yang

memiliki komponen yang sama dengan model-moddel pembelajaran lainnya, yaitu

memiliki langkah-langkah pelaksanaan dalam pembelajaran. Namun dalam hal ini

model pembelajaran Nobangan memiliki perbedaan dari segi pengimplementasian


19

dimana model ini mengkolaborasikan permainan khas suku Kaili yaitu Nobangan.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Nobangan yang dapat digunakan

dalam penelitian ini menurut Azizah & Ikhlas, (2021) yaitu :

1. Kegiatan Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam pertemuan pembelajaran

yang bertujuan untuk memfokuskan perhatian siswa serta membangun motivasi

belajar, agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pada model

pembelajaran nobangan mempunyai tahapan 20 meliputi kegiatan menyapa

siswa, melakukan absensi kehadiran, berdoa bersama sebelum memulai

pembelajaran, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, melakukan apersepsi

(menghubungkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya),

menjelaskan pelaksanaan permainan Nobangan, dan menyiapkan perangkat

pembelajaran yang dibutuhkan.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran yang dilakukan untuk

mencapai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. kegiatan inti dalam model

pembelajaran Nobangan dapat dilakukan dengan dua tahapan, yaitu tahapan

pemrosesan informasi materi pelajaran dan tahapan penguatan permainan

Nobangan. Tahapan pemrosesan informasi materi pelajaran dapat dilakukan di

dalam kelas dengan kegiatan mengamati media pembelajaran yang diberikan

guru untuk membantu menjelaskan suatu materi, dan siswa melakukan diskusi

antar kelompok terhadap topik permasalahan dalam pembelajaran, serta siswa

akan membuat satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang dituliskan dalam
kertas warna-warni untuk dijawab dalam permainan Nobangan. Pada tahapan

penguatan pembelajaran yaitu dengan permainan Nobangan, siswa akan

melakukan tahapan kegiatan bermain Nobanagn dengan tujuan mengumpulkan

poin skor sebanayak-banyaknya dari setiap kelompok untuk memenangkan

permainan Nobangan. Adapun tahap permainan Nobangan dalam pembelajaran

terbagi 3 tahap yaitu sebagai berikut :

a. Tahap pertama tahap pengundian. Sebelum permainan dimulai dilakukan

pengundian dengan cara melontarkan pataba ke arah lingkaran. Pemain

yang 21 dapat memasukkan patabanya ke dalam lingkaran akan memulai

permainan. Namun, apabila tidak ada seorang pun yang dapat memasukkan

patabanya ke dalam lingkaran, maka pataba yang paling dekat dengan

lingkaran akan memulai permainan. Apabila, ada beberapa pataba yang

jaraknya sama, maka pelontarnya diharuskan untuk melontar kembali.

b. Tahapan pelaksanaan permainan. Kelompok pertama akan membidik

kemiri taruhan (pota) agar keluar dari lingkaran. Jikalau kemiri pelempar

(pataba) mengenai kemiri taruhan (pota) maka kelompok tersebut akan

memilih kartu pertanyaan dalam suatu boks yang sebelumnya telah di acak.

Setelah memilih kartu pertanyaan siswa akan menjawab pertanyaan yang

telah dipilihnya bersama anggota kelompok lain, dengan waktu yang telah

ditentukan. Siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar akan

mendapatkan penambahan jumlah poin skor dan kelompok yang menjawab

pertanyaan kurang tepat akan mendapatkan pengurangan jumlah poin skor.

c. Tahapan perhitungan poin skor. Setelah menghabiskan kemiri taruhan yang

ada dalam lingkaran, siswa kemudian akan menghitung poin skor bersama
21

dengan gurunya, untuk menentukan tim yang berhasil memenangkan

permainan Nobanagan. Tim yang berhasil memenangkan permainan

Nobanagn akan diberikan hadia dengan kualifikasi perolehan masing-

masing tim.

3. Kegiatan Penutup

Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan untuk mengakhiri

proses pembelajaran. kegiatan penutup dalam model pembelajaran Nobangan

meliputi kegiatan siswa bersama guru yang melakukan refleksi pembelajaran

yang telah dilakukan, menyimpulkan hasil pembelajaran, serta guru

menyampaikan motivasi belajar pada siswa dan berdoa bersama-sama untuk

mengakhiri pembelajaran pada hari tersebut.

2.1.9 Kelebihan Model Pembelajaran Nobangan

Adapun kelebihan model pembelajaran Nobangan menurut Azizah &

Rahma, (2021) adalah sebagai berikut :

1. Adanya pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan karena

siswa dapat belajar di dalam kelas dan bermain di luar kelas.

2. Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara guru dan siswa.

3. Siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi

yang menyenangkan.

4. Menanamkan sifat tanggungjawab, disiplin, cermat dan berfikir kritis pada diri

siswa.

5. Menumbuhkan rasa kompetisi saat mengikuti permainan Nobangan pada diri

siswa.
6. Secara langsung dapat mengetahui bagaimana tingkat pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran yang telah dijelaskan oleh guru melalui

permainan Nobangan.

7. Menumbuhkan nilai karakter kreatif siswa karena dapat menumbuhkan rasa

ingin tahu siswa, rasa keindahan, imajinasi dan berani mengungkapkan

pendapat masing-masing

2.1.10 Kekurangan Model Pembelajaran Nobangan

Adapun kekurangan Model Pembelajaran Nobangan menurut Azizah &

Rahma, (2021) adalah sebagai berikut:

1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu

membutuhkan lebih banyak waktu, tenaga dan pemikiran

2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas,

alat dan biaya yang cukup memadai

3. Memungkinkan kelas menjadi lebih ribut karena adanya permainan

Nobangan

4. Waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran akan lebih lama karena

pelaksanaanya di dalam kelas dan di luar kelas

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini untuk menguji Keefektifan Model

Pembelajaran Nobangan Berbasis Permainan Teradisional Suku Kaili Terhadap

Nilai Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV SDN 22 Palu. Adapun permasalahan dalam

penelitian ini berkaitan dengan keaktifan belajar siswa. Hal ini didapatkan

berdasarkan hasil wawancara bersama dengan guru kelas IV SDN 22 Palu, diamana
23

diamana dalam proses pembelajaran guru masih terpacu pada penggunaan model

pembelajaran konvensional atau yang sering kali digunakan secara terus menerus

tanpa adanya perubahan seperti motode ceramah, tanya jawab, dan diskusi sehingga

membuat siswa merasa bosan dengan suasana belajar yang monoton. Sehingganya

dengan kondisi tersebut mempengaruhi keaktifan belajar siswa seperti siswa hanya

akan menjawab ketika ditanya oleh guru namun tidak memiliki inisiatif untuk

berkontribusi dalam pembelajaran. Sehingga ketika guru berhenti menjelaskan

maka siswa akan diam semuanya atau siswa kurang merespon materi yang

diberikan oleh guru. Sehingganya diperlukan suatu model pembelajaran yang bisa

meningkatkan nilai keaktifan belajar siswa.

Dalam hal ini Model pembelajaran Nobangan cukup baik diterapkan dalam

meningkatkan keaktifan belajar siswa, karena model pembelajaran ini sebelumnya

sudah di uji kepraktisan penggunaannya oleh Tim Peneliti PGSD Universitas

Tadulako. Model ini juga memiliki beberapa kelebihan dalam hal peningkatan

keaktifan belajar siswa yaitu pembelajaran yang menyenangkan dan tidak

membosankan dan siswa mampu berkontribusi didalam pembelajaran dengan cara

saling berdiskusi terhadap materi. Siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan seperti bertanya. Siswa

juga secara langsung dapat mengetahui bagaimana tingkat pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran yang telah dijelaskan oleh guru melalui permainan

Nobangan. Oleh karena itu penelitian ini melanjutkan pada tahapan uji keefektifan

penggunaan model pembelajaran Nobangan. Cara melihat keefektifan model

pembelajaran Nobangan ini adalah dari meningkatnya keaktifan belajar di antara


siswa kelas IV SDN 22 Palu. Sehingganya diharapkan model pembelajaran

nobangan dapat meningkatkan keaktifan belajar di antara siswa kelas IV SDN 22

Palu.

Kondisi Awal

Permasalahan berkaitan dengan keaktifan belajar dimana Siswa hanya akan menjawab ketika
ditanya oleh guru namun tidak memiliki inisiatif untuk berkontribusi dalam pembelajaran.
Sehingga ketika guru berhenti menjelaskan maka siswa akan diam semuanya atau siswa
kurang merespon materi yang diberikan oleh guru

Perlakuan pada kelas Kontrol Perlakuan pada kelas eksperimen

Penggunaan model pembelajaran Penggunaan Model pembelajaran


Konvensional Nobangan

Hasil

Keefektifan Model Pembelajaran Nobangan

Gambar 1.1 Skema Gambar Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis Penelitian

Ha Model pembelajaran Nobangan Berbasis Permainan Tradisional Suku


Kaili Efektif digunakan terhadap Peningkatan Nilai Keaktifan Siswa
Kelas 4 SDN 22 Palu

Ho Model pembelajaran Nobangan Berbasis Permainan Tradisional Suku


Kaili Tidak Efektif digunakan terhadap Peningkatan Nilai Keaktifan
Siswa Kelas 4 SDN 22 Palu.
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif eksperimen,

dimana menurut Sugiyono, (2014) penelitian eksperimen merupakan metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang dikendalikan. Tujuan penelitian eksperimen ini

digunakan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Nobangan terhadap

nilai Keaktifan siswa. Adapun desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Research (Penelitian Eksperimen Semu).

Quasi eksperimen adalah metode yang mempunyai kontrol, tetapi tidak

dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel–variabel luar yang

mempengaruhi eksperimen Sugiyono, (2014). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini di pilih secara acak atau random. Adapun jenis Desain Quasi

Eksperimental Research yang digunakan yaitu Nonequivalent Control Group

Design dimana, terdapat dua kelompok kontrol dan eksperimen yang kemudian

diberikan pre-test untuk mengetahui keadaan awal sebelum dilakukannya

perlakuan, kemudian diberikan post-tes atau tes akhir setelah dilakukannya

perlakuan. Kelas eksperimen diberikan perlakuan menggunakan model

pembelajaran Nobangan, dan kelas kontrol menggunakan perlakuan model

pembelajaran yang sebelumnya diterapkan pada kelas IV SDN 22 Palu yaitu guru

25
menjelaskan menggunakan metode ceramah dan siswa menyimak dan mengisi

LKPD. Berikut desain penelitiannya :

Tabel 3.1 Desain penelitian Pretest-Posttest Control experiment Design

Kelompok Prestest Treatment/perlakuan Postest

Eksperimen A¹ X¹ A²

Kontrol B¹ X² B²

(Sugiyono, 2014)

Keterangan :

A¹ : Pre-test yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen

A² : Post-test yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen

X¹ : Treatment/perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen yaitu

menggunakan model pembelajaran Nobangan

X² :Treatment/perlakuan yang digunakan pada kelas kontrol menggunakan

model pembelajaran, yang sebelumnya digunakan pada kelas IV SDN 22

Palu, yaitu guru menjelaskan materi menggunakan metode ceramah dan

siswa mengamati dan mengisi soal di LKPD.

B¹ : Pre-test yang dilaksanakan pada kelompok kontrol

B² : Post-test yang dilaksanakan pada kelompok kontrol

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini menggunakan seluruh siswa kelas IV SDN 22 Palu,

hal ini didasarkan atas pendapat Arikunto (2010) menyatakan populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Jumlah siswa kelas IV yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 23 orang () diantaranya berjenis kelamin laki-laki, dan ()


27

orang berjenis kelamin perempuan. Siswa tersebut digunakan sebagai kelas

eksperimen sebanyak () dan siswa dengan jumlah () digunakan sebagai kelas

kontrol.

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran

3.3.1 Definisi Operasional Variabel

Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2

variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Nobangan.

Model pembelajaran Nobangan ini adalah pembelajaran yang menggunakan

pendekatan permainan tradisional suku kaili yaitu permainan nobangan.

Artinya model pembelajaran Nobangan adalah pola penyusunan perencanaan

pembelajaran yang dimulai dengan tahap pemberian informasi kepada siswa,

kemudian dilanjutkan pada tahap kegiatan pembelajarannya permainan

melempar kemiri yang dijadikan gacu ke sebuah lingkaran yang di dalamnya

terdapat kemiri lain sebagai taruhannya. Setiap siswa yang berhasil melempar

kemiri taruhan hingga kemiri taruhan keluar dari lingkaran yang telah

disiapkan akan mendapatkan pertanyaan dari guru terkait materi yang telah

dijelaskan dalam pembelajaran di kelas

b) Variabel terikatnya yaitu nilai keaktifan belajar siswa. Menurut Riswanil dan

Widayati dalam Naziah et al., (2020) keaktifan belajar siswa yaitu aktivitas

siswa dalam proses belajar yang melibatkan kemampuan emosional dan lebih

menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan yang dimiliki,

serta mencapai siswa yang kreatif dan mampu menguasai konsep-konsep.


Seperti halnya dalam pembelajaran bahwa keaktifan belajar siswa merupakan

upaya yang digunakan untuk mencapai keberhasilan belajar dengan

melibatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran serta membutuhkan

faktor pendukung didalam meningkatkan keaktifan belajar seperti suasana

belajar yang kondusif, serta program belajar yang telah direncanakan oleh

guru.

3.3.2 Definisi Skala Pengukuran

Pada penelitian ini menggunakan skala pengukuran likert, yaitu skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok

orang dalam fenomena sosial Neolaka, (2016). Pengukuran skala likert dalam

penelitian ini digunakan untuk mengukur Nilai Keaktifan Belajar Siswa. Dalam

Skala likert variabel yang diukur menggunakan butir-butir instrumen berupa

pertanyaan atau pernyataan.

Adapun item-item skala yang disajikan sebagai berikut :

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

RR : Ragu-Ragu

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju
29

Tabel 3.2 Penskoran angket nilai keaktifan


Pernyataan SS S RR KS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Sumber : Sugiyono (2014)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik angket

Teknik angket (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara

pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak bertanya-jawab langsung

dengan responden), Nanan Syaodih Sukamdinata, (2017). Angket ini diberikan

kepada siswa kelas IV SDN 22 Palu yaitu pada kelas kontrol pre-test dan post-

testnya, serta kelas eksperimen pre-test dan post-test.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

keaktifan belajar siswa. Angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan

data secara tidak langsung, dan instrumen atau alat pengumpulan nya adalah disebut

angket yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus mendapatkan jawaban dari

responden Neolaka, (2016). Angket dalam penelitian ini adalah butir-butir

pernyataan yang bertujuan untuk mengukur nilai keaktifan belajar siswa

menggunakan model pembelajaran Nobangan. Angket yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk ceklis, yaitu responden sudah mempunyai alternatif

jawaban dan tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan keperlua nya. Instrumen

penelitian angket yang akan diberikan pada responden, terlebih dahulu dibuatkan
kisi-kisi instrumennya. Adapun indikator dalam angket, merujuk pada pendapat ahli

Ardana yang telah dipaparkan pada Bab II

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Nilai Keaktifan Belajar Siswa


No Pernyataan
No Indikator Jumlah
Positif Negatif
1 Persiapan siswa sebelum pembelajaran 1,2 3,4 4
2 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 5,6 7,8 4
3 Kerja sama dalam kelompok 9,10 11,12 4
4 Penguasaan materi 13,14 15,16 4
5 Saling membantu dan menyelesaikan masalah
17,18 19,20 4
Kemampuan siswa mengemukakan pendapat
6 21,22 23,24 4
kelompok
Jumlah pernyataan 12 12 24

3.6 Uji Validitas, dan Reliabilitas

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

validitas atas kesahihan sebuah instrumen. Uji validitas menyatakan bahwa

instrumen yang digunakan adalah mendapatkan data dalam penelitian yang dapat

digunakan atau tidak. Sebelum mengukur validitas, angket perlu untuk diuji coba

dan peneliti menggunakan analisis butir dengan menskor angket kemudian

ditabulasi dalam rumus Korelasi Product Moment dengan berbantuan SPSS versi

26, dengan rumus berikut :


31

Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah responden

X = Jumlah skor butir soal

Y = Jumlah skor total yang benar

Hasil perhitungan rxy dikonsentrasikan dengan taraf signifikansi 5% dan

taraf kepercayaan 95%. Jika didapatkan harga rxy>rtabel maka butir instrumen dapat

dikatakan valid, akan tetapi sebaliknya jika harga r xy < rtabel maka dapat dikatakan

bahwa instrumen tersebut tidak valid. Dasar pengambilan keputusan uji validitas

menggunakan rumus product moment dapat dilihat sebagai berikut :

Jika nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka item soal angket dinyatakan valid

Jika nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 maka item soal angket dinyatakan tidak valid

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Ma’asi, (2020) Reliabilitas merupakan ketepatan suatu tes tersebut

diberikan kepada subjek yang sama. Suatu Angket dikatakan reliabel apabila

beberapa kali pengujian menunjukkan hasil yang relevan sama. Reliabilitas

dihitung menggunakan rumus alpha cronbach dengan berbantuan SPSS versi 26,

karena instrumennya berbentuk skala dengan 5 alternatif jawaban sebagai skornya.

Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)

K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal


Σ σb 2 = jumlah varians butir

ot2 = varian total (Arikunto, 2006: 196)

Sebelum masuk ke rumus alpha maka perlu dicari varian tiap butir angket

menggunakan rumus:
2
𝛴 𝑋 2 −(𝛴 𝑋) 𝑁
𝜎𝑏2 = 𝑛

Varian total dapat dicari dengan rumus:


2
𝛴 𝑦 2 −(𝛴 𝑦) 𝑁
𝜎2𝑡 =
𝑛

Dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas Cronbach’s Alpha yaitu jika :

Jika nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 > 0,60 maka alat ukur angket tersebut reliabel

Jika nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < 0,60 maka alat ukur angket tersebut tidak reliabel.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono, (2014 147-148) mengatakan bahwa analisis statistik

deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi. Dalam penelitian ini analisis deskripsi digunakan untuk

menggambarkan rata-rata (mean), jumlah minimum, maksimum, serta standar

deviasinya. Analisis deskripsi juga digunakan untuk memaparkan hasil kriteria

pencapaian indikator dari angket nilai keaktifan siswa dengan standar perhitungan

kriteria yang telah dirumuskan oleh Sugiyono (2014). Berikut tabel nya :
33

Tabel 3.4 Kriteria Pencapaian Indikator Nilai keaktifan Siswa


Jarak Interval Kategori
1.00 - 1.80 Sangat Tidak Baik
1.81 - 2.60 Tidak Baik
2.61 - 3.40 Kurang Baik
3.41 - 4.20 Baik
4.21 - 5.00 Sangat Baik
Sumber : (sugiyono 2014)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


NJI (Nilai Jenjang Interval) = 𝐽𝑢𝑚𝑏𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛

5−1
= Lebar Skala = 0,8
5

Indeks Minimum :1
Indeks Maksimum :5
Interval : 5-1 =4
Jarak Interval : (5-1) : 5 = 0,8
3.7.2 Analisis Inferensial

Menurut Sugiyono (2014 : 148-149), menjelaskan bahwa teknik analisis

data inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok

digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dengan menggunakan uji

normalitas sebagai persyaratan bisa diteliti, apakah data berdistribusi normal atau

tidak. Uji t untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil data sebelum

dilakukan perlakuan dan sesudah perlakuan.

3.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

apakah populasi data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal

atau tidak. Uji normalitas yang dianalisis adalah hasil angket nilai keaktifan siswa
pre-test kelas kontrol dan nilai pre-test kelas eksperimen. Adapun perhitungan yang

digunakan dalam uji normalitas menggunakan uji Liliefors (Kolmogorov-Smirnov)

dengan pengolahan menggunakan bantuan komputer program IBM SPSS Statistics

26 .

3.7.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan uji perbedan antara dua atau lebih populasi. Uji

homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel dalam penelitian ini

berawal dari kondisi yang homogen atau sama Sugiyono, (2014). Uji homogenitas

yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil nilai angket keaktifan siswa pre-

test pada kelas eksperimen dan pre-test pada kelas kontrol, yang bertujuan untuk

mengetahui apakah kedua sampel tersebut memiliki varians yang sama atau tidak.

Peneliti melakukan uji homogenitas dengan uji levene atau uji bartlett dengan

berbantuan perhitungan menggunakan komputer program IBM SPSS Statistics 26

3.7.2.3 Uji Hipotesis

Variabel yang diuji hipotesis dalam penelitian ini adalah nilai keaktifan

siswa menggunakan perlakuan model pembelajaran yang berbeda. Uji hipotesis

yang dianalisis adalah post-test kelas eksperimen yaitu setelah menggunakan

perlakuan menggunakan model pembelajaran Nobangan dan post-test kelas kontrol

yaitu setelah menggunakan model pembelajaran konvensional atau pembelajaran

yang sebelumnya diterapkan pada kelas IV dimana guru menjelaskan materi dengan

metode ceramah dan siswa menyimak dan mengisi LKPD.

Menurut Arikunto, (2010) jika nilai signifikansi yang diperoleh ≥ α (0,005)

maka menerima hipotesis Nol (Ho) model pembelajaran nobangan tidak efektif
35

dalam meningkatkan nilai keaktifan siswa dan menolak hipotesis alternatif (Ha)

model pembelajaran nobangan efektif dalam meningkatkan nilai keaktifan siswa.

Sebaliknya jika nilai signifikansi < α (0,005) maka menolak (Ho) model

pembelajaran nobangan tidak efektif dalam meningkatkan nilai keaktifan siswa dan

menerima (Ha) model pembelajaran nobangan efektif dalam meningkatkan nilai

keaktifan siswa. Adapun uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan uji perbedaan rata-rata uji independent samples T-test, dengan

perhitungan bantuan komputer program IBM SPSS Statistics versi 26.

Keterangan :

X̅ 1 = Rata-rata sampel dari post test kelompok eksperimen

X̅ 2 = Rata-rata sampel dari post test kelompok kontrol


2
S1 = Varians sampel dari kelompok eksperimen

2
S2 = Varians sampel dari kelompok kontrol

r = korelasi antara 2 kelompok eksperimen dan kontrol

𝑠1 = simpangan baku sampel kelompok eksperimen

𝑠2 = simpangan baku sampel kelompok kontrol

Adapun pengambilan keputusan signifikan sebagai berikut :

a. Nilai signifikan < 0,05 maka Ho diterima


b. Nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ho ditolak
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revi).


Rineka Cipta.

Asyafah, A. (2019). Menimbang Model Pembelajaran ( Kajian Teoretis-Kritis Atas


Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam ). Indonesian Journal Of
Islamic Education, 6(1), 19–32.

Azizah, & Ikhlas, R. H. (2021). Keefektifan Model Pembelajaran Nobangan


Terhadap Nilai Kerja Sama Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5.
Azizah, & Mufidah. (2019). Pengaruh Permainan Nobangan (Permainan Suku
Kaili) Dalam Pembelajaran Terhadap Minat Belajar Siswa Yang Terdampak
Bencana Gempabumi Dan Likuifaksi Di Sd Inpres Perumnas Balaroa Palu.
Azizah, Nurul, K. S., Nurul, A. F., & Lusi, A. (2016). Jurnal Moral
Kemasyarakatan. Jurnal Moral Kemasyarakatan, Vol.1, No.(2), 57–63.
Azizah, & Rahma, S. (2021). Development Of The Nobangan Learning Model
Based On The Kaili Tribe Traditional Game. Creative Of Learning Students
Elementary Education, 04(02), 157–168.
Azizah, & Regita, M. (2021). Pengembangan Mode. Elementary School 8 (2021),
58(12), 7250–7257. Https://Doi.Org/10.1128/Aac.03728-14

Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2021). Peningkatan Keaktifan Belajar


Melalui Penerapan Model Picture And Picture Dalam Pembelajara Ppkn Di
Sekolah Dasar. Jurnal Publikasii Pendidikan, 11.
Halik, A., & Aini, Z. (2020). Analisis Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Daring Di Masa Pandemi Covid-19. Enlighten: Jurnal Bimbingan Konseling
Islam, 3(2), 131–141.
Helmiati. (2012). Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo.
Www.Aswajapressindo.Co.Id

Irsyad, T., Wuryandini, E., Yunus, M., & Hadi, D. P. (2020). Analisis Keaktifan
Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Statistika Multivariat. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Undiksha, 12(1), 89–96.

Kamawarni. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Nobangan Berbasi


Permainan Tradisional Suku Kaili Terhadap Nilai Kerja Sama Siswa Kelas 4
Sdn 8 Mamboro (Vol. 21, Issue 1) [Universitas Tadulako].
Http://Mpoc.Org.My/Malaysian-Palm-Oil-Industry/
Kamza, M., & Lestari, A. I. (2021). Pengaruh Metode Pembelajaran Diskusi

36
37

Dengan Tipe Buzz Group Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ips. Jurnal Basicedu, 5(5), 4120–4126.

Ma’asi, D. (2020). Pengaruh Pembelajaran Jarak Jauh Luar Jaringan (Pjj Luring)
Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas Iv Sdn 2 Salumpaga. Universitas
Tadulako.

Madaeni, S. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keaktifan


Dan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas Viii Mtsn 4 Blitar.
Maulinda, R. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Keaktifan Siswa Kelas
4 Sdn Biro Palu.
Nanan Syaodih Sukamdinata. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Pt Remaja
Rosdakarya.
Naziah, S. T., Maula, L. H., & Sutisnawati, A. (2020). Analisis Keaktifan Belajar
Siswa Selama Pembelajaran Daring Pada Masa Covid-19 Di Sekolah Dasar.
Jurnal Jpsd, 7(2), 109–120.

Neolaka, A. (2016). Metode Penelitian Dan Statistik (A. Kamasyach (Ed.)). Pt


Remaja Rosdakarya.
Rizka, R. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Thinktalkwrite (Ttw) Terhadap
Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Akidah Akhlak Di Ma Al-Hikmah
Bandar Lampung.

Saputra, N. E., & Ekawati, Y. N. (2017). Meningkatkan Kemampuan Dasar Anak


Tradisional Games In Improving Children ’ S Basic Abilities. Jurnal Psikologi
Jambi, 2(2), 48–53.

Sudjana, N., & Ibrahim. (2004). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru
Algesindo.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.
Tayeb, T. (2017). Analisis Dan Manfaat Model Pembelajaran. 4(2), 48–55.
Yunitasari, I., Tyas, A., & Hardini, A. (2021). Penerapan Model Pbl Untuk
Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik Dalam Pembelajaran Daring Di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 1700–1708.
LAMPIRAN LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Pernyataan
No Indikator Jumlah
Positif Negatif
1 Persiapan siswa sebelum pembelajaran 1,2 3,4 4
2 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 5,6 7,8 4
3 Kerja sama dalam kelompok 9,10 11,12 4
4 Penguasaan materi 13,14 15,16 4
5 Saling membantu dan menyelesaikan masalah
17,18 19,20 4
Kemampuan siswa mengemukakan pendapat
6 21,22 23,24 4
kelompok
Jumlah pernyataan 12 12 24

38
39

LAMPIRAN II
Angket Uji Coba Nilai Keaktifan Siswa

Nama Siswa :
Kelas :
Sekolah :

Petunjuk Pengisian Angket


1. Berdoa sebelum mengisi angket
2. Mengisi nama lengkap
3. Bacalah angket ini dengan saksama dan jawablah dengan sejujur-jujurnya
4. Berilah tanda centang (√ ) pada kolom jawaban yang di sediakan dengan
keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S RR TS STS

Saya mempersiapkan alat tulis, dab


1 √
buku pelajaran sebelum guru
memasuki kelas.
Saya selalu belajar terlebi dahulu
2
sebelum pembelajaran dimulai oleh
guru
3 Saya tidak mempersiapkan apa-apa
sebelum guru memasuki kelas
4 Saya akan belajar nanti ketika guru
memasuki kelas saja
Saya akan mencatat kembali materi
5
pelajaran yang telah dijelaskan oleh
guru
Saya akan bertanya pada guru
6
ketika ada materi pelajaran yang
kurang saya pahami
7 Saya sering melamun ketika guru
menjelaskan didepan kelas
Saya sering lupa materi pelajaran
8
yang sudah dijelaskan oleh guru
dan saya tidak menanyakannya lagi
Saya akan mengajak teman
9 kelompok untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru
secara bersama-sama
Saya akan mendengarkan pendapat
10
teman kelompok dalam
menyelesaikan tugas
Saya lebih suka menyelesaikan
11
tugas sendiri dibandingkan
berkelompok
Saya tidak suka berdiskusi dengan
12
teman kelompok lainnya, karena
terlalu ribut.
Saya akan menjawab pertanyaan
13
dari guru karena saya telah
mempelajarinya
Saya akan menuliskan kesimpulan
14
materi pelajaran yang diberikan
guru di buku tulis
Saya takut ketika guru memberikan
15
pertanyaan, karena tidak tahu
jawabanya
Saya sering mengerjakan tugas
16 asal-asalan karena tidak
memperhatikan penjelasan dari
guru
Saya akan membantu menjelaskan
17
materi pelajaran pada teman saya
yang belum memahaminya
Saya akan memberikan contoh pada
18 teman saya yang belum memahami
penjelasan materi pelajaran dari
guru
Saya membiarkan teman saya yang
19
tidak mengerti menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru
Saya tidak pedili ke pada teman
20 saya yang bertanya contoh
penyelesaian tugas yang diberikan
oleh guru
Saya akan memberanikan diri
21
menjelaskan tugas kelompok di
depan kelas
Saya akan menyampaikan pendapat
22
teman kelompok meskipun berbeda
dengan kelompok yang lain
41

Saya lebih suka diam tidak


23
memberikan komentar apapun
meskipun itu giliran kelompok saya
Saya tidak menerima ketika
24 kelompok lain memiliki jawaban
yang berbeda dari jawaban
kelompok kami.

Anda mungkin juga menyukai