Anda di halaman 1dari 63

RESUME MATERI

MANAJEMEN KEPERAWATAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen keperawatan
Dosen Pengampu : M. Sandi Haryanto, S.Kep., Ners, M.Kep.

Disusun oleh :

RESA SUNDARI

1121178

3B Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2023
PERTEMUAN 1

KONSEP DAN PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN

 Definisi
 Manajemen : kegiatan yg sangat kompleks namun teratur serta memerlukkan
kerjasama dengan orla u/ mencapai hasil kegiatan yg maksimal. (Hersey &
Blanchard)
 Manajemen Keperawatan : proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
upaya staf keperawatan u/ memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan
rasa aman pada ps/keluarga/masyarakat (Gillies).
 Manajemen Keperawatan :
 suatu proses bekerja melalui upaya anggota staf keperawatan untuk
memberikan pelayanan keperawatan, pengobatan dan bantuan terhadap para
pasien,
 tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin
serta mengontrol keuangan, material, dan sumber daya manusia yang ada untuk
memberikan pelayanan keperawatan seefektif mungkin bagi setiap kelompok
pasien dan keluarga mereka.

Henry Fayol :5 fungsi manajemen, yaitu :

Planning, Organization, Command, Coordination, dan Control .

Luther Gullick (modifikasi konsep H.Fayol) :7 aktivitas manajemen, yaitu:

Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting.

Marquis&Huston :

planning, organizing, staffing, directing, dan controlling

 proses manajemen keperawatan


planning, organizing, staffing, actualling, controlling
 Proses manajemen keperawatan dapat juga dilihat dari pendekatan sistem, yaitu
sebagai sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan
dan berinteraksi serta dipengaruhi oleh lingkungan.
 5 elemen utama :input, process, output, control dan feedback.
 Sistem Manajemen Keperawatan Gilles
 Proses : Kelompok manajer/dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai perawat pelaksana yg mempunyai tugas dan wewenang untuk

 melakukan komponan proses diatas dalam pelaksanaan pelayanan


keperawatan

 Manajemen Sebagai Suatu Proses

Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut george terry :

1. Planning/Perencanaan
o Proses awal dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi -> menyusun ->
menetapkan rangkain kegiatan untuk mencapainya.
o Perencanaan akan dapt ditetapkan tugas” staf, dengan tugas ini pemimpin mempunyai
pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi dan menetapkan SD* yg
dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugasnya.
2. Organizing ( Pengorganisasian)
Kegiatan manajemen u/ menghimpun semua SD yg dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, coordinating)
Proses memberikan bimbingan kepada staf agar mampu bekerja secara optimal dan
melakukan tugas”nya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki dengan
dukungan SD yang tersedia.
4. Controling (Pengawasan, Monev)
Proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yg sudah
disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yg terjadi
 Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
 Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan, melalui fungsi
perencanaan pimpinan dapat menurunkan risiko kesalahan.
 Memudahkan pemecahan masalah manajemen keperawatan dilaksanakan melalui
penggunaan waktu yg efektif
 Manajemen keperawatan melibatkan para pengambil keputusan (tingkatan
manajerial)
 Memenuhi kebutuhan asuhan kep ps merupakan fokus perhatian manajer
keperawatan. Kepuasan ps menjadi poin utama dari seluruh tujuan keperawatan
 Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian,

 supervisi, koordinasi dan pengendalian


 Devisi keperawatan dapat memotivasi perawat untuk memperlihatkan penempilan
kerja yang terbaik
 Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yg efektif
 Pengembangan staf penting u/ pempersiapkan perawat pelaksana menduduki
posisi yg lebih tinggi dan ketrampilan perawat
 Pengendalian : penilaian dan monev
 Kerangka Konsep Manajemen Keperawatan
1. Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya dan akan memberikan upaya
yg selayaknya dia berikan
2. Jika diberikan informasi yg bermanfaat dan layak individu akan membuat
keputusan terbaik
3. Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai kelompok
4. Setiap individu memiliki karakteristik, motivasi, minat untuk mencapai tujuan
5. Fungsi koordinasi dan pengendalian sangat penting dalam pencapaian tujuan
6. Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan dalam pembagian kewenangan dan
tanggung jawab
7. Individu memiliki hak dan tanggung jawab u/ membagi dan mendelegasikan
kewenangannya pada mereka yg terbaik dalam organisasi
8. Pengetahuan dan ketrampilan sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan yg
profesional
9. Semua sistem berfungsi u/ mencapai tujuan dan merupakan tanggung jawab
bersama secara terus menerus
 Filosofi Manajemen Keperawatan
 Mengerjakan hari ini lebih baik dari pada besok
 Manajerial kep merupakan fungsi utama pimpinan perawat
 Meningkatkan mutu kinerja perawat
 Perawat memerlukan pendidikan berkelanjutanProses kep menjamin perubahan
tingkat kesehatan hingga keadaan optimal
 Tim kep brtanggungjawab u/ setiap tindakan yg diberikan
 Menghargai pasien dan mendapatkan askep yg bermutu
 Perawat berkewajiban u/ memberikan penkes pada ps dan keluarga
 Lingkup Manajemen Keperawatan
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan
o Pelayanan kep di RS dikelola oleh Bid Kep yg terdiri dari 3 tingkatan
o Manajemen Puncak (Kabid Keperawatan)
o Manajemen menengah (Kepala unit pelayanan atau supervisor)
o Manajemen bawah (Kepala ruang perawatan)
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
o Manajemen Askep dipraktekkan dalam bentuk proses keperawatan, berisi
proses pemecahan masalah, sehingga dapat diambil keputusan tindakan
keperawatan sesuai kebutuhan ps.
PERTEMUAN 2
PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
 Pengertian perencanaan

o Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang sangat menentukan dan


mempengaruhi keberhasilan dari fungsi manajemen lainnya.

o Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan

o Hasil dari perencanaan adalah rencana kerja yang harus berisi alternative terbaik
untuk mencapai tujuan

 Prinsip Perencanaan

o Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana merupakan suatu


keputusan yang menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan.

o Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi

o Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik perencanaan

o Adanya suatu perencanaan yang teliti, yang berarti rencana harus di ikuti oleh
program kegiatan terperinci

o Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya harus tergambar


bagaimana rencana tersebut dilaksanakan.

o Bersifat sederhana, yang berarti disusun secara sistematis dan prioritasnya jelas
terlihat.

o Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada perubahan

o Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak ada seorangpun yang mengetahui
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang

o Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi organisasi

o Merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan yang terjadi

Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang harus dijawab
dengan memuaskan menggunakan pendekatan 5W1H

o What? -> Apa yang harus di kerjakan?


o Why? -> mengapa harus dilaksanakan?

o Where? -> dimana tindakan itu harus dikerjakan?

o When? -> kapan rencana itu harus di kerjakan?

o Who? -> siapa yang mengerjakan? Berapa jumlahnya? Kompetensi?

o How? -> bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut?

Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan dengan
menggunakan teknik ilmiah, artinya harus disusun dengan cara sistematis dan didasarkan
pada langkah sebagai berikut:

o Mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi

o Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana

o Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul

o Menetapkan data alternatif pemecahan masalah

o Melaksanakan rencana yang telah tersusun

o Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah

o Menilai hasil yang telah dicapai

 Tujuan perencanaan

o Standar pengawasan

o Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya

o Mengetahui siapa saja yang terlibat mendapatkan kegiatan yang sistematis


termasuk biaya dan kualitas pekerjaan

o Meminimalkan kegiatan yang tidak produktif

o Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan

o Mendeteksi hambatan kesulitan yang akan ditemui

o Mengarahkan pada pencapaian tujuan


 Perencanaan dalam manajemen keperawatan
 Perumusan visi

o Suatu perencanaan sehingga disusun secara singkat, jelas, dan mendasar serta ada
batasan waktu untuk pencapaian.

o Visi merupakan pernyataan berisi tentang mengapa organisasi dibentuk.

o Contoh rumusan visi:


“Menjadi ruang perawatan bedah yang melakukan perawatan profesional dan
unggul
dalam manajemen perawatan luka modern di tahun 2023”

 Perumusan misi

o Misi adalah uraian yang berisi pernyataan operasional guna mencapai visi yang
telah
ditetapkan

o Contoh misi ruang perawatan bedah yang mengacu pada visi tersebut di atas:

o Memberikan asuhan keperawatan pada pasien bedah secara holistik bio-psiko-


sosiokultural dan spiritual.

o Melakukan tindakan perawatan luka dengan menggunakan manajemen perawatan


luka modern.

o Menyediakan sarana prasarana untuk menunjang manajemen perawatan luka


modern.
4) Melakukan penelitian tindakan bedah berdasarkan perkembangan dan trend
perawatan bedah.

 Perumusan filosifi
o nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut keyakinan dan praktik
keperawatan dalam suatu organisasi
o Pasien adalah manusia yang merupakan makhluk holistik ( bio-psiko-sosial-
spiritual)
o Pasien adalah individu yang unik dan bermartabat
 Perumusan tujuan
o sesuatu yang ingin dicapai sebagai arah kebijakan bagi organisasi
untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara
mencapainya.

Meningkatkan kualifikasi tenaga perawatan yang handal dan kompeten dalam


keperawatan bedah melalui pendidikan dan pelatihan.
 Jenis Perencanaan
o Pendek
 Perencanaan operasional - > dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu 1
jam s/d satu tahun
o Menengah
 • Dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai lima
tahun
o Panjang
 Perencanaan strategis -> dibuat untuk kegiatan sampai 20 tahun
o Rencana jangka pendek
o Harian •
 Berisi kegiatan masing2 perawat yg dibuat setiap hari sesuai peran
(karu/katim/pp dan pa)
o Bulanan
 Dibuat perbulan dan di sinkronkan dengan rencana harian (karu/katim/pp)
o Tahunan
 Dibuat berdasarkan hasil evalusi kegiatan tahun sebelumnya (kepala
ruangan).
 Klasifikasi pembuatan perencanaan 13
o Reaktif

Disusun ketika adanya masalah actual yang dihadapi saat ini

o Proaktif
Disusun sebelum masalah timbul, antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan organisasi
PERTEMUAN 3

KETENAGAAN

 Perencanaan /Perhitungan Jumlah Tenaga Perawat


 Manfaat Perencanaan Tenaga

o Meningkatkan pendayagunaan tenaga


o Penyelarasan aktifitas tenaga dgn sarana organisasi secara efektif dan efisien
o Penghematan dlm proses penerimaan tenaga ( Job dan Spesifikasi harus jelas)
o Informasi Manajemen SDM 🡺 aktifitas manajemen
o Berfungsi sebagai alat koordinasi 🡺 manajemen SDM
 Tujuan
Menghubungkan SDM yg ada u/ kebutuhan perusahaan pd masa yg akan datang
u/ menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dlm pelaksanaan
 Syarat – Syarat Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)

o Harus mengetahui secara jelas masalah yg akan direncanakannya.


o Harus mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang SDM
o Harus mempunyai pengalaman luas tentang job analysis, organisasi dan situasi
persediaan SDM 4.
o Harus mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa mendatang
o Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa depan
o Mengetahui secara luas peraturan dan kebijaksanaan perburuhan pemerintah
 Prosedur perencanaan SDM

o Menetapkan secara jelas kualitas dan kuantitas SDM yg dibutuhkan


o Mengumpulkan data dan informasi tentang SDM
o Mengelompokkan data dan informasi serta menganalisisnya
o Menetapkan beberapa alternative
o Memilih yg terbaik dari alternative yg ada menjadi rencana
o Menginformasikan rencana kepada para karyawan u/ direalisasikan.
 Langkah-langkah perencanaan kebutuhan tenaga keperawatan (Gillies,1994)

o Identifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan


o Tentukan jumlah tenaga setiap katagori
o Seleksi dan tentukan tenaga yg dibutuhkan
o Tentukan tenaga keperawatan sesuai kebutuhan unit (penempatan)
o Tentukan metoda pemberian asuhan keperawatan yg akan diterapkan
 Faktor – Faktor yg Mempengaruhi Kebutuhan Tenaga Keperawatan

o Faktor Pasien
 Tingkat Kompleksitas pasien
 Jenis Penyakit , Usia
 Jumlah pasien dan Fluktuasi ( turun-naiknya)
 Harapan pasien dan keluarga
o Faktor Tenaga
 Jumlah dan komposisi tenaga Kep.
 Kebijakan pengaturan dinas
 Peran,fungsi, tanggung jawab perawat
 Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
 Keterbatasan tenaga perawat profesional dan spesialis

o Faktor Lingkungan ▪
 Tipe dan Lokasi Rs Fasilitas jenis pelayanan dan metode pemberian
asuhan keperawatan
 Kelengkapan peralatan
 Pelayanan penunjang dari bagian lain ( Laboratorium, Radiologi,
Farmasi, Gizi, Linen).
 Pelayanan penunjang dari instansi lain

 Rumus indicator pelayanan rawat inap di rumah sakit sebagai berikut:

o BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur BOR 🡺 prosentase
pemakaian tempat tidur pd satuan waktu tertentu (Depkes RI. 2005).
Nilai BOR yg ideal antara 60 – 85 % (Depkes RI. 2005). Rumus BOR=
Jumlah hari perawatan rumah sakit (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dlm
satu periode)X 100 %
o AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat AVLOS 🡺 rata-
rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005). Nilai AVLOS yg ideal antara 6-9
hari (Depkes RI. 2005).
Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat : Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Rumus indicator pelayanan rawat inap di rumah sakit sebagai berikut :
o TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur TOI 🡺 rata-rata hari
dimana tempat tidur tdk ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI.
2005).
Rumus TOI=(Jmlh tempat tidur X Periode) – Hari perawatan Jumlah pasien
keluar (hidup + mati)
o BTO (Bed Turn Over) = Angka perputaran tempat tidur BTO 🡺 frekuensi pemakaian
tempat tidur pd satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dlm satu satuan waktu
tertentu (Depkes RI. 2005).
Dlm datu tahun idealnya tempat tidur dipakai rata – rata sebanyak 40 – 50
kali. Rumus BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) : Jumlah tempat
tidur
 Perbandingan perawat profesional & Non profesional

o Gillies (1994) ; (55%:45%).


o Sitorus (2006) : (65%;35%).
o Ilyas (2004) : (67%:33% ) 🞂
o Kemenkes Ketehnisian Medik (80%;20%)
 Menentukan kebutuhan tenaga perawat

o Perhitungan tenaga keperawatan didasarkan pada :


 1. Derajat ketergantungan pasien.
a. Kualifikasi pasien
b. Jumlah jam keperawatan
 2. Efektifitas kerja perawat. misalnya:
a. Dinas 6 jam.
b. Dinas 7 jam.
c. Dinas 8 jam
PERTEMUAN 4
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI

 Pendahuluan

o Kepemimpinan merupakan penentu berhasil tidaknya pencapaian tujuan organisasi


o Pimpinan suatu organisasi tidak mungkin bisa bekerja sendiri.
o Pemimpin harus mampu mendorong jiwa dan semangat anggota untuk bekerjasama
dalam iklim yang demokratis di suatu organisasi.
o Jadi, kepemimpinan adalah sifat yang diperlukan oleh seseorang dalam melaksanakan
manajemen organisasi.

o Program yg direncanakan harus berkeadilan. Artinya kegiatan hrs berlandaskan pada


kebutuhan anggota
o Maksudnya, menjadikan anggota sbg subjek (pelaku) shg akan muncul
partisipasi/anggota mrs memiliki, bukan hanya dijadikan sbg objek semata (penikmat).
o Oki, tugas pemimpin antara lain; mampu mengakomondir kepentingan anggotanya.
 Pengertian pengertian

o Pemimpin

Orang yang mampu mempengaruhi anggota dan suatu organisasi dalam


menetapkan dan mencapai tujuan.

o Kepemimpinan

Proses mempengaruhi aktivitas anggota dan suatu organisasi di dalam


menetapkan dan mencapai tujuan.

o Manajemen;

proses/seni dalam memberdayakan SDM dan SDA untuk mewujudkan tujuan


organisasi

 faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan


o Karakteristik bawahan
o Sifat dan Pekerjaan
o Lingkungan Pekerjaan

 3 Tahap Pemimpin Mencapai Tujuan


 Tahap Pemaksaan
Pemimpin menggunakan faktor ketakutan karyawan dengan dikenakan sangsi,
dalam rangka mempengaruhi anggota untuk mencapai tujuan.
 Tahap Mekanistik
Karyawan diangggap sebagai mekanisme yang akan melaksanakan usaha yang
ingin dicapai jika persyaratannya ideal.
Tahapan kepemimpinan tersebut menunjukkan suatu langkah dalam rangka yang
sudah benar.
 Tahap Motivasi Psikologis

o Karyawan mempunyai perasaan kebanggaan pribadi dimana mereka bisa bekerja yang
tujuannya dapat mereka lihat dan ada rasa berguna.
o Karyawan senang bila diajak bermusyawarah oleh pimpinan
o Karyawan telah terbentuk adanya suatu semangat kebersamaan dalam suatu team yang
relatif.
 Fungsi Pimpinan Terhadap Tugas

o Merumuskan tugas
o Membuat rencana
o Mengalokasikan pekerjaan dan SDM
o >Mengendalikan pekerjaan dan tempo
o kerja
o Memeriksa pekerjaan anggota
o Menyelesaikan perencanaan

 FUNGSI PIMPINAN TERHADAP ANGGOTA

o Memperhatikan persoalan anggota


o > Bertindak sebagai motivator
o > Memberikan status
o >Menghargai kemampuan anggota
o > Memeriksa pekerjaan anggota
o > Memberikan penghargaan dan
o hukuman kepada anggota

 Cara Kerja Pemimpin Partisipatif

o Identifikasi SDM dan SDA lokal setempat


o Cari tau apa yang dibutuhkan anggota
o Banyak bertanya, sedikit bicara serta dengar dengan baik tentang kebutuhan anggota
o Galang kekuatan SDM yang ada
o Musyawarahkan secara bersama tentang hal-hal yang akan dilaksanakan di tingkat
pimpinan
o Rancang program (yang) partisipatif
o Realisasikan program scr Koordinatif/sinergi
o Awasi jalannya kegiatan scr bersama-sama
o Pemimpin harus bertindak selaku fasilitator

 ADA BBRP SEBAB PEMIMPIN GAK MAU MENDELEGASIKAN WEWENANG

o Takut bawahan melakukan kesalahan yang mengakibatkan kerugian; (sdm AB lamlo)


o Takut bawahan melakukan pek dgn baik, sehingga DIA merasa dikalahkan (ku’is...)
o Takut kehilangan KERJA / kesempatan mengontrol suatu kegiatan (diganti....)
o Takut kehilangan prestise, status/KEDUDUKAN (dikursi rumkitkan))
o Segan menyerahkan kegiatan yang dilakukannya kpd org lain (pelit ilmu...).

 PENGERTIAN

o Manajemen adalah suatu proses yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang ke
arah tujuan organisasi.
(George R. Terry and Leslie W. Rue)
 FUNGSI MANAJEMEN

o Planning
o Organizin
o Staffing
o Controling

PERTEMUAN 5

PENGARAHAN

DEFINISI
Merupakan proses penerapan rencana manajemen untuk menggerakkan anggota kelompok
untuk mencapai tujuan dari beberapa arahan, Marquis (2013) Pengarahan merupakan
hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia
mengerti dan menyumbangkan tenagnya secara efektif dan efisien dalam pencapaian suatu
organisasi

TUJUAN PENGARAHAN

(WHAT, WHO,WHEN, WHERE, HOW)

TUJUAN PENGARAHAN

o Menciptakan kerja sama yang efisien


o Mengembangkan kemampuan dan ktrampilan staf
o Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
o Mengusahan lingkungan kerja yang bisa membuat motivasi kerja lebih meningkat
o Membuat organisasi lebih dinamis

PENGERAKAN

o 1.Kepemimpinan merupakan kemampuan memengaruhi kelompok menuju pencapaian


sasaran. 2.
o Motivasi hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia
supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. 3.
o Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau mengarahkan
bawahan. Dalam organisasi pelayanan keperawatan, dalam ada beberapa bentuk
kegiatan pengarahan yang didalamnya terdapat aplikasi komunikasi,

INDIKATOR DALAM PENGARAHAN YANG BAIK

o Komunikasi.
o Delegasi
o Supervisi
o Motivasi

KOMUNIKASI •

o Tappen (1995) adalah suatu pertukaran perasaan, pikiran, pendapat dan pemberian
nasehat antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. •
o Ada Tiga Tingkatan : Interpersonal. Intrapersonal dan public •
o Jenisnya : verbal dan non verbal
o KOMUNIKASI ▪
o Marwansyah (2010), menyatakan komunikasi merupakan pertukaran pesan antar
manusia dengan tujuan pemahaman yang sama. ▪
o Asmuji (2014), menyatakan komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan
atau mengarahkan bawahan. ▪
o Amin (2008), menyatakan komunikasi merupakan hubungan kontak antar manusia baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak
komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak
dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. ▪
o Suprapto (2011), menyatakan komunikasi suatu proses interaksi yang mempunyai arti
antara sesama manusia. 25 Disimpulkan komunikasi merupakan kegiatan interaksi yang
dilakukan dari satu orang ke orang lain untuk menciptakan persamaan makna dan
mencapai satu tujuan yang sama. (Gitosudarmo & Mulyono 1997 dalam Hatta, 2008),
menyatakan kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu menciptakan kerjasama
yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana kerja
yang menyena

KOMUNIKASI

o Operan Merupakan suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan mengoperkan asuhan


keperawatan kepada shift berikutnya.
o Pre - Conference Komunikasi ketua tim/penanggung jawab shift dengan perawat
pelaksana setelah selesai operan.
o Post-Conference Komunikasi ketua tim/perawat dengan perawat pelaksana sebelum
timbang terima mengakhiri dinas dilakukan
o Pendelegasian Kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain bertujuan agar aktivitas
organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan
o Supervisi Bentuk komunikasi yang bertujuan memastikan kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan tersebut.

DELEGASI / KOORDINASI

o Pendelegasian kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain yang bertujuan agar
aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk delegasi
diruang perawatan antara lain kepala ruang mendelegasikan tugas kepada ketua
tim/perawat primer atau penanggung jawab shift. Sedangkan, ketua tim/perawat primer
mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana agar kegiatan pendelegasian dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, harus dilakukan komunikasi dengan
baik, baik secara lisan maupun tulisan antara person yang memberikan delegasi dan
person yang diberikan delegasi. Kesumaniaya (2010), menyatakan ada beberapa teknik
khusus untuk membantu manajer dalam delegasi :
o Tetapkan tujuan
o Tegaskan tanggungjawab dan wewenang
o Berikan motivasi dan dorongan bawahan dengan beberapa kebutuhan Koordinasi
adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat suatu
komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kepentingan
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai

DELEGASI

o Definisikan tanggung jawab, wewenang


o Berikan iklim yang wajar utk delegasi
o Hetahuilah kapan delegasi itu dibatalkan
o Berpeganglah pada pekerjaan yang rampung

SUPERVISI

o Asmuji (2014), menyatakan supervisi merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan


untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan
untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Supervisi keperawatan, fokus utamanya bukan pada kegiatan pemeriksaan
yang mencaricari kesalahan, melainkan pada kegiatan supervisi ini lebih mengarah pada
pengawasan partisipatif. Kegiatan supervisi keperawatan memungkinkan terjadinya
pemberian penghargaan, diskusi dan juga bimbingan yang bertujuan untuk mencari 23
jalan keluar jika terjadi kesulitan dalam tindakan keperawatan.

MOTIVASI

o Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Motivasi merupakan konsep yang menggambarkan kondisi ekstrinsik yang merangsang
perilaku tertentu dan respons intrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Motivasi
merupakan proses psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk
mencapai tujuan. Motivasi sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah dan
ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran. Motivasi suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah serta ketahanan
(persistence) pada tingkah laku tersebut. Disimpulkan motivasi suatu dorongan proses
psikologis yang menimbulkan perilaku tertentu dan ikut menentukan intensitas, arah,
ketekunan dan ketahanan pada perilaku tersebut sesuai tujuan yang ditetapkan.

Peran Manager dalam Memotivasi

o Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan komunikasikan


o Harus adil dan konsisten terhadap semua staf Pengambilan keputusan harus tepat dan
sesuai
o Mengembangkan konsep kerja Tim
o Mengakomodasikan kbutuhan dan keinginan staf thd tujuan organisasi

Peran Manager dalam Memotivasi Menunjukan pada staf bahwa manajer mengerti
perbedaan dan keunikan stiap staf

o Meminta tanggapan dan masukan kpd staf thd kputusan yang akan dibuat organisasi
o Menciptakan situasi saling percaya
o Menjadi role model bagi staf
o Memberikan dukungan yang positif

KEGIATAN DALAM PENGARAHAN

o Tentukan tujuan pengarahan sesuai realistis


o berikan prioritas pertama kepada yg penting dan urgen
o lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain

PERTEMUAN 6

KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan atau leadership

Cara u/ mempengaruhi dan memotivasi orang lain, bawahan atau kelompok u/ saling bekerja
sama dlm upaya mencapai suatu tujuan bersama tanpa adanya unsur paksaan Universal →
selalu ada → diperlukan → terdapat pd berbagai jenjang → keluarga → negara
Pengembangan teori kepemimpinan

 TEORI “TRAIT” (BAKAT):


o Setiap orang → pemimpin (dibawa sejak lahir bukan didapatkan)
o Mempunyai ciri tertentu
o Mengidentifikasi karakteristik umum ttg intelegensi, personaliti dan kemampuan
(perilaku).

Ciri-ciri kepemimpinan menurut teori bakat

Intelegensi:

o Pengetahuan
o Keputusan
o Kelancaran berbicara

Personaliti/kepribadian

o Adaptasi
o Kreatif
o Kooperatif
o Siap
o Rasa percaya diri
o Integritas

g. Keseimbangan emosi dan mengontrol

h. Independen

i. Tenang

Perilaku:

a. Kemampuan bekerja sama

b. Kemampuan interpersonal

c. Kemampuan diplomasi d. Partisipasi sosial

e. Prestis
teori perilaku

▪ Lebih menekankan pd apa yg dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer


menjalankan fungsinya.

▪ Gaya kepemimpinan manajer dlm suatu organisasi (Vetsal, 1994)

Gaya kepemimpinan

 MENURUT TANNENBAU & WARRANT H SCHMITDT


o Terdapat 2 titik ekstrim: atasan dan bawahan.
o Dipengaruhi faktor manajer, bawahan dan situasi.
 MENURUT LIKERT
o Sistem Otoriter-eksplotatif
 Mempunyai kepercayaan yg rendah thd bawahan
 Memotivasi bawahan melalui ancaman /hukuman
 Komunikasi yg dilakukan satu arah kebawah (top-down)
o Sistem Benevolent-Authoritative
 Mempercayai bawahan sampai tk ttt
 Memotivasi bawahan dg ancaman / hukuman (tdk selalu)
 Memperbolehkan komunikasi keatas.
 Memperhatikan ide bawahan, mendelegasikan wewenang → Pengambilan
keputusan msh melakukan pengawasan ketat.

o Sistem Konsultatif
 Kepercayaan thd bawahan > besar
 Memberikan insentif u/ motivasi bawahan, kdg ancaman /hukuman
 Komunikasi 2 arah
 Menerima keputusan spesifik yg dibuat bawahan
o Sistem Partisipatif
 Kepercayaan penuh thd bawahan
 Memanfaatkan ide bawahan
 Memotivasi bawahan → insentif ekonomi
 Komunikasi 2 arah
 Menjadi bawahan sbg kelompok kerja
TEORI X DAN Y (DOUGLAS MC GREGOR)

 Teori X;
o Bawahan tdk menyukai pekerjaan
o Kurang ambisi
o Tdk mempunyai tanggung jawab
o Cenderung menolak perubahan dan lebih suka dipimpin daripada memimpin.
 Teori “Y”
o Asumsi bawahan senang bekerja
o Bisa menerima tanggung jawab
o Mampu mandiri d. Mampu mengawasi diri
o Mampu berimajinasi dan kreatif Dari teori “X”, “Y”, gaya kepemimpinan
dibedakan menjadi:
 Diktator (“X”)
 Autokratis (“X”)
 Demokratis (“Y”)
 Santai (“Y”)

MENURUT ROBERT HOUSE

 Directive
o Pempimpin menyatakan kpd bawahan bagaimana melaksanakan suatu tugas
o Berorientasi pd hasil yg dicapai bawahan
o Supportive Pemimpin berusaha mendekatkan diri kpd dan bersikap ramah thd
bawahan
o Partisipative Pemimpin berkonsultasi dgn bawahan u/ mendapatkan masukan dan
saran dlm rangka pengambilan keputusan.
o Achievement Oriented Pemimpin menentukan tujuan yg menantang dan
mengharapkan bawahan berusaha mencapai tujuan dg seoptimal mungkin (Sujak,
1990)

Menurut E HARSEY &BLNCHARD

Cirinya:

 Instruksi:
o Tinggi tugas dan rendah hubungan
o Komunikasi searah
o Pengambilan keputusan berada pd pimpinan, peran bawahan minim
o Pemimpin > memberikan pengarahan yg spesifik serta pengawasan ketat
 Konsultatif:
o Tinggi tugas & tinggi hubungan b. Komunikasi dua arah
o Peran pemimpin ckp besar (problem solving dan decision making)
o Bawahan diberi kesempatan u/ memberikan masukan dan menampung keluhan
o Partisipasi
o tinggi hubungan tapi rendah tugas
o Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dlm pengambilan
keputusan.
 Delegasi
o Rendah hubungan dan rendah tugas
o Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dlm problem
solving.
o Bawahan diberi delegasi u/ decision making

MENURUT RONALD LIPPITH RAPIPH K. WHITE

1. Otoriter

o Wewenang mutlak ada pd pemimpim


o Keputusan, kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin
o Komunikasi satu arah (top- down)
o Pengawasan sikap, tingkah laku, perbuatan/kegiatan bawahan ketat
o Prakarsa harus selalu dari atasan
o Tdk ada kesempatan bagi bawahan u/ memberikan saran g. Tugas diberikan
secara instruktif
o > kritik dari pujian
o Meununtut prestasi sempurna dari bawahan
o Menuntut kesetiaan tanpa syarat
o Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
o Kasar dlm bersikap
o Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul pimpinan

2. Demokratis

 Wewenang pimpinan tdk mutlak


 Bersedia melimpahkan sebagian wewenang ke bawahan
 Keputusaan dibuat bersama-sama
 Komunikasi timbal balik e. Pengawasan wajar
 Prakarsa bisa datang dari bawahan
 Banyak kesempatan bagi bawahan u/ menyampaikan saran & pertimbangan
 Tugas diberikan permintaan
 Pujian & kritik seimbang
 Pimpinan mendorong prestasi sempurna dlm batas masing-masing
 Kesetiaan bawahan wajar
 Memperhatikan perasaan dlm bersikap & bertindak
 Tdp suasana saling percaya, hormat menghormati dan saling menghargai.
 Tj keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama
o Liberal /Laissez Faire
 Melimpahkan wewenang sepenuhnya pd bawahan
 Keputusan, kebijaksanaan > oleh bawahan
 Berkomunikasi bila diperlukan saja
 Hampir tdk ada pengawasan thd tingkah laku bawahan
 Prakarsa selalu dari bawah
 Hampir tdk ada pengarahan dari pimpinan
 Peranan pimpinan <
 Kepentingan pribadi > penting dari kelompok
 Tj organisasi perorangan

BERDASARKAN KEKUASAAN WEWENANG

o Otoriter
o Berorientasi pd tugas
o Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan
o Menentukan semua tujuan yg akan dicapai dlm decision making
o Informasi hanya kepentingan tugas
o Motivasi dgn reward & punishment
o Demokratis
o Menghargai sifat dan kemampuan staf
o Kekuasan posisi dan pribadi / mendorong ide.
o Memotivasi kelompok u/menentukan tujuan sendiri d. Membuaat rencana &
pengontrolan
o Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
o Partisipatif (gabungan otokratik & demokrasi)
o Bebas tindak
o Pimpinan offisial
o Menentukan sendiri tanpa pengarahan, koordinasi, supervisi
o Bawahan mengevaluasi pekerjaan dgn caranya sendiri
o Pimpinan sbg sumber informasi & pengendaliaan minimal

TEORI “CONTIGEN &SITUASIONAL

 Manejer yg efektif→ manajer yg melaksanakan tugasnya dgn kombinasi antra


faktor bawaan, perilaku dan situasi
 Tgt dari situasi organisasi (Tannenbaum& Schmid)
 Ideal dg situasi (Fielder) Tdp 4 komponen dlm pengelolaan:

TEORI KONTEPORER

 Manajer/pimpinan
 Staf dan atasan
 Pekerjaan
 Lingkungan Perbandingan teori motivasi berdasarkan isinya

TEORI MOTIVASI

Teori need hierarchy (maslow)

Fisiologi = gaji pokok

Aman = perencanaan regular (gaji)


Ksh sayang = Kerjasama scr tim

Harga diri = Pencapaian posisi

Aktualisasi = Tantangan dlm bekerja

2. ERG Theory (Clayton Alderfer)

E = Existence (fisiologi & aman)

R = Relatedness (kasih sayang)

G = Growth (harga diri & aktualisasi)

3. Two-Factor (Frederich Herzberg) Motivators = kepuasan kerja

Hygiene = lingkungan yg kondusif

TEORI INTERAKTIF

Asumsinya (Schein)

 Manusia mempunyai karakteristik kompleks, motivasi bervariasi dlm pekerjaan


 Motivasi seseorang tdk tetap, berkembang sesuai perubahan waktu
 Tujuan bisa berbeda pd situasi berbeda
 Penampilan seseorang & produktifitas dipengaruhi o/ tgs yg hrs diselesaikan,
kemampuan seseorang, pengalaman dan motivasi
PERTEMUAN 7

KOLABORASI

o Baily & Synder, (1995) > kolaborasi sebagai hubungan kemitraan yang bergantung
satu sama lain dan memerlukan perawat, dokter dengan profesi lain untuk melengkapi
satu sama lain ahli-ahli berperan secara hirarki (Kemenkes RI, 2012) •
o Kolaborasi adalah hubungan kerja di antara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dalam melakukan diskusi tentang diagnosis, melakukan kerja
sama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-
masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya,
kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif
kepada seluruh kolaborator.
o Praktik keperawatan kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam
manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral
didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi (Siegler &
Whitney, 2000).
o Kolaborasi menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA, 1992), adalah hubungan kerja
diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada klien. Kegiatan yang
dilakukan meliputi diskusi tentang diagnosa, kerjasama dalam asuhan kesehatan,
saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada
kepercayaannya (Sumijatun, 2010).
o Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan praktik kolaborasi perawat-dokter adalah
pelaksanaan hubungan kemitraan antar profesi berbeda yang saling bergantung dan
melengkapi satu sama lain, saling bekerja sama dengan adanya tujuan yang hendak
dicapai bersama; bertujuan memperkuat hubungan diantara profesi; memiliki
pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing; adil
dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya komunikasi yang jelas dan
teratur; kemampuan dan keahlian sesuai dengan peran dan kewenangan profesinya
yang dilandasi nilai-nilai profesi sehingga akan terbentuk sebuah diskusi dalam
merencanakan, mendiagnosa, dan mengambil keputusan terbaik untuk pasien serta
adanya keterlibatan interprofesional kesehatan dalam proses tersebut sehingga terjadi
proses kolaborasi yang efektif.
TUJUAN KOLABORASI

o Membahas masalah tentang klien dan untuk meningkatkan pemahamam tentang


kontribusi setiap anggota tim serta untuk mengidentiikasi cara meningkatkan mutu
asuhan klien.
o Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua anggota profesi harus mempunyai
keinginan untuk bekerja sama. Perawat dan tim medis lain merencanakan dan
mempraktikkan sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas
lingkup praktik dengan berbagai nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang
lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga, dan Masyarakat.

MANFAAT KOLABORASI

o Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien, dengan tujuan


memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi klien.
o Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian masalah atau isu.
Memberikan model yang baik riset kesehatan.
o Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi sumber daya
o Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja ▪ Meningkatkan
kohesivitas antar tenaga Kesehatan professional
o Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga Kesehatan professional

MANFAAT KOLABORASI

o Menurut Oandasan, et al., (2006) dan Schadewaldt (2015), kolaborasi interprofesi akan
meningkatkan kualitas perawatan kepada pasien, masa pengobatan yang lebih pendek,
biaya perawatan yang lebih murah, serta mengurangi beban dan stress kerja pada tim
profesi kesehatan. Sedangkan hasil penelitian Hughes dan Fitzpatrick (2010)
menunjukkan bahwa kerjasama interprofesi berhubungan dengan berkurangnya angka
mortalitas, meningkatkan kepuasan kerja, dan mengurangi biaya perawatan.

MODEL PRAKTIK KOLABORASI

o Model praktik kolaborasi menurut Burchell, Thomas, dan Smith (1983), dalam Siegler
& Whitney (2000) dalam Paryanto (2006) terdapat dua model praktik kolaborasi,
yaitu: 1) Model Praktik Kolaborasi tipe I menekankan komunikasi dua arah, tetapi
tetap menempatkan dokter pada posisi utama dan membatasi hubungan antara dokter
dan pasien.
o Model Praktik Kolaborasi tipe II lebih berpusat pada pasien, dan semua pemberi
pelayanan harus saling bekerjasama, juga dengan pasien. Model ini tetap melingkar,
menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan yang lain dan tidak ada satu
pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus menerus.
o Kolaborasi yang dilakukan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya semuanya
berorientasi kepada pasien. Dalam situasi apapun, praktik kolaborasi yang baik harus
dapat menyesuaikan diri secara adekuat pada setiap lingkungan yang dihadapi
sehingga anggota kelompok dapat mengenal masalah yang dihadapi pasien, sampai
terbentuknya diskusi, dan pengambilan keputusan. Praktik kolaborasi menurut Hoffart
dan Wood (1996), Will Jhonson dan Sailer (1998) dalam Paryanto (2006),
menekankan sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan dan saling memberikan
informasi tentang kondisi pasien demi mencapai tujuan bersama.
o Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif, (Lindeke dan Sieckert, 2005)
meliputi
o Kerjasama: menghargai pendapat dan terbuka terhadap pendapat dn perubahan
kepercayaan
o Asertifitas: mendukung pendapat dengan keyakinan dan adanya kesepakatan untuk
dicapai 3. Tanggung jawab: mendukung suatu keputusan dari hasil kesepakatan dan
terlibat dalam pelaksanaannya
o Komunikasi: setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai perawatan pasien dan isu yg relevan utk membuat keputusan klinis
o Otonomi: kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
o Koordinasi: efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan

ELEMEN-ELEMEN KOLABORASI

o Multiple provider: kerja sama yang meliputi satu atau lebih pemberi pelayanan
kesehatan dan dapat lebih dari satu jenis grup profesi.
o Service Koordinasi: pendekatan umum yang digunakan untuk menjamin asuhan dan
pelayanan dalam disiplin ilmu yang sama dan beberapa disiplin ilmu dalam bidang
kesehatan.
o Communication: berkomitmen untuk saling memberikan informasi pada grup pemberi
pelayanan kesehatan.

KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI SEBAGAI DASAR KOLABORASI

o Keterampilan Komunikasi Yang Efektif


o Saling Menghargai dan Rasa Percaya
o Memberi dan Menerima Umpan Balik
o Pengambilan Keputusan
o Manajemen Konflik

KETERAMPILAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

o Komunikasi sangat penting dalam meningkatkan kolaborasi karena memfasilitasi


berbagai pengertian individu (Kemenkes, 2012). Chittiy (2001) dalam Marquis (2010)
mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran kompleks antara pikiran, gagasan, atau
informasi, pada dua tingkatan, verbal dan nonverbal.
o Komunikasi yang efektif adalah kemampuan dalam menyampaikan pesan dan
informasi dengan baik, menjadi pendengar yang baik dan keterampilan menggunakan
berbagai media. Thomas Leech, menyatakan bahwa untuk membangun komunikasi
yang efektif, harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu:
membaca, menulis, mendengar dan berbicara (Nurhasanah, 2010).

KETERAMPILAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

o Tiga gaya komunikator - dominan, suka berdebat, dan penuh perhatian - telah
digunakan dalam studi keperawatan mengenai gaya kolaborasi karena gaya
komunikator berhubungan dengan tingkat kolaborasi dan peningkatan kualitas
keperawatan.
o Menggunakan gaya komunikasi penuh perhatian dan menghindari gaya suka berdebat
dan gaya dominan membuat perbedaan yang signifikan dalam kolaborasi
perawatdokter, hasil akhir pasien positif dan kepuasan perawat (Blais, 2006).

SALING MENGHARGAI DAN RASA PERCAYA

o Saling menghargai terjadi saat dua orang atau lebih menunjukkan atau merasa
terhormat atau berharga terhadap satu sama lain. Rasa percaya terjadi saat seseorang
percaya terhadap tindakan orang lain. Saling menghargai maupun rasa percaya
menyiratkan suatu proses dan hasil yang dilakukan bersama. Tanpa adanya saling
menghargai, kerja sama tidak akan terjadi

SALING MENGHARGAI DAN RASA PERCAYA

Menghargai satu sama lain bermanfaat untuk: .


o Mengurangi perbedaan status professional
o Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja
o Meningkatkan pembagian informasi diantara profesi
o Menerima konstribusi profesi lain
o Sebagai advokasi evaluasi kritis penampilan kerja di antara anggota tim
o Mempermudah pengambilan keputusan bersama
o Meningkatkan tanggung jawab dan tanggung gugat dalam bekerja

MEMBERI DAN MENERIMA UMPAN BALIK

o Salah satu yang dihadapi para professional adalah memberi dan menerima umpan balik
pada saat yang tepat, relevan, dan membantu untuk dan dari satu sama lain, dan klien
mereka. Umpan balik yang positif dicirikan dengan gaya komunikasi yang hangat,
perhatian, dan penuh penghargaan.
o Tinjauan mengenai keterampilan komunikasi dasar, dan kesempatan untuk praktik
mendengarkan serta memberi dan menerima umpan balik dapat meningkatkan
kemampuan professional, agar dapat melakukan komunikasi dengan efektif.
o Memberi dan menerima umpan balik, membantu individu mendapatkan kesadaran
sendiri, membantu tim kolaboratif untuk membangun pemahaman dan hubungan kerja
yang efektif

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

o Proses pengambilan keputusan ditingkat tim mencakup pembagian tanggung jawab


untuk hasil. Jelasnya, untuk menciptakan suatu solusi, tim tersebut harus mengikuti
tiap langkah proses pengambilan keputusan yang dimulai dengan defenisi masalah
yang jelas.
o Aspek penting dalam pengambilan keputusan adalah tim, antardisiplin yang berfokus
pada kebutuhan prioritas klien yang mengorganisasi intervensi berdasarkan kebutuhan
tersebut.
o Disiplin yang paling baik memenuhi kebutuhan klien diberikan prioritas dalam
perencanaan dan bertanggung jawab memberikan intervensinya pada waktu yang
tepat.

MANAJEMEN KONFLIK

o Konflik peran dapat terjadi, dalam situasi apapun di tempat individu bekerjasama.
Konflik peran muncul saat seseorang diharapkan melaksanakan peran yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan harapan.
o Untuk mengurangi konflik peran, anggota tim dapat juga melaksanakan konferensi
antardisiplin, mengambil bagian dalam pendidikan antardisiplin pada program dasar,
dan yang paling penting menerima tanggung jawab personal untuk kerja tim.
o Kegagalan professional untuk berkolaborasi bukanlah disengaja, tetapi lebih pada
kurangnya keterampilan yang diperlukan

PROSES KOLABORASI

o Proses kolaboratif dengan sifat interaksi antara perawat dengan dokter menentukan
kualitas praktik kolaborasi.
o ANA, 1998 dalam Siegler & Whitney (2000) menjabarkan kolaborasi sebagai
hubungan rekan yang sejati, dimana masing-masing pihak menghargai kekuasaan
pihak lain dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab
masing-masing dan adanya tujuan Bersama.

INDIKATOR PROSES KOLABORASI

o Kontrol Kekuasaan
o Lingkungan Praktik
o Kepentingan Bersama
o Tujuan Bersama

KONTROL KEKUASAAN
o Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat mendapat kesempatan
yang sama mendiskusikan pasien tertentu.
o Kontrol kekuasaan akan dapat terjadi bila perawat mengerti bahwa mereka harus
berinteraksi dengan dokter yang terdistribusi dalam kategori, yaitu :
 membagi informasi tentang kondisi pasien
 membagi ide untuk tindak lanjut perawatan pasien,
 berani memberikan pendapat dan usulan kepada dokter,
 memberi dukungan/persetujuan untuk rencana perawatan pasien,
 dapat menyatakan ketidaksetujuan/tidak sependapat dengan dokter
 dapat melakukan humor.
o Hambatan-hambatan yang seringkali terjadi adalah adanya keengganan dari masing-
masing profesi untuk menerima dan memberi pendapat, dari pihak perawat sendiri
kurang memahami kedudukannya sebagai mitra dokter, sehingga hanya mematuhi
setiap perintah yang ditulis dokter dilembar rekam medis.
o Perawat sebagai salah satu anggota tim kolaborasi membawa perspektif yang unik
dalam interdisiplin tim. Perawat membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung
penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan termasuk dokter.
o Berdasarkan hasil penelitian Polohindang, Rattu, Umboh, dan Tilaar (2012) di RSUD
Dr. Sam Ratulangi Tondano menunjukkan bahwa kolaborasi dokterperawat sudah
dilaksanakan meskipun masih banyak kendala, tetapi hasil observasi menunjukkan
bahwa sebagian besar proses kolaborasi belum diaplikasikan dalam pelayanan
kesehatan di ruang rawat inap, yang ditandai dengan minimnya tindakan berbagi
pendapat atau usulan, perawat tidak melaksanakan tugas otonominya secara lengkap,
dokter menganggap perawat sebagai subordinat, dokter-perawat jarang memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien, diskusi jarang dilaksanakan, perawat belum
memiliki sifat asertif bertanya kepada dokter dan hanya menunggu instruksi dokter,
asuhan keperawatan tidak lengkap, dan dokter yang terlambat visite.

LINGKUNGAN PRAKTIK

o Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak.


o Perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang terpisah sesuai dengan peraturan
praktik perawat dan dokter, namun demikian ada tugas-tugas tertentu yang dibina
bersama (Siegler, 2008).
o Sebagai seorang praktisi, dokter memang berbagi lingkungan praktik dengan para
perawat tetapi mereka tidak dididik untuk menanggapinya sebagai rekanan atau
sejawat atau kolega (Siegler, 2008). Disisi lain seorang perawat profesional seringkali
masih menempatkan diri dibawah dokter, sebagai tenaga vokasional yang bertindak
atas perintah dokter.
o Peran penting perawat adalah memberikan pelayanan perawatan (care) atau
memberikan perawatan (caring) yang merupakan tugas primer perawat. Tugas perawat
bukan untuk mengobati (cure), sebagai tugas sekundernya tetapi membantu
pelaksanaan rencana pengobatan/terapi.
o Bentuk tanggung jawab perawat selama berkolaborasi dengan dokter adalah
o 1) mengenal status kesehatan pasien,
o 2) Identifikasi kondisi yang membahayakan jiwa,
o 3) memberikan tindakan keperawatan yang dapat mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan pasien,
o 4) tanggung jawab dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan,
o 5) bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan pasien.
o Dalam membangun tanggungjawab bersama, perawat dan dokter harus dapat
merencanakan dan mempraktikkan bersama sebagai kolega, bekerja saling
ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktik dengan berbagi nilai-nilai dan
pengetahuan serta menghargai orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan
individu, keluarga, dan masyarakat (Werdati, 2006).

KEPENTINGAN BERSAMA

o Dokter sebagai individu dan perawat sebagai individu mempunyai kepentingan untuk
mengaktualisasikan dirinya. Keinginan untuk dihargai, didengarkan pendapatnya,
menerima dengan lapang dada saran atau pendapat satu dengan lainnya yang
berpengaruh terhadap proses kolaborasi.
o Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-masing atau keasertifan
dalam usaha untuk memuaskan kepentingan sendiri dan faktor kerjasama (usaha untuk
memuaskan pihak lain).
o Menurut Lange & Jakubowski (1978) perilaku asertif adalah kemampuan untuk
mengemukakan pikiran, perasaan, pendapat secara langsung dan jujur dengan cara
yang tepat dalam penyampaiannya tidak menyakiti atau merugikan diri sendiri maupun
orang lain.

KEPENTINGAN BERSAMA

o Kerjasama adalah melakukan sinergi atau menyatukan pendapat, kemampuan,


kewenangan pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan
yang dilandasi rasa saling menghargai dan percaya.
o Kerjasama seringkali tidak berjalan mulus dan sering terjadi konflik antar disiplin
ilmu. Thomas dan Kilmann (1974) dalam Siegler (2008) dan Werdati (2005) telah
merancang model untuk mengukur pola managemen penanganan konflik: bersaing,
berkolaborasi, berkompromi, menghindar, mengakomodasi. Manajemen pengelolaan
konflik yang paling baik apabila masing-masing pihak mendapatkan kesepakatan
bersama dan mempunyai komitmen untuk melaksanakan kesepakatan itu dengan
sukarela (Werdati, 2006).

TUJUAN BERSAMA

o Menurut Daldiyono (1997) dokter, perawat, dan pasien memiliki tujuan bersama yaitu
pelayanan kesehatan secara maksimal. Untuk itu peran masingmasing harus dijaga
kelancarannya, dokter tidak lebih penting dari perawat demikian juga sebaliknya.
Profesi kedokteran dan profesi keperawatan harus bekerja bersama-sama,serasi,selaras
dan seimbang,saling menghargai dan saling membina pengertian. Daerah kerja yang
tumpang tindih harus dikerjakan bersama-sama bukan saling tarik menarik atau
sebaliknya saling melempar tanggung jawab.

TUJUAN BERSAMA

o Berdasarkan jurnal penelitian yang dibuat oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Universitas Syiah Kuala tentang Peran Perawat dalam Memenuhi
Kebutuhan Nutrisi Pasien Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah RNDR. Zainoel
Abidin Banda Aceh (2014), didapatkan hasil peran perawat berada dalam kategori
(82%) baik dengan rincian untuk peran sebagai pelaksana (79%), pendidik (90%),
manajer (79%), advokat (82%), kolaborator (87%), sedangkan peran
konsultan/konselor (62%) dan change agent (72%) berada dalam kategori kurang.
Berdasarkan hasil tersebut maka diharapkan perawat dapat mempertahankan dan
meningkatkan perannya dalam pemberian asuhan keperawatan seperti pemberian
informasi, pendidikan kesehatan, dan dukungan positif kepada pasien sehingga
prognosis penyakit akan lebih baik.

PERTEMUAN 8

CONTROLING (PENGENDALIAN) MANAJEMEN

8.1 PRINSIP DALAM PENGENDALIAN MANAJEMEN


Keperawatan (General Theory)
Controlling → Understable (Memahami) → Standar Of
Performance → Achieving The Goal (Mencapai Tujuan)
8.2 Sistem Kontrol yang Baik
• Mencerminkan pada kegiatan yang berlangsung
• Bila terjadi kesalahan segera melaporkan
• Harus melihat ke depan
• Terkecuali pada titik kritis/kedaruratan
• Obyektif
• Fleksibel
• Menyesuaikan dengan iklim organisasi
• Ekonomis
• Penuh pengertian
• Menunjukkan tindakan koreksi
8.3 Efektivitas Program Pengendalian
• Dukungan dari administratur tingkat puncak (sumber dana dan SDM)
• Komitmen
• Tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan sebagai keunggulan
• Konsisten
8.4 JENIS PENGENDALIAN
• Ronde keperawatan / audit klinis
• Supervisi
• Penilaian kinerja
• Penilaian mutu
8.5 SUPERVISI
Pengertian YURA & HELEN: Mengawasi, meneliti dan memeriksa.
Dipandang sebagai proses dinamis dengan memberikan dorongan dan
berpartisipasi dalam pengembangan diri staf dan pelaksaan keperawatan

8.6 Tujuan SuperviSi


- Mengorientasikan staf dan pelaksanan kep
- Melatih staf dan pelaksana
- Memberikan arahan dalam melaksanan
- Memberikan bantuan kepada staf apabilamereka menghadapi kendala
- Mengembangkan kema mpuan stafmemberikan as-kep
8.7 Faktor – faktor dalam pelaksanaan pelayanan prima, Gultom
(2006)

 Ability / kemampuan
 Attitude / sikap
 Appearance / penampilan
 Attention / per!atian
 Action / tindakan
 Accountability / tanggung jawab
PERTEMUAN 9

JENJANG KARIR PERAWAT PROFESIONAL

9.1 Sist. Jenjang Karir Perawat


Jenjang Karir → sistem utk meningkatkan kinerja & professionalisme,
sesuai dgn bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi
9.2 MANFAAT JENJANG KARIR
- Memberi kesempatan u/ kemajuan profesional dlm posisi asuhan langsung pasien
- Meningkatkan tumbuh kembang profesional seseorang
- Menarik dan menahan perawat di instansi
- Menyediakan mekanisme u/ menghargai keahlian seseorang
- Menyediakan kerangka kerja u/ penyusunan alat evaluasi kinerja
- Meningkatkan kepuasan kerja
- Memberi dampak positif pd asuhan pasien
9.3 Prinsip Pengembangan

- Kualifikasi: dimulai dari lulusan D-III Kep


- Penjenjangan: mempunyai makna tingkatan kompetensi utk melaksanakan asuhan
keperawatan yg akontabel dan etis sesuai batas kewenangan
- Penerapan askep: fungsi utama perawat klinik adl memberi asuhan keperawatan
langsung sesuai standar praktik dan kode etik pengembangan karir perawat
9.1 Penjenjangan Karir Professional Perawat Secara Umum Meliputi:
1. Perawat Klinik (PK)
2. Perawat Manajer (PM)
3. Perawat Pendidik (PP)
4. Perawat Peneliti/Riset (PR)

PERTEMUAN 10

MANAJEMEN KONFLIK

10.1 Pengertian konflik

Nardjana (1994): konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau


kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain.
10.2 Jenis Konflik

Konflik dilihat dari fungsi:

1. Functional conflict (konflik yang fungsional): konflik yang mendukung tujuan


kelompok, memperbaiki kinerja kelompok
2. Dysfunctional conflict (konflik yang disfungsional): konflik yang merintangi
tercapainya tujuan kelompok
10.1 Dilihat dari orang yang terlibat di dalamnya:

1. Konflik dalam diri individu

2. Konflik antar individu

3. Konflik antara individu dan kelompok

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama

5. Konflik antar organisasi

6. Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda


10.1 Sebab Konflik

1. Komunikasi informasi tidak lengkap, tidak dipahami, sulit dimengerti,


mendua, gaya individu manajer yang tidak konsisten

2. Struktur perebutan kekuasaan/kepentingan, persaingan


untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas,
saling ketergantungan antar kelompok
3. Pribadi

Perbedaan nilai-nilai dan persepsi, emosi

10.2 Tipe-tipe Situasi Konflik

 Konflik Vertikal, konflik terjadi antara atasan & bawahan

 Konflik Horizontal, terjadi antara sesama karyawan atau kelompok yg berada


pd hierarkhi yg sama
 Konflik Garis Staff, bila konflik terjadi antara staf pada bidang tertentu.
 Konflik Peranan, terjadi bila komunikasi antar anggota tidak kompetibel bagi
pemegang peranan.
10.3 Manajemen Konflik

Mengelola konflik berarti kita hrs meyakini bahwa konflik memiliki peran
dlm rangka pencapaian sasaran secara efektif & efisien.

10.4 Cara Pengelolaan Konflik

 Memahami masalah hindari salah mendeteksi: tidak peduli masalah


atau
menganggap ada masalah tapi sbenarnya tidak ada

 Diagnosis kenali siapa, apa, mengapa, dimana dan bagaimana alternatif


mengatasi konflik

 Menyepakati solusi  Pelaksanaan solusi


PERTEMUAN 11

KONSEP DASAR SUPERVISI KEPERAWATAN

11.1 Supervisi

Merupakan bagian dari fungsi manajemen → pengawasan dan pengendalian

11.2 Supervisi Keperawatan → Kemenkes 2000, dalam nursalam

2011

• Kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan


oleh supervisor
11.3 Siapa yang seharusnya menjalankan supervisi?

1. Ketua Tim

2. Kepala Ruangan

3. Pengawas Keperawatan

4. Kepala Seksi

5. Kepala Bidang Keperawatan

11.4 Manfaat Supervisi

1. Bagi Perawat Pelaksana

- Timbul perasaan dihargai dan meningkatkan percaya diri


- Mendorong praktek kep yang aman dan meningkatkan kepuasan kerja
- Meningkatkan kepuasan pribadi dan profesional (komitmen belajar terus
menerus)
- Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggungjawab

2. Bagi Manajer

- Memfasilitasi staf dalam mengembangkan diri dan meningkatkan


profesionalisme → kualitas mutu dapat tercapai
3. Kualitas Dan keamanan pasien

- Meningkatkan kualitas pelayanan dan keamanan pasien

4. Pembelajaran

- Mendidik (bimbingan), identifikasi masalah dalam askep, meningkatkan


motivasi, memantau kemajuan pembelajaran
11.5 Model-Model Supervisi

- Development - Academic - Experimental - Model 4S


PERTEMUAN 12

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN

12.1 Pengertian MPKP

Sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan


perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
12.2 Definisi model Asuhan Keperawatan

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem


(struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 200.”

12.3 Tujuan Pengembangan MPKP

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui penataan sistem


pemberian asuhan keperawatan baik struktur, proses dan nilai-nilai yang
diyakini dalam pemberian asuhan keperawatan
12.4 Lima model utama pengelolaan asuhan keperawatan untuk pemberian asuhan
pasien:
1. asuhan pasien total,

2. keperawatan professional,
3. tim dan keperawatan modular,

4. keperawatan primer dan

5. manajemen kasus.

12.5 Pemilihan model pengelolaan pemberian asuhan pasien yang paling


tepat untuk setiap unit atau organiasi bergantung (Marquis & Huston
2013) pada:
a. Keterampilan dan keahlian staf

b. Ketersediaan perawat professional yang terdaftar

c. Sumber daya ekonomi dari organisasi

d. Keakutan pasien

e. Kerumitan tugas yang harus diselesaikan

12.6 Primary Nursing

Tenaga kep profesional 4-5 klien Bertanggung jawab terhadap kondisi


klien, semua kebutuhan & koordinasi dgn tim kes lain Bertanggung jawab
mulai klien masuk sampai pulang, pada saat tidak bertugas PN lain
bertindak sbg associate PN yg libur/tdk jaga
a. Keuntungan:

1. Memungkinkan Perawat Primer untuk pengembangan diri melalui implementasi


ilmu pengetahuan
2. Model praktek didasarkan pada pengetahuan

b. Kerugian:

1. Perlu perawat pendidikan tinggi dan berpengalaman.

2. Perlu kemampuan komunikasi yang baik antara perawat primer dengan perawat
asosiat
12.7 CASE METHOD

CASE METHOD – TOTAL CARE

Berpusat pada client/pasien yang tingkat ketergantungannya TC atau PC


asuhan secara komprehensif terhadap satu / sekelompok pasien pada shift
dinas tertentu→ pasien dilayani oleh Perawat yang sama dalam shift
dinas→Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari pelaksana asuhan
12.8 Modular

Perawat profesional dan vokasional bekerjasama utk merawat sekelompok


klien dari mulai masuk ruang rawat hingga pulang (tanggung jawab total)
Metode ini juga memerlukan perawat yg berpengetahuan luas dan trampil,
kemampuan kepemimpinan baik 2-3 perawat utk 8-12 klien Keuntungan &
Kerugian= gabungan tim dan primer

12.9 CASE MANAGEMENT atau MPP (manajemen Pelayanan Pasien)

1. Integrasi layanan kesehatan untuk klien/pasien secara individu atau kelompok


2. Team multidisiplin tanggung jawab secara kolaboratif dalam: Kajian kebutuhan
Klien Menetapkan Rencana Tindakan, Implementasi, Evaluasi
3. Dari saat Pasien datang/diterima, dirujuk dan atau dipulangkan
PERTEMUAN 13

HAND OVER / SERAH TERIMA / TIMBANG TERIMA

13.1 TIMBANG TERIMA

Handover →komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan


oleh perawat pd pergantian shift jaga timbang terima → cara dlm
menyampaikan sesuatu (laporan) yg berkaitan dengan keadaan klien
(Nursalam, 2015)
13.2 TUJUAN TIMBANG TERIMA

1. perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.


2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota
tim perawat.
4. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan
5. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien

6. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya


7. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

13.3 PELAKSANAAN DALAM PROSEDUR

1. Kedua kelompok dalam keadaan siap

2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan


13.4 METODE TIMBANG TERIMA (Kassesan dan Jagoo, 2005)

a. Metode tradisional

- Dilakukan hanya di meja perawat

- Komunikasi 1 arah

- Jika ada pengecekan ke pasien, hanya memastikan kondisi secara umum


- Tidak ada kontribusi / feedback dari pasien / keluarga shg status kes pasien tidak
up to date

b. Bedside handover

- Dilakukan di samping tempat tidur pasien

- Pasien dan keluarga terlibat

- Pasien dan keluarga mendapatkan feedback

13.5 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM TIMBANG TERIMA


1. Dilaksanakan tepat waktu pd saat pergantian dinas yang disepakati.

2. Dipimpin oleh penanggung jawab klien / perawat primer.

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.

4. adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.

5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan


menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien.
6. Timbang terima harus berorientasi pada masalah keperawatan yang ada (melalui
pengkajian), kemudian tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta
perkembangan setelah dilakukan tindakan.
13.6 TIMBANG TERIMA SHIFT JAGA PERAWAT DENGAN SBAR

 Situation →kondisi terkini yg terjadi pada pasien berisi mengenai data pasien yg
meliputi nama pasien, tanggal lahir, tanggal masuk, hari perawatan, dokter yang
bertanggung jawab, perawat yang bertanggung jawab, nama ruangan, nomor
tempat tidur, alasan masuk rumah sakit, diagnosa medis, masalah keperawatan
dan keluhan utama pasien.
 Background → menjelaskan kondisi pasien secara lengkap. riwayat penyakit dan
pengobatan sebelumnya, riwayat alergi, hasil laboratorium, hasil rontgent,
pengobatan dan intervensi keperawatan yang telah dilakukan dan respon pasien
terhadap tindakan perawatan dan pengobatan.
 Assessment → pengkajian kondisi pasien terkini. Informasi tersebut meliputi
tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, frekuensi nafas), tingkat kesadaran, nyeri
yang dirasakan, status nutrisi (berat badan, tinggi badan, index massa tubuh),
kemampuan buang air besar dan air kecil, keberadaan luka di tubuh (khususnya
luka dekubitus) dan informasi klinis lain yang mendukung.
 Recommendation → menginformasikan tindakan keperawatan yg seharusnya
berdasarakan data situation, background, dan assessment meliputi rencana
tindakan yg akan dilakukan, rencana tindak lanjut, solusi yg bisa perawat
tawarkan kepada dokter, apa yg perawat butuhkan dari dokter u/ memperbaiki
kondisi pasien, dan waktu yg diharapkan perawat saat tindakan itu terjadi.
PETEMUAN 14

Perencanaan pulang pasien dan ronde keperawatan

14.1 Pengertian Discharge Planning

Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
keperawatan mandiri dirumah.
14.2 Tujuan perencanaan pulang

a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial.

b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien. Discharge planning


yang dijalankan oleh perawat sebenarnya hanya berpusat pada jadwal kontrol
rutin dan nutrisi pasien. Pemberiannya pun hanya spontan dan tanpa disertai
format discharge planning. Dari data di atas dapat menunjukkan masih kurang
optimalnya pemberian discharge planning di ruang perawatan.
14.3 Proses Discharge Planning

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial,


budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge planning
atas tiga fase. yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut,
perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning. Sedangkan pada fase
transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya
semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan
kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu
untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan
berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. Perry dan Potter (2005)
menyusun format discharge planning sebagai berikut:

1) Pengkajian

a. Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan


menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan
care giver, fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan
fisik pasien.
b. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah.
c. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam
perawatan.
d. Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain.

e. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan


kesehatan di luar rumah sakit.
f. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan
dengan pembatasi.
g. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang
kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial,
perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di
rumah).
2) Diagnosa Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga.
Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga
yang membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah
masalah tersebut aktual atau potensial.
3) Perencanaaan: Hasil yang diharapkan Kelompok perawat berfokus pada
kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang
disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah


pulang.

b. Environment (Lingkungan)

Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya


aman.
c. Treatment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah


klien pulang.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)

Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana


mempertahankan kesehatan.
e. Outpatient referral

Peningkatan perawatan yang kontinue

f. Diet

g. Klien diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.

14.4 Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh


pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pulang (Discharge summary). Penyerahan home care dibuat sebelum klien
pulang. Informasi tentang klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut.
Seperti informasi tentang jenis pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi
cairan IV di rumah), status fisik dan mental klien.
14.5 Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
proses discharge planning.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien
berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan
rumah (home visit). Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada
enam variabel:
a. Derajat penyakit

b. Hasil yang diharapkan dari perawatan

c. Durasi perawatan yang dibutuhkan

d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan

e. Komplikasi tambahan

f. Ketersediaan sumber-sumber

14.6 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan pada Discharge Planning


Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui apa yang
telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status
kesehatan pasien. Discharge Planning harus disesuaikan dengan:
a. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan

b. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit.

c. Disusun oleh tim.

14.7 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah


keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, dan perawat
associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
1. Tujuan Ronde Keperawatan

a) Tujuan umum

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan diskus.


b) Tujuan Khusus

1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.


2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.

3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.


4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorientasi pada masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi keperawatan. rencana asuhan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi.

 Manfaat

1) Masalah pasien dapat teratasi.

2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional.

4) Terjadinya kerja sama antar tim kesehatan.

5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan


benar.
 Ktiteria Pasien

Pasien yan dipilih untuk melakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.

14.8 Tahap-Tahap Ronde Keperawatan

a. Praronde

1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka).
2) Menentukan tim ronde.

3) Mencari sumber atau literatur.

4) Membuat proposal.

5) Mempersiapkan pasien: informed consentdan pengkajian.


6) Diskusi: apa diagnosis keperawatan? Apa data yang
mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?
b. Pelaksana Ronde

1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada


masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan serta
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala


ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.

c. Pascaronde

1) Evalusi, revisi dan perbakan.

2) Kesimpulan dan rekomendasi keperawatan selanjutnya.

penegakan diagnosis: intervensi keperawatan selanjutnya.

14.9 Tahapan Ronde keperawatan menurut Ramani (2003), tahapan ronde


keperawatan adalah:
1) Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning

(perencanaan), orientation (orientasi).

2) Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),


observation (pengamatan). instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan).
3) Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran), reflection
(refleksi), preparation (persiapan).
14.10 Hal yang dipersiapkan dalam ronde keperawatan

Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan persiapan
sebagai berikut:
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
b. Menentukan tim ronde keperawatan,

c. Mencari sumber atau literatur.

d. Membuat proposal.

e. Mempersiapkan klien: informed consent dan pengkajian.

f. Diskusi
apa diagnosis keperawatan?;
Apa data yang mendukung?;
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?;
Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?
14.11 Komponen terlibat dalam ronde keperawatan

Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah perawat
primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lainnya.
a) Peran Ketua Tim dan Anggota Tim

1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.

2. Menjelaskan masalah keperawata utama.

3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.

4. Menjelaskan tindakan selanjutnya.

5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

b) Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor

Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim) Dalam
menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk
memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain:
1. Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
2. Menjelaskan masalah keperawatan utama

3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan

4. Menjelaskan tindakan selanjtunya

5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil

Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler

1. Memberikan justifikasi

2. Memberikan reinforcement

3. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan


yang rasional
4. Mengarahkan dan koreksi

5. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

6. Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde keperawatan ini
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
14.12 Prosedur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

1. Tahap persiapan

1) Menetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde


keperawatan
2) Catatan keperawatan dan medis pasien

3) Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.

4) Menyiapakan literature atau referensi terkait dengan penyakit klien


5) Menyiapkan buku dan alat tulis notulen ronde keperawatan

2. Prosedur Pelaksanaan

1) Mementukan topic karena Kasus yang akan dibahas dalam ronde


keperawatan harus ditetapkan paling lambat satu hari sebelum
pelaksanaan
2) Menentukan tugas dan peran

a) Peran ketua tim dan perawat pelaksana

• Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.


• Menjelaskan masalah keperawatan utama

• Menjelaskan intervensi yang dilakukan

• Menjelaskan hasil yang didapat

• Menentukan tindakan selanjutnya

• Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil

b) Peran kepala ruangan

• Memberikan justifikasi.

• Memberikan reinforcement

• Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta


rasional tindakan.
• Mengarahkan dan koreksi.

• Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.

14.13 Langkah-langkah kegiatan

a. Tahap prainteraksi

- Cek catatan keperawatan dan medis pasien

- Tetapkan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde


keperawatan
- Berikan inform consent pada keluarga dan pasien

- Membuka kegiatan ronde dengan mengucap salam

- Menjelaskan tentang hasil yang diharapakan dari hasil ronde

- Menjelaskan tentang pasien oleh perawat primer yng difokuskan pada


masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan
atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu di diskusikan.
- Memberi kesempatan anggota tim untuk diskusi dan mengajukan
pendapat dan pertanyaan
- Mengajak peserta menuju ruang pasien

b. Tahap orientasi
- Lakukan five moment

- Lakukan 4 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan) dengan sikap 4 SGRT dan


memperkenalkan diri.
- Salam dan panggil klien dengan namanya

- Menjelaskan tentang kegiatan yang dilkaukan oleh ketua tim atau


perawat primer.
c. Tahap kerja

- Memberi kesempatan klien untuk bertanya sebelum kegiatan dilakukan


- Mulai dengan cara yang baik dan sopan

- Jaga privasi klien

- Mempersilahkan tim untuk validasi, intervensi dan edukasi sesuai dengan


kebutuhan pasien.
- Memberi kesempatan pasien dan keluarga untuk menyampaikan
permasalahannya
d. Tahap terminasi

- Evaluasi perasaan klien

- Simpulkan kegiatan ronde keperawatan tidak didepan pasien

- Beri reinforcement positif pada tim

- Buat rencana tindak lanjut setelah kegiatan ronde keperawatan

- Kontrak pertemuan selanjutnya

- Menutup kegiatan ronde keperawatan

- Doa

- Dokumentasi

- Catat dalam notulen ronde keperawatan

Anda mungkin juga menyukai