Anda di halaman 1dari 10

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DR. SOETOMO

UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2023/2024

MATA KULIAH : HUKUM ACARA PIDANA


HARI/TANGGAL : SENIN, 15 JANUARI 2024
KELAS : A/K/P/RPL
WAKTU : 90 Menit
SIFAT UJIAN : TERBUKA

Aturan Ujian:

 Jawaban ujian merupakan pendapat pribadi/kutipan dari literatur/perudang-


undangan
 Dilarang untuk Copy Paste jawaban dari internet atau kompromi dengan
peserta ujian lainya
 Keterlambatan dalam mengirim jawaban tidak ditolerir dengan alasan apapun.
 Jika ada kesamaan jawaban (hasil copy paste via internet dan peserta ujian lain),
maka nilai akan dikurangi.

NAMA : Dinata Eskanda Putra

NIM : 202111500011

KELAS :K

SOAL UJIAN

1. Apakah berkas perkara yang sudah dinyatakan P21 dapat dihentikan penuntutannya
oleh Penuntut Umum? Jelaskan argumentasi hukumnya.

2. Apa yang dimaksud dengan Deponering dan apa perbedaannya dengan Penghentian
Penuntutan (SKPP). Jelaskan dari aspek aturan yang mengaturnya dan alasan-
alasan yuridisnya.
3. Surat Dakwaan merupakan akte yang kedudukanya sangat penting dalam
penyelesaian proses perkara pidana dipersidangan.

a. Jelaskan dengan menyertakan dasar hukumnya tentang isi surat dakwaan


baik secara formil dan materiil.
b. Jelaskan akibat hukum jika kedua syarat (formil dan materiil) tersebut tidak
terpenuhi.
c. Bagaimana upaya Jaksa Penuntut Umum jika surat dakwaan tidak diterima
oleh Hakim
d. Jelaskan apa pentingnya mencantumkan locus dan tempus delicti dalam surat
dakwaan?
e. Jelaskan pula secara singkat bentuk-bentuk surat dakwaan.

4. Pasal 153 ayat (1) KUHAP menyetakan bahwa “Pada hari yang ditentukan menurut
Pasal 152 Pengadilan Bersidang.

a. Jelaskan secara lengkap tata cara pemeriksaan persidangan perkara pidana


pada sidang pertama atau lanjutan.
b. Jelaskan asas hukum acara pidana apa saja yang harus diperhatikan dalam
pemeriksaan sidang tersebut.
c. Kapankah kesempatan eksepsi diberikan kepada Terdakwa atau Kuasa
Hukumnya. Jelaskan.
d. Alasan-alasan apa yang harus diperhatikan terdakwa/penasehat hukum di
dalam mengajukan eksepsi.

5. Pembuktian merupakan hal penting untuk mengungkap suatu kebenaran materiil.

a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembuktian?


b. Teori pembuktian apa yang dianut dalam hukum acara pidana di Indonesia.
Jelaskan dan sertakan dasar hukumnya.
c. Apakah terdakwa dibebani kewajiban membuktikan kesalahannya ? Jelaskan
argument saudara dan sebutkan dasar hukumnya.
d. Jelaskan secara singkat beserta dasar hukum alat-alat bukti yang sah dalam
KUHAP.

6. Jelaskan istilah-istilah di bawah ini dengan menyertakan dasar hukumnya :


a. Requisitoir
b. Pledoi
c. Vrijspraak dan Ontslag van alle rechtsvervolging.
d. Inkracht Van Gewijsde.

7. Jelaskan secara singkat upaya hukum yang diatur dalam KUHAP.


Jawaban Ujian :

1. Pada umumnya, setelah berkas perkara dinyatakan P21, Penuntut Umum memiliki
kewenangan untuk menghentikan penuntutan. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan
pertimbangan hukum dan fakta yang muncul selama penyelidikan atau proses hukum.
Argumentasi hukumnya dapat melibatkan kebijakan penuntutan yang berpusat pada
keadilan, kepentingan umum, atau kurangnya bukti yang cukup untuk melanjutkan
penuntutan. Namun, perlu dicatat bahwa hal ini dapat bervariasi tergantung pada
yurisdiksi hukum yang berlaku di suatu negara.
2. Deponering adalah tindakan Penuntut Umum untuk menunda sementara penuntutan
terhadap suatu perkara tanpa memberikan keputusan formil terkait kesalahan atau
tidaknya terdakwa. Deponering biasanya dilakukan saat terdapat kendala atau alasan
tertentu yang membuat penuntutan tidak dapat dilanjutkan dalam waktu yang tertentu.
Penghentian Penuntutan (SKPP) adalah keputusan resmi untuk menghentikan penuntutan
terhadap suatu perkara setelah dipertimbangkan secara menyeluruh. SKPP diberikan
berdasarkan pertimbangan hukum yang lebih mendalam dan seringkali terkait dengan
kebijakan penuntutan, keadilan, atau kurangnya bukti yang cukup.
Perbedaannya terletak pada tingkat kepastian dan kelanjutan. Deponering bersifat
sementara dan dapat dianggap sebagai penundaan, sementara SKPP adalah penghentian
yang lebih definitif dan berarti penuntutan tidak akan dilanjutkan. Aturan dan alasan
yuridis untuk deponering dan SKPP biasanya diatur dalam hukum acara pidana suatu
negara, dengan mempertimbangkan prinsip keadilan dan kepentingan umum.
3. Surat Dakwaan merupakan akte yang kedudukanya sangat penting dalam penyelesaian
proses perkara pidana dipersidangan.
a. Isi surat dakwaan secara formil, Misalnya, di Indonesia, KUHAP (Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana) Pasal 143 menyebutkan persyaratan-persyaratan
formil untuk surat dakwaan, termasuk menyebutkan identitas terdakwa, waktu
dan tempat kejadian, serta delik yang didakwakan.
Isi surat dakwaan secara materiil, Isi surat dakwaan harus merujuk pada pasal-
pasal atau norma hukum pidana yang diduga dilanggar oleh terdakwa. Contohnya,
mengacu pada pasal-pasal KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) atau
peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
b. Jika kedua syarat, baik formil maupun materiil, tidak terpenuhi dalam surat
dakwaan, dapat menyebabkan akibat hukum yang serius. Berikut adalah beberapa
konsekuensi yang mungkin timbul:
1) Tidak Sahnya Surat Dakwaan, kekurangan atau ketidakpenuhan syarat
formil dan materiil dapat menyebabkan surat dakwaan dianggap tidak sah
secara hukum. Hal ini dapat berdampak pada proses persidangan, karena
surat dakwaan yang tidak sah dapat menjadi dasar pembatalan atau
penolakan terhadap tuntutan pidana.
2) Gugurnya Tuntutan Pidana, Kesalahan dalam menyusun surat dakwaan
dapat mengakibatkan gugurnya tuntutan pidana terhadap terdakwa. Hakim
dapat memutuskan untuk menolak tuntutan jika surat dakwaan tidak
memenuhi syarat-syarat yang diatur oleh hukum acara pidana.
3) Ketidakberlakuan Putusan, Apabila surat dakwaan tidak memenuhi
persyaratan hukum, hal ini dapat memengaruhi keabsahan putusan akhir
pengadilan. Putusan pengadilan dapat dibatalkan atau direvisi apabila
surat dakwaan tidak sah dan mempengaruhi keadilan proses peradilan.
4) Pelanggaran Hak Terdakwa, Kekurangan dalam surat dakwaan juga dapat
dianggap sebagai pelanggaran hak terdakwa untuk mendapatkan informasi
yang memadai mengenai tuntutan yang dihadapinya. Ini dapat
bertentangan dengan prinsip keadilan dan hak asasi manusia.
c. Jika surat dakwaan tidak diterima oleh hakim, Jaksa Penuntut Umum dapat
mengambil beberapa langkah untuk mengatasi situasi tersebut. Beberapa upaya
yang mungkin dilakukan adalah :
1) Perbaikan Surat Dakwaan, Jaksa Penuntut Umum dapat memperbaiki atau
menyusun kembali surat dakwaan sesuai dengan petunjuk atau catatan
yang diberikan oleh hakim. Hal ini dapat mencakup penambahan
informasi yang kurang, klarifikasi, atau perbaikan formulasi hukum.
2) Negosiasi dengan Pihak Terdakwa, Jaksa Penuntut Umum dapat menjalin
komunikasi dengan pihak terdakwa atau kuasa hukumnya untuk mencapai
kesepakatan atau kesepahaman terkait surat dakwaan. Ini dapat mencakup
klarifikasi fakta atau persetujuan terhadap perubahan tertentu.
3) Banding atau Peninjauan Kembali, Jika hakim tetap menolak surat
dakwaan, Jaksa Penuntut Umum dapat mempertimbangkan opsi banding
atau peninjauan kembali terhadap keputusan tersebut. Langkah ini
mungkin ditempuh untuk memastikan bahwa keputusan hakim telah
mempertimbangkan hukum dan fakta yang relevan.
d. Mencantumkan locus dan tempus delicti (tempat dan waktu perbuatan pidana)
dalam surat dakwaan memiliki beberapa kepentingan penting dalam konteks
hukum pidana :
1) Memberikan Informasi Lengkap, Penyebutan locus dan tempus delicti
memberikan informasi lengkap kepada terdakwa tentang kejadian yang
didakwakan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa terdakwa memiliki
pemahaman yang jelas tentang perbuatan yang menjadi dasar dakwaan.
2) Memberikan Kejelasan Identitas, Locus delicti memberikan kejelasan
mengenai tempat di mana perbuatan pidana dilakukan. Ini penting untuk
menentukan yurisdiksi pengadilan yang berwenang mengadili kasus
tersebut. Tempus delicti, atau waktu perbuatan pidana, juga diperlukan
untuk menentukan apakah perbuatan tersebut berada dalam batas waktu
yang dapat dikenai hukuman.
3) Menghindari Ambiguitas, Penyebutan locus dan tempus delicti membantu
menghindari ambiguitas yang dapat muncul dalam interpretasi kasus.
Dengan memberikan informasi yang jelas mengenai tempat dan waktu
kejadian, surat dakwaan menjadi lebih spesifik dan tidak terbuka terhadap
penafsiran ganda.
e. Surat dakwaan adalah dokumen formal yang memuat tuduhan atau dakwaan
terhadap terdakwa. Beberapa bentuk umum surat dakwaan meliputi :
1) Surat Dakwaan Tertulis ialah Surat dakwaan umumnya ditulis dalam
format tertulis dengan penggunaan bahasa hukum yang jelas.
2) Surat Dakwaan Lisan ialah Dalam beberapa sistem hukum, surat dakwaan
dapat disampaikan melalui pernyataan lisan di persidangan..
3) Surat Dakwaan Formiil ialah memiliki struktur formal dengan bagian-
bagian seperti pengantar, identifikasi terdakwa, uraian fakta, dan tuntutan
hukum.
4) Surat Dakwaan Ringkas ialah menyajikan uraian singkat perbuatan yang
didakwakan tanpa detail berlebihan.
4. Pasal 153 ayat (1) KUHAP menyetakan bahwa “Pada hari yang ditentukan menurut Pasal
152 Pengadilan Bersidang.
a. Pasal 153 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa "Pada hari yang ditentukan
menurut Pasal 152 Pengadilan Bersidang." Sebagai informasi, Pasal 152 KUHAP
menyebutkan bahwa sidang pengadilan harus dimulai pada pukul 09.00 pagi,
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang atau hakim ketua.
Tata cara pemeriksaan pada sidang pertama meliputi :
1) Pembukaan sidang, Hakim Ketua membuka sidang pada waktu yang telah
ditentukan. Pemeriksaan identitas terdakwa dilakukan.
2) Pengumuman Dakwaan, Jaksa Penuntut Umum membacakan dakwaan
atau surat dakwaan. Terdakwa diminta memberikan jawaban terhadap
dakwaan.
3) Pemeriksaan Identitas Terdakwa, Pemeriksaan identitas terdakwa
dilakukan secara resmi.
4) Eksepsi, Terdakwa dapat mengajukan bantahan atau eksepsi terhadap
dakwaan. Hakim mendengarkan dan memutuskan atas bantahan atau
eksepsi yang diajukan.
5) Bacaan Surat Kuasa, Jika terdakwa diwakili oleh kuasa hukum, surat
kuasa dibacakan.
Tata cara pemeriksaan pada sidang lanjutan meliputi :
1) Pemeriksaan Saksi dan Bukti, Jaksa dan pembelaan dapat memanggil
saksi untuk memberikan kesaksian. Bukti-bukti yang diajukan oleh
masing-masing pihak dievaluasi.
2) Interogasi Terdakwa, Terdakwa diberikan kesempatan untuk memberikan
keterangan atau menjawab pertanyaan dari jaksa dan hakim.
3) Pertimbangan Hukum, Hakim dapat memberikan pertimbangan hukum
atau menjelaskan hukum yang berkaitan dengan perkara.
4) Pembelaan Akhir, Pembelaan dan penutupan perkara dilakukan oleh
pihak pembelaan terakhir. Terdakwa diberikan kesempatan untuk
menyampaikan pembelaan terakhirnya.
5) Replik dan Duplik, Jaksa dan pembelaan dapat memberikan replik dan
duplik sebagai tanggapan terhadap argumen dan bukti yang diajukan.
6) Penetapan Jadwal Putusan, Hakim menetapkan jadwal pembacaan
putusan.
b. Dalam pemeriksaan sidang perkara pidana, terdapat beberapa asas hukum acara
pidana yang harus diperhatikan. Beberapa asas ini memastikan bahwa proses
peradilan berlangsung dengan adil, transparan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip
keadilan. Beberapa asas hukum acara pidana yang relevan meliputi :
1) Asas Terbuka (Openbaarheidsbeginsel) merupakan asas Sidang
pengadilan harus terbuka untuk umum, kecuali ada alasan tertentu yang
memerlukan penyelenggaraan sidang tertutup.
2) Asas Pemeriksaan Bebas dan Tidak Memihak (Onderzoek ter
Terechtzitting) Hakim wajib melakukan pemeriksaan bebas, menyeluruh,
dan tidak memihak terhadap semua fakta dan bukti yang diajukan.
3) Asas Presumpsian Tak Bersalah (Onschuldpresumptie) yang berarti Setiap
terdakwa dianggap tidak bersalah hingga terbukti sebaliknya. Beban
pembuktian ada pada jaksa penuntut umum.
c. Kesempatan untuk mengajukan eksepsi biasanya diberikan kepada terdakwa atau
kuasa hukumnya pada awal tahap persidangan, khususnya pada sidang pembacaan
dakwaan atau sidang pertama. Proses ini diselaraskan dengan prinsip-prinsip
keadilan dan hak-hak terdakwa.
d. Ketika terdakwa atau penasehat hukumnya mengajukan eksepsi, beberapa alasan
atau pokok permasalahan tertentu harus diperhatikan. Berikut adalah beberapa
alasan yang umumnya menjadi dasar untuk mengajukan eksepsi :
1) Ketidaksesuaian Formil, Kesalahan dalam surat dakwaan, seperti tidak
mencantumkan identitas terdakwa dengan jelas, ketidaklengkapan fakta,
atau kekeliruan dalam penulisan.
2) Ketidaksesuaian Materiil, Adanya perbedaan antara apa yang didakwakan
dalam surat dakwaan dan fakta-fakta yang sebenarnya, atau kurangnya
dasar hukum yang memadai untuk mendukung dakwaan.
3) Preskripsi (Kadaluwarsa), Jika tindakan pidana yang didakwakan telah
melewati batas waktu yang diatur oleh hukum dan oleh karena itu telah
preskripsi.
5. Pembuktian merupakan hal penting untuk mengungkap suatu kebenaran materiil.
a. Pembuktian dalam konteks hukum merujuk pada proses pengumpulan dan
penyajian informasi, fakta, atau bukti yang mendukung atau membantah klaim
atau tuntutan dalam suatu persidangan. Tujuan pembuktian adalah untuk
membantu hakim atau juri dalam membuat keputusan berdasarkan kebenaran
materiil atau fakta-fakta yang relevan dalam perkara hukum.
b. Hukum acara pidana di Indonesia mengadopsi teori pembuktian yang dikenal
sebagai "sistem bebas (inquisitoir)" dengan pengaruh dari sistem "accusatoir."
Secara tradisional, sistem inquisitoir menekankan peran aktif hakim dalam
mengumpulkan dan menilai bukti, sementara sistem accusatoir menekankan pada
konfrontasi antara pihak-pihak yang bersengketa. Dasar hukum utama yang
mengatur teori pembuktian ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) Indonesia. Dalam KUHAP, terdapat ketentuan yang
menggambarkan peran hakim sebagai penyelidik dan pengadili yang memiliki
kewenangan aktif dalam proses pembuktian (diatur dalam Pasal 184 sampai Pasal
188 KUHAP).
c. Tidak, dalam sistem hukum pidana Indonesia, terdakwa tidak dibebani kewajiban
membuktikan kesalahannya. Prinsip dasar dalam hukum pidana Indonesia adalah
presumsi tak bersalah, yang berarti bahwa terdakwa dianggap tidak bersalah
hingga terbukti sebaliknya. Oleh karena itu, beban pembuktian ada pada jaksa
penuntut umum untuk membuktikan kesalahan terdakwa.
d. Alat-alat bukti yang sah dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) di Indonesia diatur dalam pasal-pasal tertentu. Berikut adalah beberapa
alat bukti yang sah beserta dasar hukumnya:
1) Keterangan saksi Dasar Hukum: Pasal 183 KUHAP memberikan hakim
kewenangan untuk menanyakan saksi, ahli, dan terdakwa guna
memperoleh keterangan yang diperlukan.
2) Benda atau Dokumen Dasar Hukum: Pasal 184 KUHAP menyatakan
bahwa hakim memiliki tanggung jawab untuk mengumpulkan dan menilai
semua bukti yang relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan yang
adil, termasuk benda atau dokumen.
3) Bukti Elektronik Dasar Hukum: Pasal 184A KUHAP mengakui
penggunaan bukti elektronik sebagai salah satu bentuk alat bukti yang sah.
4) Keterangan terdakwa yang diberikannya di luar sidang pengadilan hanya
dapat digunakan untuk menemukan bukti di sadang saja. Dari ketentuan
pasal pasal 189 KUHAP itu dapat disimpulkan bahwa keterangan
terdakwa harus diberikan di depan sidang pengadilan.
6. Jelaskan istilah-istilah di bawah ini dengan menyertakan dasar hukumnya :
a. Requisitoir adalah istilah yang berasal dari bahasa Prancis yang digunakan dalam
konteks hukum pidana, termasuk di dalamnya hukum acara pidana. Istilah ini
merujuk pada pidato penuntut umum yang disampaikan di pengadilan pada akhir
persidangan. Pidato ini memiliki tujuan untuk menyajikan argumen dan bukti
yang mendukung tuntutan penuntut umum terhadap terdakwa. Requisitoir diatur
dalam Pasal 182 ayat (1) huruf a KUHAP.
b. Pledooi adalah suatu dokumen yang berisi argumen dan alasan hukum yang
diajukan oleh penasehat hukum terdakwa sebagai tanggapan terhadap dakwaan
yang diajukan oleh jaksa penuntut umum. Pledoi bertujuan untuk meyakinkan
hakim tentang tidak terbuktiinya tindak pidana yang dituduhkan kepada terdakwa.
Pledooi diatur dalam Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP.
c. Vrijspraak dalam bahasa Belanda berarti "putusan bebas" atau "vonis tidak
bersalah." Ini merujuk pada keputusan pengadilan yang menyatakan bahwa
terdakwa tidak bersalah atas tuduhan yang diajukan. (diatur dalam Pasal 191 ayat
(1) jo Pasal 183 KUHAP). Sedangkan Ontslag van alle rechtsvervolging (putusan
Ontslag van alle rechtsvervolging diterjemahkan sebagai "penghentian penuntutan
secara keseluruhan." Ini merujuk pada keputusan pengadilan yang menghentikan
seluruh proses penuntutan terhadap terdakwa, biasanya karena adanya alasan
hukum tertentu yang mencegah pengadilan untuk melanjutkan penuntutan. (diatur
dalam Pasal 191 ayat (2) KUHAP).
d. Inkracht Van Gewijsde istilah dalam hukum yang berasal dari bahasa Belanda dan
dapat diterjemahkan sebagai "memperoleh kekuatan hukum tetap" dalam konteks
hukum pidana Indonesia. Istilah ini mengacu pada suatu putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap atau telah berkekuatan hukum tetap
karena tidak ada lagi upaya hukum yang dapat diajukan untuk mengubah atau
membatalkannya. (diatur dalam Pasal 270 KUHAP).
7. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Indonesia, terdapat
beberapa upaya hukum yang diatur untuk melindungi hak-hak para pihak yang terlibat
dalam suatu perkara pidana. Berikut adalah upaya hukum yang umum diatur dalam
KUHAP :
1) Banding (Pasal 197-216 KUHAP) Upaya hukum untuk mengajukan banding atas
putusan Pengadilan Negeri ke Pengadilan Tinggi. Pihak-pihak yang berhak
mengajukan banding antara lain terdakwa dan jaksa penuntut umum.
2) Kasasi (Pasal 242-248 KUHAP) Upaya hukum untuk mengajukan kasasi kepada
Mahkamah Agung terhadap putusan Pengadilan Tinggi. Pihak yang berhak
mengajukan kasasi meliputi terdakwa, jaksa penuntut umum, dan ahli waris
korban.
3) Peninjauan Kembali (Pasal 253-258 KUHAP) Upaya hukum untuk mengajukan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung atas putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap. Peninjauan kembali dapat diajukan atas dasar fakta atau
hukum baru yang muncul setelah putusan berkekuatan hukum tetap.

Anda mungkin juga menyukai