Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH

REKONSTRUKSI BIOGRAFI SULTHAN MUHAMMAD


TSAFIUDDIN (MURHUM SULAIMAN)
RAJA SAMBAS PERTAMA:
KAJIAN TERHADAP MANUSKRIP SALSILAH SULTHAN
MUHAMMAD TSAFIUDDIN

Oleh

RADEN MUHAMMAD TARHAN

PROGRAM STUDI DIRASAH ISLAMIYAH


KONSENTRASI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
PROGRAM DOKTORAL PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
1

A. Latar Belakang

Bagi Kratz naskah-naskah lokal adalah sumber penting dalam mengkaji

seluk beluk kerajaan. 1 Naskah jika dicermati, tidak hanya berfungsi sebagai

bukti mengungkap peristiwa masa lalu saja, akan tetapi, aspek isi naskah

berfungsi sebagai penggalian terhadap ilmu-ilmu lain sebagaimana menurut

Titik Pujiaastuti 2 malah akan mengarah pada bidang ilmu lain. Cerita sejarah

di dalamnya akan memberikan penjelasan bagaimana dinamika perkembangan

baik dibidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Hal ini dipertegas pula oleh

Kratz bahwa teks-teks memiliki nilai yang cukup untuk pemahaman sejarah

dunia Melayu, terutama ketika dipahami dalam konteks keilmuan saat ini, baik

dalam bidang etnografi, antropologi, politik maupun gejala sosial. 3

Kajian naskah dalam studi sejarah bukan merupakan hal yang baru.

Naskah merupakan bagian penting yang memiliki posisi paling utama bila

dibandingkan dengan sumber sejarah lain atau dapat dikatakan sebagai

primary sourcer (sumber Primer). Dalam hal ini, Hendri Chambert Loir dalam

Uka Tjandrasasmita 4 menyebutkan bahwa barang siapa sudah akrab dengan

dunia pernaskahan jelas mengetahui bahwa naskah mengandung kekayaan

informasi yang berlimpah. Isi naskah itu tidak terbatas pada kesusastraan,

1
E U Kratz, “Silsilah Raja-Raja Sambas as a Source of History,” Archipel 20 (1980):
255–67, https://doi.org/doi : 10.3406/arch.1980.1605.
2
Titik Pudjiastuti, Naskah Dan Studi Naskah: Sebuah Antologi (Bogor: Akademia,
2006). Hal. 10.
3
Kratz, “Silsilah Raja-Raja Sambas as a Source of History.”
4
Uka Tjandrasasmita, Kajian Naskah-Naskah Klasik Dan Penerapannya Bagi Kajian
Sejarah Islam Di Indonesia (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2006). Hal. 39.
2

tetapi mencakup berbagai bidang lain seperti agama, sejarah, hukum, adat,

obat-obatan, teknik, dan lain-lain.

Demikian pula Azyumardi Azra dalam Tjandrasasmita 5 memposisikan

naskah sebagai bagian penting dalam kajian sejarah, dimana naskah

mencerminkan realitas dan perkembangan zamannya, mereka adalah ‘anak

zaman’-nya. Dan karena itu, naskah-naskah merupakan sumber penting yang

tidak bisa diabaikan dan rekonstruksi sejarah sosial masyarakatnya, dalam hal

ini masyarakat nusantara. Mengabaikan naskah-naskah dalam penulisan

sejarah sosial bukan hanya keliru secara metodologi sejarah, tetapi juga dapat

menghasilkan periwayatan sejarah yang tidak akurat dan mist leading. Dengan

demikian naskah tidak hanya berisi infomasi tentang berita yang terdapat di

dalamnya, akan tetapi naskah dapat menggambarkan situasi kontektual pada

saat naskah tersebut ditulis.

Penelitian ini menelaah wawasan ruang dalam naskah Salsilah Sulthan

Muhammad Tsafiuddin (selanjutnya ditulis SSMT) yang diharapkan dapat

memberi pemahaman geografis yang berujung pada kesadaran multikultur.

Pemilihan naskah SSMT berdasarkan tiga alasan. Pertama, asal-usul dan

fungsi. Kedua, kebutuhan penyuntingan. Ketiga, konten naskah. Asal-usul dan

fungsi SSMT memiliki dimensi lokal dan global. Disebut lokal karena SSMT

ditulis oleh Sulthan Sambas sendiri yaitu Sulthan Muhammad Tsafiuddin II

Sulthan Sambas ke-13 pada malam Jumat 4 Desember 1903 sehingga memuat
5
Tjandrasasmita... hal. 41.
3

sudut pandang dan menggambarkan kondisi tempatan. Naskah SSMT

diketahui juga benar-benar difungsikan untuk menyatukan kekerabatan antar

Sambas, Brunai Darussalam, Sarawak dan Sukadana yaitu dengan menulis

hubungan kekerabatan antara Sambas, Brunai Darussalam, Sarawak dan

Sukadana dalam bentuk buku berisi Silsilah supaya untuk diketahui oleh anak

cucunya dimasa yang akan datang. Dimensi global SSMT ditunjukkan oleh

teks yang menyatakan berasal dari Sambas. Hal ini terkonfirmasi melalui

halaman 2 yang menyatakan “Kita Sri Paduka Sulthan Muhammad

Tsafiuddin Menyuratkan ini Silsilah Kepada Malam Jumat pada Empat

Belas Hari Bulan Ramadhan Tahun 1321 H Bersamaan dengan 4 Desember

1903 M “6

Alasan kedua, yakni penyuntingan naskah SSMT ini dikerjakan meski

penyuntingan sudah pernah dilakukan oleh penulis sendiri dalam bentuk

duplikasi manuskrif dengan tujuan akan ada peneliti selanjutnya. Alasan ketiga

berhubungan dengan konten naskah SSMT memuat silsilah kerajaan Sambas

dan hubungannya dengan Kesulthanan Brunai, Sarawak, dan Sukadana serta

asal usul berdirinya Kerajaan Sambas Islam. Naskah SSMT merupakan karya

besar Sulthan Muhammad Tsafiuddin II, Sulthan Sambas ke-13 yang

memerintah pada 1866-1922 memuat sejarah perjuangan Raden Sulaiman

dalam mendirikan Kerajaan Sambas Islam.

6
Manuskrip, Salsilah Sultan Muhammad Tsafiuddin (Sambas, 1903).
4

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana suntingan teks Salsilah Sulthan Muhammad Tsafiuddin

(Murhum Sulaiman) Raja Sambas Pertama ?

2. Bagaimana riwayat pembuatan Salsilah Sulthan Muhammad Tsafiuddin

(Murhum Sulaiman) Raja Sambas Pertama ?

3. Bagaimana naskah tersebut memuat/menghadirkan hubungan kekerabatan

Sambas dengan Brunai, Sarawak dan Sukadana ?

4. Wawasan ruang mana yang paling mengemuka?

5. Mengapa wawasan ruang tersebut lebih mengemuka?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Membuat suntingan teks naskah Salsilah Sulthan Muhammad Tsafiuddin

2. Menjelaskan riwayat pembuatan Silsilah Sulthan Muhammad Tsafiuddin

3. Mengungkap dan menjelaskan hubungan kekerabatan Sambas dengan

Brunai, Sarawak dan Sukadana

4. Memaparkan wawasan ruang yang paling mengemuka

5. Menjelaskan wawasan ruang tersebut lebih mengemuka

Selain tujuan di atas, perlu juga dipaparkan nilai guna penelitian ini,

yaitu untuk melengkapi kajian terhadap sejarah Sambas terutama melalui metode

fililogi yang selama ini masih belum tersentuh dengan baik, sementara sumber-

sumber sejarah berupa manuskrip yang terdapat di Sambas sebenarnya banyak


5

jumlahnya, namun belum teridentifikasi dengan baik. Dengan demikian,

penelitian ini diharapkan dapat mendorong kajian sejarah dengan pemanfaatan

naskah sebagai kajian utamanya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data historis yang

berhubungan dengan kesultanan Sambas dan geneologi serta sistem

kekerabatan yang berlaku sebagai gejala politik yang muncul pada masanya

dan pengaruhnya terhadap kehidupan politik disuatu daerah.

D. Kerangka Teori dan Pendekatan

Penelitian ini bertujuan untuk memahami wawasan ruang dalam

Silsilah Sulthan Muhammad Tsafiuddin (Murhum Sulaiman) Raja Sambas

Pertama. Untuk itu, konsepsi Lombard tentang wawasan ruang digunakan

membangun kerangka berpikir peneliti dalam mendedah naskah. Lombard

(1987: 319–329) menyatakan bahwa wawasan adalah kunci pemahaman.

Mengajukan contoh orang-orang Barat, Lombard menilai bahwa tanpa

wawasan ruang (dan waktu) mereka tidak dapat memahami gejala yang

dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Lombard, wawasan yang

dibentuk oleh gagasan yang berasal dari ideologi, kepercayaan, atau

kebudayaan akan berkembang, tetapi tetap berasal dari wawasan lama. Dengan

membahas wawasan ruang bersama dengan wawasan waktu, Lombard

menyimpulkan perihal pertama cenderung bertahan dalam tradisi yang sangat

kuat. Ia menunjukkan bahwa wawasan ruang masyarakat Nusantara semula


6

bersifat kosmologis dalam bentuk mandala, tetapi kemudian terpapar wawasan

geografis dalam bentuk peta.

E. Tinjauan Pustaka

Penelusuran peneliti terhadap karya-karya sebelumnya yang terkait

dengan bahasan penelitian, ditemukan beberapa karya ilmiah yaitu:

1. Karya Pabali Musa berjudul: Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan

Barat: Kajian Atas Naskah Asal Raja-raja dan Salsilah Raja Sambas.

Karya ini diterbitkan tahun 2003 oleh STAIN Pontianak Press. 7 Dalam

bahsan Pabali, ia mengangkat dua naskah sebagai fokus kajiannya, terdiri

dari empat bab, diawali dengan membahas Melayu secara global dan

karya-karya sastra di dunia Melayu secara umum, kemudian membahas

dua naskah yaitu naskah Asal Raja-raja Sambas dan naskah Salsilah.

Ketika membahas naskah Salsilah, ia hanya melakukan transliterasi dan

sedikit mengungkap kandungan isi naskah Salsilah.

2. Studi tentang Silsilah Sulthan Muhammad Tsafiuddin (Murhum

Sulaiman) Raja Sambas Pertama ini pernah dikaji setidaknya dalam dua

tulisan berikut: Duplikasi Manuskrif Silsilah Sulthan Muhammad

Tsafiuddin (Murhum Sulaiman) Raja Sambas Islam Pertama, Karya

pertama adalah menambah aksara dari hurup Jawi menjadi hurup latin

supaya orang bisa membaca manuskrip tersebut tanpa merubah isi

7
Pabali Musa, Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat: Kajian Naskah Asal
Raja-Raja Dan Salsilah Raja Sambas, ed. STAIN Pontianak Press (Pontianak, 2003).
7

tulisannya, diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan

Kabupaten Sambas Tahun 2019.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Filologi. Penelitain filologi

terhadap naskah klasik terutama sastra telah lama dilakukan di Nusantara,

dimulai sejak abad ke-19 sampai dengan akhir abad ke-19. 8 Kegiatan

penelitian Filologi awalnya dilakukan pada lembaga Konniknklijke Militaire

Academie (KMA) atau Akademi Militer Kerajaan yang terletak di Breda

Belanda. Kajian naskah klasik Nusantara yang dilakukan waktu itu adalah

berupa penggunaan metode kritik teks. 9 Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan minat kajian terhadap naskah klasik, maka kajian filologi

Nusantara telah menggunakan beragam metode sebagaimana dijelaskan oleh

Oman Faturrahman melalui tujuh tahap alur penelitian yaitu: 1) Penentuan

teks; 2) Inventarisasi naskah; 3) Deskripsi naskah; 4) perbandingan naskah dan

teks; 5) Suntingan teks; 6) terjemahan teks; dan 7) Analisis isi. 10

1. Penentuan Teks

Penentuan teks merupakan tahap paling awal dalam penelitian

filologi. Maka, dalam hal ini peneliti memilih naskah ‘Salsilah Sultan

8
Moh. Sakir Siti Baroroh Baried, Siti Chamamah Soeratno, Sawoe, Sulastin Soetrisno,
Pengantar Teori Filologi (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahas, 1985). Hal. 47.
9
Nafron Hasjim, Kisasu L-Anbiya: Karya Sastra Yang Bertolak Dari Quran Serta Teks
Kisah Nabi Ibrahim Dan Nabi Musa (Jakarta: Intermasa, 1993). Hal.19.
10
Oman Faturrahman, Filologi Indonesia: Teori Dan Metode (Jakarta: Kencana, 2015).
Hal. 69.
8

Muhammad Tsafiuddin’ sebagai objek yang akan dikaji sebagai bahan

penelitian. Pemilihan terhadap naskah yang akan dikaji menurut Oman

dengan mempertimbangkan latar belakang dan perspektif keilmuan

seseorang menjadi salah satu faktor penting yang akan menuntunnya

dalam memilih sebuah teks untuk dikaji. 11

Melihat pertimbangan tersebut, maka latar belakang peneliti sangat

mendukung dalam pemilihan naskah SSMT sebagai objek kajian, yakni

merupakan salah satu ahli waris dan telah lama menyimpan naskah

tersebut. Disamping alasan tersebut, dalam penetuan teks yang akan

dikaji, maka terdapat tiga aspek akademis yang harus dilakukan, yaitu: 1)

Potensi korpus (Corpus); 2) Metode dan pendekatan yang hendak dipakai;

dan 3) Konteks yang akan di analisis. 12

1) Potensi korpus sebagaimana pengertian yang dirumuskan oleh Oman

sebagai “teks yang akan disunting”. 13 Naskah SSMT sebagaimana

penelusuran yang dilakukan peneliti hanya terdapat satu buah saja,

maka peneliti akan menggunakan naskah tersebut sebagai korpus

penelitian, sehingga dalam penyuntingan yang akan dilakukan

menggunakan tehnik metode edisi naskah tunggal. 14 Naskah SSMT

merupakan naskah yang dibuat dikalangan istana, sangat

11
Faturrahman... hal. 69.
12
Faturrahman... hal. 71.
13
Faturrahman... hal. 72.
14
Sangidu, Tugas Filolog: Teori Dan Aplikasinya Dalam Naskah-Naskah Melayu
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2016). Hal. 17.
9

dimungkinkan naskah tersebut disalin dalam beberapa salinan guna

kepentingan istana dimasa itu, jika hal ini terjadi dan peneliti

menemukan naskah salinan yang lain, maka keseluruhan salinan

naskah itulah yang akan menjadi korpus dalam penelitian ini.

2) Metode dan pendekatan dalam pemilihan naskah setidaknya

dilakukan dalam dua tahap yaitu penyuntingan teks dan melakukan

kontektualisasi teks. Penyuntingan teks adalah membuat suntingan

teks sehingga dapat dibaca dan membuat terjemahan sebagaimana

metode filologi tradisional, sementara kontekstualisasi teks

merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian filologi.

3) Konteks yang akan dianalisis menitik beratkan pada latar historis

sebuah teks dihasilkan, dalam hal ini naskah SSMT ditulis sendiri

oleh Sultan Muhammad Tsafiuddin yang tengah menjabat sebagai

sultan dimasa itu, maka latar historis ini menjadi menarik untuk

peneliti ungkap sebagai konteks yang akan mempengaruhi zamannya.

2. Inventarisasi Naskah

Tahap kedua dalam penelitian filologi adalah melakukan

inventarisasi naskah. Secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya

secermat-cermatnya dan semaksimal mungkin untuk menelusuri dan

mencatat keberadaan naskah yang memuat salinan teks yang akan dikaji, 15

yaitu naskah SSMT.

15
Faturrahman, Filologi Indonesia: Teori Dan Metode.... hal. 74.
10

3. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah yaitu melakukan identifikasi, baik terhadap

kondisi fisik naskah, isi teks, maupun identitas kepengarangan dan

kepenyalinannya dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah deskripsi

naskah dan teks secara utuh. 16 Dalam pendeskripsian naskah, aspek-aspek

yang akan di deskrisikan tersebut adalah:

1) Judul naskah

2) Pengarang

3) Penyalin

4) Tahun penyalinan

5) Tempat penyimpanan naskah

6) Alas naskah

7) Pemilik naskah

8) Jenis alas naskah

9) Kondisi fisik naskah

10) Penjilidan

11) Ada atau tidaknya watermark

12) Jenis kertas

13) Jenis huruf teks

14) Jumlah halaman

15) Jumlah baris tiap halaman

16
Faturrahman... hal. 77.
11

16) Lebar naskah dan teks

17) Jumlah kuras dan lembar kertas

18) Warna tinta pada tulisan

19) Dan lainnya yang dianggap perlu.

4. Perbandingan Naskah dan Teks;

Tahap perbandingan naskah dan teks dimaksudkan untuk

membandingkan fisik naskah maupun teksnya. 17 Tahap ini dilakukan jika

naskah lebih dari satu naskah, apabila naskah SSMT hanya satu naskah,

maka perbandingan antar naskah tidak dilakukan.

5. Suntingan Teks;

Suntingan teks adalah menyiapkan edisi teks yang bisa dibaca dan

dipahami oleh khalayak luas. 18 Dalam penelitian filologi suntingan teks

dihasilkan melalui langkah metodologis ke dalam empat kategori, yaitu

edisi faksimile, edisi diplomatik, edisi campuran dan edisi kritis. 19 Setiap

edisi suntingan teks tersebut memiliki karakternya masing-masing.

Dalam penelitian ini, maka peneliti akan menggunakan edisi

diplomatik, yaitu model suntingan teks yang dihasilkan melalui upaya

transkripsi setia dari sebuah teks agar sesuai dengan aslinya.

6. Terjemahan Teks

17
Faturrahman.... hal. 86.
18
Faturrahman.... hal 88.
19
Faturrahman... hal. 89-91.
12

Terjemahan teks dilakukan hanya untuk teks yang berbahasa asing

atau bahasa daerah. Dalam kajian filologi yang sering dilakukan, teks

yang menggunakan bahasa Melayu biasanya tidak diterjemahkan lagi,

kecuali hanya pada kata-kata tertentu yang sudah tidak digunakan atau

hanya dikenal di satu daerah saja, maka terjemahan terhadap kata yang

demikian dapat dijelaskan tersendiri dalam catatan kaki.

7. Analisis Isi

Analisis isi yakni dengan melakukan telaah atas teks dan

konteksnya sesuai dengan perspektif yang digunakan. 20 Maka dalam

penelitian ini, analisis isi naskah terutama kepada geneologi Sultan

Muhammad Tsafiuddin akan dilakukan guna melihat relasi antar

kesultanan yang terdapat di kalimantan terutama Sambas, Sukadana dan

Berunai.

G. Sistematika Penulisan

Uraian penjelasan permasalahan ditulis dalam lima bab, yaitu Bab

pertama memuat kerangka ilmiah penulisan yang memuat batasan kajian

sebagai pedoman penulis, sekaligus berbagai pertanggungjawaban ilmiah

penulis. Bagian ini juga menguraikan hal-hal pokok yang mendasari pemilihan

topik serta permasalahan yang akan diteliti.

20
Faturrahman... hal. 96.
13

Bab kedua membahas suntingan teks Silsilah Sulthan Muhammad

Tsafiuddin (Murhum Sulaiman) Raja Sambas Pertama. berupa transkripsi

teks. Suntingan teks Silsilah Sulthan Muhammad Tsafiuddin (Murhum

Sulaiman) Raja Sambas Pertama menjadi dasar analisis lanjutan.

Bab ketiga berisi keterangan-keterangan dan isi manuskrip. Bab ini

terdiri atas deskripsi, riwayat naskah, riwayat penyuntingan naskah, dan

suntingan naskah. Deskripsi naskah adalah naskah asli Silsilah Sulthan

Muhammad Tsafiuddin (Murhum Sulaiman) Raja Sambas Pertama.

Bab keempat memuat penjelasan konteks historis dan kelembagaan

naskah serta kandungan teks. Bagian pertama terdiri atas latar sosio- historis

dan ruang hidup terkait kelembagaan dan masa penciptaan naskah serta

lingkungan geografis tempat manuskrip diciptakan dan diterapkan. Bagian

kedua mengurai kandungan wawasan ruang dari Silsilah Sulthan Muhammad

Tsafiuddin (Murhum Sulaiman) Raja Sambas Pertama. Bagian ini

mengemukakan pengetahuan, pandangan, dan pemahaman masyarakat

tempatan terhadap ruang hidup mereka sendiri dari sumber tertulis.

Bab kelima adalah bagian penutup. Bagian ini berisi simpulan dan

saran dan rekomenadasi yang peneliti kemukakan agar dapat membantu

peneliti selanjutnya untuk melakukan kajian lanjutan.

RENCANA DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
14

B. Batasan dan Rumusan Masalah


C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Landasan Teori
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Pembahasan

BAB II SUNTINGAN TEK SALSILAH SULTAN MUHAMMAD


TSAFIUDDIN
A. TRANSLITERASI NASKAH
B. SUNTINGAN TEK

BAB III KANDUNGAN NASKAH SALSILAH SULTAN MUHAMMAD


TSAFIUDDIN
A. Deskripsi Naskah
B. Geneologi Sultan Muhammad Tsafiuddin
C. Relasi Kesultanan Sambas dan Kerajaan Lain

BAB IV KONTEKTUALITAS NASKAH SALSILAH SULTAN


MUHAMMAD TSAFIUDDIN
A. Konstruksi Sosio Historis Kesultan Sambas
B. Geopolitik dan Wilayah Kesultanan Sambas

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran dan Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

Faturrahman, Oman. Filologi Indonesia: Teori Dan Metode. Jakarta: Kencana,


2015.
15

Hasjim, Nafron. Kisasu L-Anbiya: Karya Sastra Yang Bertolak Dari Quran Serta
Teks Kisah Nabi Ibrahim Dan Nabi Musa. Jakarta: Intermasa, 1993.

Kratz, E U. “Silsilah Raja-Raja Sambas as a Source of History.” Archipel 20


(1980): 255–67. https://doi.org/doi : 10.3406/arch.1980.1605.

Manuskrip. Salsilah Sultan Muhammad Tsafiuddin. Sambas, 1903.

Musa, Pabali. Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat: Kajian Naskah Asal
Raja-Raja Dan Salsilah Raja Sambas. Edited by STAIN Pontianak
Press. Pontianak, 2003.

Pudjiastuti, Titik. Naskah Dan Studi Naskah: Sebuah Antologi. Bogor: Akademia,
2006.

Sangidu. Tugas Filolog: Teori Dan Aplikasinya Dalam Naskah-Naskah Melayu.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2016.

Siti Baroroh Baried, Siti Chamamah Soeratno, Sawoe, Sulastin Soetrisno, Moh.
Sakir. Pengantar Teori Filologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahas, 1985.

Tjandrasasmita, Uka. Kajian Naskah-Naskah Klasik Dan Penerapannya Bagi


Kajian Sejarah Islam Di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur
Keagamaan, 2006.

Anda mungkin juga menyukai