Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan Anfisko Kromatografi merupakan salah satu metode identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan suatu zat

dalam sampel. Kromatografi dapat juga digunakan untuk prosedur pemisahan/isolasi senyawa dalam sampel. Proses kromatografi didasarkan pada adsorbsi dan partisi senyawa. Adsorbsi merupakan suatu proses pengikatan senyawa pada permukaan senyawa adsorben. Partisi merupakan proses pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan polaritas antarsenyawa. Sulfonamida merupakan salah satu senyawa antibakteri yang berupa serbuk putih tidak larut dalam air (garam Na larut). Sulfonamid bekerja dengan menghambat sintesis asam amino dengan menghambat uptake PABA (Paraamino Benzoic Acid) untuk mensintesis asam amino tersebut. Uptake PABA tersebut terhambat karena struktur sulfonamid mirip dengan PABA. Sulfonamid dasar terdiri dari satu gugus amida dan satu gugus amino dimana kedua gugus fungsi tersebut dapat dimodifikasi untuk meningkatkan aktivitas antibakteri/menurunkan toksisitas. Bersifat amfoter karena gugus amino dan atom H nya. Umumnya digunakan untuk unfeksi saluran kemih. Praktikum kali ini mencoba mengidentifikasi senyawa sulfonamida dari suatu sampel yang diberikan. Sampel tersebut terdiri dari pengisi dan dua senyawa sulfonamida, yaitu sulfaguanidin dan senyawa yang akan diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi sampel secara kualitatif. Fase yang digunakan adalah fase normal di mana fase diam merupakan senyawa polar (pelat silika gel GF 254 [gelatin berflouresensi pada panjang gelombang 254 nm]dan fase gerak merupakan senyawa nonpolar (metanol:kloroform = 1:9). Sebelum memulai kromatografi, alat-alat dicuci terlebih dahulu untuk menghundari salah deteksi senyawa pengotor yang mungkin masih tersisa di alat-alat yang akan digunakan. Pengembang (fase gerak) berupa metanol dan kloroform (1:9) dijenuhkan di dalam chamber kromatografi. Fase gerak yang merupakan gabungan dari kloroform metanol (9:1) dimaksudkan untuk memenuhi syarat dari fase normal, yaitu polaritas lebih rendah dari fase diam

yang ditujukan agar migrasi fase gerak menjadi lebih cepat. Penjenuhan sampai suhu di dalam chamber terasa panas/hangat. Penjenuhan fase gerak ini dimaksudkan agar penyebaran fase gerak menjadi merata ke permukaan silika gel dan untuk menaikkan suhu ke suhu optimal kromatografi. Dengan menyebarnya fase gerak, diharapkan pada saat kromatografi tidak terjadi perbedaan kecepatan migrasi fase gerak sehingga waktu dan jarak tempuh menjadi tidak sama. Sampel yang diberikan dilarutkan oleh metanol. Secara umum, sulfonamid memang sukar larut pada air (polar). Oleh karena itu pemberian metanol (polar) sebagai pelarut juga tidak akan melarutkan terlalu banyak sampel. Namun karena polaritas air>metanol, maka jumlah yang terlarut dalam etanol > dalam air. Selain itu pelarut polar tidak begitu selektif dalam mengekstrak sampel, jadi ada kemungkinan senyawa non/semipolar ikut terbawa. Pemilihan metanol dimaksudkan agar kadar/konsentrasi sampel yang akan ditotolkan tidak terlalu besar, sehingga tidak terjadi tailing. Sampel yang telah dilarutkan ditotolkan perlahan oleh pipa kapiler ke fase diam yang sudah diberi tanda atas dan bawah (1 cm). Penotolan dilakukan sehati-hati mungkin untuk mencegah penumpukan senyawa yang dapat menyebabkan tailing. Pemberian tanda atas dan bawah harus menggunakan pensil agar tidak berinteraksi dengan pelarut. Penandaan akan berguna saat penghitungan Rf. Sampel yang ditotolkan diberi tanda agar tidak tertukar. Fase diam dimasukkan ke dalam chamber secara hati-hati dan tegak lurus. Fase gerak tidak boleh melebihi tanda batas bawah karena akan menggeser Rf. Peletakkan fase diam harus tegak lurus agar laju migrasi yang dihasilkan bisa teratur/ tidak miring. Dibiarkan sampai mencapai batas atas. Hasilnya diamati pada penampak bercak UV dan pDAB-HCl. Karena menggunakan silika gel GF-254, maka panjang gelombang UV yang digunakan adalah UV 254nm. Ketika UV dinyalakan, UV akan mengeksitasi atom-atom pada sulfonamid sehingga memancarkan warna biru tua. Hasil menujukkan Rf sampel=..., Rf sulfadiazin=..., Rf sulfamezatin= ..., Rf sulfamerazin=....

Proses penampakan bercak berikutnya adalah dengan menggunakan penampak bercak pDAB-HCl (Erlich). Pereaksi Erlich akan bereaksi spesifik dengan gugus amina pada sulfonamida dan memberi warna merah kuning jingga. Hasil menunjukkan bercak kuning jingga dengan Rf sampel=..., Rf sulfadiazin=..., Rf sulfamezatin=..., Rf sulfamerazin=.... Pada bercak sulfadiazin dan sulfamezatin terdapat bercak tailing. Hal ini mungkin disebabkan penotolan yang terlalu berlebih atau pemberian metanol yang terlalu banyak. Pereaksi Erlich memberikan warna yang mirip satu sama lain, sehingga seharusnya digantikan dengan pereaksi lain yang lebih spesifik warnanya (Roux).

Anda mungkin juga menyukai