Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1.1 Latar Belakang......................................................................... 1.2 Tujuan...................................................................................... 1.3 Rumusan Masalah.................................................................... BAB II ISI................................................................................................. Obat Tradisional............................................................................ Kelebihan Obat Tradisional........................................................... Kekurangan Obat Tradisional........................................................ Jenis Obat Tradisional................................................................... Cara Memilih Obat Tradisional..................................................... Cara Mengonsumsi Obat Tradisional............................................ Dasar Hukum Obat Tradisional..................................................... BAB III PENUTUP................................................................................... 3.1 Kesimpulan.............................................................................. DAFTAR PUSTAKA................................................................................ i 1 1 2 2 3 3 4 4 4 6 6 6 9 9 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG Telah umum diketahui bahwa banyak tanaman daerah tropis yang berpotensi sebagai obat. Indonesia pun sebagai salah satu negara tropis turut serta menjadi bagian dari negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang terbilang tinggi. Tidak kurang dari 30.000 jenis tumbuhan yang 940 diantaranya telah diidentifikasi memiliki khasiat sebagai obat dan 250 jenis tumbuhannya telah digunakan dalam industri obat sebagai bahan baku. Permasalahan yang sekarang muncul adalah kurangnya apresiasi terhadap penggunaan obat tradisional sehingga kebanyakan masyarakat enggan menggunakan obat tradisional. Kurangnya informasi atas khasiat dan kegunaan obat tradisional mengakibatkan masyarakat sendiri kurang antusias terhadap penggunaan obat tradisional. Di lingkungan masyarakat sekarang pun produk obat tradisional jarang beredar. Hal ini ikut menyebabkan masyarakat tidak memiliki bnayk pilihan dalam penggunaan obat tradisional. Ditambah lagi dunia kedokteran yang terus menjaga kode etik dalam penggunaan obat tradisional. Sehingga, tidak banyak dokter yang menyarankan penggunaan obat tradisional. Sebagai farmasis, kita paham betul akan kegunaan suatu obat, termasuk obat tradisional itu sendiri. Dibutuhkan payung hukum yang kuat untuk dapat melindungi penggunaan obat tradisional agar tetap bisa beredar di masyarakat. Sebagai farmasis kita harus mampu memperjuangkan obat tradisional dan melestarikan kekayaan alam Indonesia kita.

1.2.

TUJUAN Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana dasar hukum obat tradisional berdiri serta sejauh apa payung hukum melindungi penggunaan obat tradisional di lingkungan masyarakat .

1.3. RUMUSAN MASALAH 1. Apa hubungan antara kelebihan serta kekurangan obat tradisional dengan prospeknya kedepan 2. Bagaimana dasar hukum obat tradisional menurut hukum yang berlaku di Indonesia 3. Mengapa dibutuhkan dasar hukum yang kuat bagi obat tradisional

BAB II ISI Obat Tradisional Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku (Narga, 2009). Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turuntemurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh (Narga, 2009). Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet (Narga, 2009). Obat tradisional sudah dikenal sejak lama di beberapa negara, seperti Cina, India, Jerman, Amerika (Indian), Thailand, Jepang, dan Negara-negara lainnya . Bahkan di Indonesia, obat tradisional sangat popular. Hal tersebut dapat kita lihat dengan banyak berdirinya perusahaan jamu dan obat tradisional. Belakangan pun banyak dijumpai, para ahli pengobatan alternatif maupun dokter di Indonesia menyarankan pasien-pasiennya untuk mengkonsumsi obat tradisional sebagai

alternatif yang baik untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit (Wijesekera, 1991).

Kelebihan obat tradisional

Memiliki efek samping yang saling mendukung jika berada dalam satu ramuan dengan komponen yang berbeda Memiliki efek samping yang relatif rendah Pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit yang diakibatkan pertukaran zat di dalam tubuh dan keturunan (Wijesekera, 1991).

Kekurangan obat tradisional

Takaran harus tepat. Jika tidak tepat, obat tradisional bisa tidak aman bagi tubuh dan kesehatan manusia. Harus tepat memilih jenis obat sesuai dengan riwayat kesehatan masingmasing, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan jiwa (Wijesekera, 1991).

Jenis Obat Tradisional Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, 5

obat ekstrak alam, dan fitofarmaka ( Handayani, 2002). 1. Jamu (Empirical based herbal medicine) Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu ( Handayani, 2002). 2. Ekstrak Bahan Alam (Scientific based herbal medicine) Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis ( Handayani, 2002). 3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli

dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi moderen ( Handayani, 2002).

Bahan baku obat tradisional Bahan baku obat tradisional bisa didapatkan dari hewan maupun tumbuhan. Namun, sumber obat tradisional yang banyak dikembangkan berasal dari tumbuhan. Sebab, tumbuhan mudah dibudidayakan, ramah lingkungan, dan hampir seluruh bagian yang terdapat pada tumbuhan (mulai dari akar, umbi, batang, kulit, daun, biji, dan bunga) berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit (Sangat, 1989).

Cara memilih obat tradisional Obat tradisional sudah banyak yang dikemas dalam bentuk kapsul, jamu, tablet, obat gosok, krim atau cemilan. Namun tentu saja, kita harus selektif memilihnya sebab banyak obat tradisional di pasaran yang sudah dicampur dengan bahan-bahan kimia berbahaya (Sangat, 1989). Ada baiknya juga, kita berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli tanaman obat untuk memastikan bahwa obat tradisional yang kita peroleh aman untuk dikonsumsi.Adapun obat yang terjamin kualitasnya berasal dari kebun tanaman obat yang tetap dan menggunakan teknologi standar yang menjamin mutu bahan baku dan proses penanaman dan pengolahannya tetap terjaga. Selain itu, khasiat obat ditentukan juga oleh kandungan kimiawi bahan bakunya (tanaman obat) (Sangat, 1989).

Cara mengkonsumsi obat tradisional 7

Dosis tepat Cara penggunaan tepat Waktu mengkonsumsi tepat Pemilihan bahan baku tepat sesuai dengan penyakit yang diderita Bahan baku obat benar dan tepat (Fachry, 2011).

Dasar Hukum Obat Tradisional Obat tradisional mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat, karena merupakan warisan budaya bangsa di bidang kesehatan. Obat tradisional diperlukan masyarakat, terutama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, memelihara keelokan tubuh serta kebugaran. Disamping itu ada beberapa yang dapat digunakan utuuk mengobati penyakit (Yusca, 2010). Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional, maka obat tradisional tidak lagi menjadi ramuan yang dibuat untuk keperluan keluarga, tetapi sudah menjadi barang dagangan. Obat tradisional seperti obat, merupakan barang yang mempunyai sifat khusus, karena itu penanganannya termasuk periklanannya perlu pengamanan khusus (Yusca, 2010). Untuk melindungi masyarakat terhadap obat tradisional yang tidak tepat dan atau merugikan kesehatan, maka penandaan dan informasi termasuk iklan obat tradisional, harus memenuhi persyaratan obyektifitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan. Oleh karena itu Departemen Kesehatan melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap penyebaran informasi obat tradisional termasuperiklanan obat tradisional (Yusca, 2010). Dasar Hukum 1. Undang-undang nomor 10 tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang nomor 1 tahun 1961 tentang Barang menjadi Undang-undang. 8

2. Undang-undang nomor 11 tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 4 tahun 1967 Undang-Undang Nomor 21 tahun 1982. 3. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Kesehatan. 4. Keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Penerangan RI nomor 252/Men.Kes/SKB/VII/1980 dan nomor 122/Kep/Men.Pen/1980 tentang pengendalian dan pengawasan Iklan Obat, Makanan Minuman, Kosmetika dan Alat Kesehatan. 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 246/Men.Kes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 760/Men.Kes/Per/IX/1992 tentang Fitofarmaka (Yusca, 2010).

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dasar hukum obat tradisional diperlukan untuk melindungi konsumen atau masyarakat dari penggunaan obat tradisional yang tidak tepat, serta untuk memberi perizinan bagi para produsen obat tradisional untuk membuat industri obat tradisional.

10

DAFTAR PUSTAKA Fachry, 2011. Konsumsi Obat Tradisional. Available online at http://cianjurkab. go.Id/Content_Nomor_Menu_75_1.html [Diakses pada 5 Oktober 2011] Handayani, Lestari. 2002. Meracik obat tradisional secara rasional. Available online at http://www.tempo.co.id/medika/arsip/102002/pus-2.html [Diakses pada 8 Oktober 2011] Narga, 2009. Obat Tradisional. Available online at http://obat-tradisional.com/ 2009/5/definisi-obat-tradisional.html [Diakses pada 5 Oktober 2011] Sangat, H; Roemantyo dan S. Riswan. 1989. Kontribusi Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Bagi Rumah Tangga Pedesaan. Dalam: Prosiding Simposium I Hasil Litbang Tanaman Industri. Buku VI. Tanaman Obat. Yogyakarta: Pustlitbangtri. Wijesekera, 1991. The Medicinal Plant Industry. UK: CRC Press Inc. Yusca, 2010. Pedoman Periklanan Obat Tradisioanal. Available online at http://p3i-pusat.com/rambu-rambu/buku-pedoman/panduan-periklananobat-a-makanan/182-lampiran-2-pedoman-periklanan-obat-tradisional. [Diakses pada 5 Oktober 2011]

11

Anda mungkin juga menyukai