Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA
Jakarta, 4 Januari 2024
Nomor : 100.2.1.6/0353/OTDA Yth. 1. Gubernur
Sifat : Penting 2. Bupati/Wali Kota
Lampiran : - di -
Hal : Percepatan Pelaksanaan Pelayanan Publik Tempat
Berbasis Hak Asasi Manusia

Dalam rangka memberikan Percepatan Pelayanan Publik Berbasis HAM dan


Pelaksanaan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 25 Tahun 2023 tentang
Pelayanan Publik Berbasis Hak Asasi Manusia, dengan hormat disampaikan hal-hal
sebagai berikut:

1. Penetapan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 25 Tahun 2023 tentang
Pelayanan Publik Berbasis Hak Asasi Manusia bertujuan untuk mewujudkan
pelayanan publik yang tidak diskriminatif, cepat, tepat dan berkualitas.
2. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 25
Tahun 2023 tentang Pelayanan Publik Berbasis HAM, memberikan tugas dan
tanggung jawab kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pelayanan
publik berbasis Hak Asasi Manusia.
3. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka akselerasi pelaksanaan Pelayanan
Publik Berbasis Hak Asasi Manusia, kepada Gubernur dan Bupati/Wali Kota agar
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membentuk Produk Hukum Daerah yang mengatur mengenai Pelayanan Publik
Berbasis Hak Asasi Manusia dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan paling lambat triwulan pertama Tahun 2024;
b. Melaksanakan Pelayanan Publik Berbasis Hak Asasi Manusia di Daerah dengan
mempedomani Petunjuk Teknis Pelayanan Publik Berbasis Hak Asasi Manusia
sebagaimana terlampir; dan
c. Melaporkan pelaksanaan Pelayanan Publik Berbasis Hak Asasi Manusia di Daerah
kepada Menteri Dalam Negeri setiap 3 (tiga) bulan sekali.

Demikian untuk menjadi perhatian dalam pelaksanaannya.

a.n. Menteri Dalam Negeri


Direktur Jenderal
Otonomi Daerah,
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik oleh :
Direktur Jenderal Otonomi Daerah

Dr. Akmal Malik, M.Si


Pembina Utama Madya (IV/d)
NIP. 197003161991011001

Tembusan:
1. Menteri Dalam Negeri;
2. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik
menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE sehingga tidak diperlukan tandatangan dengan stempel basah.

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
DIREKTORAT JENDERAL HAK ASASI MANUSIA

PETUNJUK TEKNIS

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


NOMOR 25 TAHUN 2023
TENTANG PELAYANAN PUBLIK BERBASIS HAK ASASI MANUSIA (P2HAM)
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH (PROVINSI/KABUPATEN/KOTA)

NOMOR: HAM-06.HA.03.01 TAHUN 2023

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Hak asasi manusia merupakan tanggung jawab pemerintah yang meliputi
pelindungan, penghormatan, pemenuhan, pemajuan dan penegakkan hak asasi
manusia. Hal tersebut tidak lepas dari salah satu nilai atau prinsip hak asasi
manusia mengenai kesetaraan dan kekhususan (equality and equity). Karena hak
asasi manusia tidak hanya berbicara kesetaraan atau persamaan hak yang non
diskriminatif, tetapi juga pemenuhan hak yang bersifat kekhususan (disesuaikan
dengan kondisi tertentu). Seperti halnya upaya pemenuhan hak bagi kelompok
rentan (Wanita Hamil & Menyusui, Lansia, Penyandang Disabilitas dan Anak) di
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (kemenkumham) cq. Direktorat
Jenderal HAM terus mendorong pengarusutamaan prinsip-prinsip hak asasi
manusia dalam pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah. Dimulai
pada tahun 2018 dengan menerbitkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM
(Permenkumham) nomor 27 tahun 2018 tentang Penghargaan Pelayanan Publik
Berbasis Hak Asasi Manusia, dengan jangkauan yang hanya bagi beberapa jajaran
unit pelaksana teknis bidang Keimigrasian, Pemasyarakatan, dan Administrasi
Hukum Umum.
Antusiasme dan dorongan untuk meningkatkan jangkauan menjadi dasar
dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Pelayanan Publik Berbasis HAM. Seiring berjalannya waktu, Permenkumham ini
yang diterbitkan pada Juni 2022, ternyata terdapat beberapa kendala teknis
pelaksanaan, sehingga membuat Permenkumham tersebut perlu diganti pada
pertengahan tahun 2023.
Melalui Permenkumham Nomor 25 Tahun 2023 tentang Pelayanan Publik Berbasis
HAM (P2HAM), terdapat beberapa pembaruan yang berbeda dengan
permenkumham tentang P2HAM sebelumnya, seperti:

a. Terdapat empat tahapan dalam pelaksanaan P2HAM yaitu: Pencanangan,


Verifikasi, Penilaian, Pembinaan atau Pengawasan;
b. Kriteria dan Indikator yang lebih tajam, rinci, dan sebagai bentuk tindakan
afirmatif (affirmative action) terhadap upaya pemenuhan HAM bagi kelompok
rentan (Wanita Hamil & Menyusui, Lansia, Penyandang Disabilitas dan Anak)
dalam penyelenggaran pelayanan publik;
c. Komposisi Tim Penilai yang bersifat fleksibel dan terbuka, terdiri dari beragam
pemangku kepentingan untuk mengakomodasi kebutuhan masing-masing unit
kerja;
d. Jangkauan/ adresat yang tidak hanya bagi internal Kemenkumham, melainkan
juga membuka kesempatan bagi kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah
(provinsi, kabupaten dan kota).

II. MAKSUD TUJUAN


Petunjuk teknis (Juknis) ini bermaksud untuk menjadi pedoman bagi Unit Kerja pada
pemerintah daerah (provinsi kabupaten/kota) dalam pelaksanaan P2HAM. Secara
khusus juknis ini bertujuan untuk:
a. Menjadi dasar bagi pimpinan kerja di pemerintah daerah (provinsi
kabupaten/kota)dalam membuat kebijakan yang mendukung pelaksanaan
P2HAM
b. Memberikan penjelasan secara rinci dan komprehensif mengenai tata cara
pelaksanaan P2HAM bagi pemerintah daerah (provinsi kabupaten/kota).

III. RUANG LINGKUP DAN TATA HUBUNGAN KELEMBAGAAN


Tujuan juknis ini adalah bagi pemerintah daerah (provinsi kabupaten/kota),
pelaksanaan P2HAM dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah cq. perangkat daerah
pada sekretariat daerah yang membidangi urusan hukum dan/ atau urusan hukum
dan hak asasi manusia.

IV. PENGERTIAN
Dalam petunjuk teknis ini beberapa penjelasan/ pengertian untuk dipahami antara
lain:
a. Pelayanan Publik Berbasis HAM (P2HAM) adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan prinsip HAM bagi setiap warga negara dan
penduduk atas jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh Unit
Kerja pelaksana pelayanan publik;
b. Pencanangan adalah deklarasi/pernyataan dari pimpinan unit kerja bersama-
sama dengan jajarannya, yang menjadi bentuk komitmen siap melaksanakan
P2HAM;
c. Verifikasi adalah kegiatan pemeriksaan terhadap bukti dokumen dan
dokumentasi pemenuhan kriteria dan indikator P2HAM yang disampaikan oleh
operator unit kerja melalui sistem aplikasi. Verifikasi dilakukan oleh Tim
Pelaksana P2HAM dengan cara membandingkan antara kesesuaian data
dukung dengan kriteria dan indikator P2HAM;
d. Penilaian adalah proses akhir untuk mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan variabel terobosan unit kerja dalam bentuk inovasi dan data
pembanding yang terkait dengan Integritas dari masing-masing unit kerja yang
telah lolos verifikasi;
e. Pembinaan adalah kegiatan pemberian informasi; dan/atau pendampingan
dalam bentuk bimbingan teknis dan sosialisasi terhadap unit kerja yang tidak
lolos tahap verifikasi;
f. Pengawasan adalah kegiatan pemantauan terhadap Unit Kerja yang telah
ditetapkan sebagai Unit Kerja P2HAM untuk memastikan setiap Unit Kerja
P2HAM tersebut mempertahankan dan meningkatkan kualitas P2HAM;
g. Koordinator Pelaksanaan P2HAM adalah Pejabat/Pegawai yang ditunjuk oleh
Sekretaris Daerah pada Pemerintah Daerah Provinsi terkait untuk
mengoordinasikan pelaksanaan P2HAM di tingkat Pemerintah Daereh Provinsi,
Kabupaten, dan Kota untuk melakukan pemetaan, mengusulkan, dan
pendampingan bagi unit kerja pada lingkup Pemerintah Daereh Provinsi,
Kabupaten, dan Kota yang akan mengikuti penilaian P2HAM pada tahun
berjalan;
h. Tim Koordinasi dibentuk oleh Koordinator Pelaksanaan P2HAM untuk membantu
tugas Koordinator Pelaksanaan P2HAM;
i. Kriteria P2HAM yaitu kriteria pelayanan publik yang sesuai dengan Prinsip HAM
dan peraturan perundang-undangan dalam rangka pemenuhan HAM pada
Kelompok Rentan (Wanita Hamil & Menyusui, Lansia, Penyandang Disabilitas
dan Anak), dibagi menjadi tiga yaitu kriteria ketersediaan aksesibilitas,
ketersediaan sararan dan prasarana, serta ketersediaan sumber daya manusia
atau petugas;
j. Indikator P2HAM merupakan penjabaran dari Kriteria P2HAM (sebagaimana
tercantum pada lampiran I);
k. Tim Penilai adalah tim yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan HAM yang
mempunyai tugas melakukan penilaian Unit Kerja dalam rangka P2HAM;
l. Operator Unit Kerja adalah pejabat dan/atau pegawai yang ditunjuk oleh kepala
Unit Kerja untuk mengoordinasikan pelaksanaan P2HAM, menyiapkan dan
mengunggah data dukung ke dalam aplikasi penilaian P2HAM;
m. Dalam ranga pelaksanaan P2HAM, yang dimaksud Kelompok Rentan adalah
Wanita Hamil & Menyusui, Lansia, Penyandang Disabilitas dan Anak.
BAB II
PELAKSANAAN P2HAM PADA LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH (PROVINSI/
KABUPATEN/ KOTA)

Secara umum tata cara pelaksanaan P2HAM terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap
Pencanangan, Verifikasi, Penilaian serta tahapan Pembinaan atau Pengawasan.
Pelaksanaan P2HAM pada lingkup Unit Kerja di lingkungan pemerintah daerah (provinsi/
kabupaten/ kota) sebagai berikut:

2 3 4
Penunjukan Koordinator Penentuan Unit
1 Koordinator dan Pelaksanaan Kerja oleh
Surat Edaran Dirjen Tim Koordinasi P2HAM Koordinator
HAM Pelaksanaan membuat Pelaksanaan
(Januari) P2HAM surat edaran P2HAM
(Januari s.d. (Januari s.d. (Januari s.d.
Maret) Maret) Maret)

6
7
Menteri Hukum dan HAM melalui 5
Penunjukan
Direktorat Jenderal HAM akan
Operator Unit Kerja Pencanangan oleh
memberikan akun (username dan
oleh Pimpinan Unit Pimpinan Unit Kerja
password) kepada unit kerja
Kerja (Januari s.d. Maret)
melalui Operator Unit Kerja
(Januari s.d. Maret)
(Januari s.d. Maret)

9 10 11
8 Penilaian terhadap Penetapan Pembinaan dan
Pengunggahan Unit Kerja yang Predikat Unit Pengawasan
data dukung lolos tahapan Kerja
Verifikasi (April s.d.
(April s.d (Pada September
September) (Oktober s.d peringatan hari tahun
November) HAM sedunia) berikutnya)

Pelaksanaan P2HAM di tingkat pemerintah daerah dilaksanakan dengan tahapan:


1. Surat edaran Dirjen HAM tentang pelaksanaan P2HAM pada tahun berjalan yang
ditujukan kepada seluruh sekretaris daerah Provinsi;
2. Penunjukan Koordinator dan Tim Koordinasi Pelaksanaan P2HAM di tingkat
pemerintah daerah oleh Sekretaris Daerah;
3. Koordinator Pelaksanaan P2HAM membuat surat edaran pimpinan daerah
(Gubernur dan/ atau Sekretaris Daerah) yang memberikan informasi mengenai
pelaksanaan P2HAM tingkat daerah;
4. Koordinator Pelaksanaan P2HAM melalui Tim Koordinasi menentukan Unit Kerja di
lingkungan perangkat daerah tingkat provinsi maupun kabupatan/ kota yang akan
melaksanakan P2HAM. Penentuan tersebut, disampaikan secara tertulis kepada
Menteri Hukum dan HAM melalui Direktur Jenderal HAM. Koordinator Pelaksanaan
P2HAM melalui Tim Koordinasi juga bertugas untuk melakukan monitoring
pelaksanaan P2HAM;
5. Pencanangan, dilakukan oleh Pimpinan Unit Kerja dengan menghadirkan
Koordinator Pelaksanaan P2HAM, perwakilan dari Forum Koordinasi Pimpinan
Daerah, Perwakilan Direktorat Jenderal HAM, dan jajaran dari unit kerja terkait.
Selanjutnya, membuat dan menyampaikan Surat Pernyataan Pencanangan (format
surat tercantum pada lampiran II) kepada Menteri Hukum dan HAM dengan
mengunggah ke dalam aplikasi P2HAM;
6. Direktorat Jenderal HAM akan memberikan akun (username dan password) kepada
unit kerja melalui Operator Unit Kerja untuk mengakses ke dalam sistem aplikasi
P2HAM;
7. Penunjukan Operator Unit Kerja oleh Pimpinan Unit Kerja. Selanjutnya, membuat SK
dan disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM dengan mengunggah ke dalam
aplikasi P2HAM;
8. Pengunggahan data dukung pemenuhan kriteria dan indikator P2HAM oleh Unit
Kerja melalui aplikasi P2HAM yang kemudian diverifikasi oleh Tim Pelaksana
P2HAM;
9. Penilaian terhadap Unit Kerja yang lolos tahapan Verifikasi akan dilakukan oleh Tim
Penilai;
Catatan: Selain terhadap pemenuhan data pendukung, penambahan nilai bagi unit
kerja dapat diberikan dalam hal adanya inovasi pada pelayanan publik yang
diselenggarakan.
10. Penetapan Predikat Unit Kerja P2HAM oleh Menteri Hukum dan HAM;
11. Pembinaan terhadap Unit Kerja bagi yang tidak lolos tahapan Verifikasi dan
pengawasan bagi Unit Kerja dengan Predikat Unit Kerja P2HAM;
12. Tahap pengawasan dilaksanakan dengan Penyampaian data dukung oleh Unit Kerja
P2HAM ke dalam sistem aplikasi P2HAM pada tahun berikutnya bersamaan dengan
tahapan verifikasi.

Demikian Petunjuk Teknis Pelaksanaan Permenkumham No 25 Tahun 2023 tentang


Pelayanan Publik Berbasis Hak Asasi Manusia (P2HAM), di lingkungan pemerintah
Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) untuk dapat dipedomani sebagaimanamestinya.

Jakarta, … Desember 2023


DIREKTUR JENDERAL HAK ASASI MANUSIA

DR. DHAHANA PUTRA


NIP 196909091993031001
Lampiran I
Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Permenkumham No 25 Tahun 2023
tentang P2HAM, di Lingkungan
Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota)
Nomor:

KRITERIA DAN INDIKATOR PELAYANAN PUBLIK BERBASIS HAK ASASI MANUSIA PADA PENYELENGGARA PELAYANAN PUBLIK
DI TINGKAT PEMERINTAH DAERAH (PROVINSI/KABUPATEN/KOTA)

a. Kriteria: Ketersediaan Aksesibilitas

No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

1. Maklumat pelayanan Dapat dibuktikan dengan data dukung Tersedianya spanduk yang ditempatkan di unit
berupa foto yang menunjukkan bahwa pelayanan yang memuat pernyataan:
maklumat dapat dilihat dengan jelas oleh “Dengan ini kami menyatakan sanggup
pemohon/pengguna layanan (diletakkan memenuhi kewajiban memberikan pelayanan
di depan kantor di mana layanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
diberikan). dan bersungguh-sungguh akan memberikan
prioritas layanan terhadap kelompok rentan
(Lansia, Penyandang Disabilitas, Wanita Hamil
dan Menyusui serta Anak).”
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

2. Informasi layanan dan Dapat dibuktikan dengan data dukung Informasi layanan dan rambu-rambu yang
rambu-rambu bagi berupa foto yang menunjukkan bahwa dimaksud adalah terkait segala jenis layanan yang
pengunjung kelompok informasi layanan dan rambu-rambu terdapat pada masing-masing Unit Kerja, sesuai
rentan terlihat jelas dan bermanfaat bagi dengan Pasal 49 Permen PUPR Nomor
kelompok rentan (Lansia, Penyandang 14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan
Disabilitas, Wanita Hamil dan Bangunan Gedung seperti: tersedianya rambu-
Menyusui serta Anak) rambu petunjuk bersifat verbal, visual, atau dapat
diraba atau tanda yang
dibuat/digambar/ditulis/dicetak pada bidang
halaman/lantai/jalan atau petunjuk dalam huruf
braille dan/atau audiovisual bagi kelompok rentan
(Lansia, Penyandang Disabilitas, Wanita Hamil
dan Menyusui serta Anak).
3. Penanganan pengaduan Dapat dibuktikan dengan foto spanduk Penanganan pengaduan dilihat dari tersedianya
atau banner yang memperlihatkan nomor call center dan pengaduan (baik secara online
call center, atau aplikasi yang terpampang maupun offline) yang dapat diakses atau berguna
dengan jelas, serta rekapitulasi data bagi kelompok rentan (Lansia, Penyandang
penanganan pengaduan yang Disabilitas, Wanita Hamil dan Menyusui serta
ditandatangani oleh pimpinan di unit Anak), sekurang-kurangnya seperti:
kerja.
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

a. aplikasi pengaduan yang dapat diakses melalui


handphone;
b. loket layanan pengaduan yang dapat diakses
atau berguna bagi kelompok rentan (Lansia,
Penyandang Disabilitas, Wanita Hamil dan
Menyusui serta Anak);
c. transparansi status pengaduan, ditindaklanjuti
atau belum ditindaklanjuti; atau
d. terdapat informasi atau aplikasi pengaduan dari
kementerian/lembaga independen.
4. Layanan khusus bagi Dapat dibuktikan dengan foto pelayanan Tersedianya pelayanan untuk kelompok rentan:
pengunjung kelompok khusus yang disiapkan dan dapat diakses a. Tempat parkir
rentan atau berguna bagi kelompok rentan • Lokasi tempat parkir mudah dijangkau;
(Lansia, Penyandang Disabilitas, • Tempat parkir dilengkapi dengan penunjuk
Wanita Hamil dan Menyusui serta arah dan penandaan yang jelas dan dapat
Anak). diakses bagi kelompok rentan;
• Tempat parkir bagi kelompok rentan harus
diletakkan pada jalur terdekat dengan
bangunan gedung/fasilitas yang dituju
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

dengan jarak paling jauh 60 (enam puluh)


meter dari pintu masuk;
• Terdapat guiding block yang memandu
penyandang disabiltas netra dari tempat
parkir menuju bangunan gedung atau
fasilitas lainnya;
• Tempat parkir bagi kelompok rentan harus
memiliki ruang bebas yang cukup bagi
pengguna kursi roda ketika kendaraannya
keluar/masuk;
• Tempat parkir bagi kelompok rentan
diberikan simbol/gambar tanda parkir
kelompok rentan dengan warna yang kontras
dan rambu yang mudah dibaca oleh
penyandang disabiitas;
• Tempat parkir bagi kelompok rentan
memiliki lebar 370cm untuk parkir tunggal
dan 630cm untuk parkir ganda serta
terhubung dengan ram atau jalan menuju
bangunan gedung atau fasilitas lainnya; dan
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

• Tempat parkir bagi kelompok rentan


diletakkan pada permukaan dan landai.
b. Loket layanan
• Ruang tidak sempit dan memudahkan
mobilitas Kelompok rentan pengguna kursi
roda;
• Meja pendaftaran dibuat dengan ketinggian
maksimal 75cm;
• Diberikan ruang bebas di kanan dan/atau
kiri meja yang memungkinkan pengguna
kursi roda untuk berbicara lebih dekat; dan
• Disediakan dokumen administrasi dan
berkas yang dapat diakses seperti electronic
file, huruf braile, dan/atau aplikasi lain yang
dapat diakses oleh penyandang disabilitas.
c. Ruang tunggu
• Perancangan dan penyediaan ruang tunggu
harus memerhatikan penempatannya di
lokasi yang mudah dilihat/dikenali oleh
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

Pengguna Bangunan Gedung dan


Pengunjung Bangunan Gedung;
• Perancangan dan penyediaan ruang tunggu
memudahkan kelompok rentan untuk
bergerak;
• Menyediakan area tunggu bagi pengguna
kursi roda dengan ukuran paling sedikit
90cm x 130cm;
• Ruang tunggu dilengkapi infrastruktur dan
informasi yang dapat diakses (visual dan
audio) sehingga kelompok rentan yang
mengalami hambatan pendengaran dan
penglihatan dapat memahami semua
tahapan proses; dan
• Disediakan alat bantu mobilitas seperti kursi
roda dan alat bantu lain yang dapat
digunakan oleh orang yang memiliki
hambatan gerak atau mobilitas.
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

5. Lantai pemandu Dapat dibuktikan dengan foto yang jelas Tersedianya lantai pemandu yang dimaksud
(guiding block) lantai dari awal mula sampai tujuan akhir berupa:
lantai pemandu digunakan. a. ubin pengarah (guiding block) bermotif garis
berfungsi untuk menunjukkan arah perjalanan;
b. ubin peringatan (warning block) bermotif bulat
berfungsi untuk memberikan peringatan
terhadap adanya perubahan situasi di
sekitarnya; dan
c. ubin harus dibuat dari material yang kuat, tidak
licin, dan diberikan warna yang kontras dengan
warna ubin di sekitarnya seperti kuning, jingga,
atau warna lainnya sehingga mudah dikenali
oleh penyandang gangguan penglihatan yang
hanya mampu melihat sebagian (low vision).
6. Alat bantu kelompok Dapat dibuktikan dengan foto alat bantu Tersedianya alat bantu untuk kelompok rentan
rentan baik saat digunakan maupun tidak. berupa:
a. kursi roda;
b. tongkat; dan
c. alat bantu lainnya.
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

7. Jalan landai/ram Dapat dibuktikan dengan foto dari letak Tersedianya jalan landai/ram sesuai standar Pasal
jalan landai/ram yang ditempatkan pada 19 Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2017 tentang
setiap akses yang akan dilalui oleh Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung yang
kelompok rentan (Lansia, Penyandang dapat diakses atau berguna bagi kelompok rentan
Disabilitas, Wanita Hamil dan (Lansia, Penyandang Disabilitas, Wanita Hamil
Menyusui serta Anak). dan Menyusui serta Anak), sekurang-kurangnya
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. ram harus memiliki kelandaian dengan derajat
yang sesuai (tidak curam);
b. lebar efektif ram cukup untuk kursi roda dan
tidak licin
c. pegangan rambat (handrail) aman dan nyaman
untuk digenggam pada setiap ram; dan
d. ram (bidang miring) untuk lantai yang berbeda
ketinggiannya (antara lantai luar dan lantai
dalam pagar/pintu), dengan ketentuan
kemiringan ram maksimal 7–10 derajat.
8. Jalan Dapat dibuktikan dengan foto dari letak a. Jalan antarruang dan antargedung dibuat rata
jalan yang ditempatkan pada setiap akses dan tidak ada perbedaan ketinggian lantai;
yang akan dilalui oleh kelompok rentan
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

(Lansia, Penyandang Disabilitas, b. Adanya kelengkapan sarana dan prasarana,


Wanita Hamil dan Menyusui serta antara lain handrail, papan informasi yang
Anak). dapat diakses, dan guiding block;
c. Kemiringan permukaan jalan yang mudah
dilalui;
d. Adanya keterpaduan aspek penataan
bangunan dan lingkungan serta aksesibilitas
antarlingkungan dan kawasan yang
memudahkan kelompok rentan;
e. Keamanan, kenyamanan, dan kemudahan
pengguna dan pengunjung bangunan gedung;
dan
f. Jarak tempuh agar pengguna bangunan
gedung dan pengunjung dapat mencapai
tujuan sedekat mungkin.

b. Kriteria: Ketersediaan Sarana Prasarana

No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

1. Toilet ramah disabilitas Dapat dibuktikan dengan foto toilet yang Tersedianya toilet yang memenuhi kebutuhan
bagi pengunjung difungsikan dan dapat diakses atau kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas,
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

berguna untuk para pemohon/penerima Wanita Hamil dan Menyusui serta Anak) sesuai
layanan kelompok rentan (Lansia, pasal 19 Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2017
Penyandang Disabilitas, Wanita Hamil tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan
dan Menyusui serta Anak). Gedung, sekurang-kurangnya mencakup:
a. toilet menggunakan pintu geser dengan lebar
90cm lengkap dengan kuncinya;
b. ukuran ruang toilet minimal 1,5m x 1,5m, agar
kursi roda bisa bermobilitas;
c. disediakan toilet duduk;
d. tidak ada perbedaan ketinggian antara lantai di
luar toilet dengan lantai dalam toilet, bila
terdapat perbedaan tinggi lantai harus
disediakan ram (bidang miring) untuk lantai
yang berbeda ketinggiannya (antara lantai luar
dan lantai dalam pagar/pintu), dengan
ketentuan kemiringan ram maksimal 7–10
derajat;
e. besi pegangan yang harus tersedia di kiri dan
kanan wc;
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

f. tersedianya tombol darurat jika terjadi keadaan


darurat diletakkan pada tempat yang mudah
dicapai dan dijangkau, seperti pada daerah
pintu masuk toilet;
g. disediakan tombol pencahayaan darurat
(emergency light button) bila sewaktu-waktu
listrik padam; dan
h. disediakan wastafel dan pengering tangan
dengan ketinggian 75cm.
2. Ruang Dapat dibuktikan dengan foto ruangan Tersedianya ruang laktasi yang sesuai standar
laktasi/menyusui bagi yang memenuhi syarat untuk Pasal 39 Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2017
pengunjung difungsikan sebagai ruang laktasi tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan
Gedung dan yang mencerminkan ruang terjamin
privasi, kenyamanan, dan perlindungan kepada ibu
dalam proses laktasi dengan fasilitas pendukung
seperti:
a. ada wastafel;
b. ada tempat tidur kecil untuk bayi;
c. kulkas kecil untuk penyimpanan asi;
d. kipas angin atau penyejuk ruangan;
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

e. lebar pintu minimal 90cm, rata, dan tidak ada


perbedaan ketinggian antara lantai di luar
pagar/pintu dengan lantai di dalam
pagar/pintu; dan
f. tidak ada perbedaan ketinggian antara lantai di
luar ruang laktasi dengan lantai dalam ruang
laktasi, bila terdapat perbedaan tinggi lantai
harus disediakan ram (bidang miring) untuk
lantai yang berbeda ketinggiannya (antara
lantai luar dan lantai dalam pagar/pintu),
dengan ketentuan kemiringan ram maksimal
7–10 derajat.
3. Ruang/tempat Dapat dibuktikan dengan foto ruangan Sesuai Pasal 40 ayat (2) Permen PUPR Nomor
penitipan atau bermain yang memenuhi syarat untuk 14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan
anak bagi pengunjung difungsikan sebagai ruang/tempat Bangunan Gedung. Tersedianya ruang/tempat
penitipan atau bermain anak. penitipan atau bermain anak yang setidaknya
memerhatikan:
a. lokasi/penempatan ruangan sesuai
kebutuhan;
b. privasi;
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

c. kebersihan;
d. kenyamanan; dan
e. memiliki mainan sebagai sarana pendukung.
4. Ruang/tempat ibadah Dapat dibuktikan dengan foto adanya Sesuai Pasal 37 Permen PUPR Nomor
tempat ibadah yang digunakan secara 14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan
tetap untuk melaksanakan kegiatan Bangunan Gedung. Tersedianya tempat ibadah
peribadatan yang layak. yang dapat mengakomodasi ibadah setiap agama
dan keyakinan yang diakui di Indonesia, dan
mampu mengakomodasi kelompok rentan (Lansia,
Penyandang Disabilitas, Wanita Hamil dan
Menyusui serta Anak). Bangunan ruang/tempat
ibadah harus memerhatikan:
a. penempatan pada lokasi yang layak, bersih,
mudah dicapai dan dilihat oleh setiap
pengguna dan pengunjung;
b. aksesibilitas bagi setiap penggunanya, baik
secara internal maupun eksternal;
c. lebar pintu tempat ibadah minimal 90cm dan
tidak ada perbedaan ketinggian antara lantai di
luar dengan lantai dalam ruang/tempat
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

ibadah. Bila terdapat perbedaan tinggi lantai


harus disediakan ram (bidang miring) untuk
lantai yang berbeda ketinggiannya (antara
lantai luar dan lantai dalam pagar/pintu)
dengan ketentuan kemiringan ram maksimal
7–10 derajat;
d. sanitasi, ventilasi, dan pencahayaan yang
memadai;
e. adanya guiding block menuju tempat ibadah;
f. disediakannya fasilitas berbasis
teknologi/digital yang dapat diakses seperti
dalam bentuk running text, audio, dan huruf
braille;
g. disediakannya penerjemah bahasa isyarat
dalam setiap khotbah/ceramah keagamaan;
h. disediakannya tempat ibadah bagi pengguna
kursi roda;
i. pencahayaan yang memadai; dan
No Indikator Data Dukung Petunjuk teknis

j. disediakan loker untuk menyimpan sepatu


atau barang bawaan dengan ketinggian
maksimal 75cm.
5. Fasilitas tanggap Dapat dibuktikan dengan foto: Tersedianya sarana tanggap bencana atau keadaan
bencana atau keadaan 1. SOP manajemen penanggulangan darurat yang mampu mengakomodasi kebutuhan
darurat bencana atau keadaan darurat dan perlindungan kelompok rentan (Lansia,
evakuasi; dan Penyandang Disabilitas, Wanita Hamil dan
2. sarana tanggap bencana yang sesuai Menyusui serta Anak), seperti:
dengan standar kelayakan. a. hidran pemadam kebakaran;
b. sistem peringatan dini atas bencana atau
keadaan darurat (audio atau visual);
c. jalur kemudahan evakuasi pengguna dan
pengunjung dari dalam ke luar bangunan;
d. lokasi atau titik kumpul sebagai bagian dari
evakuasi;
e. pencahayaan & petunjuk pada jalur evakuasi
yang bebas hambatan; dan
f. seluruh akses yang layak bagi pengguna kursi
roda.
c. Kriteria: Ketersediaan Sumber Daya Manusia atau Petugas

No Indikator Data Dukung

1. Rasio yang layak antara petugas dengan penerima layanan Dapat dibuktikan dengan rekapitulasi data jumlah petugas
dan penerima layanan.
2. Kompetensi petugas dalam melayani pengunjung Dapat dibuktikan dengan foto dan dokumen rekapitulasi
kelompok rentan data:
1. Adanya proses kerja sama antara unit kerja dengan
lembaga terkait pelatihan (bahasa isyarat, dll) seperti
sekolah luar biasa, pusat bahasa isyarat, dan lembaga
lainnya;
2. Surat tugas atau sertifikat pegawai yang mengikuti
pelatihan; atau
3. Pelatihan yang diikuti petugas.
3. Petugas khusus yang melayani pengunjung kelompok Dapat dibuktikan dengan Surat Keputusan Kepala Unit Kerja
rentan dan data laporan petugas yang ada setiap harinya untuk
melayani kelompok rentan.
Lampiran II
Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Permenkumham No 25 Tahun 2023
tentang P2HAM, di Lingkungan
Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota)
Nomor:

CONTOH FORMAT SURAT PERNYATAAN PENCANANGAN DI LINGKUNGAN


PEMERINTAH DAERAH (PROVINSI/KABUPATEN/KOTA)

KOP SURAT UNIT KERJA

SURAT PERNYATAAN
PENCANANGAN PELAYANAN PUBLIK BERBASIS HAM

Pada hari ini, .............., tanggal ............., bulan........, tahun......., Saya


(nama Pimpinan/Kepala Unit Kerja), ................. , (NIP dan jabatan), bersama
dengan seluruh pegawai pada (nama unit kerja)............ menyatakan:
1. Siap melaksanakan Pelayanan Publik Berbasis HAM (P2HAM) sesuai
tahapan, kriteria dan indikator P2HAM.
2. Siap berkomitmen untuk bersungguh-sungguh akan memberikan prioritas
layanan terhadap kelompok rentan (Lansia, Penyandang Disabilitas, Wanita
Hamil dan Menyusui serta Anak).

Pernyataan ini dibuat atas kesadaran sendiri dan tanpa paksaan dari
pihak manapun dan disaksikan oleh perwakilan Direktorat Jenderal dan
Forkopimda dan dibuat dengan sebenar-benarnya berdasarkan komitmen
bersama.

Dibuat di.............

(tanda tangan kepala unit kerja)


Nama Lengkap

Saksi I Saksi II Saksi III

Nama Lengkap Nama Lengkap Nama Lengkap

Saksi I : Perwakilan Direktorat Jenderal (Nama dan tanda tangan)


Saksi II : Perwakilan Forkopimda (Nama dan tanda tangan)
Saksi III : Perwakilan Pegawai Unit Kerja (Nama dan tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai