Anda di halaman 1dari 127

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1C (SATU
C)

KETUA : M. VALLDYKA ALFATH (G1B023003)


ANGGOTA : TRIANA KOIRUNNISA (G1B023006)
ANI LESTARI (G1B023021)
M. FARHAN PRANAJAYA KAIM (G1B023039)
PARAS MITA (G1B023045)
FAKHRI KARUNIA (G1B023054)
AFDI ASHABI MAULANA (G1B023066)
M. FERDIANSYAH AKHTAR (G1B023081)
ALFATH CAHYO PRATAMA (G1B023096)

ASISTEN PRAKTIKUM : ALIFIA FITRI FRIHANDAYANI (G1B021084)


ARIF RUSMAN (G1B021003)
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. RENA MISLINIYATI, S.T., M.T.

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

TAHUN 2023

iv
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1C (SATU C)

KETUA : M. VALLDYKA ALFATH (G1B023003)


ANGGOTA : TRIANA KOIRUNNISA (G1B023006)
ANI LESTARI (G1B023021)
M. FARHAN PRANAJAYA KAIM (G1B023039)
PARAS MITA (G1B023045)
FAKHRI KARUNIA (G1B023054)
AFDI ASHABI MAULANA (G1B023066)
M. FERDIANSYAH AKHTAR (G1B023081)
ALFATH CAHYO PRATAMA (G1B023096)

ASISTEN PRAKTIKUM : ALIFIA FITRI FRIHANDAYANI (G1B021084)


ARIF RUSMAN (G1B021003)
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. RENA MISLINIYATI, S.T., M.T.

DOSEN PENGAMPU

Dr. Ir. RENA MISLINIYATI, S.T., M.T.


NIP. 198220121 200604

iv
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1C (SATU
C)

KETUA : M. VALLDYKA ALFATH (G1B023003)


ANGGOTA : TRIANA KOIRUNNISA (G1B023006)
ANI LESTARI (G1B023021)
M. FARHAN PRANAJAYA KAIM (G1B023039)
PARAS MITA (G1B023045)
FAKHRI KARUNIA (G1B023054)
AFDI ASHABI MAULANA (G1B023066)
M. FERDIANSYAH AKHTAR (G1B023081)
ALFATH CAHYO PRATAMA (G1B023096)

ASISTEN PRAKTIKUM : ALIFIA FITRI FRIHANDAYANI (G1B021084)


ARIF RUSMAN (G1B021003)
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. RENA MISLINIYATI, S.T., M.T.

ASISTEN DOSEN ASISTEN DOSEN 2

ALIFIA FITRI FRIHANDAYANI ARIF RUSMAN


NPM: G1B021003
NPM: G1B021084

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat Allah
SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Alhamdulillahirrabbilallamin,
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata Kuliah ILMU UKUR
TANAH dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Rasullulah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang
modern ini.
Tidak lupa pula kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan menyelesaikan Laporan Praktikum ILMU UKUR
TANAH ini ,dalam hal ini apabila ibu selaku dosen pengampu Dr. Ir. Rena
Misliniyati,S.T.,M.T. Abang Arif Rusman dan mbak Alifia Fitri Frihandayani
selaku Asisten Dosen serta rekan-rekan dari program studi Teknik Sipil atas kerja
sama dan telah berbagi ilmu khususnya dalam mata kuliah ILMU UKUR TANAH
ini.
Kami sadar betul bahwa dalam pengerjaan Laporan Praktikum ILMU
UKUR TANAH ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, serta
sangat kurang dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharap betul saran dan
kritik dari berbagai pihak yang tentunya berguna untuk perbaikan dan
kesempurnaan tugas selanjutnya.
Semoga Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Bengkulu, Desember 2023

Penulis

iv
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS TEKNIK
JL. WR Supratmam Kandang Limun Bengkulu 38371 A Telepon (0736) 21170, 21884
Faksimile (0736) 22105
E-mail : rektorat@unib.ac.id

HALAMAN KETERANGAN NILAI


LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah menjelaskan bahwa


Nama dan NPM berikut :

JABATAN NAMA NPM NILAI


KETUA M. VALLDYKA ALFATH G1B023003
ANGGOTA TRIANA KOIRUNNISA G1B023006
ANI LESTARI G1B023021
M. FARHAN PRANAJAYA G1B023039
PARAS MITA G1B023048
FAKHRI KARUNIA G1B023060
AFDI ASHABI MAULANA G1B023066
M. FERDIANSYAH G1BO23081
ALFATH CAHYO G1B023096

Telah menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah dan responsi


dengan ketentuan nilai diatas.

Bengkulu, Desember 2023


DOSEN PENGAMPU

Dr. Ir. RENA MISLINIYATI, S.T., M.T.


NIP. 198220121 200604 2 003

iv
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS TEKNIK
JL. WR Supratmam Kandang Limun Bengkulu 38371 A Telepon (0736) 21170, 21884
Faksimile (0736) 22105
E-mail : rektorat@unib.ac.id

SURAT KETERANGAN

Yang menerangkan bahwa:


Kelompok :1 C (SATU C)
Ketua : M. VALLDYKA ALFATH (G1B023003)
Anggota : TRIANA KOIRUNNISA (G1B023006)
ANI LESTARI (G1B023021)
M. FARHAN PRANAJAYA KAIM (G1B023039)
PARAS MITA (G1B023045)
FAKHRI KARUNIA (G1B023054)
AFDI ASHABI MAULANA (G1B023066)
M. FERDIANSYAH AKHTAR (G1B023081)
ALFATH CAHYO PRATAMA (G1B023096)

Telah menyelesaikan laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah dengan nilai:


( A / A- / B+ / B/ B- / C+ / C / D / E )

Bengkulu, Desember 2023


DOSEN PENGAMPU

Dr. Ir. RENA MISLINIYATI, S.T., M.T.


NIP. 198220121 200604 2 003

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Halaman Pengesahan

Surat Keterangan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.2.1 pada poligon tertutup
1.2.2 Beda Tinggi
1.2.3 Detail Situasi
1.2.4 Peta Tranches
1.3 Batasan Masalah
1.4 Sistematika Penulisan

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Deskripsi Proyek

2.2 Layout

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Theodolite


3.2 Syarat-syarat Theodolite
3.2.1 Syarat Dinamis
3.2.2 Syarat Statis
3.3 Skala
3.4 Poligon
3.5 Poligon Tertutup
3.6 Penetuan Azimuth Geografis Metode Penentuan Tinggi Matahari
3.6.1 Umum
3.6.2 Dasar Teori
3.6.3 Pengamatan Tinggi Matahari
3.6.4 Koreksi ½ Sudut Vertikal
3.6.5 Koreksi Paralaks dan Refraksi

3.7 Perhitungan

BAB IV METEDOLOGI PRAKTIKUM

4.1 Cara Pembuatan Peta Tranches


4.2 Pengkuran Detail
4.3 Garis Kontur
4.4 Peralatan Yang Digunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

iv
5.1 Langkah Kerja Pengukuran Azimuth Matahari Dilapangan
5.2 Analisa Perhitungan Poligon Tertutup
5.3 Analisa Perhitungan Detail Situasi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Analisa
6.2 Kesimpulan
6.3 Saran

iv
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pekerjaan
pengukuran di atas tanah yang diperlukan untuk menyatakan suatu titik atau
penggambaran situasi / keadaan secara fisik yang terdapat di atas permukaan bumi
yang pada dasarnya bumi selalu bergerak sesuai dengan porosnya. Ilmu ukur tanah
juga mempelajari seluruh kegiatan pengukuran di permukaan bumi. Jenis
pengukuran yang dilakukan adalah Poligon Tertutup, Beda Tinggi, dan Detail
Situasi. Pengukuran ini dilakukan terhadap detail-detail alam maupun buatan
manusia meliputi posisi horizontal (x,y) dan juga posisi secara vertikal (z).
Dalam proses pengukuran progres minning/survey perlu digunakan alat – alat
untuk mempermudah penyelesaian pengambilan data. Pada praktikum kali ini alat
yang digunakan adalah theodolite. Theodolite adalah suatu alat yangdigunakan
untuk mengukur jarak dan sudut, baik sudut vertikal maupun horizontal.
Theodolite juga merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Selain theodolite ada juga alat seperti total station.
Pada praktikum ini data-data disajikan dalam bentuk peta. Tujuannya untuk
mendapatkan data pengukuran mengenai letak atau posisi, elevasi serta
konfigurasi. Praktikum ini memberikan pengetahuan mengenai poligon, cara
pembuatan poligon, perhitungan, syarat dan macam-macam poligon. Untuk
membuat poligon dilakukan menggunakan alat ukur theodolite. Pada praktikum
ilmu ukur tanah, poligon sangat diperlukan karena tanah tersebut akan diketahui
titik awalnya dan kemudian diukur jarak serta sudut yang ditemui. Dengan
demikian dari titik yang diukur dirangkai sesuai dengan jarak yang ditemui.
Poligon umumnya digunakan dalam posisi horizontal. Diketahui bahwa poligon
merupakan salah satu cara menentukan posisi horizontal dimana titik satu dengan
yang lainnya dihubungkan sehingga dari hubungan titik tersebut akan membentuk
suatu sudut tertentu.
Detail situasi adalah memindahkan gambar permukaan bumi kedalam suatu
bidang gambar (kertas gambar). Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang
baik pada pengukuran dan perhitungan harus teliti dan akurat dan dibutuhkan
mahasiswa yang benar-benar menguasai mata kuliah ilmu ukur tanah.

` KELOMPOK 1C
1
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum poligon tertutup, beda tinggi, detail situasi dan peta
tranches, yakni:
1.2.1 Pada Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi
satu. Poligon tertutup ini hanya membutuhkan satu titik kontrol yang sudah
diketahui koordinatnya yaitu titik awal yang sekaligus digunakan sebagai
titik akhir poligon, sudut jurusan sisi awal akan sama dengan sudut jurusan
akhirnya.
Adapun fungsi dari poligon tertutup yakni untuk mengetahui dan
mendapatkan koordinat titik-titik pada daerah yang diukur. Maka kita dapat
mengetahui luas daerah yang diukur, dengan melakukan praktikum.Kita
dapat mengenal, mengatur, dan mampu mempraktikkan alat theodolite
dengan benar melalui teknik pengukuran suatu poligon, serta dengan
melakukan praktikum azimuth matahari sehingga kita dapat mengetahui
kedudukan matahari yang kita gambar.
1.2.2 Beda Tinggi
Beda tinggi adalah suatu pekerjaan pengukuran untuk menentukan
beda tinggi beberapa titik di muka bumi terhadap tinggi muka air laut rata-
rata. Dalam praktikum ini kita dapat mempraktikkan dengan benar teknik
pengukuran beda tinggi, meliputi cara mengukur dan menghitung ketinggian
antara 2 titik. Bertujuan untuk mengetahui beda tinggi dari suatu wilayah
yang kita teliti.
1.2.3 Detail Situasi
Detail situasi adalah penyajian gambar dalam bentuk peta dengan
menggunakan aplikasi suatu dasar teoredetailtis yaitu pemetaan situasi dan
detail. Bertujuan untuk memindahkan bayangan dari sebagian atau seluruh
permukaan bumi yang tidak teratur ke peta.

` KELOMPOK 1C
2
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
1.2.4 Peta Tranches
Peta tranches atau peta detail sering disebut juga dengan peta topografi
dengan skala besar. Peta topografi yang dilengkapi yaitu peta situasidengan
kontur atau garis yang mempunyai ketinggian sama. Adanya pemetaan
topografi ini bermula dari adanya data-data dan informasi yang didapat dari
pengukuran topografi. Pengukuran topografi ini merupakan istilah yang
dipergunakan dari kata sebagai terjemahan “Topography Surveying”.
1.3 Batasan Masalah
Di dalam Penulisan laporan ini penulis membatasi masalah yaitu Pengukuran
Sifat Ruang (theodolite) dengan pengukuran polygon tertutup.
1.4 Sistematika Penulisan
- Halaman Pengesahan
- Surat Keterangan
- Kata Pengantar
- Lembar Asistensi
- Daftar Isi
- Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Batasan Masalah
1.4 Sistematika Penulisan
- Bab II Deskripsi Proyek
2.1 Lokasi dan Waktu
2.2 Lay Out

` KELOMPOK 1C
3
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
- Bab III Landasan Teori
3.1 Pengertian Theodolite
3.2 Syarat-syarat Theodolite
3.3 Skala
3.4 Poligon
3.5 Poligon Tertutup
3.6 Penentuan Azimuth Geografis dan Tinggi Matahari
- Bab IV Metodologi Praktikum
4.1 Cara Pembuatan Peta Tranches
4.2 Garis Kontur
4.3 Peralatan Yang Digunakan
4.4 Prosedur Pelaksanaan
- Bab V Hasil dan Pembahasan
5.1 Analisa Perhitungan Azimuth Matahari
5.2 Analisa Perhitungan Poligon Tertutup
5.3 Analisa Perhitungan Detail Situasi
- Bab VI Penutup
6.1 Analisa
6.2 Kesimpulan
6.3 Saran
- Dokumentasi
- Daftar Pustaka
- Lampiran

` KELOMPOK 1C
4
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH BAB II
DESKRIPSI
PROYEK

2.1 Deskripsi Proyek

Pada pengukuran poligon tertutup dalam detail situasi ini kami terdiri dari
beberapa kelompok mengukur pada daerah yang berbeda. Pengukuran ini dilakukan
di daerah Universitas Bengkulu. Berbentuk tempat, waktu, tanggal atau hari dan
kegiatan yang kami lakukan.
Tabel 2.1 Waktu pelaksanaan pratikum
No Lokasi Hari / Tanggal Waktu Kegiatan
1. Gedung G Jumat, 6 Oktober 10.30 - 12.30 1. Pemasangan patok di
2023 WIB sekeliling Gedung G
2. Pengukuran menggunakan
rol Meter

2 Gedung G Selasa, 10 Oktober 13.00-15.30 1. Pengenalan dan cara


2023 WIB pengoperasian alat
2. Koresi SLB
3. Cara menembak patok
4. Cara membaca rambu
5. Cara mencari BA, BB, BT

3. Gedung G Jum’at, 13 Oktober 13.00-15.00 1. Pengukuran poligon


2023 tertutup padapatok 2 ke
WIB
patok 3
2. Pengukuran kontur dan
sudut bangunan pada patok
2

4. Gedung G Jum’at, 13 Oktober 10.30-12.30 1. Penembakan Patok


2023 2. Penembakan detail
WIB
situasi jalan, semak,
gedung.

5. Gedung G Jum’at, 20 Oktober 13.00-15.00 1. Belajar menggunakan alat


2023 WIB secara bergantian

6. Gedung G Kamis, 26 Oktober 13.50-15.00 1. Pengukuran poligon


2023 tertutup padapatok 5
WIB
dan patok 6
2. Pengukuran kontur dan
sudut bangunan pada patok
5 dan patok 6

7. Gedung G Jum’at, 3 November 15.30-17.00 1. Pengukuran Azimuth


2023 matahari
WIB

` KELOMPOK 1C
5
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023

2.2 TANAH
Lay Out
Pada laporan ini, pengukuran dilakukan di Universitas Bengkulu, tepatnya di
Gedung Agribisnis Universitas Bengkulu. Gambar lay out lokasi praktikum dapat
dilihat pada gambar 2.1 dan gambar sketsa pologon pada 2.2 berikut.

Gambar 2.1 lokasi praktikum dilihat dari google earth


Sumber: Google Earth

Gambar 2.2 sketsa poligon di lokasi pratikum

` KELOMPOK 1C
6
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH BAB III
LANDASAN
TEORI

3.1 Pengertian Theodolite

Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Di dalam
theodolite sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu
dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
vertikal, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop
tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar putar mengelilingi
sumbu horizontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua
sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.
3.2 Syarat-syarat Theodolite
3.2.1 Syarat dinamis
Merupakan syarat dimana setiap alat dipindahkan ke stasiun yang
lain maka alat tersebut harus terpenuhi. Syaratnya :
1. Sentering, maksudnya sumbu I (sumbu vertikal) theodolite segaris
dengan garis gaya berat yang melalui titik tempat alat berdiri.
Sentering dapat dilakukan dengan alat bantu.
2. Sumbu I (sumbu V-V) harus vertikal. Komponen yang dipakai untuk
memenuhi syarat ini adalah nivo kotak, nivo tabung dan ketiga sekrup
penyetel ABC (levelling screw).

Gambar 3.1 Theodolite

` KELOMPOK 1C
7
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
HH : Sumbu II atau sumbu
mendatar/sumbuTeropong VV : Sumbu
I atau sumbu vertikalAA : garis arah
nivo alhidade
ZZ : arah garis bidik
NN : garis arah nivo teropong
3.2.2 Syarat Statis
1. Sumbu II ( Sumbu H-H) tegak lurus sumbu I atau mendatar
2. Garis bidik/kolimasi (Z-Z) tegak lurus sumbu II
3. Tidak ada kesalahan indeks vertikal atau kesalahan
indeks vertikal =0 ( ZZ // AA)
4. Garis bidik (Z-Z) sejajar garis arah nivo (N-N) apabila
terdapat nivo teropongnya.
3.3 Skala
Topografi map adalah representasi dari suatu daerah atau bagian dari bumi.
Jarak dari dua titik yang diperlihatkan di peta harus diketahui dengan suatu
perbandingan tertentu dengan keadaan tertentu, perbandingan itu disebut skala.
Ada beberapa macam skala dari peta misalnya 1 : 1000 artinya 1 cm dipeta sama
dengan 1000 cm di lapangan. Pemilihan skala peta tergantung daripada maksud
dan penggunaan dari peta, hal ini karena menyangkut masalah ketelitian yang
didapat dari hasil pengukuran. Oleh karena itu skala peta harus ditentukan terlebih
dahulu sebelum penggambaran dimulai.
3.4 Poligon
Poligon merupakan suatu rangkaian sudut banyak ataupun deretan titik-
titik yang menghubungkan dua titik tetap (titik triangulasi). Pekerjaan
menetapkan stasiun-stasiun poligon dan membuat pengukuran-pengukuran yang
perlu adalah salah satu cara paling banyak dan yang paling mendasar dilakukan
untuk menentukan letak nisbi titik.
Berdasarkan kepada titik-titik tetap (koordinatnya diketahui) dan bentuk
geometrinya, secara umum poligon dibedakan atas tiga macam, yakni :
1. Poligon Sempurna
Merupakan poligon yang deretan titiknya terikat pada titik-titik tepat pada
awal dan akhirnya. Hasil pengukuran dapat dikontrol dan diketahui
kesalahannya, melalui proses perhitungan peralatan.
` KELOMPOK 1C
8
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAHLepas atau Poligon Tidak Sempurna
2. Poligon
Merupakan poligon yang deretan titik-titik hanya terikat pada satu titik.Dalam
hal ini tidak dapat dikontrol atau diketahui kesalahannya.

Gambar 3.2 Poligon Terbuka dan Tidak Sempurna


3. Poligon Tertutup
Merupakan poligon yang deretan titik-titiknya terikat kepada satu titik tepat
yang berfungsi sebagai titik awal sekaligus titik akhirnya. Hasil pengukuran dapat
dikontrol dan dikoreksi kesalahannya.

Gambar 3.3 Poligon Tertutup

Berbagai cara dipakai dalam mengukur sudut atau arah garis


poligon, diantaranya sebagai berikut :
1. Pengukuran poligon dengan sudut arah kompas
Kompas juru ukur dirancang untuk pemakaian sebagai instrument poligon,
sudut arah terbaca langsung pada kompas sewaktu bidikan sepanjang garis
(jurusan) poligon.
2. Pengukuran poligon dengan sudut dalam
Sudut dalam seperti gambar di bawah ini, dipakai hampir khusus pada poligon
pengukuran hak milik. Sudut-sudut itu dibaca baik searah maupun berlawanan
arah jarum jam, sewaktu kelompok pengukuran maju mengelilingi poligon ke
kanan atau ke kiri dalam urutan ABC seperti diperlihatkan di bawah ini :

` KELOMPOK 1C
9
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

Gambar 3.4 Pengukuran Poligon Sudut


Dalam

3. Pengukuran poligon dengan sudut belakang


Pengukuran jalur lintas biasa dilakukan dengan sudut belokan di kananatau di
kiri dari garis-garis memanjang seperti gambar di bawah ini. Sudut belokan tidak
lengkap jika tidak disertai sebutan ke atau ki dan tentu saja tidak boleh lebih dari

180o. Masing-masing sudut harus diukur dua atau empat kali untuk mengurangi
galat-galat instrument dan ditentukan sebuah harga rata-rata.
a. Pengukuran Poligon dengan Sudut ke kanan
Sudut-sudut diukur searah jarum jam dari bidikan belakang pada garis
sebelumnya disebut sudut-sudut ke kanan atau azimuth- azimuth dari garis
belakang. Prosedur yangdipakai mirip dengan pengukuran poligon azimuth
kecuali bahwa bidikan belakang dibuat dengan piringan terbaca nol dan
bukan azimuth belakang. Sudut-sudut dapat dicek (diperbaiki) dengan
pengukuran rangkap dua, atau diuji harga kasarnya dengan pembacaan
kompas. Selalu memutarsudut searah jarum jam menghilangkan kekacauan
dalam pencabutan dan penggambaran, serta cocok dengan susunan
pembagian skala pada semua transit dan theodolite, termasuk instrument-
instrument reiterasi.
b. Pengukuran dengan topografi
Pengukuran dengan topografi sering dilaksanakan dengan azimuth, sebuah
proses yang langsung memberikan pembacaan azimuth semua garis, jadi tidak
memerlukan hitungannya. Azimuth diukur searah jarum jam dari ujung utara
meridian lewat titik sudut. Transit diorientasikan disetiap pemasangan
instrument dengan bidikan pada titik sebelumnya dengan azimuth belakang
pada lingkaran (jika sudut berputar ke kanan) atau azimuth garis di piringan

` KELOMPOK 1C
10
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023

3.5 TANAH
Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah rangkaian titik-titik dimana pengukuran titik awal dan
titik akhirnya sama, artinya rangkaian pengukuran yang dilakukan kembali ke titik
mula-mula. Poligon tertutup merupakan model yang paling banyak digunakan di
lapangan, disamping hasil pengukurannya juga cukup terkontrol.
Tata Laksana Pengukuran Poligon Tertutup
Untuk bisa mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang ditargetkan maka
dalam praktikum perlu diikuti aturan-aturan sebagai berikut :
A. Pelaksanaan pengukuran dilakukan oleh beberapa orang dalam satu
kelompok.
B. Pemasangan patok yang perlu diperhatikan adalah keamanan patok,
kestabilan tanah, kemudahan pemasangan alat, kemudahan pengukurandan
pengamatan, jarak antar patok, keleluasaan pandangan, kaitannya dengan
proyek utama dan lain-lain.
C. Sebelum melakukan pengukuran maka alat perlu disentriskan dengan cara
mengatur unting-unting atau centering optis.Setiap pengamatan atau pengukuran
arah garis, benang tegak teropongharus mengarah tepat ke tengah paku patok itu
dengan unting-unting tetap mengarah ke tengah paku yang akan diukur lalu teropong
diarahkan ke benang unting-unting.
D. Pengukuran sudut dilakukan minimal 2 kali, yaitu dalam kedudukan biasadan
luar biasa.
E. Pengukuran jarak harus sedatar dan selurus mungkin dan minimal 2 kali.
F. Pengukuran harus dihentikan pada jam 11.30 dan mulai lagi pada jam 13.30
untuk menghindari kesalahan pengamatan.
G. Selama pengukuran alat theodolite harus dilindungi dari sinar matahari
langsung.

` KELOMPOK 1C
11
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023

3.6 TANAH
Penentuan Azimuth Geografis Metode Penentuan Tinggi Matahari
3.6.1 Umum
Pengukuran dengan azimuth matahari adalah penentuan azimuth
matahari dengan parameter jam/waktu, sudut vertikal, suduthorizontal, bujur
lintang clan ketinggian tempat pengamatan yang dapatmenentukan arah
azimuth matahari terhadap utara sebenarnya. yang dilakukan untuk
mendapatkan azimuth astronomis, dimana sudut jurusan ke satu titik
ditentukan berdasarkan referensi lintang astronomis.
Pengukuran azimuth matahari dapat dilakukan di waktu tertentu yaitu
pagidan sore hari pada saat posisi matahari tidak berada diatas kepala kita.
Jadi, dapat dikatakan disini bahwa maksud dan tujuan dari pengukuran,
pengamatan matahari adalah :
 Untuk mendefinisikan azimuth di titik awal pekerjaan dan titik akhir
pekerjaan.
 Untuk kontrol hasil ukuran poligon.
3.6.2 Dasar Teori
Posisi bintang atau matahari terhadap bumi dinyatakan dengan bantuan
bolalangit dan beberapa sistem koordinat yang ditentukan pada bola langit
tersebut. Penentuan azimuth geografis dari suatu garis di permukaan bumi
dengan metode pengamatan tinggi matahari dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
 Pengamatan tinggi matahari.
 Penentuan azimuth matahari.
 Penentuan azimuth geografis.
3.6.3 Pengamatan Tinggi Matahari
Pengukuran azimuth geografis dengan pengamatan tinggi matahari
dapat dilakukan dengan cara ditadah, filter dan prisma roelofs. Dalam
praktikum IUT 1 ini metode dilakukan dengan cara ditadah.
Pengamatan dilakukan dengan menempatkan penadah atau tabir,
dibelakang lensa okuler, penadah tersebut bisa sebuah kertas putih,
sebagai layar yang menangkap cahaya matahari dan bayangan benang
diafragma. Bayang yang jelas dapat diatur sedemikian rupa dengan
menekan tromol pengatur bayangan atau fokus.

` KELOMPOK 1C
12
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
3.6.4 Koreksi ½ d Sudut Vertikal
Pembidikan dilakukan terhadap tepi-tepi matahari, untuk mendapatkan
tinggi ke pusat matahari, maka sudut vertikal harus diberi koreksi ½ diameter
bayangan matahari. “ d “ adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang
menghubungkan stasiun pengamatan ke tepi-tepi matahari.
Pada bulan Desember nilai d 32’34” sedangkan pada bulan Juli nilainya
31’35”. Untuk keperluan hitungan, diambil pembulatan rata-rata sebesar32’.
Koreksi ½ d yang diberikan pada sudut vertikal tergantung pada kuadran
beberapa bayangan matahari ditempatkan.

Gambar 3.5 sistem kuadran dalam IUT


Sebagai contoh penggunaan kuadran tersebut dapat dilihat pada gambar
3.6, sedangkan aturan pemakaian tanda (+)/(-) ½ dapat dilihat pada gambar
3.7

Gambar 3.6 bayangan matahari di kuadran III

Gambar 3.7 bayangan matahari di kuadran III


` KELOMPOK 1C
13
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

Gambar 3.8 Koreksi ½ d untuk sudut vertikal

Catatan :
Pada posisi luar biasa, bacaan lingkaran tegak zenith “V” harus
dikonversikan ke posisi biasa. Kemudian bacan lingkaran zenith
dikonversikan lagi ke bacaan lingkaran magnetis, hu’ = 90 -

Gambar 3.9 Koreksi ½ diameter matahari

Dengan demikian koreksi terhadap azimut adalah :


 Tepi kiri bayangan , ψ = ψ’ - ∆ψ
 Tepi kanan bayangan, ψ = ψ’ + ∆ψ Dengan ψ’= Hs – Hm

Gambar 3.10 Azimut Matahari (Am)

` KELOMPOK 1C
14
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
3.6.5 Koreksi Paralaks dan Refraksi
1. Koreksi paralaks

Dimana:
D = jarak dari bumi ke matahari ( C – M )
Z’ = sudut zenith pengamatan
Z = sudut zenith geosentris
V = Z’ – Z = paralaks horizontal R = jari-jari bumi ( C – O )
Perhatikan segitiga OCM :

Secara pendekatan:

Jika Z’ = 90º, maka diperoleh paralaks horizontal :

Harga paralaks ini dapat diperoleh dari tabel yang terdapat pada Almanak
Matahari dan bintang.

`
KELOMPOK 1C
15
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
2. Koreksi Refraksi
Faktor alam, seperti temperatur, tekanan dan tekanan udara adalah
hal yang sangat berpengaruh terhadap pengukuran yang dilakukan.
Hal ini jelas diketahui karena dapat memberikan efek pemuaian
ataupun melengkungnya sinar yang masuk ke dalam teropong
( refraksi ).
Semua gejala ini dialami oleh hasil pengukuran sejak mulai dari
target yang dibidik sampai didalam teropong itu sendiri. Oleh
karenanya juga diperlukan koreksi. Harga koreksi refraksi tersebut
dapat diperoleh dari tabel pada almanak Tahunan Matahari dan
Bintang, dengan rumus sebagai berikut :

Jika Z’ = 90º, maka diperoleh paralaks horizontal. Harga paralaks ini


dapat diperoleh dari tabel yang terdapat pada Almanak Matahari dan
bintang.
Dimana :
Rm= Koreksi refraksi menengah (pada p = 760 mmHg ; t = 10ºC;
kelembaban (60%) dengan argument adalah tinggi ukuran dari
matahari.
Cp= Faktor koreksi barometrik, dengan argument adalah tekanan
udara stasiun pengamat atau ketinggian pendekatan dari stasiun
pengamat.
Ct= Faktor koreksi temperatur, dengan argument adalah temperatur
udara stasiun pengamat.
3.6.6 Segitiga Astronomi
Segitiga astronomi adalah bola langit yang dibatasi oleh lingkaran
besar yang dibentuk oleh titik zenith, titik matahari atau bintang yang
diamati dan sebuah titik kutub (Indonesia mengambil kutub utara sebagai
acuan). Penentuan azimut geografi dengan metode pengamatan tinggi
matahari diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan data :

`
KELOMPOK 1C
16
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Tinggi matahari (h) diperoleh dari hasil pengamatan dari stasiun
pengamat. Deklinasi matahari (δ) yang diperoleh dari tabel pada almanak
matahari dan bintang dengan argument adalah waktu, tanggal dan tahun
pengamatan.

Gambar 3.12 Bola langit dengan posisi bintang


Terhadap bumi dinyatakan dengan A dan Z
Lintang (φ) stasiun pengamat yang diperoleh dari hasil interpolasi
peta, yaitu dari peta topografi daerah pengamatan.
Pada gambar unsur-unsur yang tertera adalah : a
= 90º-δb
= 90º -φc
= 90º -h
A = Azimut matahari
Dengan menggunakan rumus cosinus pada segitiga bola diperoleh :

Apabila yang diukur adalah sudut zenith (z = 90º - h), maka :

`
KELOMPOK 1C
17
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
3.6.7 Azimuth Geografi Ke Titik Sasaran
Pengukuran Azimuth Geografi dengan metode pengamatan tinggi
matahari dapat dilakukan pada waktu :
1. Pagi: Ja 07.00 – 09.00
Bila dilakukan pada pagi hari maka zenith yang sesungguhnya
sama dengan azimuth matahari yang diperoleh dari perhitungan.
2. Sore: Jam 15.00 – 17.00
Bila pengamatan dilakukan pada sore hari, maka azimuth matahari

sesungguhnya adalah : 360˚- Am.


3.6.8 Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk pengamatan tinggi matahari adalah :
1.Alat ukur theodolit lengkap dengan statipnya.
2. Kertas tadah.
3. Jam atau pengukur waktu lainnya, yang sebelumnya telah
disesuaikan dengan waktu radio atau televisi.
3.6.9 Pelaksanaan Pengukuran
Tahap Pelaksanaan Pengukuran :
1. Posisi pengamat (lintang, bujur dan ketinggian) dapat ditentukan pada
peta topografi.
2. Alat theodolit ditempatkan di atas statif dan kemudian diletakan di atas
titik patok. Lakukan centering dan pengaturan nivo.
3. Atur fokus teropong ke titik jauh tak hingga, perjelas benang diafragma.
4. Persiapkan jam digital yang telah distandarkan.
5. Dengan menutup lensa teropong terlebih dahulu, arahkan teropong dengan
bantuan visier ke matahari.
6. Siapkan kertas putih yang akan digunakan untuk menadah bayangan
dan ditempatkan dimuka lensa okuler.
7. Posisi pengamat membelakangi matahari dan menghadap pada
kertas tadi.
8. Longgarkan sekrup pengunci gerakan horizontal dan vertikal,
sehingga mudah untuk mngatur gerakan teropong yang mengarah
ke matahari sedemikian rupa sehingga bayangan matahari terlihat
yang merupakan lingkaran penuh pada kertas tadah.

`
KELOMPOK 1C
18
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
9. Kunci sekrup pengunci gerakan horizontal dan vertikal kemudian
bayangan matahari dipertajam dengan mengunakan pengatur fokus
dan benang diafragma diperjelas dengan pengatur benang
diafragma.
10. Dengan menggunakan sekrup halus horizontal dan vertikal
tempatkan bayangan matahari ke dalam kuadran (sesuai dengan
waktu pengamatan).
11. Dengan sekrup gerak halus horizontal tempatkan tepi bayangan
matahari pada benang vertikal.
12. Pada pagi hari dengan sekrup gerak vertikal tepi bawah / atas
bayangan matahari digeserkan ke atas / bawah benang horizontal
diafragma sedikit, bila pada sore hari tepi bawah / atas bayangan
matahari digeser ke bawah. Penggeseran tepi bayangan tersebut
tergantung pada kuadran berapa bayangan tersebut ditempatkannya.
13. Memberi aba-aba “AWAS”, disini pencatat waktu siap dan selalu
mengawasi jalannya detik. Pada saat bayangan matahari tepat
menyinggung benang diafragma beri aba-aba “YA”.
14. Pada saat mendengar aba-aba “YA” pencatat waktu mencatat
detiknya, kemudian menit dan jamnya.
15. Selanjutnya dicatat sudut horizontal dan vertikal.
16. Pembacaan dilakukan secara berurutan; biasa ke matahari, biasa ke
patok; luar biasa ke matahari, luar biasa ke patok untuk masing-
masing kuadran.
17. Untuk kuadaran lain langkah pelaksanaan sama dengan prosedur
diatas, disesuaikan dengan waktu pengamatan ( pagi atau sore ) dan
kuadran pengamatan ( I, II, III, IV ).
18. Data-data lain yang perlu diambil : temperatur, tekanan udara
pada saat pengamatan.
3.7 Perhitungan
Data dari lapangan diperoleh data-data sebagai berikut :
1. Waktu pengamatan matahari (T)
2. Tinggi matahari (h)
3. Temperatur udara (t)
4. Tekanan udara (p)
`
KELOMPOK 1C
19
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
5. Sudut orientasi horisontal (Ψ) dari interpolasi peta, diperoleh :
a. Lintang pendekatan titik pengamat (Ψ)
b. Lintang pendekatan titik pengamat (λ)
c. Ketinggian lintang pendekatan titik pengamat (H)
Yang akan ditentukan adalah azimut geografis pada garis geodetik yang
menghubungkan titik pengamat ke titik sasaran.
Solusi :
1) Berikan koreksi diameter terhadap tinggi matahari dan sudut orientasi
(jika menggunakan metode pengamatan dengan cara ditadah atau dengan
cara kaca hitam). Dimana harga 1/2d dapat diperoleh dari tabel almanak
matahari dan bintang yang disesuaikan dengan tanggal dan bulan
pengamatan.
a)
Koreksi diameter terhadap tinggi matahari : h’ = h ± 1/2d – i
b)
Koreksi diameter terhadap sudut orientasi : Ψ = Ψ’ ± 1/2d sec h’
2) Koreksi refleksi dan paralaks terhadap tinggi matahari, harga r m, Cp, Ct,
diperoleh dari tabel almanak matahari dan bintang :

3) Menghitung azimut matahari (A)


a)
Sin δ – sin Ψ x sin h” = N
b)
Cos Ψ x Cos h” =D
c)
Maka:

Menghitung azimut matahari sesungguhnya (Am)


a) Pagi hari: Am =A
b) Sore hari: Am = 360 – A

4) Menghitung azimut geografi ketitik sasaran


Catatan : tergantung pada posisi titik sasaran dipermukaan bumi

`
KELOMPOK 1C
20
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
3.7.1 Pengukuran Detail
Detail atau titik detail adalah semua kenampakan yang ada
dipermukaan bumi, baik yang bersifat alamiah ataupun kultural. Peta
pengukuran terestris (ground survey) seperti dalam praktikum Ilmu Ukur
Tanah (IUT), yaitu praktikum pengukuran detail, maka tidak mungkin
mengukur detail secara lengkap.
Seperti pada fotogrammetri yaitu seluruh permukaan bumi dapat
direkam. Oleh karenaitu, titik-titik detail yang akan diambil harus selektif
dan harus sesuai dengan tujuan dari pemetaan itu sendiri dan skala peta
yang dikehendaki.
Dalam pengukuran pelaksanaan titik detail, data yang harus diukur
adalah jarak, sudut, azimuth dan ketinggiannya, sehingga dapat digambar
kembali diatas kertas gambar. Pada umumnya setiap melakukan
pengukuran- pengukuran detail akan dicatat data-data seperti dibawah ini:
 Untuk theodolit yang dilengkapi kompas meliputi: tinggi intrument,
azimuth, helling, dan pembacaan benang atas, tengah, dan bawah.
 Untuk theodolit tanpa kompas meliputi: tinggi intrument, sudut
horizontal yang diikatkan pada titik ikat helling dan pembacaan
benang atas, tengah dan bawah.
Secara umum jalannya pratikum Ilmu Ukur Tanah (IUT) seperti gambar
dibawah ini :

Gambar 3.4 contoh jalannya praktikum


Keterangan: 1, 2, 3, 4 merupakan tempat pesawat dan rambu
berdiri untuk mengukur beda tinggi dapat dilihat dalam gambar.

`
KELOMPOK 1C
21
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

Gambar 3.5 cara mengukur beda tinggi


Keterangan Gambar
A = Titik tempat berdiri pesawat
B = Titik Tempat Rambu (titik detail yang akan diukur)
h = Sudut Helling (sudut miring)
Z = Sudut Zenith (90 –h)
BA = Benang atas
BT = Benang tengah
BB = Benang bawah
L = BA – BB
D’ = Jarak miring
D = Jarak datar
Hi = Tinggi pesawat
ΔH = Beda tinggi A dan B
Dari pengukuran dilapangan yang dilakukan dapat diperoleh pembacaan: BA;BT;
BB; azimuth, maka;

Beda tinggi ( ΔH );

`
KELOMPOK 1C
22
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Sehingga Beda tinggi = A & B

Sehingga titik B ketinggiannya :

Ada banyak cara untuk mengukur titik detail seperti dengan koordinat siku-
siku, koordinat kutup, interpolasi dan pengukuran titik detail cara memancar
(menyebar dan meloncat). Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dilaksanakan
dengan metode memancar.Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini:
a. Pengukuran titik detail dengan metode
memancar Cara ini dipakai bila titik tetap
berdekatan.

Gambar 3.6 metode memancar

A, B, C adalah titik tetap, jika disekitar titik tetap harus diambil banyak titik
detail, maka titik detail tersebut ditentukan letaknya dengan mengukur sudut
dan jarak dari titik tetap tersebut. Dari gambar pesawat diletakkan diatas A
kemudian diambil titik terdekat detailnya a: 1,2,3 ; b: 1,2,3,4 sedang arah
rambu masing-masing menjauhi titik A kemudian pesawat dipindah ke titik B
dan dengan cara yang sama pesawat dilakukan seperti pesawat di titik A.
Pengukuran titik detail ini biasanya diikuti pengukuran poligon.
b. Pengukuran titik detail dengan metode meloncat
Ada kalanya kita mengalami kesulitan menggunakan metode memancar
dalam pengukuran titik detail karena titik tetap sehingga diperlukan
caramelompat ini diperlukan adalah karena sangat jauh. A, B, C, D, E adalah
titik tetap.

`
KELOMPOK 1C
23
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

Gambar 3.7 metode


meloncat Tahapan Pelaksanaan Pengukuran Detail
Situasi
Tahapan pelaksanaannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan keperluan pengukuran.
2. Lakukan orientasi terhadap dearah atau medan akan diukur, sketsalah
secara kasar untuk membantu dalam pengadaan titik dan
keteraturandalam pengukuran.
3. Tentukan titik target yang akan jadi kerangka poligon. Dirikan titik awal
dengan sempurna (centering alat).
4. Posisikan alat pada kedudukan biasa, bidik titik belakang (patok
belakang) untuk pembacaan benang atas, benang bawah, kemudian
nolkan bacaan sudut horizontalkan lalu catat sudut horizontal (Oo) dan
vertikal.
5. Arahkan teropong ke titik depannya (patok depan), kemudian bacaan
benang, sudut vertikal dan sudut horizontalnya.
6. Lakukan pengukuran jarak secara manual dengan menggunakan pita ukur
(meteran) yaitu dari titik berdirinya alat ke titik atau patok belakang dan
ke titik atau patok di depannya. Pengukuran ini dilakukan dengan cara
pulang-pergi. Pada saat pengukuran pita ukur harus tegang, lurus dan
datar.
7. Pada titik yang sama, ubah posisi alat menjadi luar biasa, kemudian baca
bacaan benangnya, sudut vertikal dan sudut horizontalnya.
8. Kemudian arahkan lagi teropang ke titik belakang, kemudian baca-
bacaan benang, sudut vertikal dan sudut horizontalnya.

`
KELOMPOK 1C
24
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
9. Masih pada titik yang sama posisikan alat dalam keadaan biasa,
kemudian pada sketsa yang telah dipersiapkan, rencanakan pembidikan
yang teratur terhadap objek-objek alam (unsur-unsur buatan alam, unsur-
unsur buatan manusia, dan pada titik ekstrim) yang akan dipetakan
dengan mencantumkan abjad/nomor pada batas-batas yang telah
ditentukan. Usahakan pembidikan tetap teratur searah putaran jarum jam,
menurut nomor untuk tidak menimbulkan kekacauan dalam penulisan
data pada formulir atau dalam penggambaran.
10. Data-data yang perlu dicatat dan diamati adalah bacaan benang, sudut
vertikal atau dalam penggambaran.
11. Untuk tempat atau gedung yang bentuknya teratur, tidak perlu pada
semua titik dengan theodolit, tapi ambil saja data yang diukur dengan
menggunakan alat ukur (meteran). Ambil data selengkap mungkin.
12. Pindahkan data hasil pengamatan ke dalam data form, penomoran pada
formulir dicatat dan harus sama atau sesuai dengan data yang dibuat
sketsa.
13. Ukur tinggi alat dari permukan tanah.

14. Pindahkan alat ke titk berikutnya (patok depan) kemudian hal yang sama
seperti langkah-langkah diatas.
c. Pengukuran titik detail dengan sistem kisi atau grid

Gambar 3.8 sistem kisi (grid)

`
KELOMPOK 1C
25
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

Di daerah tanpa peta dan atau sedikit bangunan saja kita dapat menggunakan
sistem kisi (grid). Menurut tinggi rendahnya dan penggunaan peta dengan garis-
garis kontur yang kita rencanakan kita tentukan suatu jaringan siku-siku, yang
biasanya dinyatakan di lapangan dengan pancang- pancang dari kayu. Pada
penentuan garis- garis kisi (grid) sebaiknya kita menggunakan suatu Double
Pentafon Prisma (prisma sudut) seperti terlihat pada gambar 3.8 di atas. Tentu saja
sistem ini juga memudahkan dalam penentuan kontur kali, jalan, rel dan
sebagainya.

` KELOMPOK 1C
26
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
BAB IV
METODOLOGI PRAKTIKUM

4.1 Cara Pembuatan PetaTranches


4.1.1. Pembuatan peta
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa pembuatan peta tranches
tidak asal langsung jadi, melainkan harus diperoleh data-data dengan
melakukan pengukuran-pengukuran, baik pengukuran posisi horizontal
maupun vertikal sehingga setiap titik detail yang ada pada peta tranches
dapat diketahui posisinya terhadap suatu bidang datar.
Dalam pembuatan peta tranches kita harus melakukan beberapa
kegiatanantara lain:
1. Pengukuran di lapangan termasuk pembuatan titik-titik tetap sebagai
kerangka peta.
2. Pekerjaan hitungan.
3. Cara pemberian koreksi hasil hitungan.
4. Proses penggambaran.
Supaya diperoleh hasil yang memuaskan, maka masing-masing
kegiatan harus dikerjakan dengan benar dan ditunjang dengan sarana yang
memadai. Sebelum pengukuran lapangan dimulai maka skala peta harus
ditentukan dahulu, untuk memilih skala peta tergantung dari maksud
pembuatan daripeta itu sendiri yaitu tergantung dari ketelitian pengukuran
diatas peta.
4.1.2 Pengukuran Kerangka Peta
Pada permukaan bumi diukur titik-titik pasti yaitu titik yang
diketahui koordinat yang ketinggiannya. Dari titik-titik pasti ini kita
petakan yang kemudian kita sebut kerangka peta. Misal kita ingin
membuat tranches jalan, maka peta daerahnya harus dibuat dahulu.
Untuk keperluan ini dibutuhkan beberapa titik pasti sebagai dasar
pemetaan titik pasti dapat diukur dengan beberapa cara antara lain:

`
KELOMPOK 1C
27
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Dengan Cara Astronomis , Prinsipnya menentukan posisi tempat di bumi
dengan menggunakan pertolongan peta dilangit.

Gambar 4.1 Cara Astronomis

Pengukuran semacam ini untuk wilayah yang luas dan pandangan


yang tidak bebas. Misal A adalah titik yang ada ditentukan posisinya di
bumi dan disebut titik astronomi, BT, adalah pedoman bintang yang
dipakai sebagai pedoman.
Dari A pesawat diarahkan ke BT, sehingga A akan mempunyai
unsur- unsur: Azimuth (A), garis lintang (Q), garis bujur (λ), karena
menggunakan pertolongan bintang maka pengukuran ini hanya dapat
dilakukan pada malam hari.
A. Dengan Cara Triangulasi
Sebenarnya triangulasi adalah untuk memperbanyak titik pasti,
karena awal dari pembuatan jaring-jaring triangulasi adalah sebuah titik
yang telah diketahui posisinya. Dengan jaring-jaring triangulasi yang
merupakan kumpulan dari banyak segitiga dapat dibuat titik yang lain,
sebuah titik pasti yang digunakan untuk membuat titik pasti yang lain
dalam jumlah yang banyak

`
KELOMPOK 1C
28
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Gambar dengan cara triangulasi:

Gambar 4.2 Cara Triangulasi


Dengan mengukur jarak AB, sudut A dan C serta BG maka jarak AC
dan dapat diukur dengan rumus sinus:

Dengan demikian posisi titik c dapat diketahui dengan jalan yang sama
dapat dicari dengan posisi yang lain.
B. Dengan cara menggunakan satelit
Dengan menggunakan satelit doppler dan titik yang dicari koordinat
dipasang pesawat geosfer dan data langsung diketahui dari pesawat
tersebut.
4.2 Pengukuran Detail
Maksud pengukuran detail adalah untuk memberikan data topografi di
atas peta, sehingga diperoleh data informasi dari relief bumi. Kelengkapan
dan ketelitian data topografi. Ini sangat tergantung dari kerapatan titik detail
yang diukur untuk mengukur titik detail yang lengkap dan efisien, maka harus
dipahami maksud dankegunaan peta yang akan digunakan atau dibuat itu.
Sebelum suatu daerah diadakan pengukuran detail harus sudah ada titik
pasti yang akan dipakai sebagai pengikat, titik pasti adalah titik yang sudah
diketahui koordinatnya.
Biasanya yang perlu diketahui adalah segala benda atau bangunan yang
terdapat di peta yang akan dipetakan yang nantinya akan menangkap data
peta. Hal ini, misal perbedaan tinggi muka tanah yang cukup ekstrim,
sehingga nantinya akan menambah / membantu dalam pembuatan kontur.

`
KELOMPOK 1C
29
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
4.3 Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menunjukan atau menghubungkan tempat-
tempatyang mempunyai ketinggian yang sama terhadap bidang referensi yang
digunakan, yaitu biasanya bidang geode (bidang yang berhubungan dengan
permukaan air laut rata-rata atau Mean Sea level (MSL) Pada gambar berikut
ditunjukkan dengan jenis 3 dari garis-garis tersebut.

Gambar 4.3 Jenis Kontur

Keterangan gambar:
Gambar 1: Gambar yang mencerminkan gunung
Gambar 2: Gambar yang mencerminkan lembah
Gambar 3: Gambar yang mencerminkan dataran
Kecuraman suatu lereng atau (Steepness) dapat ditentukan dari adanya
interval kontur dan jarak horizontal antara dua garis kontur dapat dicari
dengan interpolasi.
Garis kontur tidak boleh saling berpotongan selain itu garis kontur
adalah garis tertutup terletak yang berurutan menunjukan gunung/cekungan
(lihat gambar). Lihat pula perbedaan yang ditunjukkan pada peta suatu
dataran atau tanah yang datar. Agar diperoleh kemudahan dalam kepentingan
praktis biasanya dianjurkan setiap 5 garis, salah satunya yang kelima
dipertebal. Untuk garis kontur yang teratur dan relatif dekat hanya garis
kontur yang dipertebal yang diberi angka.

`
KELOMPOK 1C
30
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
4.4 Peralatan Yang Digunakan
Dalam pemetaan dan pengukuran peralatan yang digunakan dapat
dikelompokan menjadi 2 bagian :
1. Peralatan yang digunakan di lapangan
2. Peralatan yang digunakan di kontur
4.4.1 Peralatan Yang Digunakan Di Lapangan
Peralatan yang digunakan di lapangan untuk melakukan pengukuran
ada berbagai macam antara lain :
a. Theodolite
b. Patok dari kayu 10
c. Meteran fiber rol ukuran 100 m 1 buah atau ukuran 50m 2 buah
d. Payung 1 buah
e. Palu godam 1 buah
f. Paku payung 1 kotak
g. Spidol hitam 1 buah
h. Cat pilox warna terang 1 buah
i. Pisau 1 buah
Alat yang dipakai dalam pengukuran poligon ini adalah theodolit
yang terdiri dari bagian umum dan bagian utama. Komponen penyusun
masing- masing bagian adalah sebagai berikut:
Bagian umum
1. Bagian atas, terdiri dari :
a) Plat atas yang langsung dipasangkan pada sumbu vertikal
b) Standar yang secara vertikal dipasangkan pada 1
c) Sumbu horizontal yang didukung oleh 1 dan 2
d) Teleskop tegak lurus sumbu horizontal dan dapat diputar
mengelilingi sumbunya
e) Lingkaran graduasi vertikal dengan sumbu horizontal sebagai
pusatnya
f) Dua buah atau sebuah nivo tabung dengan sumbu-sumbunya yang
saling tegak lurus satu sama lain
g) Dua pembacaan graduasi yang berhadapan

`
KELOMPOK 1C
31
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
2. Bagian bawah, terdiri dari :
Bagian utama dari theodolit terdiri dari teleskop, nivo, lingkaran graduasi
dan pembacaan, perlengkapan sudut pengukur vertikal, perlengkapan
pengukur sifat datar dan alat penggerak. Untuk mengetahui lebih jelas bagian-
bagian theodolit serta fungsinya, berikut dijelaskanpada tabel dan gambar.
Tabel 4.1 Bagian-bagian theodolit dan fungsinya
No BAGIAN FUNGSI

1 Plat pelindung lingkaran vertikal Melindungi lingkaran vertikal dan


Didalamnya indeks vertikal
2 Ring pengatur lensa tengah Memperjelas bayangan objek atau
sasaran
3 Penutup koreksi diafragma Melindungi sekrup koreksidiafragma
dari gangguan luar

4 Alat baca lingkaran vertical Membaca sudut putaran pada arah


vertikal dan arah horizontal
5 Reflektor sinar Memasukkan sinar pada alat baca /
menerangi piringan vertikal dan
horizontal
6 Nivo tabung alhidade horizontal Membuat sumbu satu benar-benar
vertical
7 Sekrup penggerak halus teropong Menempatkan benang silang tepat
pada arah objek yang dituju setelah
diklaim arah vertikal dikencangkan
8 Klem alhidade horizontal Mematikan gerak instrument agar
sumbu 1 termasuk teropong tidak
dapat berputar dengan arah
horizontal
9 Nivo Kotak Membuat sumbu 1 mendekati
vertikal

`
KELOMPOK 1C
32
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

10 Sekrup koreksi nivo Memberikan koreksi nivo


tabungalhidade tabung alhidade horizontal supaya
horizontal tegaklurussumbu 1
11 Plat daasar instrument Landasan instrument menempatkan
instrument diatas statif

12 Plat dasar statif Mendirikan/menempatkan diatas


statif
13 Lensa objektif teropong Membentuk bayangan objek yang
ditujukan pada pengukuran
14 Teropong Memperbesar bayangan sehingga
dapat dibidik dengan tepat
15 Mikrometer optic Mengatur kedudukan pembaca agar
teliti
16 Klem teropong Mengunci teropong pada putaran
vertikal
17 Kaki penyangga sumbu II Menyangga sumbu II dan teropong
yang berputar bersama-sama
dengansumbu II
18 Cenkring optic Pengganti unting-unting untuk
membuat alat (sumbu I) berdiritepat
diatas patok
19 Sekrup penyetel instrument Bersama-sama dengan nivo alhidade
horizontal dan nivo kotak
membuatsumbu vertikal
20 Sekrup penggerak repetisi Menggerakkan sumbu repetisisecara
halus
21 Alat bantu bidik ( visier ) Mengarahkan teropong pada sasaran
kasar
22 Klem repetisi Mengunci sumbu repetisi
23 Statif Menopang alat sehingga dapat
kokoh

Dari alat yang tersebut diatas yang perlu diterangkan penggunaannya adalah
Theodolite.
` KELOMPOK 1C
33
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
4.4.2 Cara penggunaan Theodolite:
1. Memasang Statif
Membuka sekrup statif pembuka kaki, kemudian statif kita angkat
hinggakaki memanjang, tinggi statif setinggi leher dan sehorisontal
mungkin, kemudian kaki statif kita injak sebelumnya sekrup kita
kenangkan.
2. Memasang Alat Theodolite
Setelah kedudukan statif kuat, tidak bergoyang, dan bidang atas
horizontal, instrument kita letakkan di atasnya dan dikunci rapat–
rapat, kemudian memasang unting-unting di penggantungnya.
3. Menyetel Alat Theodolite
Menyetel ketiga sekrup penyetel pesawat, hingga gelembung nivo
didalam lingkaran kaca nivo, dan alat siap digunakan.
4. Menegakkan Rambu Ukur
Rambu ditegakkan pada titik yang akan dicari di atas dan harus
benar- benar tegak di atas tanah tersebut. Jarak antara pesawat dan
rambu
±60 m.
Pada praktikum IUT ini yang akan dibaca menggunakan theodolite ini
adalah:
a. Jarak lapangan secara optis.
Mula-mula kita ukur tinggi pesawat, kemudian kita ukur (baca
rambu pada angka sesuai tinggi pesawat (tinggi BT = Tinggi
pesawat). Kemudian kita baca benang atas dan benang bawah kita
peroleh jarak = (BA – BB) 100 cm.
Ket : rambu yang digunakan 1 E = 5 cm , Berarti 1 kaki E =
1,0 cm Contoh : digambar BA =10; BT = 8,25; BB = 7
Maka jarak optis = (10 – 7 ) 10 = 30 cm

` KELOMPOK 1C
34
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

Gambar 4.3 Contoh Rambu Ukur


a. Cara membaca zenith
Meletakan gelembung nivo ditengah lingkaran kaca nivo (kedudukan
pesawat horizontal), kemudian pembacaan sudut zenith dilakukan :
berdasarkan angka yang sama kiri, atas, kanan, dan bawah. (1 strip = 10
menit). Sebelum kita melakukan pembacaan, terlebih dahulu klem kunci.
Boussuk kita buka, skala lingkaran akan bergerak setelah berhenti, kunci
kita tutup kembali (catatan benda-benda logam harus kita jauhkan dari
pesawat), cara membacanya berdasarkan selisih angka 180˚ dari kiri
bawah kanan atas.
(keterangan 1 strip = 1 derajat)

Gambar 4.4 Contoh Rambu Ukur


Angka yang mempunyai selisih 180˚ adalah 70˚ dan 250˚ , kemudian
pengatur mikrometer menunjuk angka 20’. Jadi contoh di atas menunjuk
sudut azimuth : 78˚20’
b. Menentukan besarnya sudut miring (helling)
Setelah sudut azimuth diketahui, kemudian sudut azimuth kita kunci,
maka pembacaan sudut helling (miring) dilakukan pada kotak sudut
helling pada kiri, atas, kanan, bawah yang angkanya sama.

` KELOMPOK 1C
35
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Keterangan : 1strip :10’
Pembacaan contoh sudut helling disamping adalah 94˚ 20’.

c. Pembacaan contoh sudut helling disamping adalah 94˚ 20’ Menentukan


besarnya Nonius sudut
Pembacaan nonius sudut prinsipnya sama dengan azimuth hanya
klem boussuk dalam keadaan tertutup. Sebaiknya pada waktu akan
membaca nonius tromol menunjuk angka nol dahulu. Kemudian
kita putar sampai garis-garis berimpit.
Keterangan: Alat-alat di atas harus di cek dahulu agar alat tersebut
siap pakai bila telah sampai lapangan.
d. Menentukan besarnya Nonius sudut
Pembacaan nonius sudut prinsipnya sama dengan azimuth hanya
klem boussuk dalam keadaan tertutup. Sebaiknya pada waktu akan
membaca nonius tromol menunjuk angka nol dahulu. Kemudian
kita putar sampai garis-garis berimpit.
Keterangan: Alat-alat di atas harus di cek dahulu agar alat tersebut
siap pakai bila telah sampai lapangan.
4.4.3 Peralatan Yang Digunakan Di Kontur
Alat-alat yang digunakan di kountur untuk proses perhitungan dan
penggambaran meliputi:
 Mesin hitung (kalkulator)
 Kertas gambar
 Penggaris dan sejenisnya
 Penghapus dan sebagainya
 Alat-alat yang digunakan lainnya

` KELOMPOK 1C
36
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
4.4.4 Cara Penyetelan Alat Theodolite Sebelum Pelaksanan
 Dirikan statif diatas patok. Usahakan kakinya sama panjang dan
kedudukan kepalanya hampir mendatar. Pasanglah theodolit pada
statif itu dengan memutar kencang sekrup pengikatnya.
 Jika theodolite memiliki alat centris optis maka pasang lah unting-
unting, kendurkan sekrup pengikat, geserlah theodolit sehingga
unting- untingtepat mengarah ke tengah paku. Jika memiliki pemusat
optis, geserlah theodolite sehingga melalui pengamatan optis itu, paku
tampak tepat masuk kedalam lingakaran. Bila pemusat nya belum
tepat sedangkan theodolite sudah tidak dapat di geser lagi maka statif
nya yang harus di geser, lalu tata cara di atas di ulangi sampai sentris.
 Putar theodolite supaya nivo tabung sejajar dengan sekrup AB.
Setimbangkan nivo tabung dengan memutar sekrup C.
 Putar theodolite sehingga sudut nivo tabung 1800 sekrup AB,
kemudian putarlah ke sembarang arah, jika masih tetap setimbang
berarti sumbu satu theodolite telah tegak.
 Jika belum setimbang, alat harus dikoreksi dengan cara :Pada
kedudukan 1800 sekrup AB tadi, koreksikan setengah penggeseran
gelombang nivodengan memutar sekrup koreksi nivo. Untuk
melakukan koreksi ini sebaiknya didampingi oleh asisten.
 Jika pemusatan belum berhasil, sedangkan theodolite sudah tidak
dapat digeser lagi, maka anda tidak perlu memindahkan statif, cukup
turun/naikkan sedikit salah satu kaki dari statif.
4.4 Prosedur Pelaksanaan Pemetaan
Tahapan pelaksanaannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan keperluan pengukuran
2. Lakukan orientasi terhadap daerah atau medan akan diukur, sketsalah
secara kasar untuk membantu dalam pengadaan titik dan keteraturan
dalam pengukuran.
3. Tentukan titik target yang akan jadi kerangka poligon. Dirikan titik
awaldengan sempurna (centering alat).

` KELOMPOK 1C
37
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
4. Posisikan alat pada kedudukan biasa, bidik titik belakang (patok
belakang) untuk pembacaan benang atas, benang bawah, kemudian
nolkan bacaan sudut.
5. Siapkan alat dan keperluan pengukuran
6. Lakukan orientasi terhadap daerah atau medan akan diukur, sketsalah
7. secara kasar untuk membantu dalam pengadaan titik dan keteraturan
dalam pengukuran.
8. Tentukan titik target yang akan jadi kerangka poligon. Dirikan titik
awaldengan sempurna (centering alat).
9. Posisikan alat pada kedudukan biasa, bidik titik belakang (patok
belakang) untuk pembacaan benang atas, benang bawah, kemudian
nolkan bacaan sudut horizontalkan lalu catat sudut horizontal (Oo) dan
vertikal.
10.Arahkan teropong ke titik depannya (patok depan),
kemudian bacaan benang, sudut vertikal dan sudut horizontalnya.
11.Lakukan pengukuran jarak secara manual dengan menggunakan pita
ukur (meteran) yaitu dari titik berdirinya alat ke titik atau patok
belakang dan ke titik atau patok di depannya. Pengukuran ini
dilakukan dengan cara pulang-pergi. Pada saat pengukuran pita ukur
harus tegang, lurus dan datar.
12.Pada titik yang sama, ubah posisi alat menjadi luar biasa, kemudian
baca bacaan benangnya, sudut vertikal dan sudut horizontalnya.
13.Kemudian arahkan lagi teropong ke titik belakang, kemudian baca
bacaan benang, sudut vertikal dan sudut horizontalnya.
14. Masih pada titik yang sama posisikan alat dalam keadaan biasa,
kemudian pada sketsa yang telah dipersiapkan, rencanakan
pembidikan yang teratur terhadap objek-objek alam (unsur-unsur
buatan alam, unsur-unsur buatanmanusia, dan pada titik ekstrim)
yang akan dipetakan dengan mencantumkan abjad/nomor pada batas-
batas yang telah ditentukan.Usahakan pembidikan tetap teratur searah
putaran jarum jam, menurut nomor untuk tidak menimbulkan
kekacauan dalam penulisan data pada formulir atau dalam
penggambaran.

` KELOMPOK 1C
38
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
15.Data-data yang perlu dicatat dan diamati adalah bacaan benang, sudut
vertikal atau dalam penggambaran.
16.Untuk tempat atau gedung yang bentuknya teratur, tidak perlu pada
semua titik bidik dengan theodolite, tapi ambil saja data yang diukur
dengan menggunakan alat ukur jarak (meteran). Ambil data selengkap
mungkin.
17.Pindahkan data hasil pengamatan ke dalam data form, penomoran pada
formulir dicatat dan harus sama atau sesuai dengan data yang dibuat
sketsa.
18. Ukur tinggi alat dari permukaan tanah.
19.Pindahkan alat ke titik berikutnya (patok depan) kemudian hal yang
sama seperti langkah-langkah diatas.

` KELOMPOK 1C
39
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Langkah Kerja Pengukuran Azimuth Matahari di Lapangan

Gambar 4.5 Pengukuran Azimuth Matahari


Tahap Pelaksanaan Pengukuran :
1. Posisi pengamat (lintang, bujur dan ketinggian) dapat ditentukan pada peta
tofografi.
2. Alat theodolite ditempatkan diatas statif dan kemudian diletakan di atas
titik patok. Lakukan Centering dan pengaturan nivo.
3. Atur fokus teropong ke titik jauh tak hingga, perjelas benang diafragma.
4. Persiapkan jam digital yang telah distandarkan.
5. Dengan menutup lensa teropong terlebih dahulu, arahkan teropong dengan
bantuan visier ke matahari.
6. Siapkan kertas putih yang akan digunakan untuk menadah bayangan dan
ditempatkan dimuka lensa okuler dan membagi 4 bagian kertas.
7. Posisi pengamat membelakangi matahari dan menghadap pada kertas tadi.
8. Longgarkan sekrup pengunci gerakan horizontal dan vertikal, sehingga
mudah untuk mengatur gerakan teropong yang mengarah ke matahari
sedemikian rupa sehingga bayangan matahari terlihat yang merupakan
lingkaran penuh pada kertas tadah.
9. Kunci sekrup pengunci gerakan horizontal dan vertikal kemudian
bayangan matahari dipertajam dengan mengunakan pengatur fokus dan
benang diafragma diperjelas dengan pengatur benang diafragma.
10.Dengan menggunakan sekrup halus horizontal dan vertikal tempatkan
bayangan matahari ke dalam kuadran (sesuai dengan waktu pengamatan).

` KELOMPOK 1C
40
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
11. Dengan sekrup gerak halus horizontal tempatkan tepi bayangan matahari
pada benang vertikal.
12. Pada pagi hari dengan sekrup gerak vertikal tepi bawah / atas bayangan
matahari digeserkan ke atas / bawah benang horizontal diafragma sedikit,
bila pada sore hari tepi bawah / atas bayangan matahari digeser ke bawah.
Penggeseran tepi bayangan tersebut tergantung pada kuadran berapa
bayangan tersebut ditempatkannya.
13. Memberi aba-aba “AWAS”, disini pencatat waktu siap dan selalu
mengawasi jalannya detik. Pada saat bayangan matahari tepat
menyinggung benang diafragma beri aba-aba“YA”.
14. Pada saat mendengar aba-aba “YA” pencatat waktu mencatat detiknya,
kemudian menit dan jamnya.
15. Selanjutnya dicatat sudut horizontal dan vertikal.
16. Pembacaan dilakukan secara berurutan; biasa ke matahari, biasa ke
patok; luar biasa ke matahari, luar biasa ke patok untuk masing-masing
kuadran.
17. Untuk kuadaran lain langkah pelaksanaan sama dengan prosedur diatas,
disesuaikan dengan waktu pengamatan ( pagi atau sore )dan kuadran
pengamatan ( I, II, III, IV).
18. Contoh hasil yang bakal didapatkan pada pengukuran azimuth di lapangan

19. Data-data lain yang perlu diambil : temperature dan tekanan udara pada
saat pengamatan.

Gambar 4.6 Contoh Gambar Kuadran Pengukuran

` KELOMPOK 1C
41
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
5.2 Analisa Perhitungan Azimuth
Matahari Data Pengukuran Azimuth
Matahari

Gambar 4.7 Kuadran


Pengukuran

Pengukuran ke patok sebelah kiri tempat alat berdiri dari patok 2 ke patok
3 Tinggi alat = 1470 mm
BT = 1470 mm
BA = 1620 mm
BB = 1320 mm
Sudut
Vertikal = 90°15’40”
Horizontal = 347°52’40”
Titik Pengamatan 2
Titik Acuan 3
Tanggal Pengamatan : 6 November 2023
Daerah Pengamatan : Gedung G (Agribisnis)
Temperatur Udara : 28°C
Ketinggian : 8,21 meter
Lintang kota bengkulu :
03°51’00”
i. Pengamatan I
Kedudukan teropong : Biasa, Kuadran I
Waktu Pengamatan : 17:18:05,06
Bacaan lingkaran tegak (V) : 79°31’25”
Bacaan lingkaran mendatar :
 Ke titik acuan (hs) : 347°52’40”
 Ke tepi / pusat matahari (hm) : 260°40’30”

` KELOMPOK 1C
42
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Kedudukan Matahari

Gambar 4.8 Kuadran 1

1) Besar lingkaran tegak terhadap matahari α = 90° - V


= 90° - 79°31’25”
= 10°28’35”
Dari tabel VI (Almanak matahari bulan November ) tanggal 6 November
2023, didapat nilai koreksi setengah diameter matahari (½ d) = 00°17’04” Tinggi
pusat matahari (hu)
hu = α ± ½ d
= 10°28’35” + 00°17’04”
= 10°45’39”
Cos hu = Cos 10°45’39”
= 00°58’56,69”
2) Sudut Horizontal
a. Terhadap tepi matahari (ψ')

ψ' = Hs – Hm
= 347°52’40” - 260°40’30” + 360°-360°
= 87°12’10”
½d 00 ° 17 ’ 04 ”
∆ψ = = = 00°17’22,33”
cos hu 00 ° 58 ’ 56 , 69 ”

b. Terhadap pusat matahari

ψ = ψ’ + ∆ ψ
= 87°12’10” + 00°17’22,33”
= 87°29’32,33”

` KELOMPOK 1C
43
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
3) Menentukan rm, cp, dan ct
 Dari tabel I (Koreksi repraksi menengah) dengan hu = 10°45’39”, maka di
dapat nilai rm sebagai berikut :

20 57,2
45 X 40-20 45-40
40 56,6
57,2 - x
57,2 – 56,6
𝟒𝟎−𝟐𝟎
𝟒𝟓−𝟒𝟎
𝟓𝟕,𝟐−𝟓𝟔,𝟔 = 𝟓𝟕,𝟐−𝐗
x = 57,05
jadi, rm = 00°0’56,88”
 Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai Cp
sebagai berikut :

0 1,003
8,21 X 50-0 8,21-0
50 0,996
1,003 - x
1,003 – 0,996
𝟓𝟎 − 𝟎
𝟖,𝟐𝟏−𝟎
, = 𝟏,𝟎𝟎𝟑 − 𝐗
𝟏,𝟎𝟎𝟑 − 𝟎𝟗𝟗𝟔

x = 1,00185
jadi, Cp = 1,00185
 Dari tabel II (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi dengan
temperatur udara 28°C, didapat nilai Ct = 0,940
4) Menentukan Refraktor dan Koreksi Paralaks
a. Refraksi (r’) = rm. Cp. Ct
= 00°0’56,88”. 1,00185 . 0,940
= 00°0’53,64”
b. Dari tabel IV (Koreksi paralaks) dengan hu = 10°45’39”, maka di dapat
nilai koreksi paralaks (p”) = 00°00’8,7”

` KELOMPOK 1C
44
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
5) Menentukan Tinggi Matahari (h)

h = hu – r’+ p”
= 10°45’39” - 00°00’53,64”+ 00°00’8,7”
= 10°44’53,26”
6) Deklinasi (δ)
Dari tabel VI (almanak matahari bulan November) dengan tanggal 6
November 2023 pada jam 17:18:05,06 didapat δ (17.00) = 10°28’56” dan
perubahan tiap jam = 56,0”. Maka :
∆ δ = (17°18’05,06”-17°)(-56,0”)
= 00°00’-16,88”
δ (17h18m05,06s ) =δ-∆δ
= 10°28’56” - 00°00’16,88”
= 10°29’12,05”
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin (10°29’12,05”)
= 0,182
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03°51’00”, maka :

Sin Q = Sin (03°51’00”)


= 0,0671
Tinggi Matahari (h) = 10°44’53,26”, maka :

Sin h = Sin (10°44’53,26”)


= 0,186
M = Sin Q . Sin h
= 0,0671 . 0,186
= 0,0125
N =L–M
= 0,182 - 0,0125
= 0,1695

` KELOMPOK 1C
45
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
8) Menentukan nilai D
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03°51’00”,
maka :

Q = Cos Q
= Cos (03°51’00”)
= 0,9977

Tinggi Matahari (h) = 10°44’53,26”, maka :


Cos h = Cos (10°44’53,26”
= 0,9825

D = Cos Q . Cos
= 0,9977 . 0,982
= 0,9802
9) Menentukan nilai A
N
=
𝐃
𝟎, 1695
Arc Cos A =
𝟎,𝟗𝟖𝟎𝟐

A = 80°2’31,69”
10) Azimuth Sementara
A M = 360° - A
= 360° - 80°2’31,69”
= 279°57’28,31”
AS AM+ψ
= 279°57’28,31”+ 87°12’10”
= 367°9’38,31” - 360°
= 7°9’49”

` KELOMPOK 1C
46
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
ii. Pengamatan II
Kedudukan teropong : Biasa, Kuadran II
Waktu Pengamatan : 17:18:10,11
Bacaan lingkaran tegak (V) : 79°4’5”
Bacaan lingkaran mendatar
- Ke titik acuan (hs) : 347°52’40”
- Ke tepi / pusat matahari (hm) : 260°40’30”

Kedudukan Matahari

Gambar 4.9 Kuadran 2


1) Besar lingkaran tegak terhadap
matahari
α = 90° - V
= 90° - 79°4’5”
= 10°55’55”
Dari tabel VI (Almanak matahari bulan November ) tanggal 6
November 2023, didapat nilai koreksi setengah diameter matahari (½ d) =
00°17’04”
Tinggi pusat matahari
( hu)
hu = α ± ½ d
= 10°55’55” - 00°17’04”
= 10°38’51”
Cos hu = Cos 10°38’51”
= 00°58’58,02”

` KELOMPOK 1C
47
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
2) Sudut Horizontal
a.Terhadap tepi matahari (ψ')
ψ' = Hs – Hm
= 347°52’40” - 260°40’30” + 360°
= 87°12’10”
o ' ''
½d −0 0 1 7 0 4
∆ψ = = = 00°17’21,94”
cos hu 00 ° 58 ’ 58 , 02 ”

b. Terhadap pusat
matahari ψ = ψ’ + ∆
ψ
= 87°12’10” + (- 00°17’21,94”)
= 87°29’31,94”
3) Menentukan rm, cp, dan ct
 Dari tabel I (Koreksi repraksi menengah) dengan hu = 10°38’51”, maka di
dapat nilai rm sebagai berikut :

20 73,1
38 X 40 -20 38-40
40 72,2
73,1 - x
73,1– 72,2
𝟒𝟎−𝟐𝟎
𝟑𝟖−𝟒𝟎
𝟕𝟑,𝟏−𝟕𝟐,𝟐 = 𝟕𝟑,𝟏−𝐗
x = 73,189
jadi, rm = 00°1’12,29”
 Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai
Cp sebagai berikut :

0 1,003
8,21 X 50-0 8,21-0
50 0,996
1,003 - x
1,003 – 0,996
` KELOMPOK 1C
48
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
𝟓𝟎 − 𝟎
𝟖,𝟐𝟏−𝟎
𝟏,𝟎𝟎𝟑 − 𝟎,𝟗𝟗𝟔 = 𝟏,𝟎𝟎𝟑 − 𝐗
x = 1,001851
jadi, Cp = 1,001851
 Dari tabel II (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi dengan
temperatur udara 28°C, didapat nilai Ct = 0,940
4) Menentukan Refraktor dan Koreksi Paralaks
a. Refraksi (r’) = rm. Cp. Ct
= 00°1’12,29”. 1,001851 . 0,940
= 00°1’7,68”
b. Dari tabel IV (Koreksi paralaks) dengan hu = 10°38’51”, maka di
dapat nilai koreksi paralaks (p”) = 00°00’8,7”
5) Menentukan Tinggi Matahari (h)
h = hu – r’+ p”
= 10°38’51”- 00°1’7,68” + 00°00’8,7”
= 10°44’39,22”
6) Deklinasi (δ)
Dari tabel VI (almanak matahari bulan November) dengan tanggal 6
November 2023 pada jam 17:18:10,11 didapat δ (17.00) = 10°28’56” dan
perubahan tiap jam = 56,0”. Maka :
∆δ = (17°18’10,11”-17°)(-56,0”)
= 00°00’-16,96”
δ (17h118m10,11s ) = δ - ∆ δ
= 10°28’56” - 00°00’-16,96”
= 10°29’12,16”
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin (10°29’12,16”)
= 0,182
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03°51’00”,
maka : Sin Q = Sin (03°51’00”)
= 0,0671

` KELOMPOK 1C
49
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Tinggi Matahari (h) = 10°44’39,22”, maka
: Sin h = Sin (10°44’39,22”)
= 0,186
M = Sin Q . Sin h
= 0,0671 . 0,186
= 0,0125
N =L–M
= 0,182 - 0,0125
= 0,1695
8) Menentukan nilai D
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03°51’00”, maka
: Q = Cos Q
= Cos (03°51’00”)
= 0,9977
Tinggi Matahari (h) = 10°44’39,22”, maka :
Cos h = Cos (10°44’39,22”)
= 0,9825
D = Cos Q . Cos h
= 0,9977 . 0,9825
= 0,9803
9) Menentukan nilai A
𝐍
Cos A =
𝐃
𝟎,𝟏𝟔𝟗𝟓
Arc Cos A =
𝟎,𝟗𝟖𝟎𝟑

A = 80°2’35,38”
10) Azimuth Sementara
AM = 360° - A
= 360° - 80°2’35,38”
= 279°57’24,62”
AS =AM+ψ
= 279°57’24,62”+ 87°12’10”
= 367°9’34,62” - 360°
= 7°9’34,62”

` KELOMPOK 1C
50
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
iii. Pengamatan III
Kedudukan teropong : Biasa, Kuadran III
Waktu Pengamatan : 17:18:16,49
Bacaan lingkaran tegak (V) : 79°4’5”
Bacaan lingkaran mendatar :
- Ke titik acuan (hs) : 347°52’40”
- Ke tepi / pusat matahari (hm) : 259°42’10”
Kedudukan Matahari

Gambar 5.0 Kuadran 3


1) Besar lingkaran tegak terhadap
matahari
α = 90° - V
= 90° - 79°4’5”
= 10°55’55”
Dari tabel VI (Almanak matahari bulan November ) tanggal 6
November 2023, didapat nilai koreksi setengah diameter matahari (½ d)
= 00°17’04”

Tinggi pusat matahari ( hu)

hu =α±½d
= 10°55’55” - 00°17’04”
= 10°38’51”
Cos hu = Cos 10°38’51”
= 00°58’58,02”
2) Sudut Horizontal
a. Terhadap tepi matahari (ψ')
ψ' = Hs – Hm
= 347°52’40” - 259°42’10”+ 360°
` KELOMPOK 1C
51
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH = 88°10’30”

` KELOMPOK 1C
52
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
−½ 𝐝 𝟎𝟎°𝟏𝟕’𝟎𝟒” = - 00°17’21,94”
∆ ψ = 𝐂𝐨𝐬 𝐡𝐮 = −𝟎𝟎 °𝟓𝟖’𝟓𝟖,𝟎𝟐”
b. Terhadap pusat
matahari
ψ = ψ’ + ∆ ψ
= 88°10’30” + (- 00°17’21,94”)
= 88°27’51,94”
3) Menentukan rm, cp, dan ct
 Dari tabel I (Koreksi repraksi menengah) dengan hu = 10°38’51”, maka di
dapat nilai rm sebagai berikut :

20 73,1
38 X 40-20 38-40
40 72,2
73,1 - x
73,1– 72,2
𝟒𝟎−𝟐𝟎
𝟑𝟖−𝟒𝟎
𝟕𝟑,𝟏−𝟕𝟐,𝟐 = 𝟕𝟑,𝟏−𝐗
x = 73,189
jadi, rm = 00°1’12,29”
 Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai
Cp sebagai berikut

0 1,003
8,21 X 50-0 8,21-0
50 0,996
1,003 - x
1,003 – 0,996
𝟓𝟎 − 𝟎
𝟖,𝟐𝟏−𝟎
𝟏,𝟎𝟎𝟑 − 𝟎,𝟗𝟗𝟔 = 𝟏,𝟎𝟎𝟑 − 𝐗
x = 1,001851
jadi, Cp = 1,001851
 Dari tabel II (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi
dengan temperatur udara 28°C, didapat nilai Ct = 0,940

` KELOMPOK 1C
53
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
4) Menentukan Refraktor dan Koreksi Paralaks
a. Refraksi (r’) = rm. Cp. Ct
= 00°1’12,29”. 1,0014851 . 0,940
= 00°1’7,68”
b. Dari tabel IV (Koreksi paralaks) dengan hu = 10°38’51”, maka di
dapat nilai koreksi paralaks (p”) = 00°00’8,7”
5) Menentukan Tinggi Matahari (h)
h = hu – r’+ p”
= 10°38’51”- 00°1’7,68” + 00°00’8,7”
= 10°44’39,22”
6) Deklinasi (δ)
Dari tabel VI (almanak matahari bulan November) dengan tanggal 6
November 2023 pada jam 17:18:16,49 didapat δ (17.00) = 10°28’56” dan
perubahan tiap jam = 56,0”. Maka :
∆δ = (17°18’16,49”-17°)(-56,0”)
= 00°00’-17,06”
δ (17h18m16,49s ) = δ - ∆ δ
= 10°28’56” - 00°00’-17,06”
= 10°29’12,23”
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin (10°29’12,23”)
= 0,182
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03°51’00”,
maka : Sin Q = Sin (03°51’00”)
= 0,0671
Tinggi Matahari (h) = 10°44’39,22”, maka
: Sin h = Sin (10°44’39,22”)
= 0,1864
M = Sin Q . Sin h
= 0,0671 . 0,1864
= 0,0125

` KELOMPOK 1C
54
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
N =L–M
= 0,182 - 0,0125
= 0,1695
8) Menentukan nilai D
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03°51’00”,
maka : Q = Cos Q
= Cos (03°51’00”)
= 0,9977
Tinggi Matahari (h) = 10°44’39,22”, maka :
Cos h = Cos (10°44’39,22”)
= 0,9825
D = Cos Q . Cos h
= 0,9977 . 0,9825
= 0,9803
9) Menentukan nilai A
𝐍
Cos A =
𝐃
𝟎,𝟏𝟔𝟗𝟓
Arc Cos A =
𝟎,𝟗𝟖𝟎𝟑

A = 80°2’35,38”
10)Azimuth Sementara
AM = 360° - A
= 360° - 80°2’35,38”
= 279°57’24,62”
AS =AM+ψ
= 279°57’24,62”+ 88°10’30”
= 368°7’54,62” - 360°
= 8°7’54,62”

iv. Pengamatan IV
Kedudukan teropong : Biasa, Kuadran IV
Waktu Pengamatan :
17:18:22,42 Bacaan lingkaran tegak (V) :
78°21’45” Bacaan lingkaran mendatar :
 Ke titik acuan (hs) : 347°52’40”

` KELOMPOK 1C
55
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH Ke tepi / pusat matahari (hm) : 259°42’10”

Kedudukan Matahari

Gambar 5.1 Kuadran 4


1) Besar lingkaran tegak terhadap
matahari

α = 90° - V
= 90° - 78°21’45”
= 11°38’15”
Dari tabel VI (Almanak matahari bulan November ) tanggal 6
November 2023, didapat nilai koreksi setengah diameter matahari (½ d) =
00°17’04”

Tinggi pusat matahari ( hu)

hu = α ± ½ d
= 11°38’15” + 00°17’04”
= 11°55’19”
Cos hu = Cos 11°55’19”
= 00°58’42,35”
2) Sudut Horizontal
a. Terhadap tepi matahari (ψ')
ψ' = Hs – Hm
= 347°52’40” - 259°42’10” + 360°
= 88°10’30”
½𝐝
∆ψ =
𝐂𝐨𝐬 𝐡𝐮 𝟎𝟎°𝟏𝟕’𝟎𝟒” = 00°17’26,57”
= 𝟎𝟎°𝟓𝟖’𝟒𝟐,𝟑𝟓”

` KELOMPOK 1C
56
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
b. Terhadap pusat
matahari ψ = ψ’ + ∆
ψ
= 88°10’30” + 00°17’26,57”
= 88°27’56,57”

3) Menentukan rm, cp, dan ct


 Dari tabel I (Koreksi repraksi menengah) dengan hu = 11°55’19”, maka di
dapat nilai rm sebagai berikut :

20 40,0
22 X 40-20 58-40
40 39,5
40,0 - x
40,0 – 39,5
𝟒𝟎−𝟐𝟎
𝟓𝟖−𝟒𝟎
𝟒𝟎,𝟎−𝟑𝟗,𝟓 = 𝟒𝟎,𝟎−𝐗
x = 40
jadi, rm = 00°0’39,55”
 Dari tabel II (faktor koreksi barometrik Cp) untuk refraksi di dapat nilai Cp
sebagai berikut :

0 1,003
8,21 X 50-0 8,21-0
50 0,996

1,003 - x

1,003 – 0,996
𝟓𝟎 − 𝟎
𝟖,𝟐𝟏−𝟎
𝟏,𝟎𝟎𝟑 − 𝟎,𝟗𝟗𝟔 = 𝟏,𝟎𝟎𝟑 − 𝐗

` KELOMPOK 1C
57
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
x = 1,001851
jadi, Cp = 1,001851
 Dari tabel II (faktor koreksi temperatur Ct) untuk koreksi refraksi dengan
temperatur udara 28°C, didapat nilai Ct = 0,940
4) Menentukan Refraktor dan Koreksi Paralaks
a. Refraksi (r’) = rm. Cp. Ct
= 00°0’39,55”. 1,001851 . 0,940
= 00°0’37,08”
b. Dari tabel IV (Koreksi paralaks) dengan hu = 11°55’19”, maka di
dapat nilai koreksi paralaks (p”) = 00°00’8,6”

5) Menentukan Tinggi Matahari (h)


h = hu – r’+ p”
= 11°55’19” - 00°0’37,08”+ 00°00’8,6”
= 10°45’10,80”
6) Deklinasi (δ)
Dari tabel VI (almanak matahari bulan November) dengan tanggal 6
November 2023 pada jam 17:18:22,42 didapat δ (17.00) = 10°28’56” dan
perubahan tiap jam = 56,0”. Maka :
∆δ = (10°28’56”-17°)(-56,0”)
= 00°00’-17,15”
δ (17h18m22,42s ) = δ - ∆ δ
= 10°28’56” - 00°00’-17,15”
= 10°29’12,34”
7) Menghitung nilai N
L = Sin δ
= Sin (10°29’12,34”)
= 0,1820
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03°51’00”,
maka : Sin Q = Sin (03°51’00”)
= 0,0671
Tinggi Matahari (h) = 10°45’10,80”, maka
: Sin h = Sin (10°45’10,80”)
= 0,1866
M = Sin Q . Sin h
` KELOMPOK 1C
58
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH = 0,0671 . 0,1866
= 0,0125
N =L–M
= 0,182 - 0,0125
= 0,1695
8) Menentukan nilai D
Lintang Kota Bengkulu (Q) = 03°51’00”,
maka : Q = Cos Q
= Cos (03°51’00”)
= 0,9977
Tinggi Matahari (h) = 10°44’10,80”, maka
: Cos h = Cos (10°44’10,80”)
= 0,9825
D = Cos Q . Cos h
= 0,9977 . 0,9825
= 0,9803
9) Menentukan nilai A
𝐍
Cos A =
𝐃
𝟎,𝟏𝟔𝟗𝟓
Arc Cos A =
𝟎,𝟗𝟖𝟎𝟑

A = 80°2’35,38”
10) Azimuth Sementara
AM = 360° - A
= 360° - 80°2’35,38”
= 279°57’24,62”
AS =AM+ψ
= 279°57’24,62”+ 88°10’30”
= 368°7’54,62” - 360° = 8°7’54,62”

Azimuth Geografis
(𝟕°𝟎𝟗’𝟑𝟖,𝟑𝟏” + 𝟕°𝟎𝟗’𝟑𝟒,𝟔𝟐” + 𝟖°𝟎𝟕’𝟓𝟒,𝟔𝟐” + 𝟖°𝟎𝟕’𝟓𝟒,𝟔𝟐")
=
𝟒
= 7°38’42”

` KELOMPOK 1C
59
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

Cara Menggambar Poligon :


1. Buat poligon berdasarkan sudut beta dan jarak optis yang telah dihitung.
2. Setelah itu tentukam arah utara poligon tersebut dengan cara :
a. Tarik garis lurus vertikal sembarang.
b. Rotasikan garis sebesar azimuth geografis = 123°35’52,17” kearah kanan
karena sudut positif.
c. Putar poligon yang sudah dibuat hingga garis antara patok 1 sebagai
tempat theodolite dan patok 5 sebagai titik acuan sama dengan sudut
garis pada langkah b.
d. Buat garis vertikal pada tiap – tiap titik patok yang merupakan arah
azimuth matahari.

` KELOMPOK 1C
60
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
5.1 Analisa Perhitungan Poligon Tertutup
1) Menghitung Jarak Optis antar Titik
a. Jarak 1 – 2
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1732 – 1298) 0,1 x (SIN(89°55’5”)) ²
= 43,40 m
b. Jarak 2 – 1
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1732 – 1298) 0,1 x (SIN(270°5’40”)) ²
= 30,00 m
43,40+43,40
D Optis rata – rata = = 43,40
2
c.Jarak 2 – 3
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (2050 – 1750) 0,1 x (SIN(270°26’30”)) ²
= 30 m
d. Jarak 3 – 2
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (2050– 1750) 0,1 x (SIN(270°36’30”)) ²
= 30 m
30+30
D Optis rata – rata = = 30 m
2
e.Jarak 3 – 4
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1590 – 1210) 0,1 x (SIN(89°31’5”)) ²
= 38 m
f. Jarak 4 – 3
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1590 – 1210) 0,1 x (SIN(270°29’35”)) ²
= 38 m
38+38
D Optis rata – rata = = 38 m
2

` KELOMPOK 1C
61
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
g. Jarak 4 – 5
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1550 – 1350) 0,1 x (SIN(89°15’40”)) ²
= 20 m
h. Jarak 5 – 4
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1550 – 1350) 0,1 x (SIN(270°43’45”)) ²
= 20 m
20+20
D Optis rata – rata = = 20 m
2
i. Jarak 5 – 6
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1620 – 1110) 0,1 x (SIN(89°10’55”)) ²
= 50,99m
j. Jarak 6 – 5
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1620 – 1110) 0,1 x (SIN(270°49’10”)) ²
= 59,99 m
59,99+59,99
D Optis rata – rata = = 59,99 m
2
k. Jarak 6 – 1
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1525 – 1340) 0,1 x (SIN(91°55’20”)) ²
= 18,48 m
l. Jarak 1 – 6
D Optis = (BA-BB) 0,1 x (SIN Sudut Vertikal)²
= (1525 – 1340) 0,1 x (SIN(88°5’30”)) ²
= 18,48 m
18,48+18,48
D Optis rata – rata = = 18,48 m
2

` KELOMPOK 1C
62
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
2) Menghitung Sudut Horizontal Besar Sudut Dalam Setiap Titik
a. Titik 1 – 2
Sudut Horizontal: Biasa = 351°27’25”
b. Titik 1 – 6
Sudut Horizontal: Biasa = 77°36’45”
Biasa = (351°27’25”- 77°36’45”)
= 273o50’40.00”
Besar Sudut dalam β1 = 360°- 273o50’40.00”
= 86o9’20.00”
c. Titik 2 – 3
Sudut Horizontal: Biasa = 177°07’10”
e. Titik 2-1
Sudut Horizontal: Biasa = 00°00’00”
Biasa = 177°07’10”- 00°00’00”
= 177°07’10”
Besar Sudut dalam β2 = 360°- 177°07’10”
= 182o52’50”
f. Titik 3 – 4
Sudut Horizontal: Biasa = 281°48’00”
g. Titik 3 – 2
Sudut Horizontal: Biasa = 00°00’00”
Biasa = 281°48’00”- 00°00’0”
=281°-48’-00”
Besar Sudut dalam β3 = 360°- 281°48’00”
= 78o12’0.00”
h. Titik 4 – 5
Sudut Horizontal: Biasa = 222°03’29”
i. Titik 4 – 3
Sudut Horizontal: Biasa = 00°00’00”
Biasa = 222°03’29”
Besar Sudut dalam β4 = 360°- 222°03’29”
= 137o56’40”

` KELOMPOK 1C
63
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
j. Titik 5 – 6
Sudut Horizontal: Biasa = 231°59’50”
k. Titik 5 – 4
Sudut Horizontal: Biasa = 00°00’00”
Biasa = 231°59’50”- 00°00’00”
= 231°59’-50”
Besar Sudut dalam β5 = 360°- 231°59’50”
= 128°00’10.00”
l. Titik 6 – 1
Sudut Horizontal: Biasa = 253°32’00”
m. Titik 6 – 5
Sudut Horizontal: Biasa = 00°00’00”
Biasa = 253°32’00”- 00°00’00”
= 253°32’00”
Besar Sudut dalam β6 = 360°- 253°32’00”
= 106o28’00”
3) Menghitung Salah Penutup Sudut
f β = Ʃ β – (n – 2) 180°
Ʃβ = β1+ β2+ β3+ β4 +β5+ β6
= 86o9’20” + 182o52’50” + 78o12’00” + 137o56’40” + 128°00’10” +
106o28’00”
= 719o39’00”
f β = 719o39’00” – (6 – 2) 180°
= 719o39’00” – 720°00’00”
= -00o21’00”

4) Menghitung Harga Koreksi Batas Toleransi Kesalahan Penutup


Sudut dengan Ketentuan Bahwa :
fβ ≤ (1,5’) x √n
-00°21’00” ≤ (1,5’) x √6
-00°21’00” ≤ 0°3’40.45” (Oke!!!)

` KELOMPOK 1C
64
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
5) Menghitung Harga Koreksi Setiap Sudut

Vβ = -
n

00°21’00”
=- 6
= - 00°3’30”
6) Menghitung Harga Sudut Defenitif Setiap Sudut
β1 = 86°9’20” + (- 00°3’30”)
= 86°5’50”
β2 = 182°52’50” + ( - 00°3’30”)
= 182°49’20”
β3 = 78°12’00” + ( - 00°3’30”)
= 78°8’30”
β4 = 137°56’40” + ( - 00°3’30”)
= 137°53’10”
β5 = 128°00’10” + ( - 00°3’30”)
= 127°56’40”
β6 = 106°28’00” + ( - 00°3’30”)
= 106°24’2”
7) Menghitung Azimuth Sisi – Sisi Poligon
α awal = 351°27’25”-
180°=177°27’25”
α 2-3 = α awal + 180° - β2
= (177°27’25” + 180°) - 182°52’50”
= 174°34’35”
α 3-4 = α 2 - 3 + 180° - β3
= (174°34’35”+ 180°) – 78°12’00”
= 276°22’35”
α 4-5 = α 3 - 4 + 180° - β4
= (276°22’35”+ 180°) - 137°56’40”
= 318°25’55”
α 5-6 = α 4 - 5 + 180° - β5
= (318°25’55”+ 180°) - 128°00’10”- 360°
= 10°25’45”

` KELOMPOK 1C
65
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
α 6– 1 = α 5 - 6 + 180° - β6
= (10°25’45”+180°) - 106°28’00”
= 83°57’45”
α 2– 1 = α 6- 1 + 180° - β1
=(83°57’45”+ 180°) - 86°30’20”
= 177°27’25”
8) Menghitung Koreksi Hasil Perhitungan Azimuth
∑β+fβ = azimuth Awal - azimuth Akhir + 180° (n – 2)
791°39’00”- fβ = 177°27’25”- 177°27’25”+ 180° (6– 2)
791°39’00”- (-0°21’0”) = 0°0’0” + 180° (4)
720°00’00” = 720°00’00” (Oke!!!)
9) Menghitung Absis (d Sin α) untuk masing – masing titik poligon.
d1 – 2 Sin α 1 – 2 = 43,40 m x Sin (177°27’25”)
= 1,925 m
d2 – 3 Sin α 2 – 3 = 30,00 x Sin (174°34’35”)
= 2,835 m
d3 – 4 Sin α 3 – 4 = 38,00 m x Sin (276°22’35”)
= - 37,764 m
d4 – 5 Sin α 4 – 5 = 20,00 m x Sin (318°25’55”)
= -13,270 m
d5 – 6 Sin α 5 – 6 = 50,98 m x Sin (10°25’45”)
= -9,228 m
d6– 1 Sin α 6 – 1 = 37,94 m x Sin (83°57’45”)
= 37,729 m
10) Menghitung Ordinat (d Cos α) untuk masing – masing titik poligon.
d1 – 2 Cos α 1 – 2 = 43,40 m x Cos (177°27’25”)
= -43,357 m
d2 – 3 Cos α 2 – 3 = 30,00 x Cos (174°34’35”)
= 29,528 m
d3 – 4 Cos α 3 – 4 = 38,00 m x Cos (276°22’35”)
= 4,220m

` KELOMPOK 1C
66
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
d4 – 5 Cos α 4 – 5 = 20,00 m x Cos (318°25’55”)
= 14,962 m
d5 – 6 Cos α 5 – 6 = 50,98 m x Cos (10°25’45”)
= 50,137 m
d6– 1Cos α 6 – 1 = 37,94 m x Cos (83°57’45”)
= 3,990 m
11) Menghitung Salah Penutup Jarak Terhadap Sumbu X dan Y
a. Absis
f (x) = Ʃ d Sin α
= (1,925 m) + (2,835 m) + (-37,764 m) + (-13,270 m)
+ (- 9,228 m ) + (37,729 m)
= -17,77 m
b. Ordinat
f (y) = Ʃ d Cos α
= (-43,357 m) + (29,528 m) + (4,220 m) + (14,962 m) +
(50,137 m) + (3,990 m)
= 59,48 m
12) Menghitung Jumlah Panjang Sisi – Sisi Poligon
D = Ʃ D Optis
= d1-2 + d2-3 + d3-4+ d4-5 + d5-6 + d6-7+ d7-1
= 43,40 m + 30,00 m +38.00 + 20,00 m + 50,98 m + 37,94 m
= 220,32 m
13) Menghitung Batas Toleransi Kesalahan Linier (Toleransi
Kesalahan Pengukuran Jarak)
FD = √ f (x)²+f (y)² ≤ 0,01√220,32
√ f (-17,77)²+f (59,48)² ≤ 0,01√220,32
62,077 ≤ 0,148
Dari Persamaan di atas disimpulkan bahwa kesalahan dalam pengukuran jarak
sedikit di luar batas toleransi. Hal ini dikarenakan kesalahan pada mata,
pemakaian alat yang terlalu berlebihan intensitas dan refraksi cahayanya.

` KELOMPOK 1C
67
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
14) Menghitung koreksi kesalahan Penutup Jarak f(x) Terhadap Masing
– Masing Sisi Poligon
d 1−2
Vx 1-2 =- f(x)
𝐷

43,40
= -220,32 (-17,77)
= 3,500
m
d 2−3
Vx 2-3 =- f(x)
𝐷

30.00
= - 220,32 (-17,77)
= 2,419 m
d 3−4
Vx 3 - 4 =- f(x)
𝐷

38,00
= - 220,32 (-17,77)
= 3,064
m
d 4−5
Vx 4 - 5 =- f(x)
𝐷

20,00
= - 220,32 (-17,77)
= 1,613
m
d 5−6
Vx 5-6 =- f(x)
𝐷

50,98
= - 220,32 (-17,77)
= 4,111
m
d 6−7
Vx 6-1 =- f(x)
𝐷

37,94
= - 220,32 (-17,77)
= 3,060
m

` KELOMPOK 1C
68
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
15) Menghitung Koreksi Kesalahan Penutup Jarak f (y) Terhadap Masing –
Masing Sisi Poligon
d 1−2
Vy 1-2 =- f(y)
𝐷

43,40
= - 220,32 (59,48)
= -11,716 m
d 2−3
Vy 2-3 =- f(y)
𝐷

30,00
= - 220,32 (59,48)
= -8,099 m
d 3−4
Vy 3 - 4 = - f(y)
𝐷

38,00
= - 220,32 (59,48)
= -10,258 m
d 4−5
Vy 4 - 5 = - f(y)
𝐷

20,00
= - 220,32 (59,48)
= -5,399 m
d 5−1
Vy 5-6 =- f(y)
𝐷

50,98
= - 220,32 (59,48)
= -13,763 m
d 5−1
Vy 6-1 =- f(y)
𝐷

37,94
= - 220,32 (59,48)
= -10,242 m
16) Menghitung Selisih Absis dan Ordinat Definitif antara Titik – Titik Poligon
a. Absis
∆x 1-2 = d 1-2 Sin α1-2 + Vx1-2
= 1,925 m + 3,500 m
= 5.425 m

` KELOMPOK 1C
67
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆x 2-3 = d 2-3 Sin α2-3 + Vx2-3
= 2,835 m + 2,419 m
= 5,254 m
∆x 3-4 = d 3-4 Sin α3-4 + Vx3-4
= -37,764 m + 3,064 m
= -34,7 m
∆x 4-5 = d 4-5 Sin α4-5 + Vx4-5
= -13,270 m + 1,613 m
= -11,657 m
∆x 5-6 = d 5-6 Sin α5-6 + Vx5-6
= -9,228 m +4,111 m
= -5,117 m
∆x 6-1 = d 6-7 Sin α6-7 + Vx6-7
= 37,729 m + 3,060 m
= 40,789 m
b. Ordinat
∆y 1-2 = d 1-2 Cos α1-2 + Vy1-2
= -43.357 m + (-11,716 m)
= -55,073 m
∆y 2-3 = d 2-3 Cos α2-3 + Vy2-3
= 29,528 m + (-8,099 m)
= 21,159 m
∆y 3-4 = d 3-4 Cos α3-4 + Vy3-4
= 4,220 m + (-10,258 m)
= -6,038 m
∆y 4-5 = d 4-5 Cos α4-5 + Vy4-5
= 14,962 m + (-5,399 m)
= 9.563 m
∆y 5-6 = d 5-6 Cos α5-6 + Vy5-6
= 50,137 m + (-13,763 m)
= 36,374 m
∆y 6-1 = d 6-1 Cos α6-7 + Vy6-7
= 3,990 m + (-10,242 m)
= -6,252 m
` KELOMPOK 1C
68
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
17) Menghitung Koordinat Defenitif Titik – Titik Poligon
Koordinat Titik 1 (0,0)
a. Absis
X1 =0
X2 = X1 + ∆X 1-2
= 0 m + 5,425 m
= 5,425 m
X3 = X2 + ∆X 2-3
= 5,425 m + (5,254 m)
= 10,679 m
X4 = X3 + ∆X 3-4
= 10,679 m+ (-34,7 m)
= -24,021 m
X5 = X4 + ∆X 4-5
= -24,021m + (-11,657 m)
= -35,678 m
X6 = X5 + ∆X 5-6
= -35,678 m + (-5,117 m)
= -40,795 m
X7 = X6 + ∆X 6-1
= -40,795 m + (40,789 m)
= -0.006 m
b. Ordinat
Y1 =0
Y2 = Y1 + ∆Y 1-2
= 0 m + (55,073 m)
= 55,073 m
Y3 = Y2 + ∆Y 2-3
= 55,073 m + (21,159 m)
= 76, 232 m
Y4 = Y3 + ∆Y 3-4
= 76, 232 m + (-6,038 m)
= 70,194 m

` KELOMPOK 1C
69
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Y5 = Y4 + ∆Y 4-5
= 70,194 m + (9,563 m)
= 79,757 m
Y6 = Y5 + ∆Y 5-6
= 79,757 m + (36,374 m)
= 116,131 m
Y7 = Y6 + ∆Y 6-1
= 116,131 m + (-6,252 m)
= 109,879 m
5.2 Analisa Perhitungan Detail Situasi
1) Menghitung Jarak Detail
Situasi BT P1 = 1515
SG1-A = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1630 - 1400) 0,1 x (SIN (87°43’30”))2
= 22,93 m
SG2-B = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1590 - 1440) 0,1 x (SIN (90°31’25”))2
= 15.00 m
SG3-C = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1570 - 1460) 0,1 x (SIN (91°11’40”))2
= 11,00 m
SG4-D = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1585- 1445) 0,1 x (SIN (91°39’35”))2
= 13,99 m
SS1-E = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1570 - 1460) 0,1 x (SIN (96°52’55”))2
= 10,84 m
SS2-F = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1620 - 1410) 0,1 x (SIN (97°18’25”))2
=20,66 m
SS3-G = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1570 - 1460) 0,1 x (SIN (91°12’30”))2
= 11,00 m

` KELOMPOK 1C
70
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
SS4-H = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1560 - 1470) 0,1 x (SIN (87°26’30”))2
= 8,98 m
BT P2 = 1900
SG1-A = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1905 - 1895) 0,1 x (SIN (83°4’50”))2
= 0,99 m
SG2-B = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1960 - 1840) 0,1 x (SIN (86°10’30”))2
= 11,95 m
SJ1-C = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1930 - 1870) 0,1 x (SIN (83°20’50”))2
= 5,92 m
SJ2-D = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1990 - 1810) 0,1 x (SIN (88°42’50”))2
= 17,99 m
SJ3-E = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1940 - 1860) 0,1 x (SIN (87°39’30”))2
= 7,99 m
SS1-F = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1980 - 1820) 0,1 x (SIN (87°16’50”))2
=15,96 m
SS2-G = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1960 - 1840) 0,1 x (SIN (92°52’20”))2
= 11,97 m
BT P3 = 1400
SG1-A = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1480 - 1320) 0,1 x (SIN (89°21’5”))2
= 16,00 m
SG2-B = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1450 - 1350) 0,1 x (SIN (87°44’00”))2
= 9,98 m

` KELOMPOK 1C
71
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
SG3-C = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1470 - 1330) 0,1 x (SIN (89°28’55”))2
= 14,00 m
SJI-D = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1480 - 1320) 0,1 x (SIN (89°50’50”))2
= 16,00 m
SJ2-E = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1465 - 1335) 0,1 x (SIN (89°41’40”))2
= 13,00 m
SS1-F = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1475 - 1325) 0,1 x (SIN (89°53’30”))2
= 15,00 m
SS2-G = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1455 - 1345) 0,1 x (SIN (94°25’50”))2
= 10,93 m
SS3-H = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1465- 1335) 0,1 x (SIN (89°28’55”))2
= 13,00 m
ST1-I = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1445 - 1355) 0,1 x (SIN (93°6’45”))2
= 8,97 m
ST2-J = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1490 - 1310) 0,1 x (SIN (93°3’50”))2
= 17,95 m
ST3-K = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2p
= (1495 - 1305) 0,1 x (SIN (90°19’25”))2
= 19,00 m

` KELOMPOK 1C
72
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
BT P4 = 1450
SG1-A = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1465 - 1435) 0,1 x (SIN (87°21’0”))2
= 2,99 m
SG2-B = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1520 - 1380) 0,1 x (SIN (90°36’25”))2
= 14,00 m
SG3-C = (( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1485 - 1415) 0,1 x (SIN (88°46’10”))2
= 7,00 m
ST1-D = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1490- 1410) 0,1 x (SIN (92°23’15”))2
= 7,99 m
ST2-E = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1500- 1400) 0,1 x (SIN (102°12’55”))2
= 9,55 m
ST3-F = (( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1480 - 1420) 0,1 x (SIN (89°39’55”))2
= 6,00 m
SS1-G = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1470 - 1430) 0,1 x (SIN (108°35’40”))2
= 3,59 m
BT P5 = 1365
SG1-A = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1480 - 1250) 0,1 x (SIN (84°56’35”))2
= 22,82 m
SG2-B = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1435- 1295) 0,1 x (SIN (89°52’35”))2
= 14,00 m
SJ1-C = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1445- 1285) 0,1 x (SIN (89°14’10”))2
= 16,00 m

` KELOMPOK 1C
73
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
SS1-D = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1420 - 1310) 0,1 x (SIN (91°34’20”))2
= 10,99 m
SS2-E = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1420 - 1310) 0,1 x (SIN (97°24’10”))2
= 10,82 m
SS3-F = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1420 - 1310) 0,1 x (SIN ((97°32’55”))2
= 10,81 m
SS4-G = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1405 - 1325) 0,1 x (SIN ((90°16’55”))2
= 8,00 m
BT P6 = 1335
SG1-A = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1410- 1260) 0,1 x (SIN (89°58’20”))2
= 15,00 m
SG2-B = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1405 - 1260) 0,1 x (SIN (93°6’50”))2
= 13,96 m
SG3-C = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1415 - 1255) 0,1 x (SIN (90°02’30”))2
= 16,00 m
SJ1-D = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1420 - 1250) 0,1 x (SIN (93°15’30”))2
= 16,95 m
SJ2-E = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1390 - 1280) 0,1 x (SIN (90°10’20”))2
= 11,00 m
SJ3-F = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1390 - 1280) 0,1 x (SIN (90°14’30”))2
= 11.00 m

` KELOMPOK 1C
74
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
ST1-G = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1365 - 1305) 0,1 x (SIN (85°33’50”))2
= 5,96 m
ST2-H = ( BA-BB) 0,1 x (SIN sudut vertikal)2
= (1410 - 1260) 0,1 x (SIN (93°02’30”))2
= 15,00 m
2) Menghitung β Detail Situasi Terhadap Sisi Kanan Poligion Titik
Titik 1
β1-A = H1-2- H1-A
= 770 36’ 45” - 340 18’ 20”
= 430 18’ 25”
β1-B = H1-2 – H1-B
= 770 36’ 45” - 3020 45’ 10” + 3600
= 1340 51’ 35”
β1-C = H1-2 – H1-C
= 770 36’ 45” - 2790 54’ 43” + 3600
= 1570 42’ 2”
β1-D = H1-2- H1-D
= 770 36’ 45” - 2610 21’ 25” + 3600
= 1760 15’ 20”
β1-E = H1-2 – H1-E
= 770 36’ 45” - 2240 3’ 15” + 3600
= 2130 33’ 30”
β1-F = H1-2 – H1-F
= 770 36’ 45” – 2240 10’ 35” + 3600
= 2130 26’ 10”
β1-G = H1-2- H1-G
= 770 36’ 45” - 1390 59’ 45” + 3600
= 2970 37’ 00”
β1-H = H1-2 – H1-H
= 770 36’ 45” - 330 5’ 30”
= 440 31’ 15”

` KELOMPOK 1C
75
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Titik 2
β2-A = H2-3 H2-A
= 1770 77’ 10” - 2210 28’ 40” + 3600
= 3160 48’ 30”
β2-B = H2-3 – H2-B
= 1770 77’ 10” - 2940 42’ 20” + 3600
= 2430 34’ 50”
β2-C = H2-3 – H2-C
= 1770 77’ 10” - 2670 42’ 50” + 3600
= 2700 34’ 20”
β2-D = H2-3 – H2-D
= 1770 77’ 10” - 3530 43’ 20” + 3600
= 1840 33’ 50”
β2-E = H2-3- H2-E
= 1770 77’ 10” - 3590 51’ 20” + 3600
= 1780 25’ 50”
β2-F = H2-3– H2-F
= 1770 77’ 10”- 264 0 7’ 50” + 3600
= 2740 9’ 20”
β2-G = H2-3 – H2-G
= 1770 77’ 10” - 1030 50’ 50”
= 740 26’ 20”
Titik 3
β3-A = H3-4 - H3-A
= 2810 48’ 0” - 2960 27’ 0” +3600
= 3450 21’ 00”
β3-B = H3-4 - H3-B
= 2810 48’ 0” - 3210 55’ 20” +3600
= 3190 52’ 40”
β3-C = H3-4 - H3-C
= 2410 48’ 0” - 490 37’ 10”
= 2320 10’ 50”

` KELOMPOK 1C
76
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
β3-D = H3-4 - H3-D
= 2410 48’ 0” - 1420 11’ 30”
= 1390 36’ 30”
β3-E = H3-4 - H3-E
= 2410 48’ 0” - 10 0’ 20”
= 2800 47’ 40”
β3-F = H3-4 - H3-F
= 2410 48’ 0” - 1080 12’ 55”
= 1730 35’ 5”
β3-G = H3-4 - H3-G
= 2410 48’ 0” - 1890 11’ 30”
= 920 36’ 30”
β3-H = H3-4 - H3-H
= 2410 48’ 0” – 490 37’ 10”
= 2320 10’ 50”
β3-I = H3-4 - H3-I
= 2410 48’ 0” - 2790 59’ 35” +3600
= 3610 48’ 25”
β3-J = H3-4 - H3-J
= 2410 48’ 0” - 270 24’ 50”
= 2540 23’ 10”
β3-K = H3-4 - H3-K
= 2410 48’ 0” - 2890 37’ 5” +3600
= 3520 10’ 55”
Titik 4
β4-A = H4-5 – H4-A
= 2220 3’ 20” - 3000 52’ 5” +3600
= 2810 11’ 15”
β4-B = H4-5 – H4-B
= 2220 3’ 20” – 3490 29’ 45” +3600
= 2320 33’ 35”

` KELOMPOK 1C
77
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
β4-C = H4-5 – H4-C
= 2220 3’ 20” - 2560 10’ 5” +3600
= 3250 53’ 15”
β4-D = H4-5 – H4-D
= 2220 3’ 20” - 3540 55’ 0” +3600
= 2270 8’ 20”
β4-E = H4-5 – H4-E
= 2220 3’ 20” - 460 25’ 10”
= 1750 38’ 10”
β4-F = H4-5 – H4-F
= 2220 3’ 20” - 2320 26’ 5” +360
= 3490 37’ 15”
β4-G = H4-5 – H4-G
= 2220 3’ 20” - 1860 25’ 20”
= 350 38’ 00”
Titik 5
β5-A = H5-1 – H5-A
= 2310 59’ 50” - 2750 39’ 0”
= 3160 20’ 50”
β5-B = H5-1 – H5-B
= 2310 59’ 50” - 2960 39’ 25” +3600
= 2950 20’ 25”
β5-C = H5-1 – H5-C
= 2310 59’ 50” - 2390 23’ 20” +3600
= 3520 36’ 30”
β5-D = H5-1 – H5-D
= 2310 59’ 50” - 70 1’ 10”
= 2240 58’ 40”
β5-E = H5-1 – H5-E
= 2310 59’ 50” - 1040 38’ 10”
= 1270 21’ 40”

` KELOMPOK 1C
78
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
β5-F = H5-1 – H5-F
= 2310 59’ 50” -1320 11’ 35”
= 990 48’ 25”
β5-G = H5-1 – H5-G
= 2310 59’ 50” - 2050 57’ 10”
= 260 2’ 40”
Titik 6
β6-A = H6-1 – H6-A
= 2530 32’ 0” - 1100 8’ 0”
= 1430 24’ 0”
β6-B = H6-1 – H6-B
= 2530 32’ 0” – 3100 1’ 0” +3600
= 3030 31’ 0”
β6-C = H6-1 – H6-C
= 2530 32’ 0” - 410 6’ 0”
= 2120 26’ 0”
β6-D = H6-1 – H6-D
= 2530 32’ 0” - 2070 43’ 20”
= 450 48’ 40”
β6-E = H6-1 – H6-E
= 2530 32’ 0” - 2720 24’ 50”
= 3410 7’ 10”
β6-F = H6-1 – H6-F
= 2530 32’ 0” - 3390 10’ 50” +3600
= 2740 21’ 10”
β6-G = H6-1 – H5-G
= 2530 32’ 0” - 1650 10’ 20”
= 880 21’ 40”
β6-H = H6-1 – H5-H
=2530 32’ 0” - 1690 30’0”
= 840 2’ 0”

` KELOMPOK 1C
79
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
3) Menghitung α Detail Situasi Terhadap Sisi Kiri
Poligon Titik 1
α1-A = α2-3 – β1-A
= 1770 34’ 35” - 430 18’ 25”
= 1340 16’ 10”
α1-B = α2-3 – β1-B
=1770 34’ 35” - 1340 51’ 35”
= 420 43’ 0”
α1-C = α2-3 – β1-C
=1770 34’ 35” - 1570 42’ 2”
= 190 52’ 33”
α1-D = α2-3 – β1-D
=1770 34’ 35” - 1760 15’ 20”
= 10 19’ 15”
α1-E = α2-3 – β1-E
=1770 34’ 35” - 2130 33’ 30” +3600
= 3240 1’ 5”
α1-F = α2-3 – β1-F
=1770 34’ 35” - 2130 26’ 10” +3600
= 3240 8’ 25”
α1-G = α2-3 – β1-G
=1770 34’ 35” - 2970 37’ 00” +3600
= 2390 57’ 35”
α1-H = α2-3 – β1-H
=1770 34’ 35” - 440 31’ 15”
= 1330 3’ 20”
Titik 2
α2-A = α3-4 – β2-A
= 2760 22’ 35” - 3160 48’30” +3600
= 3190 34’ 5”
α2-B = α3-4 – β2-B
= 2760 22’ 35” - 2430 34’ 50”
= 320 47’ 45”

` KELOMPOK 1C
80
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
α2-C = α3-4 – β2-C
= 2760 22’ 35” - 2700 34’ 20”
= 50 48’ 15”
α2-D = α3-4 – β2-D
= 2760 22’ 35” - 1840 33’ 50”
= 910 48’ 45”
α2-E = α3-4 – β2-E
=2760 22’ 35” - 1780 25’ 50”
= 970 56’ 45”
α2-F = α3-4 – β2-F
= 2760 22’ 35” - 2740 9’ 20”
= 20 13’ 15”
α2-G = α3-4 – β2-G
= 2760 22’ 35” - 740 26’ 20”
= 2010 56’ 15”
Titik 3
α 3-A = α4-5 – β3-A
= 3180 25’55” - 3450 21’ 00”+3600
= 3330 4’ 55”
α 3-B = α4-5 – β3-B
= 3180 25’55” - 3190 54’ 40” +3600
= 3580 31’ 15”
α 3-C = α4-5 – β3-C
= 3180 25’55” - 2320 10’ 50”
= 860 15’ 5”
α 3-D = α4-5 – β3-D
= 3180 25’55” - 1390 36’ 30”
= 1780 49’ 25”
α 3-E = α4-5 – β3-E
= 3180 25’55” - 2800 47’ 40”
= 370 38’ 15”

` KELOMPOK 1C
81
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
α 3-F = α4-5 – β3-F
= 3180 25’55” - 1730 35’ 5”
= 1440 50’ 50”
α 3-G = α4-5 – β3-G
= 3180 25’55” - 920 36’ 30”
= 2250 49’ 25”
α 3-H = α4-5 – β3-H
= 3180 25’55” - 2320 10’ 50”
= 860 15’ 5”
α 3-I = α4-5 – β3-I
= 3180 25’55” - 3610 48’ 25” +3600
= 3160 37’ 30”
α 3-J = α4-5 – β3-J
= 3180 25’55” - 2540 23’ 10”
= 640 2’ 45
α 3-K = α4-5 – β3-K
= 3180 25’55” - 2520 10’ 55”
= 660 15’ 5”
Titik 4
α 4-A = α5-6 – β4-A
= 100 25’45” - 2810 11’ 15” +3600
= 890 14’ 30”
α 4-B = α5-6 – β4-B
= 100 25’45” - 2320 33’ 35” +3600
= 1370 52’ 10”
α 4-C = α5-6 – β4-C
= 100 25’45” - 3250 53’ 15” +3600
= 440 32’ 30”
α 4-D = α5-6 – β4-D
= 100 25’45” - 2270 8’ 20” +3600
= 1430 17’ 25”

` KELOMPOK 1C
82
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
α 4-E = α5-6 – β4-E
=100 25’45” - 1750 38’ 10” +3600
= 1940 47’ 35”
α 4-F = α5-6 – β4-F
=100 25’45” - 3490 37’ 15” +3600
= 200 48’ 30”
α 4-G = α5-6 – β4-G
= 100 25’45” - 350 38’ 00” +3600
= 3340 47’ 45”
Titik 5
α 5-A = α5-1 – β5-A
= 830 57’ 45” - 3160 20’ 50” +360
= 1270 36’ 55”
α 5-B = α5-1 – β5-B
= 830 57’ 45” - 2950 20’ 25”+360
= 1480 37’ 10”
α 5-C = α6-1 – β5-C
= 830 57’ 45” - 3520 36’ 30” +360
= 910 21’ 15”
α 5-D = α6-1 – β5-D
= 830 57’ 45” -2240 58’ 40” +360
= 2180 59’ 5”
α 5-E = α6-1 – β5-E
= 830 57’ 45” - 1270 21’ 40” +360
= 3160 36’ 5”
α 5-F = α6-1 – β5-F
= 830 57’ 45” - 990 48’ 25” +360
= 3440 9’ 20”
α 5-G = α6-1 – β5-G
= 830 57’ 45” - 260 2’ 40”
= 570 55’ 5”

` KELOMPOK 1C
83
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Titik 6
α 6-A = α2-1 – β6-A
= 1770 27’ 25”- 1430 24’ 0”
= 340 3’ 25”
α 6-B = α2-1 – β6-B
= 1770 27’ 25”- 3030 31’ 0” +360
= 2330 56’ 25”
α 6-C = α2-1 – β6-C
= 1770 27’ 25”- 2120 26’ 0” +360
= 3250 1’ 25”
α 6-D = α2-1 – β6-D
= 1770 27’ 25”- 450 48’ 40”
= 1310 38’ 45”
α 6-E = α2-1 – β6-E
= 1770 27’ 25”- 3410 7’ 10” +360
= 1960 20’ 15”
α 6-F = α2-1 – β6-F
= 1770 27’ 25”- 2740 21’ 10” +360
= 2630 6’ 15”
α 6-G = α2-1 – β6-G
= 1770 27’ 25”- 880 21’ 40”
= 890 5’ 45”
α 6-H = α2-1 – β6-H
= 1770 27’ 25”- 840 2’ 0”
= 930 25’ 25”
4) Menghitung Selisih Absis dan Selisih Ordinat antar Titik – Titik Poligon
a. Absis
∆X1-A = d1-A sin α1-A
= 22,93 sin 1340 16’ 10”
= 16,419 m
∆X1-B = d1-B sin α1-B
= 15,00 sin 420 43’ 0”
= 10,175 m

` KELOMPOK 1C
84
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆X1-C = d1-C sin α1-C
= 11,00 sin 190 52’ 33”
= 3,739 m
∆X1-D = d1-D sin α1-D
= 13,99 sin 10 11’ 15”
= 0,289 m
∆X1-E = d1-E sin α1-E
= 10,84 sin 3240 1’ 5”
= -6,368 m
∆X1-F = d1-F sin α1-F
= 20,66 sin 3240 8’ 25”
= -12.102 m
∆X1-G = d1-G sin α1-G
= 11,00 sin 2390 57’ 35”
= -9,522 m
∆X1-H = d1-H sin α1-H
= 8,98 sin 1330 3’ 20”
= 6,561 m
∆X2-A = d2-A sin α2-A
= 0,999 sin 319o34’5’’
= -0,647 m
∆X2-B = d2-B sin α2-B
= 11,95 sin 32o47’45’’
= 6,472 m
∆X2-C = d2-C sin α2-C
= 5,92 sin 5o48’15’’
= 0,598 m
∆X2-D = d2-D sin α2-D
= 17,99 sin 91o48’45’’
= 17,980 m
∆X2-E = d2-E sin α2-E
= 7,999 sin 97o56’45’’
= 7,922 m

` KELOMPOK 1C
85
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆X2-F = d2-F sin α2-F
= 15,96 sin 2o13’15’’
= 0.618 m
∆X2-G = d2-G sin α2-G
= 11,97 sin 201o56’15’’
= -7,963 m
∆X3-A = d3-A sin α3-A
= 16,00 sin 333o4’55’’
= -7,243 m
∆X3-B = d3-B sin α3-B
= 9,998 sin 358o31’15’’
= -0,258 m
∆X3-C = d3-C sin α3-C
= 14,00 sin 86o15’5’’
= 13,970 m
∆X3-D = d3-D sin α3-D
= 16,00 sin 178o49’25’’
= 0,328 m
∆X3-E = d3-E sin α3-E
= 13,00 sin 37o38’15’’
= 7,938 m
∆X3-F = d3-Fsin α3-F
= 15,00 sin 144o50’50’’
= 8,636 m
∆X3-G = d3-G sin α3-G
= 10,93 sin 225o49’25’’
= -7,838 m
∆X3-H = d3-H sin α2-H
= 13,00 sin 86o15’5’’
= 12,972 m
∆X3-I = d3-H sin α2-H
= 8,97 sin 316o37’30’’
= -6,160 m

` KELOMPOK 1C
86
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆X3-J = d3-H sin α2-H
= 17,95 sin 64o2’45’’
= 16,139 m
∆X3-K = d3-H sin α2-H
= 19,00 sin 66o15’5’’
= 17,391 m
∆X4-A = d4-A sin α4-A
= 2,99 sin 890 14’ 30”
= 2,989 m
∆X4-B = d4-B sin α4-B
= 14,00 sin 1370 52’ 10”
= 9,391 m
∆X4-C = d4-C sin α4-C
= 7,00 sin 440 32 ’ 30”
= 4,909 m
∆X4-D = d4-D sin α4-D
7,99 sin 1430 17’ 25”
= 4,776 m
∆X4-E = d4-E sin α4-E
= 9,55 sin 1940 47’ 35”
= -2,438 m
∆X4-F = d4-F sin α4-F
= 6,00 sin 200 48’ 30”
= 2,131 m
∆X4-G = d4-G sin α4-G
= 3,59 sin 3340 47’ 45”
= -1,528 m
∆X5-A = d5-A sin α5-A
= 22,82 sin 1270 36’ 55”
= 18,076 m
∆X5-B = d5-B sin α5-B
= 14,00 sin 1480 37’ 10”
= 7,290 m

` KELOMPOK 1C
87
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆X5-C = d5-C sin α5-C
= 16,00 sin 910 21’ 15”
= 15,995 m
∆X5-D = d5-D sin α5-D
= 10,99 sin 2180 59’ 5”
= -6,913 m
∆X5-E = d5-E sin α5-E
= 10,82 sin 3160 36’ 5”
= -7,434 m
∆X5-F = d5-F sin α5-F
= 10,81 sin 3440 9’ 20”
= -2,951 m
∆X5-G = d5-G sin α5-G
= 8,00 sin 570 55’ 5”
= 6,778 m
∆X6-A = d6-A sin α6-A
= 15,00 sin 340 3’ 25”
= 8,400 m
∆X6-B = d6-B sin α6-B
= 13,96 sin 2330 56’ 25”
= -11,285 m
∆X6-C = d6-C sin α6-C
= 16,00 sin 3250 1’ 25”
= -9.171 m
∆X6-D = d6-D sin α6-D
= 16,95 sin 1310 38’ 45”
= 12,666 m
∆X6-E = d6-E sin α6-E
= 11,00 sin 1960 20’ 15”
= -3,094 m
∆X6-F = d6-F sin α6-F
= 11,00 sin 2630 6’ 15”
= -10.920 m

` KELOMPOK 1C
88
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆X6-G = d6-G sin α6-G
= 5,96 sin 890 5’ 45”
= 5.959 m
∆X6-H = d6-H sin α6-H
= 15,00 sin 930 25’ 25”
= 14,973 m
b. Ordinat
∆Y1-A = d1-A cos α1-A
= 22,93 cos 1340 16’ 10”
= -16,005 m
∆Y1-B = d1-B cos α1-B
= 15,00 cos 420 43’ 0”
= 11,020 m
∆Y1-C = d1-C cos α1-C
= 11,00 cos 190 52’ 33”
= 10,344 m
∆Y1-D = d1-D cos α1-D
= 13,99 cos 1 0 19’15”
= 13,986 m
∆Y1-E = d1-E cos α1-E
= 10,84 cos 3240 1’ 5”
= 8,771 m
∆Y1-F = d1-F cos α1-F
= 20,66 cos 3240 8’ 25”
= 16,743 m
∆Y1-G = d1-G cos α1-G
= 11,00 cos 2390 57’35”
= -5,506 m
∆Y1-H = d1-H cos α1-H
= 8,98 cos 1330 3’ 20”
= -6,130 m

` KELOMPOK 1C
89
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆Y2-A = d2-A cos α2-A
= 0,99 cos 319o34’5’’
= 753,565 m
∆Y2-B = d2-B cos α2-B
= 11,95 cos 32o47’45’’
= 10,045 m
∆Y2-C = d2-C cos α2-C
= 5,92 cos 5 o48’15’’
= 5,889 m
∆Y2-D = d2-D cos α2-D
= 17,99 cos 91o48’45’’
= -569,002 m
∆Y2-E = d2-E cos α2-E
= 7,99 cos 276o22’35’’
= 887,364 m
∆Y2-F = d2-F cos α2-F
= 15,96 cos 2o1315’’
= 15,948 m
∆Y2-G = d2-G cos α2-G
= 11,97 cos 201o56’15’’
= -11,103 m
∆Y3-A = d3-A cos α3-A
= 16,00 cos 333o4’55’’
= 14,266 m
∆Y3-B = d3-B cos α3-B
= 9,98 cos 358o31’15’’
= 9,976 m
∆Y3-C = d3-C cos α3-C
= 14,00 cos 86o15’5’’
= 915,305 m
∆Y3-D = d3-D cos α3-D
= 16,00 cos 178o49’25’’
= -15,996 m

` KELOMPOK 1C
90
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆Y3-E = d3-E cos α3-E
= 13,00 cos 37o38’15’’
= 10,294 m
∆Y3-F = d3-F cos α3-F
= 15,00 cos 144o50’50’’
= -12,264 m
∆Y3-G = d3-G cos α3-G
= 10,93 cos 225o49’25’’
= -7,616 m
∆Y3-H = d3-H cos α3-H
= 13,00 cos 86o15’5’’
= 846,926 m
∆Y3-I = d3-I cos α3-I
= 8,97 cos 316o37’30’’
= 6,250 m
∆Y3-J = d3- J cos α3- J
= 17,95 cos 64o2’45’’
=7,885 m
∆Y3-K = d3- K cos α3- K
= 19,00 cos 66o15’5’’
= 7,651 m
∆Y4-A = d4A cos α4-A
= 2,99 cos 890 14’ 30”
= 39,572 m
∆Y4-B = d4B cos α4-B
= 14,00 cos 1370 52’ 10”
= -10,382 m
∆Y4-C = d4C cos α4-C
= 7,00 cos 440 32’ 30”
= 4,989 m
∆Y4-D = d4D cos α4-D
= 7,99 cos 1430 17’ 25”
= -6,405 m

` KELOMPOK 1C
91
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆Y4-E = d4E cos α4-E
= 9,55 cos 1940 47’ 35”
= -9, 233m
∆Y4-F = d4F cos α4-F
= 6,00 cos 200 48’ 30”
= 5,608 m
∆Y4-G = d4 G cos α4- G
= 3,59 cos 3340 47’ 45”
= 3,248m
∆Y5-A = d5A cos α5-A
= 22,82 cos 1270 36’ 55”
= -13,928m
∆Y5-B = d5B cos α5-B
= 14,00 cos 1480 37’ 10”
= -11,952m
∆Y5-C = d5C cos α5-C
= 16,00 cos 910 21’ 15”
= -378,119 m
∆Y5-D = d5D cos α5-D
= 10,99 cos 2180 59’ 5”
= -8,542m
∆Y5-E = d5E cos α5-E
= 10,82 cos 3160 36’ 5”
= 7,861 m
∆Y5-F = d5F cos α5-F
= 10,81 cos 3440 9’ 20”
= 10,399 m
∆Y5-G = d5G cos α5-G
= 8,00 cos 570 55’ 5”
= 4,249 m
∆Y6-A = d6-A cos α1-A
= 15,00 cos 340 3’ 25”
= 12,427 m

` KELOMPOK 1C
92
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
∆Y6-B = d6-B cos α6-B
= 13,96 cos 233056’25”
= -8,217 m
∆Y6-C = d6-C cos α6-C
= 16,00 cos 3250 1’ 25”
= 13,110 m
∆Y6-D = d6-D cos α6-D
= 16,95 cos 1310 38’ 45”
= -11,263 m
∆Y6-E = d6-E cos α6-E
= 11,00 cos 1960 20’ 15”
= -10,555 m
∆Y6-F = d6-F cos α6-F
= 11,00 cos 2630 6’ 15”
= -1,320 m
∆Y6-G = d6-G cos α6-G
= 5,96 cos 890 5’ 45”
= 94,048 m
∆Y6-H = d6-H cos α6-H
= 15,00 cos 930 25’ 25”
= -895,766 m
5) Menghitung Koordinat Definitif Titik – Titik Poligon
a. Absis
X1-A = X1 + ∆X1-A
= 0 + 16,419 m
= 16,419 m
X1-B = X1-A + ∆X1-B
= 16,419 + 10,175 m
= 26,594 m
X1-C = X1-B + ∆X1-C
= 26,594 + 3,739 m
= 30,333 m

` KELOMPOK 1C
93
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
X1-D = X1-C + ∆X1-D
= 30,333 + 0,289 m
= 30,622 m
X1-E = X1-D + ∆X1-E
= 30,622 + (-6,368 m)
= 24, 254 m
X1-F = X1-E + ∆X1-F
= 24, 254 + (-12,102 m)
= 12,152 m
X1-G = X1-F + ∆X1-G
= 12,152+ (-9,522 m)
= 2,63 m
X1-H =X1- G+ ∆X1-H
= 2,63 + 6,561 m
= 9,191 m
X2-A = X1-H+ ∆X2-A
= 9,191 + (-0,647 m)
= 8,544 m
X2-B = X2-A+ ∆X2-B
= 8,544 + 6,472 m
= 15,016 m
X2-C = X2-B + ∆X2-C
= 15,016 + 0,598 m
= 15,614 m
X2-D = X2-C + ∆X2-D
= 15,614 + 17,980 m
= 33,594 m
X2-E = X2-D + ∆X2-E
= 33,594 + 7,922 m
= 41,516 m
X2-F = X2-E+ ∆X2-F
= 41,516 + 0,618 m
= 42,134 m

` KELOMPOK 1C
94
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
X2-G = X2-F + ∆X2-G
= 42,134 + (-7,963 m)
= 34,171 m
X3-A = X2-G + ∆X3-A
= 34,171 + ( -7, 243 m)
= 26,928 m
X3-B = X3-A + ∆X3-B
= 26,928 + (-0,258 m)
= 26,67 m
X3-C = X3-B + ∆X3-C
= 26,67 + 13,970 m
= 40,64 m
X3-D = X3-C + ∆X3-D
= 40,64 + 0,328 m
= 40,968 m
X3-E = X3-D + ∆X3-E
= 40,968 + 7,938 m
= 48,906 m
X3-F = X3-E + ∆X3-F
= 48,906 + 8,636 m
= 57, 242 m
X3-G = X3-F + ∆X3-G
= 57, 242 + ( -7,838 m)
= 49,404 m
X3-H = X3-G + ∆X3-H
= 49,404 + 12,972 m
= 62,376 m
X3-I = X3-H + ∆X3-I
= 62,376 + (-6,160 m)
= 56, 216 m
X3-J = X3-I + ∆X3-J
= 56, 216 + 16,139 m
= 72,355 m

` KELOMPOK 1C
95
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
X3-K = X3-J + ∆X3-K
= 72,355 + 17,391 m
= 89,746 m
X4-A = X3-K + ∆X4-A
= 89,746 + 2,989 m
= 92,735 m
X4-B = X4-A+ ∆X4-B
= 92,735 + 9,391 m
= 102,126m
X4-C = X4-B + ∆X4-C
= 102,126 + 4,909 m
= 107,035 m
X4-D = X4-C + ∆X4-D
= 107,035 + 4,776 m
= 111,811m
X4-E = X4-D + ∆X4-E
= 111,811 + (-2,4338 m)
= 109,377 m
X4-F = X4-E + ∆X4-F
= 109,377 + 2,131m
= 111, 508 m
X4-G = X4-F + ∆X4-G
= 111,508 + (-1,528 m)
= 109,98 m
X5-A = X4-G + ∆X5-A
= 109,98 + 18,076 m
= 128, 056 m
X5-B = X5- A + ∆X5-B
= 128, 056 + 7,290 m
= 135,346 m
X5-C = X5-B + ∆X5-C
= 135,346 + 15,995 m
= 151,341 m

` KELOMPOK 1C
96
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
X5-D = X5-C + ∆X5-D
= 151,341 + (-6,913 m)
= 144,428 m
X5-E = X5-D + ∆X5-E
= 144,428 + (-7,434)m
= 136,994 m
X5-F = X5-E + ∆X5-F
= 136,994 + (-2,951 m)
= 134,043 m
X5-G = X5-F + ∆X5-G
= 134,043 + 6,778 m
= 140,821m
X6-A = X5-G + ∆X6-A
= 140,821 + 8,400 m
= 149, 221 m
X6-B = X6-A + ∆X6-B
= 149, 221 + (-11,285 m)
= 137,936 m
X6-C = X6-B + ∆X6-C
= 137,936 + (-9,171 m)
= 128,765 m
X6-D = X6-C + ∆X6-D
= 128,765 + 12,666 m
= 141,431 m
X6-E = X6-D + ∆X6-E
= 141,431 + (- 3,094 m)
= 138,337 m
X6-F = X6-E + ∆X6-F
= 138,337 + (-10,920 m)
= 127,417 m
X6-G = X6-F + ∆X6-G
= 127,417 + 5,959 m
= 133,376 m

` KELOMPOK 1C
97
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
X6-H = X6-G + ∆X6-H
= 133,376 + 14,973 m
= 148,349 m
b. Ordinat
Y1-A = Y1 + ∆Y1-A
= 0 + 16,005 m
= 16,005 m
Y1-B = Y1-A+ ∆Y1-B
= 16,005 + 11,020 m
= 27,025 m
Y1-C = Y1-B + ∆Y1-C
= 27,025 + 10,344 m
= 37,369 m
Y1-D = Y1-C + ∆Y1-D
= 37,369 + 13,986 m
= 51,355 m
Y1-E = Y1-D + ∆Y1-E
= 51,355 + 8,771 m
= 8,822 m
Y1-F = Y1-E+ ∆Y1-F
= 8,822 + 16,743 m
= 25,565 m
Y1-G = Y1-F + ∆Y1-G
= 25,565 + (-5,506 m)
= 20,059 m
Y1-H = Y1-G+ ∆Y1-H
= 20,059 + (-6,130 m)
= 13,929 m
Y2-A = Y1-H+ ∆Y2-A
= 13,929 + 753,565 m
= 767,494 m

` KELOMPOK 1C
98
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Y2-B = Y2-A + ∆Y2-B
= 767,494 + 10,045 m
= 777,509 m
Y2-C = Y2-B+ ∆Y2-C
= 777,509 + 5,889 m
= 783,398 m
Y2-D = Y2-C+ ∆Y2-D
= 783,398 + (-569,002 m)
= 214,396 m
Y2-E = Y2-D + ∆Y2-E
= 214,396 + 887,364 m
= 1,101 m
Y2-F = Y2-E + ∆Y2-F
= 1,101 + 15,948 m
= 17,049 m
Y2-G = Y2-F + ∆Y2-G
= 17,049 + (-11,103 m)
= 5,946 m
Y3-A = Y2-G + ∆Y3-A
= 5,946 + 14,266 m
= 20,212 m
Y3-B = Y3-A + ∆Y3-B
= 20,212 + 9,976 m
= 212,097 m
Y3-C = Y3-B + ∆Y3-C
= 212,097 + 915,305 m
= 1127,402 m
Y3-D = Y3-C + ∆Y3-D
= 1127,402 + (-15,996 m)
= 1111,406 m
Y3-E = Y3-D + ∆Y3-E
= 1111,406 + 10,294 m
= 1111,7 m

` KELOMPOK 1C
99
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Y3-F = Y3-E + ∆Y3-F
= 1111,7 + -12,264 m
= 1099,436 m
Y3-G = Y3-F + ∆Y3-G
= 1099,436 + (-7,616 m)
= 1091,82 m
Y3-H = Y3-G + ∆Y3-H
= 1091,82 + 846,926 m
= 1938,746 m
Y3-I = Y3-G + ∆Y3-I
= 1938,746 + 6,250 m
= 1944,996 m
Y3-J = Y3-I + ∆Y3-J
= 1944,996 + 7,885 m
= 1202,881 m
Y3-K = Y3-J + ∆Y3-K
= 1202,881 + 7,651 m
= 1210,532 m
Y4-A = Y3-K + ∆Y4-A
= 1210,532 + 39,572 m
= 1250,104 m
Y4-B = Y4-A + ∆Y4-B
= 1250,104 + (-10,382 m)
= 1239,722 m
Y4-C = Y4-B + ∆Y4-C
= 1239,722 + 4,989 m
= 1244,711 m
Y4-D = Y4-C + ∆Y4-D
= 1244,711 + (-6,405 m)
= 1238, 306 m
Y4-E = Y4-D+ ∆Y4-E
= 1238, 306 + (- 9,234 m)
= 1229,072 m

` KELOMPOK 1C 100
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Y4-F = Y4-E + ∆Y4-F
= 1229,072 + 5,608 m
= 1234,68 m
Y4-G = Y4-F + ∆Y4-G
= 1234,68 + 3,248 m
= 1237,928 m
Y5-A = Y4-G+ ∆Y5-A
= 1237,928 + (-13,928 m)
= 1224 m
Y5-B = Y5-A+ ∆Y5-B
= 1224 + (-11,952 m)
= 121,048 m
Y5-C = Y5-B+ ∆Y5-C
= 121,048 + (-378,119 m)
= 833,929 m
Y5-D = Y5-C+ ∆Y5-D
= 833,929 + (-8,542 m)
= 825,387 m
Y5-E = Y5-D+ ∆Y5-E
= 825,387 + 7,861 m
= 833,298 m
Y5-F = Y5-E+ ∆Y5-F
= 833,298 + 10,399 m
= 843,647 m
Y5-G = Y5-F+ ∆Y5-G
= 843,647 + 4,249 m
= 847,896 m
Y6-A = Y5-G + ∆Y6-A
= 847,896 + 12,427 m
= 860,323 m
Y6-B = Y6-A+ ∆Y6-B
= 860,323 + (-8,217 m)
= 852,106 m

` KELOMPOK 1C 101
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
Y6-C = Y6-B + ∆Y6-C
= 852,106 + 13,110 m
= 865,216 m
Y6-D = Y6-C + ∆Y6-D
= 865,216 + (-11,263 m)
= 853,953 m
Y6-E = Y6-D + ∆Y6-E
= 853,953 + (-10,555 m)
= 843,398 m
Y6-F = Y6-E + ∆Y6-F
= 843,398 + (-1,320 m)
= 842,078 m
Y6-G = Y6-F + ∆Y6-G
= 842,078 + 94,048 m
= 936,126 m
Y6-H = Y6-G + ∆Y6-G
= 936,126 + (-895,766 m)
= 40,36 m

` KELOMPOK 1C 102
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Analisa
Pada pengukuran terjadi kesalahan-kesalahan, kemungkinan yang terjadi
disebabkan karena :
1. Kesalahan Kebetulan :
a. Umumnya karena akibat kesalahan pengukuran.
b. Kesalahan menaksir bacaan.
c. Kesalahan mengatur nivo.
d. Kesalahan menghitung/mencatat data.
2. Kesalahan akibat alam:
a. Kesalahan pengaruh matahari dan angin.
b. Kesalahan melengkungnya bumi dan refraksi.
c. Kesalahan akibat gaya berat.
3. Kesalahan Sistematis :
a. Garis Bidik tidak sejajar garis nivo.
b. Turunnya Statif.
4. Karena kurang nya pengetahuan dan pemahaman dalam menggunakan
alat, terutama sekali pada waktu penyetelan alat dan pembacaan nonius
dan sebagainya.
6.2 Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran yang ada di lapangan dan pengolahan data yang
telah kami dapat menarik kesimpulan :
1. Mahasiswa bisa dan dapat mempraktekan teknik-teknik pengukuran
tanah detail, sudut jarak dan beda tinggi dan sebagainya.
a. Mahasiswa bisa dan dapat mengoperasikan alat ukur yaitu khusunya
Theodolite
2. Peta kontur dari suatu wilayah atau daerah dapat dibuat apabila kita
mengetahui data pengukuran poligon atau pengukuran detailnya dari
daerah tersebut

`
KELOMPOK 1C 103
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
3. Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini merupakan praktek langsung bagi
mahasiswa untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori dari Ilmu Ukur
Tanah
6.3 Saran
Berdasarkan pengalaman dalam praktikum, maka demi kemajuan
pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah kami berikan saran sebagai berikut :
1. Asisten lapangan hendaknya dapat turun lebih aktif di lapangan baik
memberi pengarahan, maupun sdeang mengawas jalannya praktikum,
sehingga apabila terjadi kesulitan lebih cepat teratasi.

2. Mahasiswa harus bisa mengoperasikan alat ukur, khususnya Theodolite.

3. Peta kontur dari suatu daerah dapat dibuat apabila di ketahui data
pengukuran poligon atau pengukuran detailnya dari dari daerah tersebut

4. Mahasiswa bisa dan dapat mempraktekkan teknik-teknik pengukurantanah


detail, sudut jarak dan Beda Tinggi dan sebagainya.
Sebeleum mengkuti pratikum dilapangan, Mahasiswa yang akan mengikuti
praktikum hendaknya dan baiknya mempersiapkan diri dengan baik, atau dalam
arti telah memahami teori Ilmu Ukur Tanah. Teknik pengukuran dan dapat
mengoperasikan peralatan yang akan digunakan dalam praktikum.

`
KELOMPOK 1C 104
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH
LAMPIRAN

A. Alat dan Bahan

Gambar 1: Patok Kayu Gambar 2: Parang

Gambar 3: Kalkulator Ilmiah Gambar 4: Payung

Gambar 5: Roll Meter Gambar 6: Palu Godam

` KELOMPOK 1C 105
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

A. Alat dan Bahan

Gambar 1: Patok Kayu Gambar 2: Parang

Gambar 3: Kalkulator Ilmiah Gambar 4: Payung

Gambar 5: Roll Meter Gambar 6: Palu Godam

` KELOMPOK 1C 106
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR 2023
TANAH

A. Alat dan Bahan

Gambar 1: Patok Kayu Gambar 2: Parang

Gambar 3: Kalkulator Ilmiah Gambar 4: Payung

Gambar 5: Roll Meter Gambar 6: Palu Godam

` KELOMPOK 1C 107
DAFTAR RsIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Mohammad Valldyka Alfath
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023003
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Tes, 14 Desember 2005
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl. Pariwisata II, Kelurahan Taba Anyar, Kec.
Lebong Selatan, Kab. Lebong, Prov. Bengkulu
Alamat Sekarang : Jl. Budi Utomo, Gang Beringin Raya, Muara Bangka
Hulu, Kota Bengkulu
No. HP 082289303141
Pendidikan Formal Terakhir
SD : SDN 02 Lebong Selatan
SMP : SMPN 04 Lebong Selatan
SMA : SMAN 04 Rejang Lebong
Data Orang Tua
Ayah : M. Eddy Suroto
Ibu : Eka Suhaila
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Pedagang

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

Mohammad Valldyka Alfath


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Triana Koirunnisa
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023006
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : D.1 Ketahun, 12 Juni 2005
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Asal : Giri Kencana, Kec. Ketahun, Kab. Bengkulu Utara
Alamat Asal : Jl. Budi Utomo, Gang Beringin Raya, Muara Bangka
Hulu, Kota Bengkulu
No. HP 082281410848
Pendidikan Formal Terakhir
SD : SDN 07 Silaut
SMP : MTsN 02 Bengkulu Utara
SMA : SMAN 15 Bengkulu Utara
Data Orang Tua
Ayah : Sarmin
Ibu : Darsinah
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

Triana Khoirunnisa
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Ani Lestari
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023021

Jenis Kelamin : Perempuan


Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 14 Januari 2005
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl. Merawan, No. 33
Alamat Sekarang : Jl. Merawan, No. 33
No. HP 089660260506
Pendidikan Formal Terakhir
SD : SDN 59 Kota Bengkulu
SMP : SMPN 01 Kota Bengkulu
SMA : SMAN 05 Kota Bengkulu
Data Orang Tua
Ayah : Mustari
Ibu : Aini Suhada
Pekerjaan Ayah : PNS
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

Ani Lestari
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : M. Farhan Pranajaya Kaim
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023039
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 01 Juli 2005
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Jl. Kuala Lempuing
Alamat Sekarang : Jl. Kuala Lempuing
No. HP 082175372718
Pendidikan Formal Terakhir
SD : SDN 02 Kota Bengkulu
SMP : SMPN 01 Kota Bengkulu
SMA : SMAN 01 Kota Bengkulu
Data Orang Tua
Ayah : Hanafi Pranajaya
Ibu : Siska Putriantina
Pekerjaan Ayah : Pengacara
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

M. Farhan Pranajaya Kaim


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Paras Mita
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023045
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Simpang Semambang, 16 Juni 2004
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Asal : Dusun 4 Talang Ubi, Desa Lubuk Ru-
mai, Kec. Tuah Negri, Kab. Musi Rawas
Alamat Sekarang : GG. Melati, Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu
No. HP 085788705413
Pendidikan Formal Terakhir
SD : SDN Talang Ubi
SMP : SMP Simpang Semambang
SMA : SMA 11 Musi Rawas
Data Orang Tua
Ayah : Sujarko
Ibu : Almh. Siti Aminah
Pekerjaan Ayah : Buruh Tani
Pekerjaan Ibu :-

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

Paras Mita
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Fakhri Karunia
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023054
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 28 Mei 2005
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl. W.R Supratman, RT 03 RW 01, Pematang Gubernur,
Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu.
Alamat Sekarang : Jl. W.R Supratman, RT 03 RW 01, Pematang Gubernur,
Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu
No. HP 08955310826900

Pendidikan Formal Terakhir


SD : SDN 71 Kota Bengkulu
SMP : SMPN 17 Kota Bengkulu
SMA : SMKN 02 Kota Bengkulu
Data Orang Tua
Ayah : Sunarto
Ibu : Haryani
Pekerjaan Ayah : Buruh Harian Lepas
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

Fakhri Karunia
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Afdi Ashabi Maulana
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023066
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 07 November 2005
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl. Sepakat, Perum Sakinah 2, Blok C, No. 05, RT
19 RW 06, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kec.
Ratu Agung, Kota Bengkulu
Alamat Sekarang : Jl. Sepakat, Perum Sakinah 2, Blok C, No. 05, RT
19 RW 06, Kelurahan Sawah Lebar Baru, Kec.
Ratu Agung, Kota Bengkulu
No. HP 08970168251
Pendidikan Formal Terakhir
SD : SDN 11 Kota Bengkulu
SMP : SMPN 02 Kota Bengkulu
SMA : SMAN 02 Kota Bengkulu
Data Orang Tua
Ayah : Satria Feri
Ibu : Intan Sari Dewi
Pekerjaan Ayah : Polri
Pekerjaan Ibu : PNS

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

Afdi Ashabi Maulana


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : M. Ferdiansyah Akhtar
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023081
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Muara Aman, 22 November 2004
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Asal : Kelurahan Embong Panjang
Alamat Sekarang : Kelurahan Bentiring
No. HP 082263761047
Pendidikan Formal Terakhir
SD : SDN 02 Lebong Utara
SMP : SMPN 01 Lebong
SMA : SMAN 01 Lebong
Data Orang Tua
Ayah : Muchtar
Ibu : Susi Herlinda
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

M. Ferdiasnyah Akhtar
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Alfath Cahyo Pratama
Nomor Pokok Mahasiswa : G1B023096
Jenis Kelamin : Laki Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 21 April 2004
Kewarganegaraan : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl. Soekarno Hatta No. 32
Alamat Sekarang : Jl. Soekarno Hatta No. 32

No. HP 081271002405
Pendidikan Formal Terakhir
SD : SDIT IQRA 1 Kota Bengkulu
SMP : SMPN 1 Kota Bengkulu
SMA : SMAIT IQRA Kota Bengkulu
Data Orang Tua
Ayah : Dian Iwari
Ibu : Verie Trinita
Pekerjaan Ayah : Kepolisian RI
Pekerjaan Ibu : Pegawai Negri Sipil

Saya Yang Bersangkutan


Bengkulu, Desember 2023

Alfath Cahyo Pratama

Anda mungkin juga menyukai