Anda di halaman 1dari 2

Siapa yang Terbesar?

(Luk 9:46-48)
Ibu-ibu yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, orang yang pantas mendapat label atau
predikat “terbesar” menurut ukuran dunia, adalah mereka yang punya kedudukan, punya
banyak uang, punya kekuasaan yang besar, atau yang punya banyak anak buah atau
pengawal. Tidak jarang kita lihat atau mungkin alami, seseorang dipuja dan dituruti segala
kemauannya karena posisinya yang tinggi dalam perusahaan, masyarakat, atau bahkan gereja.
Atau orang yang menuntut untuk dihormati, dituruti segala perintahnya, ditanya pendapatnya
karena posisinya. Tapi hari ini, firman Tuhan menunjukkan bahwa orang yang “terbesar”
menurut Allah tidaklah sama dengan criteria dunia. Orang yang terbesar dalam Kerajaan Allah
adalah mereka yang rela menjadi yang terkecil diantara sesama (ay. 48). Bagaimana ciri orang
yang rela menjadi yang terkecil itu? Lukas mencoba menerangkan lewat 3 peristiwa di 3
perikop selanjutnya.
Pertama, mereka adalah orang yang tidak melawan Allah (ay. 50). Saat itu murid-murid Yesus
sedang sibuk meributkan siapa yang terbesar di antara mereka yang layak memangku sebuah
jabatan penting saat Yesus memerintah sebagai Mesias. Karena mereka berpikir, kalau Yesus
adalah Mesias, maka Yesus akan mengusir penjajah romawi dari Israel, dan membangun
kerajaan baru. Dan kalau Yesus jadi raja, pastilah akan ada yang jadi perdana menteri, dan
orang ini tidak mungkin dari luar kelompok murid. Pasti dari antara mereka.
Karena itu, murid-murid Yesus merasa superior, lain dari yang lain, paling benar, dan istimewa.
Karena superioritas itu, murid2 Yesus merasa perlu untuk mencegah orang lain melayani
pengusiran setan sekalipun dengan nama Yesus. Mungkin sewaktu mereka lapor sama Yesus
kalau mereka mencegah orang lain di luar murid2 untuk mengusir setan, mereka
mengharapkan pujian dari Yesus. tapi ternyata jangankan dipuji, mereka justru ditegur oleh
Yesus. “Barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu”. Seringkali kita seperti murid-
murid.
Karena kita aktif dalam pelayanan, atau kita punya talenta, atau kita punya kedudukan dalam
masyarakat atau bahkan gereja. Kita mulai melarang orang lain untuk melayani Tuhan. Kita
mulai menghakimi gereja A sesat, persekutuan B sesat, dll. Waktu kita lakukan itu mungkin kita
merasa kita benar, tapi lihatlah murid2 Yesus, bukan pujian yang mereka dapat, melainkan
teguran. Kalau kita mau jadi yang terbesar dalam kerajaan Allah, jangan lawan orang yang
melayani demi nama Tuhan Yesus, karena bisa jadi kita melawan Tuhan sendiri, tetapi
bekerjasamalah membangun kerajaan Allah.
Kedua, orang yang terbesar dalam Kerajaan Allah adalah mereka yang tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan (ay. 54-55). Dalam perjalanan ke Yerusalem untuk disalib, Tuhan
Yesus beserta murid-muridNya harus melewati daerah Samaria. Orang Samaria dan orang
Israel bermusuhan karena orang Samaria kawin campur dan menyembah allah lain. Sebelum
Tuhan Yesus sampai di desa Samaria, utusan-utusan yang dikirim oleh Yesus, kembali dan
memberitahu bahwa mereka ditolak oleh orang Samaria.
Secara manusia, wajar kalau kemudian murid-murid Yesus murka dan mau mengirim api dari
langit. Karena mereka teringat kisah Elia yang meminta api dari langit untuk membakar 2 orang
perwira dan 100 anak buah mereka yang diutus raja Ahazia untuk menolak Elia sebagai hamba
Tuhan. Lagi-lagi, bukannya dipuji karena keinginan mereka untuk membela Yesus, Yesus
berpaling dan menegur murid2Nya. Bagaimana dengan kita ? bukankah kita juga sering
mengutuk orang lain yang menolak kita? Mungkin bukan dengan terus terang bilang “saya
kutuk kamu…bla..bla…bla” Tapi mungkin kutukan itu keluar dari mulut kita dalam bentuk doa.
Familier dengan bunyi doa begini? “Tuhan saya mengampuni si A, biar Tuhan saja yang balas
perbuatannya sama saya.” Ibu-ibu, itu adalah kutukan yang tersamar. Tapi tetap saja kutuk.
Orang yang terbesar dalam kerajaan Allah tidak boleh seperti itu. Melainkan harus mengampuni
dan mengasihi sepenuh dan setulus hati.
Orang yang terbesar dalam kerajaan Allah yang ketiga adalah orang yang mengasihi Tuhan
dengan segenap hati, jiwa dan akal budi (ay. 58, 60, 62). Dalam perikop terakhir pasal 9 ini ada
3 orang yang mau mengikut Tuhan tapi terkendala dengan berbagai hal. Orang pertama, mau
mengikut Tuhan tapi pikir2 tentang untung rugi meninggalkan kenyamanan hidup dan segala
materi yang mengikutinya. Orang kedua, mau mengikut Tuhan tapi pikir2 tentang bakti kepada
orang tua. Orang ketiga, mau mengikut Tuhan tapi masih pikir2 tentang masa lalunya.
Untuk ketiga orang ini, teguran Tuhan sangat jelas. “Orang yang mau mengikut Tuhan tapi
masih sering lihat2 dan membanding2kan hidup sebelum dan sesudah bersama Yesus, tidak
pantas untuk ikut Tuhan.” Pertanyaan buat kita hari ini. Apakah dalam mengikut dan melayani
Tuhan kita masih sering pikir2 hal-hal lain yang bisa memberatkan kita untuk total ikut Tuhan?
Matius 10:37 mengatakan, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia
tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari
pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” Kalau kita mau jadi yang terbesar dalam kerajaan Allah
kasihilah Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita.

Jadi ibu-ibu, siapa yang terbesar dalam kerajaan Allah? Dia adalah orang yang tidak melawan
pelayan Allah, yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan yang mengasihi Allah
dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Selamat menjadi yang terbesar. Tuhan Yesus
memberkati. Amin.

Anda mungkin juga menyukai