bab 4
bab 4
id
28
BAB IV
A. Determinasi Tanaman
B. Hasil Ekstraksi
dengan cara maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi paling sederhana yang
amaryllifolius Roxb.) adalah etil asetat. Etil asetat dipilih sebagai pelarut karena
bersifat semi polar sehingga dapat mengambil kandungan saponin dalam daun
pandan wangi. Saponin berfungsi sebagai antibakteri (Robinson, 1995), hal ini
lisis. Senyawa seperti saponin, merupakan zat aktif bersifat polar sehingga
diperlukan pelarut yang bersifat polar atau semi polar agar kandungan senyawa
yaitu, 1:10 (Mardiyaningsih et al, 2014). Tujuan dilakukan maserasi selama 5 hari
yaitu karena pada umumnya waktu yang digunakan untuk maserasi adalah 5 hari,
setelah waktu tersebut keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian
dalam sel dengan luar sel telah tercapai (Voight,1994). Tujuan dilakukan
bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam pelarut. Remaserasi dilakukan dengan
cara menambahkan pelarut baru pada sisa simplisia (residu), tujuan dilakukan
ertinggal pada serbuk simplisia sehingga senyawa yang tersari lebih banyak. Dari
Roxb.) yang diperoleh berupa ekstrak kental berwarna hijau tua dan berbau khas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptis dan Kandungan Kimia Ekstrak Daun Pandan
Pengujian Hasil
Konsistensi : Kental
tersebut berdasarkan hasil uji tabung yang menunjukan adanya busa setelah
dikocok kuat dan busa tetap ada setelah ditambahkan HCl 2N. Saponin terdiri dari
sapogenin yang terdiri dari sapogenin yang merupakan molekul aglikon dan
sebuah gula. Saponin merupakan senyawa yang menimbulkan busa jika dikocok
dalam air. Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth, yaitu hidrolisis saponin
dalam air. Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan adanya glikosida yang
Sulistyani, 2011). Reaksi pembentukan busa pada uji saponin ditunjukkan pada
gambar 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
D. Pembuatan Krim
kombinasi keduanya dengan perbandingan 1:1. Sediaan krim ekstrak daun pandan
yang dibuat adalah jenis krim minyak dalam air (M/A), yang terdiri dari fase
minyak (asam stearat, vaselin album, cetaceum, cetil alcohol, dan nipasol) dan
Pembuatan krim ekstrak daun pandan yaitu dengan cara memanaskan fase
minyak dan fase air dalam wadah yang berbeda hingga fase minyak melebur
seluruhnya. Setelah itu didalam mortir hangat fase air dimasukan kedalam fase
minyak dan diaduk hingga terbentuk massa krim. Tujuan digunakan mortir hangat
yaitu untuk mencegah pembekuan tiba-tiba dari fase minyak yang telah dilebur.
Kemudian setelah sediaan krim dingin ekstrak kental daun pandan (Pandanus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
yang telah jadi selanjutnya dilakukan uji sediaan krim yang meliputi uji
organoleptis, uji homogenitas, uji tipe krim, uji derajat keasaman (pH), uji daya
1. Uji Organoleptis
konsistensi sediaan krim secara subyektif atau dengan menggunakan alat indera.
Pengujian dilakukan mulai dari minggu ke-0 sampai minggu ke-4, dengan
penyimpanan sediaan krim pada suhu 250C. Hasil pengujian organoleptis yang
dari minggu ke-0 hingga minggu ke-4. Setiap formula memiliki warna hijau tua
yang konstan atau tidak berubah dan memiliki bau khas pandan wangi.
konsistensi yang lebih lunak dibandingkan dengan formula 2 krim dengan cetyl
alcohol dan formula 3 krim dengan kombinasi cetaceum dan cetyl alcohol. Hal ini
bisa dikarenakan sifat bahan selama penyimpanan seperti cetyl alcohol yang
dilakukan selama 4 minggu menunjukan tidak terjadi perubahan warna, bau, dan
2. Uji Homogenitas
minggu ke-4 pada suhu 250C dapat dlihat pada tabel III.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Dari tabel hasil pengujian diatas dapat diketahui bahwa pada formula 1
krim dengan cetaceum, formula 2 krim dengan cetyl alcohol, dan formula 3 krim
dimana apabila krim dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok harus menunjukan susunan yang homogen yang dapat dilihat dengan
tidak adanya partikel yang bergerombol dan menyebar secara merata. Sehingga
Pengujian tipe krim bertujuan untuk mengetahui tipe sediaan krim yang
dihasilkan. Pengujian tipe krim yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
metode pewarnaan dengan metil biru, pengujian dilakukan pada minggu ke-0 dan
minggu ke-4 untuk mengetahui apakah terjadi perubahan tipe krim selama
penyimpanan. Hasil pengujian tipe krim dapat dilihat pada tabel IV.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
formula 3 menghasilkan warna biru merata pada pengujian minggu ke-0 dan
minggu ke-28. Hal tersebut artinya ketiga formula krim adalah tipe krim m/a.
Warna biru dapat terjadi karena metil biru larut dalam air sehingga tidak berubah
warna jika diberikan pada krim dengan tipe m/a yang komponen terbesarnya
adalah fase air. Hasil pengujian tipe krim dapat dilihat pada lampiran 11.
4. Uji pH
mengetahui apakah sudah sesuai atau belum pH krim yang telah dibuat dengan
standar pH kulit yang cocok sehingga aman jika digunakan pada kulit. Syarat nilai
Gambar 3. Grafik Hasil Uji pH krim daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Keterangan : F1 : Formula krim dengan cetaceum
F2 : Formula krim dengan cetyl alkohol
F3 : Formula krim dengan cetaceum & cetyl alkohol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Dari grafik diatas dapat diketahui terjadi kenaikan dan penurunan nilai pH
yang tidak terlalu signifikan selama penyimpanan dari minggu ke-0 sampai
minggu ke-4 pada suhu 250C. Peningkatan dan penurunan pH yang terjadi selama
ada yang bersifat basa seperti cetyl alkohol dan bahan yang peka terhadap cahaya
seperti TEA yang menghasilkan asam atau basa. Asam atau basa ini yang
pH tersebut masih masuk dalam rentang pH kulit 5-10 (Troy et al, dalam
Padmadisastra dkk, 2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga formula masih
, df = 2, P = 0,000 < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna dari pH
antar formula krim daun pandan. Uji anova kemudian dilanjutkan dengan uji post
hoc yang diperoleh hasil seperti lampiran 17 dan diketahui bahwa pH krim ekstrak
daun pandan formula I-II-III, dan formula II-III terdapat perbedaan yang
signifikan.
0,091 > 0,05) dan formula III (F = 7,666 , df = 4 , P = 0,004 < 0,05). Sehingga
dapat diketahui bahwa formula I dan formula II krim ekstrak daun pandan tidak
berbeda signifikan atau stabil, sedangkan formula III terdapat perbedaan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
bermakna. Kemudian uji anova dilanjutkan dengan uji post hoc yang dapat dilihat
pada lampiran 17 dan diperoleh hasil adanya perbedaan signifikan pada minggu
ke-0 dengan minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke-4 pada
formula III sehingga dapat dikatakan bahwa formula III tidak stabil.
suatu sediaan. Hal ini berhubungan dengan berapa lama waktu kontak sediaan
dengan kulit hingga mencapai efek yang diinginkan (Voigh, 1984). Semakin besar
daya lekat krim maka absorbsi obat akan semakin besar karena kontak yang
terjadi antara krim dengan kulit semakin lama sehingga basis dapat melepaskan
obat secara optimal. Adapun syarat waktu daya lekat yang baik adalah tidak
kurang dari 4 detik (Susanti dan Kusmiyarsih,2011). Hasil pengujian daya lekat
Gambar 4. Grafik Hasil Uji Daya Lekat Krim Daun Pandan (Pandaus amaryllifolius Roxb.)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Berdasarkan uji daya lekat dari ketiga formula krim ekstrak daun pandan
formula I memiliki waktu daya lekat paling kecil. Sedangkan formula II dan
formula III mampu memenuhi daya lekat krim yang baik. Daya lekat pada
lebih lunak sehingga waktu daya lekatnya kecil. Konsentrasi bahan pengental juga
dapat mempengaruhi besar kecilnya waktu daya lekat ini, dimana untuk setil
alkohol membutuhkan konsentrasi yang tidak terlalu besar yaitu antara 2-4%
(F= 37,191 , df = 2 , P = 0,000 < 0,05) yang artinya ada perbedaan bermakna pada
daya lekat antar formula krim ekstrak daun pandan. Selanjutnya dilakukan uji post
hoc yang diperoleh hasil seperti lampiran 17 dan diketahui adanya perbedaan
diketahui formula I (F=14,228 , df=4 , P= 0,000 < 0,05), formula II (F= 0,635 ,
df= 4 , P= 0,649 > 0,05) dan formula III (F= 5,487 , df= 4 , P= 0,013 < 0,05) yang
artinya ada perbedaan bermakna pada daya lekat formula I dan III selama
yang bermakna atau stabil. Selanjutnya dilakukan uji post hoc untuk formula I dan
III yang diperoleh hasil seperti lampiran 17 dan diketahui adanya perbedaan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
signifikan pada formula I yaitu pada minggu ke-0 dengan minggu ke-3 dan ke-4,
minggu ke-1 dengan minggu ke-3 dan ke-4, minggu ke-2 dengan minggu ke-4,
dan minggu ke-3 dengan minggu ke-4. Sedangkan pada formula III diketahui
adanya perbedaan yang signifikan pada minggu ke-0 dengan minggu ke-3,
minggu ke-1 dengan minggu ke-3, minggu ke-2 dengan minggu ke-4, dan minggu
penyebaran ini berbanding lurus dengan peningkatan beban yang diberikan, makin
besar beban yang diberikan maka makin besar pula luas penyebarannya. Daya
sebar yang baik akan menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan
(Voight,1984). Syarat daya sebar pada sediaan krim yaitu 50-70 mm (Susanti dan
Kusmiyarsih, 2011). Pengujian daya sebar dilakukan selama 4 minggu pada suhu
Gambar 5. Grafik Hasil Uji Daya Sebar Krim Daun Pandan (Pandaus amaryllifolius Roxb.)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Dari grafik diatas dapat diketahui daya menyebar tiap formula mengalami
peningkatan dan penurunan. Daya sebar krim berkaitan dengan viskositas krim
(Kranthi et al, 2011). Semakin rendah viskositas krim maka kemampuan krim
memiliki daya menyebar lebih tinggi dibandingkan dengan krim dengan cetyl
memiliki sifat hydrofobik yang tidak menyerap air sehingga kandungan air dalam
krim masih stabil sedangkan cetyl alkohol dalam penyimpanan menyerap air dari
krim sehingga krim lebih kental dari pada kedua formula yang lain.
(F= 7,186 , df = 2 , P = 0,011 < 0,05) yang artinya ada perbedaan bermakna pada
daya sebar antar formula krim ekstrak daun pandan. Selanjutnya dilakukan uji
post hoc yang diperoleh hasil seperti lampiran 17 dan diketahui adanya perbedaan
diketahui formula I (F=1,349 , df=4 , P= 0,298 > 0,05), formula II (F= 0,999 , df=
4 , P= 0,438 > 0,05) dan formula III (F= 1,756 , df= 4 , P= 0,190 > 0,05) yang
artinya tidak ada perbedaan bermakna pada daya lekat formula I, II dan III selama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
7. Uji Viskositas
dimiliki oleh krim daun pandan wangi. Viskositas merupakan parameter yang
viskositas maka makin besar tahanannya (Martin et al, 1993). Pada pembuatan
krim harus diperhatikan viskositasnya karena viskositas dari sediaan semi solid
berhubungan erat dengan daya menyebar sediaan krim pada kulit dan
rendah akan memudahkan saat pemakaian serta pengambilan dari wadah menjadi
Dalam penelitian ini pengujian viskositas krim dilakukan hanya pada minggu
ke-2, minggu ke-3 dan minggu ke-4. Pengujian pada minggu ke-0 dan minggu ke-1
tidak dilakukan dikarenakan alat viskometer yang masih dalam perbaikan. Hasil
pengujian viskositas dari minggu ke-2 hingga minggu ke-4 dapat diihat pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik Hasi Uji Viskositas Krim Daun Pandan (Pandaus amaryllifolius Roxb.)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
bergabung membentuk ikatan yang lebih rapat sehingga laju alir menurun.
Formula 2 yaitu krim dengan cetyl alkohol memiiki nilai viskositas paling tinggi
dibandingkan formula 1 dan 3. Perbedaan ini dapat disebabkan karena sifat dari
bahan, cetaseum memiliki sifat hidrofobik yaitu tidak mudah menyerap air
sehingga pada krim dengan stiffening agent cetaseum memiliki konsistensi yang
lebih lunak dibandingkan krim dengan stiffening agent cetyl alkohol maupun
, df = 2, P = 0,007 < 0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna dari
viskositas antar formula krim daun pandan. Uji anova kemudian dilanjutkan
dengan uji post hoc yang diperoleh hasil seperti lampiran 17 dan diketahui bahwa
viskositas krim ekstrak daun pandan formula I dengan formula II dan III terdapat
perbedaan yang signifikan, sedangkan antara formula II dengan formula III tidak
= 0,468 > 0,05) dan formula III (F = 0,727 , df = 2 , P = 0,521 > 0,05). Sehingga
dapat diketahui bahwa formula II dan formula III krim ekstrak daun pandan tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
bermakna. Kemudian uji anova pada formula 1 dilanjutkan dengan uji post hoc
yang dapat dilihat pada lampiran 17 dan diperoleh hasil adanya perbedaan
signifikan pada minggu ke-2 dengan minggu ke-4, minggu ke-3 dan minggu ke-4.
Dari pengujian sifat fisik dan kimia yang telah dilakukan maka formula
krim ekstrak daun pandan yang baik adalah pada formula II yaitu formula krim
dengan stiffening agent cetyl alcohol dimana memiliki nilai pH 7,75-8,37 yang
masih masuk dalam syarat pH kulit menurut literatur antara 5-10 (Troy et al,
2005). Kemampuan daya sebar dan daya lekat formula II krim ekstrak daun
pandan juga memenuhi syarat dari literatur. Hubungan antara viskositas, daya
lekat, serta daya sebar krim ekstrak daun pandan formula II memenuhi syarat
yaitu semakin besar viskositas maka daya menyebarnya menjadi semakin kecil,
krim ekstrak daun pandan lebih stabil dibandingkan formula I dan formula III.
commit to user