Anda di halaman 1dari 36

Makalah

Tokoh-Tokoh Ilmuan MIPA

Filsafat dan Sejarah Pemikiran MIPA


Dr. Virgana, M.A

Kelompok 5
Rahayu Dindardiya (20237270018)
Endah Budiningsih (20237270026)
Nurkamila (20237270027)
Trisna Eni Harti (20237270034)
Muhammad Hafidh Ma'ruf (20237270059)
Siti Maryam Nurhasanah (20237270179)

FAKULTAS PASCASARJANA PENDIDIKAN MIPA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT, atas berkat rahmat dan kasih sayangnya kami
dapat menyelesaikan Makalah Tokoh-Tokoh Sejaran MIPA sebagai salah satu tugas mata
kuliah Filsafat dan Sejarah Pemikiran MIPA tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda Rasulullah SAW. Kami dari kelompok 5 mencatat sejarah
tentang lima tokoh sejarah MIPA yaitu Hans Christian Oersted sejarawan Fisika, Jokob
Schleiden sejarawan Biologi, Diophantus sejarawan Matematika, Kathleen Lonsdale sejarawan
Kimia dan Aristoteles sejarawan Fisika. Kelima tokoh sejarah tersebut memberikan dampak
bagi kemajuan pendidikan di dunia terutama pada bidang MIPA.
Kami mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah terlibat aktif dalam
membantu terselesaikan tugas makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Filsafat dan Sejarah
Pemikiran MIPA yaitu Bapak Dr. Virgana, Dr.MA beserta teman-teman satu angkatan pada
Fakultas Pascasarjana Pendidikan MIPA Universitas Indraprasta PGRI Tahun 2023.
Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang
lebih luas bagi pembacanya dalam mengenali tokoh-tokoh sejarah ilmuan MIPA dan khususnya
bagi kami sebagai penulis sehingga ilmu yang dipelajari dalam pendidikan MIPA ini lebih
bermakna dengan mengenal tokoh sejarahnya. Seperti pepatah mengatakan “Jika tidak ada
catatan sejarah, maka tidak akan ada masa depan”. Pepatah ini menekankan pentingnya
dokumentasi dan pemahaman tentang sejarah untuk menciptakan masa depan yangb lebih baik.

Jakarta, Oktober 2023


Penulis.

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 5
1.3 Rumusan Masalah 5
BAB II Pembahasan 7
2.1 Sejarah Tokoh Fisika : Hans Christian Oersted 7
2.2 Sejarah Tokoh Biologi : Jokob Schleiden 11
2.3 Sejarah Tokoh Matematika : Diophantus 18
2.4 Sejarah Tokoh Kimia : Kathleen Lonsdale 21
2.5 Sejarah Tokoh Fisika : Aristoteles 24
BAB III Kesimpulan 34
Daftar Pustaka 35

2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat dan sejarah pemikiran dalam ilmu pengetahuan alam atau MIPA (Matematika, Ilmu
Fisika, Kimia, Biologi, dan lain-lain) memiliki peran yang penting dalam memahami
perkembangan dan metodologi ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu tersebut. Berikut adalah
beberapa poin yang menjelaskan hubungan antara filsafat dan sejarah pemikiran dalam MIPA:

a. Metodologi Ilmiah: Filsafat memiliki peran dalam mengembangkan metode ilmiah yang
digunakan dalam MIPA. Sejarah pemikiran ilmiah membantu kita memahami evolusi
metode-metode tersebut dari zaman kuno hingga saat ini. Contohnya, gagasan-gagasan
filosofis tentang empirisme dan rasionalisme mempengaruhi perkembangan metode
ilmiah dalam eksperimen dan pengamatan.
b. Epistemologi: Filsafat juga berperan dalam mempertanyakan dasar-dasar pengetahuan
dalam ilmu pengetahuan alam. Ini mencakup pertanyaan tentang sumber pengetahuan,
validitas inferensi ilmiah, dan masalah-masalah epistemologis lainnya. Sejarah
pemikiran ilmiah membantu kita melihat bagaimana pandangan-pandangan ini
berkembang seiring waktu.
c. Etika dalam Penelitian: Filsafat etika sering kali berperan dalam membahas masalah
etika dalam penelitian MIPA. Ini termasuk pertimbangan tentang etika eksperimen
dengan manusia atau hewan, etika dalam penelitian genetika, dan lain sebagainya.
d. Filsafat Sains: Filsafat sains adalah subdisiplin dalam filsafat yang berkaitan langsung
dengan ilmu pengetahuan alam. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana ilmu
pengetahuan alam bekerja, struktur penjelasan ilmiah, dan hubungan antara sains dan
realitas. Filsafat sains membantu mengurai konsep-konsep seperti objektivitas,
penjelasan ilmiah, dan teori ilmiah.
e. Sejarah Pemikiran Ilmiah: Studi sejarah pemikiran ilmiah dalam MIPA membantu kita
memahami kontribusi-kontribusi besar dari ilmuwan dan pemikir ilmiah terdahulu. Ini
juga membantu kita melihat bagaimana perkembangan pemikiran ini telah membentuk
disiplin ilmu yang kita kenal saat ini.

3
f. Filosofi Matematika: Dalam konteks Matematika, filsafat matematika membahas
pertanyaan-pertanyaan tentang sifat matematika, keberadaan objek matematika, dan
dasar-dasar matematika. Ini terkait erat dengan sejarah perkembangan matematika.
g. Pemikiran Sistemik: Pemikiran sistemik adalah pendekatan interdisipliner yang penting
dalam MIPA. Filsafat membantu dalam memahami prinsip-prinsip dasar pemikiran
sistemik dan bagaimana berbagai elemen dalam sistem saling berhubungan.

Dalam ringkasan, filsafat dan sejarah pemikiran berperan dalam memberikan kerangka
konseptual, metodologi, dan pemahaman yang mendalam terhadap disiplin ilmu MIPA. Mereka
membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang sifat ilmu pengetahuan
alam, sumber pengetahuan, etika penelitian, dan sebagainya.

Mempelajari tokoh sejarah MIPA adalah langkah penting dalam memahami perkembangan
ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Latar belakang mempelajari tokoh-tokoh ini melibatkan
beberapa alasan penting:

a. Penghargaan Terhadap Kontribusi Mereka: Tokoh-tokoh sejarah MIPA telah


memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Mempelajari mereka adalah cara menghargai prestasi dan penemuan yang
telah mereka lakukan.
b. Inspirasi untuk Generasi Muda: Belajar tentang tokoh-tokoh sejarah MIPA dapat
memberikan inspirasi kepada generasi muda. Mereka dapat melihat bagaimana sains dan
teknologi telah mengubah dunia dan mungkin terinspirasi untuk mengikuti jejak mereka.
c. Pemahaman Perkembangan Ilmu Pengetahuan: Tokoh-tokoh sejarah MIPA membantu
kita memahami perkembangan ilmu pengetahuan alam dari waktu ke waktu. Ini
membantu dalam memahami bagaimana teori dan konsep ilmiah telah berkembang dan
berubah.
d. Pelajaran dari Kesalahan dan Tantangan: Tokoh-tokoh sejarah MIPA juga menghadapi
tantangan dan kesalahan dalam penelitian mereka. Mempelajari pengalaman mereka
dalam mengatasi masalah dan menghadapi kegagalan dapat memberikan pelajaran
berharga bagi ilmuwan masa kini.

4
e. Pemahaman Tentang Konteks Sejarah: Memahami konteks sejarah di mana tokoh-tokoh
MIPA beroperasi adalah penting. Ini mencakup faktor-faktor sosial, politik, dan budaya
yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan pada waktu itu.
f. Perbandingan Antara Generasi Ilmuwan: Mempelajari berbagai tokoh sejarah MIPA
dari berbagai era dapat membantu dalam membandingkan pendekatan dan pemikiran
mereka. Ini bisa membantu kita melihat bagaimana ilmu pengetahuan berkembang dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
g. Aplikasi Ilmu Pengetahuan: Belajar tentang tokoh-tokoh sejarah MIPA juga dapat
membantu dalam menerapkan ilmu pengetahuan dalam konteks praktis. Contohnya,
penemuan dan kontribusi mereka seringkali memiliki aplikasi praktis dalam teknologi
dan industri.
h. Pembelajaran Seumur Hidup: Mempelajari tokoh-tokoh sejarah MIPA adalah bentuk
pembelajaran seumur hidup. Ini karena ilmu pengetahuan terus berkembang, dan
pengetahuan tentang sejarah MIPA dapat membantu kita tetap terinformasi tentang
kemajuan terbaru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan memahami latar belakang mempelajari tokoh sejarah MIPA, kita dapat menghargai
pentingnya pengajaran dan penelitian mereka dalam membentuk dunia yang kita tinggali saat
ini.

1.2 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini yaitu :

a. Memberikan penghargaan terhadap tokoh-tokoh sejarah MIPA


b. Memahami perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu.
c. Mendapatkan pelajaran dari tantangan dan kesalahan yang dilakukan tokoh-tokoh
ilmuan MIPA

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

5
a. Bagaimana sejarah tokoh ilmuwan Hans Christian Oersted sejarawan Fisika, Jakob
Schleiden sejarawan Biologi, Diophantus sejarawan Matematika, Kathleen Lonsdale
sejarawan Kimia dan Aristoteles sejarawan Fisika ?
b. Pelajaran apa yang dapat diambil dari sejarah tokoh ilmuwan Hans Christian Oersted
sejarawan Fisika, Jakob Schleiden sejarawan Biologi, Diophantus sejarawan
Matematika, Kathleen Lonsdale sejarawan Kimia dan Aristoteles sejarawan Fisika ?

6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Tokoh Fisika : Hans Christian Oersted

2. 1. 1 Hans Christian Oersted (14 Agustus 1777 – 9 Maret 1851)

Hans Christian Oersted adalah seorang ahli fisika dan kimia Denmark, lahir pada 14
Agustus 1777 di Rudkobing. Ayahnya adalah seorang apoteker dan dokter yang memberikan
pendidikan yang sangat penting bagi Oersted dalam memperoleh pengetahuan awalnya
tentang sains dan teknologi. Pada saat tumbuh dewasa Oersted sangat tertarik pada bidang
fisika dan kimia, dia mempelajari fisika dan kimia di Universitas Kopenhagen dan
memperoleh gelar Doktor Filsafat pada bidang fisika pada tahun 1799.
Pemikiran Oersted banyak dipengaruhi oleh pemikiran Immanuel Kant. Pada 1820 ia
menemukan hubungan antara listrik dan magnetisme dalam eksperimen yang sangat sederhana
yang kemudian menyumbangkan banyak peran penting dalam perkembangan fisika modern.
Ia menunjukkan bahwa kawat yang dialiri arus listrik dapat menolak jarum magnet kompas.
Oersted tidak menawarkan penjelasan yang memuaskan untuk fenomena ini. Ia pun tidak
mencoba menghadirkan fenomena tersebut dalam kerangka matematis

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, Hans Christian Oersted berhasil menemukan


bahwa arus listrik dalam kawat dapat membelokkan jarum kompas bermagnet. Ketika Oersted
mengalirkan arus pada kawat, yang memiliki bekas-bekas jarum magnet untuk membentuk

7
medan magnet, ia menyaksikan sesuatu yang tak terduga, jarum penunjuk bergerak pada arah
yang tidak terduga. Ketika ia mengganti arah arus pada kawat, jarum penunjuk bergerak pada
arah yang berbeda dari sebelumnya. Oersted kemudian menyadari bahwa arus listrik yang
mengalir pada kawat dapat mempengaruhi medan magnet.

Penemuan Oersted tersebut menggemparkan dunia ilmu pengetahuan, karena pada saat
itu para ilmuwan mempercayai bahwa magnet dan listrik tidak berkaitan.

Namun, Oersted mempelajari listrik dan magnet dan mempercayai bahwa entah bagaimana gaya
listrik dan gaya magnet saling mengganggu (saling mempengaruhi) satu sama lain.

2.1.2 Fenomena Oersted

Penemuan Oersted tentang arus listrik dalam kawat dapat membelokkan jarum kompas
bermagnet kemudian dikenal sebagai Fenomena Oersted, yang pada dasarnya menyatakan
bahwa medan magnet dapat dinaikkan atau turun dengan mengubah arus listrik. Fenomena
Oersted mempunyai banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada bidang
teknologi dan industri. Salah satu contohnya adalah generator listrik, dimana arus listrik
mengalir pada lilitan kawat di sekitar magnet, hal ini menghasilkan medan magnet yang
kemudian menyebabkan kawat tersebut berputar dan menghasilkan energi listrik. Banyak
komponen atau peralatan lain yang menggunakan fenomena Oersted dalam aplikasinya, seperti
pengukuran medis (MRI), pembuatan headphone, speaker, dan mikrophone, Komponen-
komponen tersebut memanfaatkan medan magnet untuk menghasilkan bunyi.

2.1.3 Percobaan Hans Christian Oersted

Pada tahun 1820, Oersted mendemonstrasikan suatu percobaan dalam kuliahnya.


Oersted meletakan kawat di atas jarum magnet. Pada saat itu, jarum kompas menunjukkan arah
utara seperti biasanya.

Dilansir dari American Physical Society , kemudian Oersted menghubungkan kawat


ke kedua ujung baterai untuk mengalirkan arus listrik ke dalamnya. Ketika kawat mulai dialiri
arus, terlihat perubahan pada jarum kompas.

8
Jarum yang awalnya menunjuk ke utara, bergeser sedikit dari tempat awalnya. Hal
tersebut tidak terlalu kentara, namun menunjukkan bahwa medan listrik pada kawat
mempengaruhi medan magnet pada jarum kompas. Karena perubahan jarum yang tidak
signifikan, penemuan Oersted menuai kontroversi dan dianggap sebagai kebetulan saja. Namun,
Oersted tetap mengamati fenomena tersebut dan kembali melakukan percobaan dalam skala
yang lebih besar. Menggunakan sumber listrik berupa tumpukan volta, Oersted melakukan
percobaan dengan mencoba berbagai jenis kawat.

Hasil percobaan Hans Christian Oersted adalah jarum kompas dibelokkan oleh arus
listrik, dan jarum tersebut berbelok ke arah yang berlawanan ketika arus listrik dibalikkan.
Artinya, tidak hanya keberadaan listrik yang memengaruhi magnet. Namun, juga arah arus
listrik menentukan perubahan tersebut. Oersted juga menemukan bahwa listrik tetap
memengaruhi dan mengubah arah jarum kompas walaupun jarum kompas dan kawat berarus
dipisahkan oleh kayu dan kaca.

9
Penemuan Oersted ini membuka jalan bagi perkembangan ilmu elektromagnetisme
yang melibatkan study tentang listrik dan magnet yang kemudian menjadi dasar perkembangan
teori elektromagnetik. Andre Ampere, Michael Faraday, James Maxwell, dan ilmuwan hebat
lainnya kemudian mengembangkan penemuan Oersted dan menemukan berbagai penemuan
yang sangat penting bagi umat manusia.

2.1.4. Dampak Penemuan Oersted pada Ilmu Fisika


Penemuan Oersted sangat berdampak pada perkembangan ilmu fisika. Dari
penemuannya, Oersted menunjukkan bahwa arus listrik tidak sekedar mengalir pada penghantar
konduktor, tapi juga mempengaruhi medan magnet di sekitarnya. Penemuan Oersted ini,
membuka pintu bagi pengembangan dan penelitian ilmu Fisika. Penemuan ini memotivasi
banyak ilmuwan dan peneliti untuk menyelidiki dan meneliti hubungan listrik dan magnet, yang
beberapa hasilnya, induksi elektromagnet yang ditemukan oleh Michael Faraday, dan
persamaan Maxwell yang dikemukakan oleh James Clerk Maxwell. Dapat dikatakan penemuan
Oersted menjadi tonggak ilmu fisika modern dan kemajuan ilmu pengetahuan fisika. .
Kemajuan ini membawa banyak manfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari:
1. Transportasi
Perkembangan motor membuat kendaraan dapat bergerak secara optimal dan cepat, bahkan
mencapai kecepatan tinggi sampai ratusan mil per jam.

10
2. Komunikasi
Dengan adanya transmisi sinyal radio, TV dan internet, komunikasi dapat berlangsung secara
cepat, dimana saja dan kapan saja.
3. Kesehatan
Perkembangan teknologi medis seperti MRI, CT-scan dan X-Ray memungkinkan dokter
untuk mendeteksi penyakit dan cedera lebih awal dan memperbaiki pengobatan pasien.
4. Industri
Listrik adalah salah satu kekuatan pendorong ekonomi modern, berkontribusi pada operasi
faksi produksi dan manufaktur dengan daya yang bertahan lebih lama dan stabil.

2.2 Sejarah Matthias Jacob Schleiden (1804-1881)

Matthias Jacob Schleiden membantu mengembangkan teori sel di Jerman pada abad
kesembilan belas. Schleiden mempelajari sel sebagai unsur umum di antara semua tumbuhan
dan hewan. Schleiden berkontribusi pada bidang embriologi melalui pengenalan lensa
Mikroskop Zeiss dan melalui karyanya dengan sel dan teori sel sebagai prinsip
pengorganisasian biologi. Schleiden lahir di Hamburg, Jerman, pada tanggal 5 April 1804.
Ayahnya adalah dokter kota Hamburg. Schleiden melanjutkan studi hukum di Universitas
Heidelberg Jerman, dan lulus pada tahun 1827. Ia membuka praktik hukum di Hamburg, tetapi
setelah mengalami depresi emosional dan percobaan bunuh diri, ia berganti profesi. Ia belajar
ilmu alam di Universitas Göttingen di Jerman, tetapi dipindahkan ke Universitas Berlin Jerman,
pada tahun 1835 untuk mempelajari tumbuhan. Johann Horkel, paman Schleiden,

11
mendorongnya untuk mempelajari embriologi tumbuhan dan menyangkal bahwa tanaman
berkembang biak melalui reproduksi seksual, keduanya merupakan gagasan utama bagi teori
sel Schleiden.

Di dalam teorinya, Scheilden mengungkapkan bahwa teori sel merupakan setiap bentuk
dari makhluk hidup. Termasuk juga tumbuhan yang terdiri dari sel-sel. Ungkapan Schleiden
tersebut kemudian didukung oleh Theodor Schwann yang juga mengatakan bahwa semua
makhluk hidup tersusun dari sel-sel. Dengan adanya dukungan tersebut, keduanya akhirnya
merumuskan sebuah teori sel. Menurut pendapat keduanya, sel merupakan suatu satuan terkecil
dari kehidupan atau makhluk hidup itu sendiri.

2.2.1. Perkembangan Penelitian Matthias Jacob Schleiden (1804-1881)

Penelitian terbaru menjelaskan bagaimana morfologi Schleiden membentuk


interpretasinya terhadap serbuk sari dan sel. Ia memulai dengan kritik terhadap Johann
Wolfgang Goethe. Penyair dan ahli morfologi lainnya mengamati keragaman struktur
makroskopis seperti benang sari dan daun (baik pada tumbuhan yang sama maupun pada
tumbuhan yang berbeda), namun mencoba menghubungkan banyak bentuk tersebut dengan
beberapa konsep spasial misalnya, mereka menyamakan benang sari dengan versi bentuk dasar
daun.

Schleiden melanjutkan pencariannya akan kesatuan yang mendasari keberagaman,


namun dengan metode dan hasil yang berbeda. Meskipun Goethe telah melakukan banyak
pengamatan, pada tahun 1837 Schleiden menolak teori morfologinya sebagai spekulasi karena
Goethe telah mencoba menghubungkan organ dengan memvisualisasikan varian geometris
bentuk dewasa dalam pikirannya . Schleiden menegaskan bahwa morfologi induktif sejati harus
mencari hubungan yang dapat diamati di dunia : kesinambungan perkembangan antara struktur
awal dan akhir dalam kehidupan tumbuhan.

Ahli botani dapat melihat kesamaan mendasar antara bagian-bagian tanaman dengan
menelusuri asal usul embrio yang serupa, meskipun bentuk selanjutnya terlihat sangat berbeda.
Mengutip Caspar Friedrich Wolff , Schleiden menulis bahwa segala sesuatu berkembang dari
tunas awal yang terdiri dari organ dasar ( Grun-dorgane ) batang dan daun. Lalu, apa yang

12
memunculkan tunas itu? serbuk sari dalam pembuahan telah lama menjadi kontroversi. Pada
abad kedelapan belas, Carl Linnaeus mengajarkan bahwa semua tumbuhan bereproduksi secara
seksual. Tumbuhan tingkat tinggi dengan bunga atau organ reproduksi lain yang terlihat yang
disebutnya phanerogams, tumbuhan tingkat rendah (termasuk pakis, lumut, ganggang, dan
jamur) yang disebutnya kriptogamae karena seksualitasnya tersembunyi. Ahli botani lain
menghubungkan reproduksi dengan phanerogamae tetapi mengira cryptogamae hanya
menghasilkan spora aseksual. Tumbuhan yang lebih tinggi adalah modelnya, sedangkan
tumbuhan yang lebih rendah hanya menyimpang atau kurang.

Pada tahun 1830-an Robert Brown dan ahli botani lain telah mengamati tabung serbuk
sari memanjang ke arah bakal biji, namun apa yang terjadi ketika serbuk sari tiba masih belum
jelas. Schleiden setuju dengan pengamatan Horkel bahwa dinding tabung serbuk sari tetap utuh
dan tidak menyatu dengan apa pun di dalam bakal biji. Scheilden menentang tradisi dengan
menggunakan kriptogram sebagai model phanerogam, spora bertunas dan tumbuh dengan
mengambil cairan nutrisi dari tanah, serbuk sari merupakan spora yang membutuhkan
lingkungan khusus dan getah yang lebih halus di dalam bakal biji. Karena jaringan daun pada
beberapa tanaman secara langsung memunculkan tunas baru, pada beberapa tanaman menjadi
spora, dan pada beberapa tanaman menjadi serbuk sari, ketiganya setara. (Bahkan ketika dia
meninggalkan teori serbuk sarinya, Schleiden masih melakukan ekstrapolasi dari kriptogamae
paling sederhana ke phanerogam. Para ahli botani telah menolak rincian pengamatan serbuk sari
Schleiden,

Schleiden juga menyatukan proses perkembangan dan reproduksi yang tampaknya


berbeda. Seperti jaringan daun yang bertunas secara langsung, butiran serbuk sari atau spora
merupakan kelanjutan pertumbuhan sekaligus bibit yang menjadi tanaman masa depan.
Schleiden menyebut serbuk sari/embrio sebagai sel daun yang dicangkokkan ke batang (ovula).
Reproduksi dengan okulasi mungkin menghubungkan pemahaman Schleiden tentang
pertumbuhan dengan pandangan lama tentang tanaman sebagai kumpulan individu yang
tumbuh dalam individu. Beberapa pemikir sebelumnya menafsirkan setiap tunas baru pada
pohon sebagai tanaman individual, seolah-olah tunas tersebut telah dicangkokkan pada
batangnya. Meskipun artikel Schleiden tentang teori sel tidak secara eksplisit menyebutkan

13
pencangkokan, ia menggambarkan batang pohon berkayu “seolah-olah itu hanyalah tanah yang
terorganisir” di mana tunas generasi baru tumbuh (1838, hal. 171; 1847 hal. 260). Dia menulis
secara positif teori bahwa tunas tahunan pada pohon adalah individu, meskipun dia menyatakan
secara tegas hanya sel yang memenuhi syarat sebagai individu (1838, hal. 168–174; 1847, hal.
258–263). Perkembangan menghubungkan kedua jenis individu ini: setiap tunas dapat ditelusuri
hingga ke sebuah sel.

Pada tahun 1838 Schleiden memasukkan sel ke dalam bagian dari organ dalam. Ia
memuji Julius Meyen sebagai pengamat mikroanatomi tanaman dewasa, namun menganggap
karyanya dan karya orang lain tidak relevan karena tidak mempelajari perkembangan.
Sebaliknya, Schleiden menganggap prasyarat penting bagi teori selnya adalah hasil penelitian
dari Robert Brown untuk memperhatikan inti atom. Brown telah mencatat seringnya (tidak
universal) adanya struktur yang disebutnya “inti sel” (Schleiden 1838, hal. 139; 1847, hal. 233).
Setelah bertemu dengan Brown pada tahun 1836, Schleiden menyadari bahwa inti atom adalah
struktur pertama yang berkembang dalam embrio dan sel-sel terbentuk di sekitarnya. Ia
mengemukakan teori sel pertama yang memberikan peran penting pada nukleus.

Schleiden bersikeras bahwa hukum pembentukan sel yang sama berlaku di jaringan
selanjutnya, bahkan dalam kasus di mana dia mengalami kesulitan dalam mengamatinya.
Pembentukan sel di dalam sel menjadi proses mendasar dalam semua perkembangan. Seperti
teori-teori sebelumnya yang menyatakan bahwa individu-individu baru bertunas di pohon,
Schleiden melihat pertumbuhan sebagai pengulangan reproduksi. Setiap sel merupakan tahap
pertama dalam kehidupan seseorang, apakah ia tetap menjadi sel tunggal, atau menjadi daun,
spora, atau pohon. Di satu sisi, Schleiden memecah tumbuhan menjadi sel-sel individual; di sisi
lain ia menegaskan kesamaan penting antara sel, serbuk sari, dan tumbuhan utuh.

Permulaan seluler organisme juga membenarkan ekstrapolasi teori sel di luar tumbuhan.
Setelah Schleiden memberi tahu Theodor Schwann tentang pembentukan inti sel, Schwann
mengenali proses serupa sebagai hal mendasar dalam perkembangan hewan, dan
membandingkan pembentukan sel dengan kristalisasi (1839). Beberapa orang berpendapat
bahwa Schleiden juga mendasarkan teori pembentukan selnya pada kristalisasi. Namun ahli
botani awalnya mengatakan bahwa pembentukan sel membuat tumbuhan berbeda dari kristal

14
atau hewan. Analogi antara kristalisasi dan pengembangan lebih tua dari Schleiden (misalnya,
Fries), tetapi hanya setelah Schwann menyarankan sel sebagai jembatan di antara keduanya
barulah ahli botani (dalam buku teksnya) memuji analogi tersebut, meskipun dengan penekanan
pada perbedaannya

Pengenalan metodologis pada buku teks Schleiden (1842) lebih dari sekadar mencela
spekulasi atau membela pengamatan tertentu. Ini secara formal menghubungkan penekanannya
pada pengembangan dan sel dengan prinsip induktif Jakob Friedrich Fries . Bahkan sebelum
menjadi seorang ahli mikroskop, Schleiden telah mengagumi filsuf Fries, “yang dari logikanya
saya telah belajar botani sebanyak dari semua tulisan botani” (Lorch, hal. xiii, menerjemahkan
Schleiden, 1850, hal. 115). Schleiden memanfaatkan Fries bukan karena hal-hal spesifik
mengenai tanaman, namun karena gagasan filosofis tentang penyatuan fisika dan fisiologi,
pemisahan roh dari materi (misalnya, gagasan tidak menyebabkan kerusakan fisik). fenomena
dan “induksi rasional” yang dipandu oleh “prinsip-prinsip utama” yang bersifat regulatif.

Dalam filsafat ilmu, induksi mengacu pada observasi sistematis yang mengarah pada
prinsip-prinsip umum berdasarkan observasi tersebut. Seperti dibahas di atas, Schleiden
menganggap beberapa pengamatan lebih mencerahkan dibandingkan pengamatan lainnya.
Kedekatan yang mendasari antara spesimen dewasa sering kali tidak terlihat pada spesimen itu
sendiri, ahli morfologi harus mencari di tempat lain. Goethe menggunakan mata pikiran untuk
melihat bentuk tanaman yang ideal. Schleiden menggunakan mikroskop untuk melihat
primordia embrio. Dia menunjuk pada primordia tersebut untuk mempertahankan kesejajaran
di berbagai taksa tumbuhan yang berbeda. Spora dan serbuk sari tidak berkembang menjadi satu
sama lain dalam tumbuhan yang sama, namun keduanya dapat ditelusuri kembali ke asal mula
yang sama.

Schleiden memang mengacu pada perkembangan dalam tumbuhan yang sama ketika ia
mengekstrapolasi teorinya tentang pembentukan sel dari embrio ke jaringan selanjutnya. Karena
serbuk sari, embrio, dan daun merupakan objek yang sama, hanya pada waktu yang berbeda,
“kita dapat menyimpulkan” bahwa proses pembentukan yang diamati pada embrio juga terjadi
pada jaringan selanjutnya (1838, hal. 164; 1847, hal. 254). Di sini Schleiden membuat semacam
langkah bootstrapping: kritiknya terhadap Goethe membela studi tentang perkembangan karena

15
hal itu dapat diamati, namun teori selnya menggunakan perkembangan untuk menyimpulkan di
luar apa yang dapat diamati. (Pada tahun 1840-an Karl Nägeli membalikkan teori pembentukan
sel Schleiden dengan menunjukkan bahwa jaringan embrio sebenarnya menunjukkan
pembentukan sel yang tidak khas pada jaringan selanjutnya.)

Pengenalan metodologis Schleiden pada buku teksnya menetapkan kebajikan bagi para
penjelajah yang perlu mengandalkan kejujuran dan keahlian teoritis dan praktis dari sesama ahli
mikroskop dan pembuat instrumen. Ilmuwan Carl Zeiss Termasuk di antara mereka yang belajar
mikroskop di institut fisiologi yang didirikan bersama Schleiden pada tahun 1845. Kemudian
Schleiden membantu Zeiss memulai bisnisnya dan mendukung mikroskopnya. Schleiden
mengarahkan komentarnya di buku teks tentang mikroskop terutama untuk memperingatkan
para praktisi tentang potensi jebakan (termasuk instrumen yang cacat); dalam sambutan
singkatnya kepada para skeptis terhadap mikroskop, ia menyalahkan pengamat, bukan alatnya.
Schleiden menekankan keterampilan untuk membenarkan disiplin barunya dan mengecualikan
ahli mikroskop lainnya. Hanya melalui pelatihan yang panjang seseorang dapat memahami sifat
optik mikroskop yang baik (dan buruk), mengembangkan ketangkasan dalam teknik persiapan
seperti memotong spesimen, dan belajar menyampaikan observasi interpretatif yang cermat
melalui gambar yang akurat.

Schleiden memproklamirkan morfologi perkembangannya, termasuk teori sel dan


serbuk sari, ketika menjadi mahasiswa kedokteran di Berlin pada akhir tahun 1830-an. Pada
tahun 1839 ia menjadi profesor (luar biasa) sejarah alam di fakultas filsafat di Jena, di mana ia
menerima gelar filsafatnya. Pada tahun 1843 Tübingen memberinya gelar MD kehormatan.
Penelitian Schleiden yang paling sukses di Jena awalnya disebut fisiologi komparatif. Ini
mencakup fungsi dan perkembangan organisme (termasuk karya Johannes Müller),
anthropologi fisik (berdasarkan Johann Friedrich Blumenbach ), dan teori pikiran manusia
Fries. (Pembacaan Schleiden tentang etnografi akan berkontribusi pada beberapa tulisannya di
kemudian hari.)

Fakultas kedokteran mengeluh tentang seorang profesor di fakultas filsafat yang


melanggar hak prerogatif mereka untuk mengajar fisiologi manusia, jadi dia mengganti nama
mata kuliah tersebut menjadi “Anthropologie.” Schleiden selanjutnya menyinggung fakultas

16
kedokteran dengan mengajar botani farmakologi dan praktik laboratorium di bidang fisiologi.
Pertarungan wilayah tersebut (dan minat universitas lain untuk mempekerjakannya)
menyebabkan pihak berwenang di Weimar memindahkan Schleiden ke fakultas kedokteran
pada tahun 1846, di mana ia menjadi profesor penuh pada tahun 1849. Pada tahun 1851 ia
menjadi direktur kebun raya, tetapi ia tidak pernah menyandang gelar profesor botani.

Pada tahun 1840-an Schleiden juga mengerjakan penerapan kimia dan fisiologi
tumbuhan pada pertanian. Dia menolak vitalisme tetapi membatasi nilai kimia bagi botani. Pada
tahun 1840 Justus Liebig menulis bahwa laboratorium kimia adalah tempat terbaik untuk
mempelajari fisiologi tumbuhan. Schleiden membalas bahwa Liebig tidak memiliki
kecanggihan filosofis dan pengetahuan teori sel untuk mempelajari tumbuhan. Tulisan-
tulisannya yang terdapat di Jena pada tahun 2007 belum dipelajari secara mendalam, namun
sejarawan telah mencatat beberapa tema yang berlanjut, termasuk antropologi, perkembangan
biologi, dan filsafat neo-Kantian Friesian. Setelah mendukung transformasi spesies pada tahun
1840-an, Schleiden adalah salah satu ilmuwan Jerman pertama yang memuji Darwinisme, dan
menerbitkan buku-buku yang merangkum penelitian tentang antropologi fisik dan budaya
manusia purba. Karya terakhirnya, monografi tentang mawar dan garam, ditujukan untuk
pembaca ilmiah dan menggabungkan sains dan posisi budaya subjeknya.

Pada saat kematiannya dia meninggalkan sebuah manuskrip agama yang tidak
diterbitkan. Awalnya tidak terlalu religius, pada tahun 1839 ia mengadopsi Lutheranisme
ortodoks ketika pulih dari depresi bunuh diri. Dalam kuliah botani pada tahun 1840-an dan
penolakannya terhadap materialisme pada tahun 1863, ia menegaskan bahwa dunia spiritual dan
fisik keduanya ada tetapi tidak berinteraksi secara kausal. Pada tahun-tahun terakhirnya, dia
telah beralih ke unitarianisme yang tidak lagi dianggap Kristen.

2.2.2. Penemuan dan dampak dari penelitian Matthias Jacob Schleiden

Penelitian yang telah dilakukan Schleiden memberikan kontribusi yang besar pada
dunia ilmu pengetahuan khususnya pada perkembangan dunia sel dan botani . Teori sel Matthias
Schleiden dalam buku “Beitrage zur Phytogenesis” yang diterbitkan tahun 1838 tersebut
menjadi langkah kunci dalam evolusi pencarian unit dasar yang umum pada kerajaan hewan

17
dan tumbuhan. Dalam karyanya tersebut, Schleiden meneliti tentang struktur tumbuhan
menggunakan mikroskop. Schleiden mengamati bahwa tumbuhan terdiri dari sel. Schleiden
menyatakan bahwa tanaman yang lebih rendah semuanya terdiri dari satu sel, sedangkan
tanaman yang lebih tinggi terdiri dari banyak sel. Sederhananya, teori sel Matthias Schleiden
mengemukakan bahwa setiap bentuk makhluk hidup tersusun atas sel. Dari sinilah muncul
gagasan bahwa sel adalah unit dasar pembentuk makhluk hidup. Dilansir dari National
Geographic, Schleiden mempercayai bahwa sel diunggulkan oleh nukleus (inti sel) dan tumbuh
dari sana. Pada saat itu, Schleiden menamakan nukleus sebagai sitoblas. Menurutnya, ketika
sitoblas mencapai ukuran maksimal, maka akan terbentuk vesikel transparan. Di mana sel akan
tumbuh dari cairan formatif yang mengandung gula, getal, dan lendir atau sitoblastema. Dilansir
dari The Embryo Project Encyclopedia, bagian lendir mengembun menjadi sel darah bulat dan
cairan berubah menjadi agar-agar. Adapun, cairan eksternal kemudian menembus vesikel
transparan dan berubah menjadi zat membran. Proses tersebutlah yang membuat sel terbentuk.
Dengan hasil penemuan scheilden tersebut para ilmuwan bisa meneliti lebih dalam lagi
mengenai bagian-bagian terdalam dalam sel seperti komposisi dari cytoplasm, nucleus dan
reproduksi yang terjadi pada tumbuhan.

2.3 Sejarah Tokoh Matematika : Diophantus

Diophantus dari Aleksandria adalah seorang


matematikawan Yunani yang lahir antara tahun 200
dan 214 M di Aleksandria yang diakui sebagai bapak
aljabar. Karyanya yang paling terkenal adalah
“Aritmatika”, yang terdiri dari tiga belas buku yang
hanya enam dan sebagian dari buku ketujuh yang
dipertahankan. Buku-buku ini berisi risalah tentang
persamaan, sistem persamaan tertentu dan tak tentu
yang disajikan melalui kumpulan masalah dengan
solusinya. Kematiannya dihitung antara tahun 284
dan 298 M pada usia 84 tahun.

18
Sedikit yang diketahui tentang kehidupan Diophantus. Diketahui bahwa itu milik dunia
kuno, khususnya kota Alexandria. Kelahirannya dihitung antara tahun 200 dan 215. Beberapa
sejarawan mengklaim bahwa dia menikah pada usia 26 tahun dan bahwa dia memiliki seorang
putra yang berumur 42 tahun. Kematiannya Diophantus dari Aleksandria diyakini terjadi pada
usia 84 tahun antara 284 dan 298 M.

Kontribusi Diophantus dalam pengembangan kalkulus aljabar sangat signifikan dalam


bidang matematika hingga ia dikenal sebagai bapak aljabar modern. Karya-karyanya yang
paling terkenal seperti: “Aritmatika”,“Bilangan Polygonal”,“Porismas” dan “Moriastica”
sangat penting bagi perkembangan matematika di kalangan orang Arab pada abad ke-10. Karya-
karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Yunani antara abad keempat belas dan
ketujuh belas. Pada abad-abad berikutnya, tulisannya diterjemahkan ke lebih dari 33 bahasa dan
dipelajari di banyak sekolah pendidikan dasar dan di banyak program universitas seperti teknik,
fisika, matematika, akuntansi, statistik, dan lain-lain.

KARYA-KARYA DIOPHANTUS DARI ALEKSANDRIA

Di antara karya Diophantus yang paling menonjol, yaitu

● Aritmatika adalah karya paling representatif dan paling banyak diterjemahkan ke dalam
bahasa lain oleh Diophantus. Buku ini terdiri dari tiga belas jilid dan hanya enam jilid
yang bertahan. Dalam karya ini, Diophantus menyatukan kumpulan soal persamaan
dengan variabel yang mengambil nilai rasional. Jenis persamaan ini nantinya disebut
persamaan Diophantine dan akan memiliki nilai yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika. Apa yang saat ini ada dari karya yang dikenal sebagai
Aritmatika dibagi menjadi buku-buku yang disebutkan di bawah ini:
➢ Buku I, terdiri dari 39 soal, 25 adalah persamaan derajat pertama dan 14 adalah
persamaan derajat kedua.
➢ Buku II, berisi 35 soal aljabar.
➢ Buku III, terdiri dari 21 soal. Dalam buku ini masalah yang paling terkenal
adalah 19 karena diperlukan pengetahuan geometri untuk menyelesaikannya.
➢ Buku IV berisi 40 soal yang kebanyakan tentang kubus.

19
➢ Buku V, terdiri dari 30 soal, sebagian besar merupakan persamaan derajat dua
dan tiga.
➢ Buku VI, terdiri dari 24 soal yang berkaitan dengan segitiga siku-siku.
● Notasi matematika merupakan kontribusi yang signifikan untuk bidang matematika di
mana Diophantus menggunakan simbol untuk variabel yang tidak diketahui dan untuk
pengurangan.
● Analisis Diophantine adalah jenis studi yang dirancang oleh ahli matematika ini yang
mencari solusi untuk persamaan Diophantine atau polinomial dengan koefisien bilangan
bulat. Dalam karya ini, Diophantus dari Alexandria menyajikan 3 jenis persamaan
kuadrat.
● Los Porismas adalah karya yang berisi kumpulan lemma yang diangkat oleh Diophantus
tentang aritmatika. Buku ini hilang dan diyakini sebagai salah satu jilid Aritmatika.
● Bilangan poligonal dan elemen geometris adalah tulisan Diophantus tentang topik ini
yang sangat menarik bagi Pythagoras dan para pengikutnya.

Karya Diophantus dari Aleksandria merupakan kontribusi besar bagi peningkatan


aljabar di masanya dan saat ini. Banyak karir di seluruh dunia terkait dengan studi matematika
seperti fisika, teknik, akuntansi, statistik, kimia, antara lain mempelajari karya Diophantus
sebagai topik penting dalam kursus mereka. Selain itu, pekerjaan yang dilakukan oleh
Diophantus dari Alexandria memperkenalkan penemuan yang sangat signifikan seperti
penggunaan simbol – yang saat ini tidak diketahui – untuk mewakili variabel yang tidak
diketahui dan pengurangan.

Hikmah yang dapat diambil dari biografi Diophantus adalah

1. Dari karya yang dikemukakan oleh Diophantus, kita mengetahui bahwa aljabar dapat
diaplikasikan dalam pemecahan masalah sehari-hari.
2. Masalah sehari-hari yang berkaitan dengan aljabar, bisa diselesaikan menggunakan
konsep System Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)

20
2.4 Sejarah Tokoh Kimia : Kathleen Lonsdale

2.4.1 Biografi Kathleen Lonsdale (28 Januari 1903 - 1 April 1971)

Nama Lengkap : Kathleen Lonsdale


Tanggal Lahir : 28 Januari 1903
Tempat Lahir : Newbridge, County Kildare,
Irlandia
Tanggal Meninggal : 1 April 1971 (umur 68 tahun)
London Inggris
Almamater : Perguruan Tinggi Bedford untuk
Wanita
University College London.

Lonsdale lahir 28 Januari 1903 di Newbridge, Irlandia, sebuah kota kecil di selatan
Dublin. Dia adalah anak bungsu dari sepuluh bersaudara yang lahir dari pasangan Jessie
Cameron Yardley dan Harry Frederick Yardley, yang merupakan kepala kantor pos untuk
garnisun Inggris yang ditempatkan di sana. Ayahnya adalah seorang peminum berat, dan pada
tahun 1908, ketika Kathleen berusia lima tahun, orang tuanya berpisah. Ibunya pindah keluarga
pindah ke Seven Kings, Inggris, sebuah kota kecil di sebelah timur London. Tumbuh di Inggris,
Kathleen memenangkan beasiswa untuk bersekolah di County High School for Girls di Ilford.
Pada usia 16 tahun, dia mendaftar di Bedford College for Women di London, di mana pada
tahun 1922 dia menerima gelar BS dalam bidang matematika dan fisika. Dia lulus sebagai ketua
kelas, menerima nilai tertinggi dalam sepuluh tahun, dan di antara penguji lisannya adalah
William Henry Bragg, Pemenang Nobel Fisika tahun 1915. Dia sangat terkesan dengan prestasi
akademiknya sehingga dia mengundangnya untuk bekerja dengannya dan tim ilmuwan
menggunakan teknologi sinar-X untuk mengeksplorasi struktur kristal senyawa organik.
Lonsdale bekerja dengan Bragg dari tahun 1922 hingga 1927, pertama di University
College, London, dan kemudian di Royal Institution. Selama tahun-tahun ini ia juga

21
menyelesaikan penelitiannya untuk tesis master tentang struktur asam suksinat dan senyawa
terkait; dia menerbitkannya pada tahun 1924, dengan kolaborator William Thomas Astbury,
sebagai teori grup ruang yang mencakup tabel untuk 230 grup tersebut dan deskripsi matematis
dari simetri kristal.
Pada tanggal 27 Agustus 1927, dia menikah dengan Thomas Lonsdale, yang merupakan
sesama muridnya. Mereka pindah dari London ke Leeds, tempat suaminya bekerja untuk British
Silk Research Association pada siang hari dan menyelesaikan disertasi doktoralnya tentang
kekuatan puntir logam pada malam hari. Lonsdale bekerja di Universitas Leeds, mempelajari
struktur heksametil benzena, dan pada tahun 1929 ia menghasilkan bukti pertama bentuk
heksagonal dan planarnya. Penemuannya dibuat secara independen dari penelitian rekan-
rekannya di London, dan didukung oleh Bragg meskipun hal tersebut bertentangan dengan
teorinya sendiri bahwa senyawa tersebut memiliki bentuk "mengerut".
Pada tahun 1930, keluarga Lonsdale kembali ke London, dimana suaminya
mendapatkan jabatan permanen di Stasiun Pengujian Departemen Jalan Eksperimental di
Kementerian Transportasi di Harmondsworth. Antara tahun 1929 dan 1934, Lonsdale
melahirkan ketiga anak mereka; dia bekerja di rumah selama periode ini, mengembangkan
rumus untuk tabel faktor struktur. Rumus ini diterbitkan pada tahun 1936 sebagai "Rumus
Faktor Struktur Sederhana dan Kerapatan Elektron untuk 230 Kelompok Ruang Kristalografi
Matematika." Untuk studi turunan etana yang terkandung dalam buku ini, Lonsdale menerima
gelar doktor sains.
Pada tahun 1934, Lonsdale kembali ke Royal Institution, di mana dia akan bekerja
dengan Bragg sampai kematiannya pada tahun 1942. Namun, setelah kembali, dia menemukan
bahwa tidak ada peralatan sinar-X yang tersedia. Karena terpaksa menggunakan elektromagnet
besar, Lonsdale melakukan percobaan yang akhirnya membuktikan perbedaan antara orbital
elektronik sigma dan pi, sehingga membuktikan keberadaan orbital molekul. Dia kemudian
mengalihkan perhatiannya ke bidang getaran termal, menemukan bahwa sinar X-ray yang
berbeda dapat digunakan untuk mengukur jarak antar atom karbon.
2.4.2 Penemuan dan Prestasi Kathleen Lonsdale
Kathleen Lonsdale (1903-1971) adalah pionir awal kristalografi sinar-X, bidang yang
terutama berkaitan dengan mempelajari bentuk molekul organik dan anorganik. Pada tahun
1929, Kathleen Lonsdale adalah orang pertama yang membuktikan secara eksperimental bahwa

22
kristal heksa metil benzena, suatu bentuk senyawa aromatik yang tidak biasa , berbentuk
heksagonal dan datar. Pada tahun 1931, dia adalah orang pertama yang menggunakan analisis
Fourier untuk mengilustrasikan struktur hexachlorobenzene, struktur organik yang bahkan lebih

sulit untuk dianalisis.

Pada tahun 1945, Lonsdale adalah wanita pertama, bersama dengan ahli mikrobiologi
Marjory Stephenson, yang diterima sebagai anggota Royal Society. Dia adalah profesor wanita
pertama di University College, London, wanita pertama yang ditunjuk sebagai presiden
Persatuan Kristalografi Internasional, dan wanita pertama yang memegang jabatan presiden
Asosiasi Inggris untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan. Ia menerima prestasinya sebagai ilmuwan
wanita perintis dengan ciri khas kerendahan hati. Pada tahun 1966, "lonsdaleite", suatu bentuk
berlian meteorik yang langka, dinamai menurut namanya.
Berikut beberapa data rangkuman tentang karya ilmiah dan prestasi Kathleen Lonsdale
:
● Kathleen Lonsdale adalah seorang ilmuwan kimia terkemuka yang dikenal atas
kontribusinya dalam bidang kristalografi dan kimia struktural.
● Pada tahun 1929, ia berhasil menentukan struktur kristal asam karbonat, yang
merupakan langkah penting dalam pengembangan kimia struktural.
● Dia juga melakukan penelitian penting dalam kristalografi sinar-X dan mengungkapkan
struktur kristal berbagai senyawa kimia, termasuk senyawa organik kompleks dan
molekul besar seperti insulin.
● Kontribusinya dalam sains membuatnya menjadi anggota Royal Society, dan dia
dianugerahi Medali Perak Royal Society pada tahun 1946.
● Kathleen Lonsdale adalah wanita pertama yang terpilih sebagai Presiden British
Association for the Advancement of Science pada tahun 1968.

2.4.3 Dampak Penemuan Kathleen Lonsdale pada Ilmu Kimia


Sebagai fisikawan terlatih, Kathleen Lonsdale paling terkenal karena mengungkap
bentuk cincin benzena perancah molekuler dengan sifat kimia tidak biasa yang dianggap sebagai
misteri bagi ahli kimia selama bertahun-tahun. Dia adalah orang pertama yang mengungkap
dimensi dan struktur atom cincin benzena. Lonsdale, yang baru-baru ini diperingati oleh English
Heritage dengan Plakat Biru London pada peringatan 50 tahun kematiannya, juga memainkan

23
peran penting dalam membangun kristalografi sinar-X teknologi yang ditemukan pada abad ke-
20 yang memungkinkan para ilmuwan untuk “melihat” atom dan atom-atomnya. penataan ruang
dalam suatu molekul. Teknik ini kemudian menjadi penting dalam studi struktural sejumlah
besar molekul.
Kathleen Lonsdale adalah contoh inspiratif dari seorang ilmuwan yang berhasil
mengatasi berbagai tantangan dalam dunia sains pada masanya. Kontribusinya yang besar
dalam kristalografi dan kimia struktural tetap dihargai dalam komunitas ilmiah, dan dia dikenal
sebagai salah satu ilmuwan terkemuka abad ke-20.

2.5 Sejarah Tokoh Fisika : Aristoteles

2.5.1 Biografi Aristoteles

Pria yang lahir di Stagmirus, Macedonia. Pada tahun 384 SM. Inilah orang pertama di
dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukaknya dengan jalan
melihat gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal orang saat ini seperti : kata kerja, kata benda,
kata sifat dan sebagainya merupakan pembagian kata hasil pemikirannya. Dia jugalah yang
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Ayahnya yang bernama Nicomachus,
seorang dokter di sitana Amyntas III, raja Mecodinia, kakek Alexander Agung. Meninggal
ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karennanya, ia kemudia dipelihara oleh Proxenus,

24
pamanya- saudara dari ayahnya, pada usia 17 tahun ia masuk akademi milik Plato di Athena.
Dari situlah ia kemudian menjadi murid Plato selama 20 tahun

Dengan meninggalnya Plato pada tahun 347 SM. Aristoteles meninggalkan Athena dan
mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia mendirikan akademi di Assus dan
menikah dengan Pythias yang tak lama kemudian meninggal. Ia lalu menikah lagi dengan
Herpyllis yang kemudian melahirkan baginya seorang anak laki-laki yang ia beri nama
Nicomachus seperti ayahnya. Pada tahu-tahun berikutnya ia juga mendirikan akademi di
Mytilele. Saat itulah ia sempat jadi guru Alexander Agung selama 3 tahun.

Di Lyceum, Athena pada tahuan 355 SM. Ia juga mendirikan semacam akademi. Di
sinilah ia selama 12 tahun memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan eksperimen serta
membuat catatan-catatan dengan tekun dan cermat.
Pada tahun 323 SM Alexander Agung meninggal. Karena takut di bunuh orang yunani
yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Tapi ajal
memang tak mengenal tempat. Mau bersembunyi kemanapun, kalau ajal sudah tiba tidak ada
yang bisa menolak. Demikian juga dengan tokoh ini, satu tahun setelah pelariannya ke kota itu,
yaitu tepatnya pada tahun 322 SM, pada usia 62 tahun ia meninggal juga di kota tersebut,
Chalcis Yunani.

Hasil murni karya Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya
masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil
ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan,
melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang-
kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya.
Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi,
physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya,
merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari para asisten yang
spesial digaji untuk menghimpun data-data untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan hasil
dari serentetan pengamatannya sendiri.

Untuk menjadi seorang ahli paling jempolan dalam tiap cabang ilmu tentu kemustahilan
yang ajaib dan tak ada duplikat seseorang di masa sesudahnya. Tetapi apa yang sudah dicapai

25
oleh Aristoteles malah lebih dari itu. Dia filosof orisinal, dia penyumbang utama dalam tiap
bidang penting falsafah spekulatif, dia menulis tentang etika dan metafisika, psikologi,
ekonomi, teologi, politik, retorika, keindahan, pendidikan, puisi, adat-istiadat orang terbelakang
dan konstitusi Athena. Salah satu proyek penyelidikannya adalah koleksi pelbagai negeri yang
digunakannya untuk studi bandingan.

Mungkin sekali, yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah
penyelidikannya tentang teori logika, dan Aristoteles dipandang selaku pendiri cabang filosofi
yang penting ini. Hal ini sebetulnya berkat sifat logis dari cara berfikir Aristoteles yang
memungkinkannya mampu mempersembahkan begitu banyak bidang ilmu. Dia punya bakat
mengatur cara berfikir, merumuskan kaidah dan jenis-jenisnya yang kemudian jadi dasar
berpikir di banyak bidang ilmu pengetahuan. Aristoteles tak pernah kejeblos ke dalam rawa-
rawa mistik ataupun ekstrim. Aristoteles senantiasa bersiteguh mengutarakan pendapat-
pendapat praktis. Sudah barang tentu, manusia namanya, dia juga berbuat kesalahan. Tetapi,
sungguh menakjubkan sekali betapa sedikitnya kesalahan yang dia bikin dalam ensiklopedi
yang begitu luas.

Pengaruh Aristoteles terhadap cara berpikir Barat di belakang hari sungguh mendalam.
Di jaman dulu dan jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa
Latin, Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris. Penulis-penulis Yunani yang muncul
kemudian, begitu pula filosof-filosof Byzantium mempelajari karyanya dan menaruh
kekaguman yang sangat. Perlu juga dicatat, buah pikirannya banyak membawa pengaruh pada
filosof Islam dan berabad-abad lamanya tulisan-tulisannya mendominir cara berpikir Barat.
Ibnu Rusyd (Averroes), mungkin filosof Arab yang paling terkemuka, mencoba merumuskan
suatu perpaduan antara teologi Islam dengan rasionalismenya Aristoteles. Maimomides,
pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan Yudaisme.
Tetapi, hasil kerja paling gemilang dari perbuatan macam itu adalah Summa Theologia-nya
cendikiawan Nasrani St. Thomas Aquinas. Di luar daftar ini masih sangat banyak kaum cerdik
pandai abad tengah yang terpengaruh oleh Aristoteles.
1. Julukan:
a. Ahli filsafat terbesar di dunia sepanjang zaman.
b. Bapak peradaban barat.

26
c. Bapak ilmu pengetahuan atau guru (nya) para ilmuan.
2. Penemuan:
a. Logika (Ilmu mantic: pengethaun tenatng cara berpikir dengan baik, benar, dan sehat.
b. Biologi, fisika, botano, astronomi, kimia, meteorology, anatomi. Zoology,
embriologi, dan psikologi eksperimental.
2. 5.2 Pemikiran-pemikiran Aristoteles
Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi begitu melonjak di akhir abad tengah
tatkala keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala. Dalam keadaan itu tulisan-tulisan
Aristoteles lebih merupakan semacam bungkus intelek yang jitu tempat mempertanyakan
problem lebih lanjut daripada semacam lampu penerang jalan. Aristoteles yang gemar meneliti
dan memikirkan ihwal dirinya tak salah lagi kurang sepakat dengan sanjungan membabi buta
dari generasi berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.

Beberapa ide Aristoteles kelihatan reaksioner diukur dengan kacamata sekarang.


Misalnya, dia mendukung perbudakan karena dianggapnya sejalan dengan garis hukum alam.
Dan dia percaya kerendahan martabat wanita ketimbang laki-laki. Kedua ide ini tentu saja
mencerminkan pandangan yang berlaku pada jaman itu. Tetapi, tak kurang pula banyaknya buah
pikiran Aristoteles yang mencengangkan modernnya, misalnya kalimatnya, “Kemiskinan
adalah bapaknya revolusi dan kejahatan,” dan kalimat “Barangsiapa yang sudah merenungi
dalam-dalam seni memerintah manusia pasti yakin bahwa nasib sesuatu emperium tergantung
pada pendidikan anak-anak mudanya.” (Tentu saja, waktu itu belum ada sekolah seperti yang
kita kenal sekarang).

Di abad-abad belakangan, pengaruh dan reputasi Aristoteles telah merosot bukan alang
kepalang. Namun, saya pikir pengaruhnya sudah begitu menyerap dan berlangsung begitu lama
sehingga saya menyesal tidak bisa menempatkannya lebih tinggi dari tingkat urutan seperti
sekarang ini. Tingkat urutannya sekarang ini terutama akibat amat pentingnya ketiga belas
orang yang mendahuluinya dalam urutan.

Istilah-istilah ciptaan aristoteles masih dipakai sampai sekarang: Informasi, relasi,


energi, kuantitas, kualitas, individu, substansi, materi, esensi, dsb. Ahli filsafat terbesar di dunia
sepanjang zaman, bapak peradaban barat, bapak ensiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, atau

27
guru(nya) para ilmuwan adalah berbagai julukan yang diberikan pada ilmuan ini. Berbagai
termuannya seperti logika yang disebut juga ilmu mantiq yaitu pengethaun tentang cara berpikir
dengan baik, benar, dan sehat, membaut namanya begitu dikenal oleh setiap orang di seluruh
dunia yang pernah mengecap pendidikan.

Pemikiran kefilsafatan memiliki cirri-ciri khas (karateristik) tertentu, sebagian besar


filosof berbeda pendapat mengenai karateristik pemikiran kefilsafatan. Apabila perbedaan
pendapat tersebut dipahami secara teliti dan mendalam, maka karateristik pemikiran
kefilsafatan tersebut terdiri dari:

1. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, pemikiran yang meliputi beberapa sudut
pandang. Pemikiran kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu, dan pemikiran semacam
ini ingin mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Integralitas pemikiran kefilsafatan juga memikirkan hubungan ilmu dengan moral, seni dan
pandangan hidup.
2. Mendasar, artinya pemikiran mendalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar dari
gejala). Hasil pemikiran tersebut dapat dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-
masalah keilmuan (science).
3. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran-
pemikiran selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai medan garapan
(obyek) yang baru pula.

Keadaan ini senantiasa bertambah dan berkembang meskipun demikian bukan berarti
hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah selesai seperti ilmu-ilmu diluar
filsafat.

Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda. Oleh karena itu
dia menamakan filsafat sebagai teologi. Filsafat sebagai refleksi dari pemikiran sistematis
manusia atas realitas dan sekitarnya, tentunya tidak berdiri sendiri, tidak tumbuh diruang dan
tempat yang kosong. Lingkungan keluarga, sosial alam dan potensi diri akan ikut
mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi filosofis. Oleh karenanya dalam sejarah
pemikiran manusia terdapat tokoh pemikir ataupun filosof yang selalu saja muncul dari zaman
ke zaman dengan tema yang berbeda-beda.

28
Aristoteles (381 SM-322 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik,
dan estetika.
1. Pembagian filsafat menurut Aristoteles.
a. Logika yaitu tentang bentuk susunan pikiran.
b. Filosofia teoritika yang diperinci atas Fisika yaitu tentang dunia materiil (ilmu alam dan
sebagainya).
c. Matematika yaitu tentang barang menurut kuantitasnya. Metafisika yaitu tentang ada.
d. Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat).
1) Etika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup perorangan
2) Ekonomi yaitu tentang kesusilaan dalam kekeluargaan.
3) Politika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan.
e. Filosofia poetika/aktiva (pencipta) pada sang pencipta.
Pembagian ini meliputi seluruh ilmu pengetahuan waktu itu, jadi apa yang sekarang
dipandang termasuk ilmu pengetahuan, dimasukkan didalamnya (khususnya bagian fisika).
Sekarang dengan tugas dibedakan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Maka pembagian
filsafat seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles telah ketinggalan, jadi harus disesuaikan
dengan perkembangan modern.

A. Warisan Karya Aristoteles amat banyak dan terwariskan kepada kita. Ia bukan saja ahli
filsafat, akan tetapi ahli semua ilmu yang terkenal pada waktu itu. Biasanya kaya
Aristoteles dibagi atas empat golongan:
1) Logika : biasanya disebut organon (alat) membentangkan tentang pengertian, putusan,
syllogismus, bukti dan lain-lainnya.
2) Fisika : tentang alam, langit, bintang, hewan, jiwa dan lain-lainnya.
3) Metafisika : buku-buku yang terutama tentang filsafat.
4) Pengetahuan praktis : Ethica Eudemia, Ethica Nichomachea, kedua-keduanya tentang
tingkah laku, Republica Atheniensium (tatanegara Atena), Rhetorica (tentang
berceramah dan berpidato) dan Poetica.

29
B. Logika Biji ajaran Aristoteles tentang logika berdasarkan ajaran tentang jalan pikiran
(ratiocinium) dan bukti. Jalan pikiran itu baginya berupa syllogismus, yaitu putusan dua
yang tersusun demikian rupa sehingga melahirkan putusan yang ketiga.
C. Ontologia Ajaran Aristoteles tentang fisika dan metafisika umum (ontologia) tidak selalu
dapat dibeda-bedakan atau dipisah-pisahkan. Yang penting bagi kita ialah metafisikanya.
Menurutnya yang sungguh-sungguh ada itu bukanlah yang umum, melainkan yang khusus,
satu per satu.
D. Hule dan Morfe. Unsur yang menjadi dasar permacam-macaman ini disebut oleh
Aristoteles hule, adapun unsur kesatuan itu sebutnya morfe. Tiap-tiap benda yang konkrit
terdiri dari hule dan morfe, karena hulenya maka benda itu benda itulah (bukan benda yang
lain), karena morfenya mempunyai inti dan dari itu termasuk pada suatu macam dan dapat
ditangkap oleh budi. Jadi menurut saya hule dan morfe saling mengisi dan ada
keterkaitannya. Hule dan morfe ini merupakan satu kesatuan dan tak dapat dipisahkan, tak
ada hule tanpa morfe, begitu pula sebaliknya.
E. Aktus dan Potensia. Pontesia ialah dasar kemungkinan, sedangkan aktus ialah dasar
kesungguhannya. Barang sesuatu mungkin karena potensinya. Ia sudah ada karena
aktusnya. Dalam hal yang konkrit itu maka hule merupakan potensia sedangkan morfenya
merupakan aktus.
F. Abstraksi. Idea tidaklah merupakan realitas tersendiri didunia sendiri, melainkan sifat-sifat
yang sama terdapat pada hal-hal yang kongkrit. Oleh karena semua hal yang semacam itu
memiliki sifat itu, maka umumlah, oleh karena semua hal yang semacam itu harus memiliki
sifat itu, maka mutlaklah ia, tetap tak berubah.
G. Antropologi dan etika. Filsafat Aristoteles tentang manusia sebetulnya tidak begitu terang
seperti ajarannya tentang hal-hal diatas. Baginya manusia itu hal yang istimewa ia
membeda-bedakan ada menurut kesempurnaan masing-masing. Ada terdapat ada segitu
saja seperti logam dan lain-lain, terdapat pula ada hidup vegetatif, seperti tumbuh-
tumbuhan, terdapat pula yang kecuali ada dan hidup vegetatif masih berasa, jadi sensitif,
seperti binatang. Manusia disamping kesempurnaan ada yang ketiga diatas itu masihlah
pula berbudi. Manusia tidak hanya ada saja dan pula hidup vegeatif serta sensitif, melainkan
juga rasionil. Baginya yang sensitif dan vegetatif itu kena rusak maka karena itu akan mati,

30
adapun rasionil tidaklah kena mati, karena merupakan roh. Bagian yang roh dan bagian
yang mendukung budinya ini akan terus ada, setelah manusia meninggal.

Menurut Aristoteles tujuan tertinggi yang dicapai ialah kebahagiaan (eudaimonia).


Kebahagiaan ini bukan kebahagiaan yang subjektif, tetapi suatu keadaan yang sedemikian rupa,
sehingga segala sesuatu yang termasuk keadaan bahagia itu terdapat pada manusia. Tujuan yang
dikejar adalah demi kepentingan diri sendiri, bukan demi kepentingan orang lain. Isi
kebahagiaan tiap makhluk yang berbuat ialah, bahwa perbuatan sendiri bersifatnya khusus itu
disempurnakan. Jadi kebahagiaan manusia terletak disini, bahwa aktifitas yang khas miliknya
sebagai manusia itu disempurnakan. Padahal cirri khas manusia ialah bahwa ia adalah makhluk
rasional. Jadi puncak perbuatan kesusilaan manusia terletak dalam perkiraan murni.
Kebahagiaan manusia yang tertinggi, yang dikejar oleh tiap manusia ialah berpikir murni.
Tetapi puncak itu hanya dicapai oleh para dewa, manusia hanya dapat mencoba mendekatinya
dengan mengatur keinginannya.

Aristoteles menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Dia


setuju dengan gurunya bahwa kuda tertentu “berubah” (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan
bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk nyata dari kuda itu
kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep yang dibentuk manusia sesudah melihat
(mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak memiliki eksistensinya sendiri: idea-
kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada (sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles,
idea ada dalam benda-benda.

Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato,
realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas
tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa
bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam
kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan
ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia
kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada
idea-bawaan.

31
Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan demi
memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode
empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar,
dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua
premis itu. Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang filsafat
yang secara khusus menguji keabsahan cara berfikir. ,zokigol Logika dibentuk dari kata, dan
berartizogol sesuatu yang diutarakan. Daripadanya logika berarti pertimbangan pikiran atau
akal yang dinyatakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular
dipakai sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal’

Aristoteles mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk mencapai


pengetahuan yang sempurna. Itu berbeda dari Plato. Berbeda dari Plato pula, Aristoteles
menolak dualisme tentang manusia dan memilih “hylemorfisme”: apa saja yang dijumpai di
dunia secara terpadu merupakan pengejawantahan material (“hyle”) sana-sini dari bentuk
(“morphe”) yang sama. Bentuk memberi aktualitas atas materi (atau substansi) dalam individu
yang bersangkutan. Materi (substansi) memberi kemungkinan (“dynamis”, Latin: “potentia”)
untuk pengejawantahan (aktualitas) bentuk dalam setiap individu dengan cara berbeda-beda.
Maka ada banyak individu yang berbeda-beda dalam jenis yang sama. Pertentangan Herakleitos
dan Parmendides diatasi dengan menekankan kesatuan dasar antara kedua gejala yang “tetap”
dan yang “berubah”.

Dalam konteks ini dapat dimengerti bila Aristoteles ada pada pandangan bahwa wanita
adalah “pria yang belum lengkap”. Dalam reproduksi, wanita bersifat pasif dan reseptif, sedang
pria aktif dan produktif. Semua sifat yang aktual ada pada anak potensial terkumpul lengkap
dalam sperma pria. Wanita adalah “ladang”, yang menerima dan menumbuhkan benih,
sementara pria adalah “yang menanam”. Dalam bahasa filsafat Aristoteles, pria menyediakan
“bentuk”, sedang wanita menyumbangkan “substansi”.

Dalam makluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia), bentuk diberi nama “jiwa”
(“psyche”, Latin: anima). Tetapi jiwa pada manusia memiliki sifat istimewa: berkat jiwanya,
manusia dapat “mengamati” dunia secara inderawi, tetapi juga sanggup “mengerti” dunia dalam

32
dirinya. Jiwa manusia dilengkapi dengan “nous” (Latin: “ratio” atau “intellectus”) yang
membuat manusia mampu mengucapkan dan menerima “logoz”. Itu membuat manusia
memiliki bahasa.

Pemikiran Aristoteles merupakan harta karun umat manusia yang berbudaya.


Pengaruhnya terasa sampai kini, — itu berkat kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi
filsafatinya, dan cara kerjanya yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data.
Singkatnya, ia berhasil dengan gemilang menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-
induktif dan rasional-deduktif tersebut diatas.

Aristoteles adalah guru Iskandar Agung, raja yang berhasil membangun kekaisaran
dalam wilayah yang sangat besar dari Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya. Dengan itu,
Helenisme (Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan pemikiran
filsafati dan kebudayaan di wilayah Timur Tengah juga.

Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari
realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai organon
(“alat”) untuk sampai kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya diolah
dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya
secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu
kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata, antara sumbangan pemikiran
dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan Opticks
(dari Newton), serta Experiments on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier),
Geology (ditulis oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-
masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan tradisi yang tersedia
dalam zamannya masing-masing.

33
BAB III KESIMPULAN
1. Hans Christian Oersted adalah seorang fisikawan dan kimiawan Denmark yang terkenal
karena penemuan elektromagnetismenya. Eksperimen inovatifnya merevolusi bidang
fisika. Penemuan Oersted membuka jalan bagi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk pengembangan motor listrik, generator, dan telegrafi. Penemuan
terobosan Hans Christian Oersted di bidang elektromagnetisme merevolusi bidang fisika
dan berdampak besar pada dunia modern kita.
2. Matthias Jacob Schleiden lahir di Hamburg, Jerman, pada tanggal 5 April 1804. Dengan
hasil penemuan schleiden mengenai teori sel (bahwa makhluk hidup tersusun atas sel) para
ilmuwan bisa meneliti lebih dalam lagi mengenai bagian-bagian terdalam dalam sel dan
komposisi dari cytoplasma dan reproduksi yang terjadi pada tumbuhan. Dan ini
memberikan kemajuan yang sangat signifian dalam perkembangan botani (ilmu
tumbuhan).
3. Diophantus adalah seorang matematikawan Yunani yang lahir antara tahun 200 dan 214 M
di Aleksandria yang diakui sebagai bapak aljabar. Karyanya yang paling terkenal adalah
“Aritmatika”, yang terdiri dari tiga belas buku yang hanya enam dan sebagian dari buku
ketujuh yang dipertahankan. Karya-karya Diophantus masih digunakan sampai saat ini,
yaitu : Aritmatika. Notasi Matematika. Analisis Diophantine , Los Porismas , Bilangan
poligonal dan elemen geometris
4. Kathleen Lonsdale lahir 28 Januari 1903 di Newbridge, Irlandia, sebuah kota kecil di
selatan Dublin. Dia sangat terkesan dengan prestasi akademiknya sehingga dia
mengundangnya untuk bekerja dengannya dan tim ilmuwan menggunakan teknologi sinar-
X untuk mengeksplorasi struktur kristal senyawa organik.
5. Aritoteles lahir di Stagmirus, Macedonia tahun 384 SM. Dalam karya buatannya Fisika,
Aristoteles menjelaskan tentang berdirinya prinsip-prinsip umum perubahan seluruh jasad-
jasad alam, baik yang hidup maupun yang mati, yang di langit dan di bumi – termasuk
seluruh gerakan, berubah dengan respek alam, berubah dengan respek ukuran atau jumlah.

34
DAFTAR PUSTAKA

➢ https://en.wikipedia.org/wiki/Kathleen_Lonsdale
➢ https://www.encyclopedia.com/people/history/historians-miscellaneous-biographies/kathleen-
lonsdale
➢ https://www-encyclopedia-com.translate.goog/science/dictionaries-thesauruses-
pictures-and-press-releases/schleiden-matthias-
jacob?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
➢ https://embryo-asu-edu.translate.goog/pages/matthias-jacob-schleiden-1804-
1881?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
➢ https://artikel.hisham.id/diophantus-dari-aleksandria.html
➢ https://www.kompasiana.com/yuliyanti/562724f0aa23bde1055e8195/biografi-
diophantus
➢ https://www.aanniezaraa.blogspot.com/2013/01/aristoteles-dan-pemikirannya.html

35

Anda mungkin juga menyukai