1916 3965 1 SM
1916 3965 1 SM
ABSTRAK. Bijih besi merupakan unsur utama dalam industri baja. Pada umumnya
endapan bijih besi memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan genesa dan
keterdapatannya pada batuan induknya. Endapan bijih besi di Pemalongan tersebar
namun cadangannya hingga kini belum diketahui dengan pasti. Oleh karenanya
dilakukan penelitian lebih lanjut di daerah tersebut, untuk mengetahui kedalaman dan
arah sebarannya secara detail dengan menggunakan metode geomangnet.
Pengambilan data dilakukan secara looping dengan jumlah titik yang diperoleh 124 titik
ukur. Proses akusisi dilakukan dengan menggunakan GSM Proton Magnetometer Type
GSM 19T dan pengukuran suseptibilitas magnetik dengan menggunakan Magnetic
Susceptibility system (MS2) dengan sensor Tipe MS2B Dual Frequency. Hasil
interpretasi kualitatif menunjukkan adanya anomali magnetik sebaran bijih besi yang
semakin mengecil mengarah ke timur laut dengan kedalaman 49 – 72 m dengan batuan
bawaannya adalah batuan andesit, batuan diorite dan batuan basalt dengan nilai
suseptibilitas magnetik sebesar 0,0160 – 0,0719 cgs dan mengandung mineral magnetit.
yang dimiliki batuan. Sifat magnet ini Tabel 1. Suseptibilitas magnet dalam
beberapa batuan
ada karena pengaruh dari medan
Tipe Batuan Suseptibilitas x 103(SI)
magnet bumi pada waktu
pembentukan batuan tersebut. Dolomite 0 – 0,9
Limestones 0 – 3,0
Kemampuan untuk termagnetisasi Sandstones 0 – 20
tergantung dari suseptibilitas magnetik Shales 0,01 – 15
Amphibolite 0,7
masing-masing batuan. Benda-benda
Schist 0,3 – 3,0
tersebut dapat berupa gejala struktur Phyllite 1,5
Gneiss 0,1 – 25
bawah permukaan ataupun batuan
Quartzite 4,0
yang bersifat magnetik. Serpentine 3 – 17
Suseptibilitas merupakan derajat Granite 0 – 50
Rhyolite 0,2 – 35
termagnetisasinya suatu benda Dolorite 1 - 35
karena pengaruh medan magnetik. Diabase 1 – 160
Porphyry 0,3 – 200
(Santoso, 2001). Berdasarkan nilai
Gabbro 1 – 90
suseptibilitas dibagi menjadi Basalts 0,2 – 175
Diorite 0,6 – 120
kelompok-kelompok jenis material dan
Peridotite 90 – 200
batuan penyusun litologi bumi, yaitu: Andesite 160
a. Diamagnetik, yaitu mineral yang (Telford et al., 1990)
mempunyai kerentanan magnet
Tabel 2. Suseptibilitas magnet dalam
negatif yang artinya orbit elektron beberapa mineral
pada benda ini selalu berlawanan Tipe Mineral Suseptibilitas x 103 (SI)
dengan medan magnet luar, Graphite 0,1
misalnya: batuan grafit, marmer dan Quartz -0,01
Rock salt -0,01
kuarsa.
Gypsum -0,01
b. Paramagnetik, yaitu mineral yang Calcite -0,001 – 0,01
memiliki harga kerentanan magnet Coal 0,02
Clays 0,2
positif dan nilai kecil, misalnya Chalcopyrite 0,4
batuan beku asam. Siderite 1–4
Pyrite 0,05 – 5
c. Feromagnetik, yaitu mineral yang Limonite 2,5
memiliki nilai kerentanan magnet Hematite 0,5 – 35
Chromite 3 – 110
besar, misalnya berbagai batuan
Ilmenite 300 – 3.500
beku basa atau ultara basa (Telford Magnetite 1.200 – 19.200
et al., 1990). (Telford et al., 1990)
52 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 13 No.1, Februari 2016 (49 –59)
yang diperoleh merupakan hasil distorsi IGRF pada stasiun Tobs, TVH sebagai
pada medan magnetik yang diakibatkan koreksi medan magnetik akibat variasi
oleh material magnetik dari bumi atau harian.
mungkin juga dari bagian atas mantel.
METODE PENELITIAN
Menurut Santoso (2001) anomali
Beberapa peralatan yang digunakan
magnetik diperoleh dari persamaan:
dalam penelitian ini adalah Satu set GSM
∆T = Tobs ± TIGRF ± TVH (1)
Proton Magnetometer Type GSM 19T,
∆T adalah anomali magnetik, Tobs GPS, Perangkat lunak surfer dan
sebagai medan magnetik pengukuran mag2Dc, Buku Lapangan, Jam Tangan
pada stasiun tertentu, TIGRF sebagai dan Kamera dokumentasi. Gambar 1
medan magnetik teoritis berdasarkan adalah bagan alir penelitian.
Kajian Pustaka
Survey Lapangan
Analisa
Hasil
c. Sampel
Pengambilan sampel batuan
disekitar titik pengambilan data
Gambar 2. Lintasan Akuisisi Data geomagnet, di lintasan 1 terdapat 2 titik
Lapangan
sampel batuan dan di lintasan 4
Rusita, S., dkk. Identifikasi Sebaran Bii Besi dengan....55