Etnofarmakologi Papua
Etnofarmakologi Papua
Bab 1. Pendahuluan
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau
Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan
negara Papua Nugini atau East New Guinea. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah
Papua bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi di mana bagian
timur tetap memakai nama Papua, sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat.
Papua memiliki luas 808.105 KM persegi dan termasuk pulau terbesar kedua di dunia
dan pulau terbesar pertama di Indonesia.
1.1. Batas wilayah.
Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring
dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk
pula dengan bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua.
Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat. Pada masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda
(Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak
tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada
saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara
resmi hingga tahun 2002.
UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama
provinsi ini untuk diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes
(penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh
pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya
menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur
inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua
Merdeka (OPM), suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan
membentuk negara sendiri.
1.3. Demografi
• Suku bangsa
Papua (52%), Non Papua/Pendatang (48%) (2002)
Papua: Suku Aitinyo, Suku Aefak, Suku Asmat, Suku Agast, Suku Dani, Suku Ayamaru,
Suku Mandacan, Suku Biak, Suku Serui, Suku Mee, Suku Amungme, Suku
Kamoro
• Agama
Protestan (51,2%), Katolik (23,42%), Islam (22%), Hindu (3%), Budha (0,13%)
• Bahasa
Bahasa Indonesia dan 268 Bahasa Daerah
Bab 2. Pengobatan Tradisional Masyarakat Papua
Dari konsep sehat dan sakit menurut perspektif kebudayaan orang papua ada dua
kategori yang dikemukakan Anderson dan Foster berdasarkan lingkup hidupnya yaitu
kategori pertama, memandang konsep sehat-sakit bersifaat supranatural artinya melihat
sehat-sakit karena adanya gangguan dari suatu kekuatan yang bersifat gaib atau mahluk
halus atau kekuatan gaib yang berasal dari manusaia.
Sedangkan kategori yang kedua adalah rasionalistik yaitu melihat sehat-sakit karena
adanya intervensi dari alam, iklim, air, tanah,Dan lainya serta perilaku masyarakat itu sendiri
seperti hubungan sosial itu sendiri yang kurang baik, kondisi kejiwaan dan lainnya yang
berhubungan dengan perilaku manusia.
2.2. Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Papua
1. Dipetik, dilakukan pada tumbuhan yang menggunakan daun, pada pohon yang
tinggi daun diambil dengan cara di panjat.
3. Dicabut, cara ini diaplikasikan pada tumbuhan tipe gulma/ mudah dibawa, yaitu
dengan mencabut seluruh bagian tanaman.
4. Dikikis/Dikupas, cara ini biasanya dilakukan pada kulit batang pohon. Tumbuhan
yang dikikis biasanya diambil getahnya, selain getah kambium juga biasa diambil
dengan cara mengupas.
Suku Arfak juga mempunyai cara tersendiri dalam mengolah tanaman obat.
Cara membuat ramuan yang diketahui oleh masyarakat suku Arfak sebagai berikut :
Sebagai contoh cara ini biasanya di gunakan untuk jenis Nothofagus pullei
sp.Sebagai pestisida alami, yang secara langsung daun maupun batang di
sebarkan di tanah.
2. Ramuan
Khasiat dari tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Arfak sangat
beragam dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik penyakit dalam
maupun penyakit luar, dan ada pula jenis yang dapat mengobati kedua macam
penyakit tersebut. Secara kuantitatif, terdapat 36 jenis tumbuhan yang dapat
digunakan untuk mengobati penyakit dalam seperti, Paspalum conjugatum digunakan
untuk mengobati TBC, Amylotheca digunakan untuk mengobati kanker. Terdapat 13
jenis tumbuhan yang dapat mengobati penyakit luar, Dichroa cyanitis (Mayanji) untuk
mengobati kadas. Terdapat 3 jenis tumbuhan sebagai obat penyakit dalam dan luar,
seperti Medinila pachyhylla (hauera) digunakan untuk mengobati muntaber dan borok.
Di daerah ini Rumput Kebar atau Biophitum petersianum klotzschsebagai obat
penyubur wanita dan kayu Akway atau Drymis anthon sebagai pemulih stamina
tumbuh subur.
Buah Merah adalah sejenis buah tradisional dari Papua. Oleh masyarakat Wamena, Papua,
buah ini disebut kuansu. Buah ini banyak terdapat di Jayapura, Manokwari, Nabire,
dan Wamena. Bagi masyarakat di Wamena, Buah Merah disajikan untuk makanan pada
pesta adat bakar batu. Namun, banyak pula yang memanfaatkannya sebagai obat. Secara
tradisional, Buah Merah dari zaman dahulu secara turun temurun sudah dikonsumsi karena
berkhasiat banyak dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti mencegah
penyakit mata, cacingan, kulit, dan meningkatkan stamina.
a. Deskripsi Tanaman
Buah merah termasuk tanaman keluarga pandan-pandanan dengan pohon
menyerupai pandan, namun tinggi tanaman dapat mencapai 16 meter dengan tinggi
batang bebas cabang sendiri setinggi 5-8 m yang diperkokoh akar-akar tunjang pada
batang sebelah bawah. Buah berbentuk lonjong dengan kuncup tertutup daun buah. Buah
Merah sendiri panjang buahnya mencapai 55 cm, diameter 10-15 cm, dan bobot 2-3 kg.
Warnanya saat matang berwarna merah marun terang, walau sebenarnya ada jenis
tanaman ini yang berbuah berwarna coklat dan coklat kekuningan.
d. Aktifitas Farmakologi
1. Ekstrak air P. Conoideues pada dosis 0,21 ml/ 200 gram dapat menghambat
pertumbuhan kanker paru tikus galur Sprague-Dawley yang diinduksi dengan 7,12-
dimetilbenzen(a)antrasen(DMBA) (Mun im et al, 2006).
2. Ekstrak dan fraksi etil asetat buah merah memiliki aktifitas sebagai antioksidan
(Rahman etal, 2010).
3. Minyak buah merah meningkatkan skor klinis dan menghambat ekspresi COX-2
pada model mencit ca. Kolorektal (Khiong, 2012).
4. Fraksi buah merah (5 dan 1 ul/ml) menghambat pertumbuhan kanker cervix secara
in-vitro (kultur sel HeLa) (Ratnawati et al, 2008).
5. Fraksi etil asetat buah merah menginduksi apoptosis sel kanker serviks manusia
(kultur sel CaSki) (Achadiani, 2013).
e. Toksisitas
1. Toksisitas akut
- Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah merah: LD50 7,687 g/ kg BB (Ramdhini,
2012).
- Uji toksisitas akut minyak buah merah: LD50 5 ml/ 200 gram tikus Wistar
(Widowati, 2009).
- Uji toksisitas khusus: efek teratogenik: ekstrak buah P. Conoideues var. Yellow
fruit menyebabkan terjadinya lordosis pada embrio tikus Rattus norvegicus pada
dosis 0,16 ml (Muna, 2010).
f. Sediaan yang telah beredar
Daun gatal yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional dan dipasarkan di pasar
tradisional Manokwari adalah daun dari tanaman perdu famili Urticaceae yang terdiri atas
beberapa spesies. Daun gatal yang umumnya dijual di pasar tradisional Kota Manokwari
berasal dari spesies Laportea decumana (roxb.) chew.
a. Deskripsi tanaman
Terdapat tiga jenis daun gatal berdasarkan tempat tumbuh, di dataran tinggi dan
dataran rendah. Daun gatal yang tumbuh di dataran tinggi daunnya relatif sangat lebar
dan biasanya sensasi rasa gatalnya pun lebih menggigit dibandingkan dengan daun
gatal yang tumbuh di dataran rendah. Daun gatal yang tumbuh di dataran rendah lebih
pendek dan daunnya agak kecil dan memanjang bentuk daunnya.
Gambar 1. Daun gatal yang tumbuh Gambar 2. Daun gatal yang tumbuh di
di dataran rendah dataran tinggi
f. Aktifitas farmakologi.
Belum ditemukan jurnal penelitian yang menjelaskan tentang aktifitas farmakologi daun
gatal.
3.3. Kayu Akway
a. Deskripsi tanaman
Kayu akway (Drymis sp) tumbuh di hutan Pegunungan Arfak - Papua, Australia,
Philippina, Afrika dan Amerika Latin, herbal ini sering digunakan oleh masyarakat Papua,
terutama mereka masyarakat Moile yang berdomisili di kampung Anggra dan Smerbei di
pedalaman distrik Miyambouw sebelah Selatan Manokwari (Papua). Tanaman Drymis juga
digunakan oleh suku Arfak, sebagai obat dan afrodisiak.
Drymis tumbuh pada ketinggian 1200 m, 1600 m, 2000 m, 2400 m di atas permukaan
laut. Terfapat 3 jenis Drymis yaitu Drymis winterii. Forst, Drymis piperita. Hook, dan Drymis
beccariana. Gibbs.
b. Kandungan Senyawa Kimia
• Bagian daunnya memiliki kandungan flavonoid sebanyak 0.3680%, saponin sebanyak
0.1220 %, dan tanin sebanyak 10.33 % (Parubak 2007).
• Bagian daunnya memiliki aktivitas bioaktif paling kuat
• Bagian akar dan batangnya juga mengandung flavonoid, saponin, dan tanin.
Selain itu, masyarakat papua dalam kehidupan sehari-hari biasa menggunakan kayu
akway ini untuk mengobati sakit pada persendian (reumatik), sebagai obat kulit alami (baik
untuk kudis), KB alami (digunakan untuk mengatur jarak kelahiran) bisa juga untuk
mengurangi nyeri haid, asma, TBC, Bronchitis, Penumonia serta ampuh mengobati
demam yang disebabkan malaria.
d. Aktifitas farmakologi
• Dimanfaatkan sbg afrodisiak (sebagai obat kuat laki-laki) dan kontrasepsi untuk
wanita.
• Bagian kayunya mampu menyembuhkan sakit di persendian serta meningkatkan
vitalitas dan daya tahan tubuh seseorang sehingga dapat berjalan jauh dengan medan
yang cukup menantang (Mayu 2007)
• Bagian daunnya memiliki aktivitas antibakteri sedang sampai kuat (Parubak 2007).
• Bagian kulit kayu dari tanaman akway juga banyak mengandung flavonoid, saponin,
dan tanin (Santoso et al, 2004).
e. Sediaan yang telah beredar