Anda di halaman 1dari 34

SESI/PERKULIAHAN KE : 4,5

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa mampu menjelaskan proses pembuatan
pada bahan logam ferro dan beberapa logam non ferro

Pokok Bahasan : Manufacturing Produk Baja

Deskripsi singkat : Dalam uraian pokok bahasan ini, mahasiswa akan mempelajari
manufacturing produk baja. Pada bahasan ini, yang pertama mahasiswa perlu
memahami proses pembuatan baja dan paduannya. Pada bagian akhir
manufacturing produk baja, mahasiswa akan diperkenalkan mengenai penuangan,
penempaan dan keuntungannya.

I. Bahan Bacaan :
1. Daryanto,Drs & Hari Amanto,Drs,”Ilmu Bahan”,Jakarta

II. Bacaan Tambahan :

III. Pertanyaan Kunci :


Ketika membaca bagian bahan ajar ini, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut untuk memandu mahasiswa :
1. Jelaskan proses pembuatan besi tuang!
2. Jelaskan proses pembuatan besi tempa!
3. Bagaimanakah pengaruh unsur campuran pada besi tuang dan besi
tempa?

IV. Tugas :
Cari artikel diinternet tentang proses pembuatan baja , besi tempa, besi tuang
dan keuntungannya yang telah Anda pelajari!

19
BAB II

MANUFACTURING PRODUK BAJA

2.1 PENDAHULUAN

Pada bab terdahulu, kita telah membahas hal-hal mendasar yang perlu
diketahui tentang berbagai macam jenis bahan logam dan nonlogam. Pada bab ini
dan bab-bab selanjutnya, kita akan membahas secara detail tentang manufacturing
produk baja, identifikasi logam ferro dan nonferro, pengujian pada bahan logam,
perlakuan panas, kegagalan bahan, bahan listrik konduktor dan isolator dan
bahan isolasi. Pembahasan tentang manufacturing produk baja dibahas pada bab
ini.
(Dosen menanyakan tingkat pemahaman mahasiswa terhadap manufacturing
logam dan produk baja).
Ada yang sudah atau pernah mendengar dan mengetahui bagaimana
produk baja itu dihasilkan? Saya butuh beberapa orang yang bersedia
mengemukakan jawaban atau pendapatnya.
(Tiga orang mahasiswa mengemukakan jawaban/pendapatnya. Selanjutnya dosen
memaparkan materinya).
Tujuan instruksional khusus dari pokok bahasan ini adalah agar
mahasiswa dapat menjelaskan proses pembuatan logam ferro yang berbeda.
Pokok bahasan ini mencakup bahasan tentang proses pembuatan baja dan
paduannya, proses pembuatan besi tuang dan besi tempa dan pengaruh unsur
campuran pada bahan tersebut.

20
2.2 PENYAJIAN

A. PROSES PEBUATAN BAJA DAN PADUANNYA


Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon, dimana
unsur karbon (C) menjadi dasar campurannya. Disamping itu, mengandung unsur
campuran lainnya seperti sulfur (S), fosfor (P), silicon (Si), dan mangan (Mn)
yang jumlahnya dibatasi.
Kandungan karbon didalam baja sekitar 0,1 – 1,7%, sedangkan unsure
lainnya dibatasi presentasenya. Unsure paduan yang bercampur di dalam lapisan
baja, untuk membuat baja bereaksi terhadap pengerjaan panas atau menghasilkan
sifat-sifat yang khusus.
1. Unsur Campuran Dasar (Karbon)
Unsur karbon adalah unsur campuran yang amat penting dalam
pembentukan baja, jumlah persentase dan bentuknya membawa pengaruh yang
amat besar terhadap sifatnya. Tujuan utama penambahan unsur campuran lain ke
dalam baja adalah untuk mengubah pengaruh dari unsur karbon. Apabila
dibandingkan dengan kandungan karbonnya maka dibutuhkan sejumlah besar
unsur campuran lain untuk menghasilkan sifat yang dikehendaki pada baja. Unsur
karbon dapat bercampur dalam besi dan baja setelah didinginkan secara berlahan-
lahan pada temperature kamar dalam bentuk sebagai berikut :
a. Larut dalam besi untuk membentuk larutan padat ferit yang mengandung
karbon di atas 0,006% pada temperatur kamar. Unsur karbon akan naik
lagi sampai 0,03% pada temperature sekitar 725 oC. Ferit bersifat lunak,
tidak kuat dan kenyal.
b. Sebagai campuran kimia dalam besi, campuran ini disebut simentit (Fe 3C)
yang mengandung 6,67% karbon. Simentit bersifat keras dan rapuh.
Simentit dapat larut dalam besi berupa simentit yang bebas atau tersusun
dari lapisan-lapisan dengan ferit yang menghasilkan struktur “perlit”,
dinamakan perlit karena ketika di”etsa” atau dites dengan jalan goresan dan
dilihat dengan mata secara bebas, perlit kelihatannya seperti karang mutiara.
Perlit adalah gabungan sifat yang baik dari ferit dan simentit. Baja karbon

21
dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah kendungan karbonnya. Baja
karbon terdiri atas tiga macam, yaitu :
a. Baja Karbon Rendah
b. Baja Karbon Sedang
c. Baja Karbon Tinggi

2. Unsur-Unsur Campuran Lainnya


Di samping unsur karbon sebagai campuran dasar dalam besi, juga
terdapat unsur-unsur campuran lainnya yang jumlah persentasenya dikontrol.
Unsur-unsur itu yaitu fosfor (P), silicon (Si), dan mangan (Mn). Pengaruh unsur
tersebut pada baja adalah sebagai berikut.
a. Unsur Fosfor
Unsur fosfor membentuk lapisan besi fosfida. Baja yang mempunyai titik cair
yang rendah juga tetap menghasilkan sifat yang keras dan rapuh. Fosfor
dianggap sebagai unsur yang tidak murni dan jumlah kehadirannya di dalam
baja dikontrol dengan cepat sehingga persentase maksimum unsur fosfor
didalam baja sekitar 0,05%. Kualitas bijih besi tergantung dari kandungan
fosfornya.
b. Unsur Sulfur
Unsur sulfur membahayakan larutan besi sulfide (besi belerang) yang
mempunyai titik cair rendah dan rapuh. Besi sulfida terkumpul pada batas
butiran-butirannya yang membuat baja hanya didinginkan secara singkat
(tidak sesuai dengan pengerjaan dingin) karena kerapuhannya. Hal itu juga
membuat baja dipanaskan secara singkat (tidak sesuai dengan pengerjaan
panas) karena menjadi cair pada temperatur pengerjaan panas dan juga
menyebabkan baja menjadi retak-retak. Kandungan sulfur dijaga serendah
mungkin dibawah 0,05%.
c. Unsur Silikon
Silikon membuat baja tidak stabil, tetapi unsur ini tetap menghasilkan lapisan
grafit (pemecahan simentit yang menghasilkan grafit) dan menyebabkan baja
menjadi tidak kuat. Baja mengandung silicon sekitar 0,1 – 0,3%.

22
d. Unsur Mangan
Unsur mangan yang bercampur dengan sulfur akan membentuk mangan
sulfide dan diikuti dengan pembentukan besi sulfide. Mangan sulfide tidak
membahayakan baja dan mengimbangi sifat jelek dari sulfur. Kandungan
mangan didalam baja harus dikontrol untuk menjaga ketidakseragaman
sifatnya dari sekumpulan baja yang lain. Baja karbon mengandung mangan
lebih dari 1%.

B. PROSES DASAR DALAM PEMBUATAN BAJA


Proses pembuatan baja dapat dilakukan berdasarkan proses asam dan basa
yang berhubungan dengan sifat kimia yang menghasilkan terak dari lapisan dapur.
Proses asam digunakan untuk memurnikan besi kasar yang persentasenya
rendah dalam fosfor dan sulfur. Besi kasar ini dihasilkan dari bijih besi yang kaya
silikon yang akan menghasilkan terak asam. Lapisan dapur dibangun dari batu
silika (SiO2) dan mempunyai sifat yang sama dengan terak, sehingga mencegah
reaksi antara unsur fosfor dengan lapisan dapur.
Proses basa digunakan untuk memurnikan besi kasar yang kaya fosfor.
Unsur itu hanya dapat dikeluarkan apabila digunakan sejumlah besar dari batu
kapur selama berlangsung proses pemurnian, sehingga akan menghasilkan terak.
Lapisan dapur harus terbuat dari batu kapur untuk mencegah reaksi antara lapisan
dapur dengan unsur silikon.

1. Perkembangan Proses Pembuatan Baja


Pembuatan baja telah dilakukan di Asia sekitar awal abad ke-14 yang
berdasarkan atas penyerapan karbon sewaktu besi dipanaskan dalam atmosfir
yang kaya dengan karbon. Dalam proses ini besi tempa dibungkus atau dikelilingi
dengan serbuk arang kayu di dalam tromol. Kemudian tromol ditutup dan
dipanaskan untuk beberapa hari sehingga karbon diserap oleh besi dan
membentuk simentit pada permukaan besi tempa. Proses seperti itu disebut proses
sigmentasi.

23
Setelah proses segmentasi selesai maka batangan besi dipanaskan kembali
dan ditempa yang membuat pendistribusian karbon ke arah melintang, tetapi
biasanya pendistribusian yang baik tidak pernah diperoleh. Proses itu telah
berhasil membuat peralatan kecil seperti mata pahat potong.
Dalam proses cawan yang merupakan salah satu proses pencampuran.
Unsur-unsur campuran yang telah cair di dalam dapur cawan yang berkapsitas
20kg dituangkan ke dalam cetakan setelah terak dikeluarkan terlebih dahulu.
Proses ini menghasilkan baja yang berkualitas baik tetapi tingkat produksinya
rendah..

2. Proses Pembuatan Baja secara Modern


Ada tiga proses dalam pembuatan baja secara modern, yaitu :
a. Proses Menggunakan Konvertor
Konverter terbuat dari pelat baja dengan mulut terbuka (untuk
memasukkan bahan baku dan mengeluarkan cairan logam) serta dilapisi batu
tahan api. Konverter diikatkan pada suatu tap yang dapat berputar sehingga
konverter dapat digerakkan pada posisi horizontal untuk memasukkan dan
mengeluarkan bahan yang diproses dan pada posisi vertical untuk
pengembusan selama proses berlangsung. Konverter ini dengan pipa yang
berlubang kecil (diameternya sekitar 15 -17mm) dalam jumlah yang banyak
( sekitar 120 – 150 buah pipa) yang terletak pada bagian bawah converter.
Sewaktu proses berlangsung udara diembuskan kedalam konverter melalui
pipa saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm 2 dan langsung diembuskan ke
cairan untuk mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon.
Kandungan karbon terakhir dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang
kaya akan mangan, seterusnya baja cair dituangkan ke dalam wadah dan
dipadatkan menjadi batang-batang cetakan.
Kapasistas konverter sekitar 25-60 ton dan setiap proses memerlukan waktu
25 menit. Proses pembuatan baja yang menggunakan konverter adalah
sebagai berikut :

24
1) Proses Bessemer
Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan
di dalam konverter yang mempunyai lapisan batu tahan api dari
kuarsa asam atau oksida asam (SiO2), sehingga proses ini disebut
“proses Asam”. Besi kasar yang diolah dalam konverter ini adalah
besi kasar kelabu yang kaya akan unsur silikon dan rendah fosfor
(kandungan fosfor maksimal adalah 0,1%). Besi kasar yang
megandung fosfor rendah diambil karena unsur fosfor tidak dapat
direduksi dari dalam besi kasar apabila tidak diikat dengan batu
kapur. Disamping itu, fosfor dapat bereaksi dengan lapisan dapur
yang terbuat dari kuarsa asam, reaksi ini membahayakan atau
menghabiskan lapisan konverter. Oleh karena itu sangat
menguntungkan apabila besi kasar yang diolah dalam proses ini
adalah besi kasar kelabu yang mengandung silikon sekitar 1,5% -
2%.

Gambar 2.1. Konverter Bessemer


Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan dikeluarkan sewaktu
konverter dalam posisi horizontal (kemiringannya sekitar 30 o).
sementara itu, udara diembuskan dalam posisi vertical atau disebut
juga kedudukan proses.
Dalam konverter, yang pertama terjadi adalah proses oksidasi
unsur silikon yang menghasilkan oksida silikon. Kemudian diikuti

25
oleh proses oksidasi unsure fosfor dan mangan yang menghasilkan
oksida fosfor dan oksida mangan, ditandai dengan adanya bunga
api yang berwarna kehijau-hijauan.
Proses oksidasi yang terakhir adalah mengoksidasi karbon. Proses
ini berlangsung disertai dengan suara gemuruh dan nyala api
berwarna putih dengan panjang sekitar 2 meter, kemudian nyala
api mengecil. Sebelum nyala api padam, ditambahkan besi kasar
yang banyak mengandung mangan, kemudian baja cair dituangkan
ke dalam panic-panci tuangan dan dipadatkan dalam bentuk
batang-batang baja.
2) Proses Thomas
Proses Thomas adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan
didalam konverter yang bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan
api dari bahan karbonat kalsium dan magnesium karbonat (CaCO 3 +
MgCO3) yang disebut “dolomit”. Proses ini disebut juga proses basa
karena lapisan konverter terbuat dari dolomit dan hanya mengolah besi
kasar putih yang kaya dengan fosfor (sekitar 1,7% - 2%) dan
mengandung unsur silikon rendah (sekitar 0,6 – 0,8%). Proses ini
makin baik hasilnya apabila besi kasar yang diolah mengandung unsur
silikon yang sangat rendah.
Dalam proses ini udara diembuskan ke cairan besi kasar di dalam
konverter melalui pipa saluran udara, sehingga terjadi proses oksidasi
di dalam cairan terhadap unsur-unsur campuran. Pertama kali unsur
yang dioksidasi adalah silikon (Si), kemudian mangan (Mn), dan
fosfor (P). Oksidasi unsur fosfor terjadi cepat sekali, sekitar 3-5 menit
dan proses oksidasi yang terakhir adalah unsur karbon disertai suara
gemuruh dan nyala api yang tinggi. Apabila nyala api sudah mengecil
dan kemudian padam berarti proses oksidasi sudah selesai.
Proses oksidasi yang terjadi pada unsur-unsur di dalam besi kasar
menghasilkan oksida yang akan dijadikan terak dengan jalan
menambahkan batu kapur ke dalam konverter. Selanjutnya terak cair

26
dikeluarkan dari dalam konverter, diikuti dengan penuangan baja cair
ke dalam panic-panci tuangan kemudian dipadatkan menjadi batangan
baja.
3) Proses Siemens Martin
Proses tungku terbuka disebut juga proses Siemens Martin, yang
disesuaikan dengan nama ahli penemu proses tersebut. Proses ini
digunakan untuk menghasilkan baja yang mengandung karbon sedang
dan rendah dengan cara proses asam atau basa, sesuai dengan sifat
lapisan dapurnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2.2!

Gambar 2.2 Tungku terbuka Siemens Martin


Proses ini berlangsung di dalam dapur tungku terbuka atau dapur
Siemens Martin yang mempunyai kapasitas 150-300 ton, bahan
bakarnya gas yang dihasilkan dengan pembakaran kokas di atas tungku
atau bahan bakar minyak. Dapur ini menggunakan prinsip regenerator
(hubungan balik) dan tungku pemanas dapat mencapai temperatur
sekitar 900 – 1.200oC, tungku pemanas ini bisa mencapai temperatur
tinggi apabila diperlukan, dan pada waktu yang sama menghemat
bahan bakar. Dalam proses ini dapur diisi dengan besi kasar dan baja
bekas, kemudian dicairkan sehingga beberapa unsur campuran
terbentuk menjadi terak di atas permukaan cairan besi, tambahkan
bijih besi atau serbuk besi yang berguna untuk mereduksi karbon,
maka lubang pengeluaran dapur dibuka dan cairan dituangkan ke
dalam panci-panci tuangan. Baja cair meninggalkan dapur sebelum

27
terak cair dan beberapa terak dapat dicegah meninggalkan dapur
sampai seluruh baja cair dikeluarkan, kemungkinan terak ikut tertuang
ke dalam panci yang akan mengapung di atas baja cair sehingga perlu
dikeluarkan dan dituangkan ke dalam panci yang berukuran kecil.
Baja cair yang telah penuh di dalam pacni dituangkan ke dalam
cetakan melalui bagian bawah cetakan, sehingga terak tetap di dalam
panci dan terakhir dikeluarkan. Selain itu, dapat pula dipisahkan
dengan cara menuangnya ke dalam cetakan yang lebih kecil.
Setiap melakukan proses pemurnian besi kasar dan bahan tambahan
lainnya berlangsung selama 12 jam, kemudian diambil sejumlah baja
cair sebagai contoh untuk dianalisis komposisinya. Sementara itu,
terak yang dihasilkan dari proses basa digunakan sebagai pupuk
buatan.
b. Proses Dapur Listrik
Baja yang berkualitas tinggi dihasilkan apabila dilakukan pengontrolan
temperatur peleburan dan memperkecil unsur-unsur campuran di dalam baja
yang dilakukan selama proses pemurnian. Proses pangolahan seperti ini
dilakukan dengan menggunakan dapur listrik. Pada awal pemurnian baja
menggunakan dapur tungku terbuka atau konverter, selanjutnya dilakukan di
dalam dapur listrik sehingga diperoleh baja yang berkualitas tinggi.
Dapur listrik terdiri dari dua jenis, yaitu dapur listrik busur nyala dan dapur
frekuensi tinggi.
1) Dapur listrik busur nyala
Dapur ini mempunyai kapasitas 25 – 100 ton dan dilengkapi dengan tiga buah
elektroda karbon yang dipasang pada bagian atas atau atap dapur, disetel
secara otomatis untuk menghasilkan busur nyala yang secara langsung
memanaskan dan mencairkan logam. Perhatikan gambar 2.3!

28
Gambar 2.3 Dapur Listrik Busur Nyala
Dapur ini dapat mengolah logam dengan proses asam atau basa sesuai dengan
lapisan batu tahan apinya dan bahan yang dimasukkan kedalam dapur (besi
kasar), termasuk logam bekas (baja atau besi) yang terlebih dahulu diketahui
komposisinya. Apabila dilakukan proses basa maka terjadi oksidasi terak dari
batu kapur atau bubuk kapur untuk mereduksi unsur-unsur campuran.
Selanjutnya diperoleh pemisahan terak (mengandung batu kapur) dari baja
cair. Juga dapat ditambahkan dengan logam campur sebelum cairan
dikeluarkan dari dalam dapur untuk mencegah oksidasi.
2) Dapur induksi frekuensi tinggi
Dapur ini terdiri dari kumparan yang diteliti kawat mengelilingi cawan batu
tahan api, ketika tenaga yang alirkan dari listrik, akan menghasilkan arus
listrik yang bersirkulasi di dalam logam yang menyebabkan terjadinya
pencairan. Apabila bahan logam telah cair maka arus listrik membuat gerak
mengaduk (berputar). Kapasistas dari dapur jenis ini adalah 350 kg – 6 ton
pada umumnya dapur ini digunakan untuk memproduksi baja paduan yang
khusus. Perhatikan gambar 2.4!

29
Gambar 2.4 Dapur Induksi

3. Baja Paduan
Baja paduan dapat didefinisikan sebagai suatu baja yang dicampur dengan
satu atau lebih unsur campuran seperti nikel, kromium, molibdem, vanadium,
mangan, dan wolfram yang berguna untuk memperoleh sifat-sifat baja yang
dikehendaki (keras, kuat, dan liat), tetapi unsur karbon tidak dianggap sebagai
salah satu unsure campuran.
Baja paduan digunakan karena keterbatasan baja karbon sewaktu
dibutuhkan sifat-sifat yang special dari baja, keterbatasan dari baja karbon
adalah reaksinya terhadap pengerjaan panas dan kondisinya. Sifat-sifat
special yang diperoleh dengan pencampuran termasuk sifat-sifat kelistrikan,
magnetis, dan koefisien spesifik dari pemuaian panas dan tetap keras pada
pemanasan yang berhubungan dengan pemotongan logam.
4. Pengaruh Unsur Campuran
a. Pengaruh Unsur Campuran terhadap Perlakuan Panas
Baja karbon mempunyai kecepatan pendinginan kritis yang tinggi,
maksudnya pendinginan harus secara drastis jika ingin menghasilkan
struktur lapisan martensit. Pendinginan drastis menyebabkan terjadinya
distorsi atau pecah-pecah pada baja, apabila dikurangi kecepatan
pendinginan kritis dengan membuat austenit berubah maka struktur
martensit dapat dihasilkan dengan jalan pendinginan minyak dan apabila

30
kecepatan pendinginan kritis tetap dikurangi maka dapt digunakan
pendinginan udara.
Pengaruh unsur campuran sewaktu dilakukan pemanasan dan pendinginan
adalah sebagai berikut :
1.) Pengaruh yang meyeluruh
Pengaruh ini berhubungan dengan kecepatan pendinginan kritis dan
pengerasan lapisan dalam baja. Pengaruh ini dapat dihasilkan dengan
mengubah kecepatan pendinginan kritis menjadi rendah. Potongan
yang tipis akan menjadi struktur yang seragam sewaktu dikeraskan.
Kecepatan pendinginan kritis dapat dikurangi dengan mencampurkan
unsur-unsur kromium, mangan dan wolfram ke dalam baja.
2.) Baja bercampur unsur nikel
Unsur campuran ini membuat temperatur pemanasan menjadi rendah
dan membentuk struktur austenite, juga temperature pengerasan
menjadi rendah (baja harus dipanaskan pada temperatur yang cukup
tinggi untuk memperoleh struktur austenite selama dilakukan
pengerasan). Apabila baja didinginkan secara bebas maka kecepatan
pendinginannya tergantung pada temperatur dan temperatur
pengerasan, dihasilkan dengan cara mencampurkan nikel yang
berpengaruh dalam kecepatan pendinginan yang rendah.
3.) Pembentukan unsur karbid dengan penambahan unsur campuran
seperti kromium dan molibdenum akan menghasilkan pengerasan
bagian dalam dan pengaruh menyeluruh terhadap baja akan berkurang.

b. Pengaruh Unsur Campuran terhadap Sifat-Sifat Baja


Adapun pengaruh unsur-unsur campuran terhadap sifat-sifat baja adalah
sebagai berikut :
1.) Baja karbon mempunyai kekuatan yang terbatas dan tegangan pada
baja yang berpenampang besar harus dikurangi, apabila beratnya
penting untuk dipertimbangkan maka perlu digunakan baja dengan
kekuatan yang tinggi. Kekuatan baja dapat dinaikkan dengan

31
menambahkan unsur campuran seperti nikel dan mangan dalam jumlah
yang kecil ke dalam besi dan menguatkannya.
2.) Kekenyalan baja dapat diperoleh dengan menambahkan sedikit nikel
yang menyebabkan butiran-butirannya menjadi halus.
3.) Ketahanan pemakaian baja dapat diperoleh dengan menambahkan
unsur penstabil karbid.
4.) Kekerasan dan kekuatan baja karbon akan mulai turun apabila
temperaturnya mencapai 250oC.
5.) Ketahanan baja terhadap karatan diperoleh dengan menambahkan
unsur krom sampai 12%, sehingga membentuk lapisan tipis berupa
oksida pada permukaan baja untuk mengisolasi antara besi dengan
unsur-unsur yang menyebabkan karatan.

C. PENGERJAAN PANAS BAJA PADUAN


Pengerjaan panas baja karbon untuk memperoleh baja paduan yang baik
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Penyepuhan Baja
Baja karbon yang disepuh menimbulkan butir-butiran sebagai hasil
pemanasan yang lama selama proses karburasi. Apabila dalam pemakian
mendapat tekanan atau beban yang tinggi pada permukaannya maka intinya
harus dimurnikan untuk mencegah lapisan pembungkus terkelupas dan
memberikan kekutan yang baik pada penampang melintang.
Penambahan nikel ternyata diperlukan untuk pemurnian dengan cara
perlakuan panas dan perubahan bentuk diperkecil, apabila jumlah nikel
sedikit lebih tinggi dapat dilakukan pendinginan dengan minyak .
Jika komponen yang tebal harus mempunyai inti yang kekuatannya
seragam maka perlu ditambahkan kromium untuk menghilangkan pengaruh
yang menyeluruh, tetapi unsur kromium tidak digunakan sendiri harus
digunakan bersama nikel untuk mencegah terjadinya pertumbuhan butir-
butir baru.

32
2. Penyepuhan Baja Nikel
Baja nikel yang disepuh mengandung 0,12% C, 3% Ni, dan 0,45% Mn
dimana pada baja ini mengandung unsure karbon yang rendah sehingga
menyebabkan intinya tidak bereaksi terhadap proses pengerasan yang
langsung. Nikel dapat mencegah terjadinya pertumbuhan butir-butir baru
selama proses karburasi, apabila peralatan yang berukuran kecil dibuat dari
baja maka proses pemurnian kemungkinan diabaikan dan pendinginan baja
dilakukan di dalam air.
Baja nikel yang disepuh mengandung 0,12% C, 5% Ni dan 0,45% Mn,
baja ini hamper sama dengan baja yang disepuh yang mengandung 3%Ni.
Kandungan nikel yang sedikit lebih tinggi memungkinkan untuk
didinginkan dengan minyak dan membuatnya lebih sesuai untuk dibuat roda
gigi dan alat berat.
3. Penyepuhan Baja Kromium
Baja nikel kromium yang disepuh mengandung 0,15% C, 4% Ni, 0,8%Cr
dan 0,4% Mn. Penambahan sejumlah kecil unsure kromium akan
menghasilkan kekerasan dan kekuatan yang tinggi sebagai hasil dari
pendinginan minyak.
a. Penitritan Baja
Baja yang dinitrit mengandung unsur-unsur campuran akan
menghasilkan permukaan yang keras. Kandungan kromiium sekitar
3% akan menghasilkan permukaan yang mempunyai kekerasan
sekitar 850 HV (kekerasan Vikers). Baja yang mengandunga 1,5%
aluminium dan 1,5% kromium akan menaikkan kekerasan
permukaannya menjadi sekitar 1.100 HV. Kandungan karbon baja ini
tergantung pada sifat inti yang diperlukan, sekitar 0,18 – 0,5% C.
b. Pengerasan Baja dengan Udara
Apabila unsur kromium cukup dalam baja maka kecepatan
pendinginan kritis akan berkurang, sehingga pendinginan dapat
dilakukan dalam udara. Jenis baja yang dikeraskan dengan udara
adalah yang mengandung 2% kromium dan 0,6% karbon membuat

33
temperature pengerasan dan kecepatan pendinginan kritis menjadi
rendah.

D. JENIS BAJA PADUAN


Berdasarkan unsur-unsur campuran dan sifat-sifat dari baja maka baja
paduan dapat digolongkan menjadi baja dengan kekuatan tarik yang tinggi, tahan
pakai dan baja tahan Karat.
1. Baja dengan Kekuatan Tarik yang Tinggi
a. Baja dengan Mangan Rendah
Baja ini mengandung 0,35% C; 1,5% Mn dan baja ini termasuk baja
murah tetapi kekuatannya baik. Baja ini dapat didinginkan dengan
minyak karena mengandung unsur mangan sehingga temperature
pengerasannya rendah dan menambah kekuatan struktur feritnya.
b. Baja Nikel
Baja ini mengandung 0,3% C, 3% Ni dan 0,6% Mn serta mempunyai
kekuatan dan kekerasan yang baik, dapat didinginkan dengan minyak
karena mengandung unsur nikel yang membuat temperatur pengerannya
rendah. Baja ini digunakan untuk poros engkol, batang penggerak dan
penggunaan lain yang hampir sama.
c. Baja Nikel Kromium
Baja ini mempunyai sifat yang keras berhubungan dengan campuran
unsur kromium dan sifat yang liat berhubungan dengan campuran unsur
nikel. Baja yang mngandung mengandung 0,3% C, 3% Ni, 0,8% Cr dan
0,6% Mn dapat didinginkan dengan minyak, hasilnya mempunyai
kekuatan dan keliatan yang baik dan baja ini digunakan untuk batang
penggerak dan pemakaian hampir sama.
Baja yang mengandung 0,3% C, 4,35% Ni, 2,25% Cr dan 0,5% Mn
(mengandung nikel dan kromium yang tinggi), mempunyai kecepatan
pendinginan yang rendah sehingga pendinginan dapat dilakukan dalam
embusan udara dan distorsi diperkecil. Apabila unsure krom dicampur
sendiri ke dalam baja akan menyebabkan kecepatan pendinginan kritis

34
amat rendah, tetapi bila dicampur bersama nikel akan memperoleh baja
yang bersifat liat. Jenis baja tersebut digunakan untuk poros engkol dan
batang penggerak.
Baja nikel kromium menjadi rapuh apabila ditemper atau disepuh pada
temperatur 250oC – 400oC, juga kerapuhannya tergantung kepada
komposisinya, proses ini dikenal dengan nama “menemper kerapuhan”
dan baja ini dapat diperiksa dengan penyelidikan pukul takik. Penambahn
sekitar 0,3% molibden akan mencegah kerapuhan karena ditemper, juga
akan mengurangi pengaruh yang menyeluruh terhadap baja karena
molibden adalah unsur berbentuk karbid.
d. Baja Kromium Vanadium
Jika baja ini tambahkan sekitar 0,5% vanadium sehingga dapat
memperbaiki ketahanan baja kromium terhadap guncangan atau getaran
dan membuatnya dapat ditempa dan ditumbuk dengan mudah, apabila
vanadium menggantikan nikel maka baja lebih cenderung mempengaruhi
sifat-sifatnya secara menyeluruh.
2. Baja Tahan Pakai
a. Baja Mangan Berlapis Austenit
Baja ini pada dasarnya mengandung 1,2% C, 12,5% Mn dan 0,7% Si.
Selain itu, juga mengandung unsur-unsur berbentuk karbid seperti
kromium atau vanadium yang kekuatannya lebih baik. Temperature
transformasi menjadi rendah dengan menambahkan unsur mangan dan
baja ini berlapis austenite apabila didinginkan dengan air pada temperatur
1.050oC. Dalam kondisi ini baja hanya mempunyai kekerasan sekitar
200HB (kekerasan Brinel), tetapi mempunyai kekenyalan yang sangat
baik. Baja ini tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas, tetapi
apabila dikerjakan dingin maka kekerasan permukaannya akan naik
menjadi 550 HB tanpa mengalami kerugian terhadap kekenyalan intinya.
Baja ini tidak dapat dipanaskan kembali pada temperatur yang lebih
tinggi dari 250oC, kecuali kalau setelah dipanaskan baja didinginkan
dalam air. Pemanasan baja pada temperatur sedang akan menyebabkan

35
kerapuhan pada pengendapan karbid. Baja mangan berlapis austenite
dapat diperoleh dengan jalan dituang, ditempa dan digiling. Baja ini
digunakan secara luas untuk peralatan pemecah batu, ember keruk,
lintasan dan penyeberangan jalan kereta api.
b. Baja Kromium
Jenis ini mengandung 1% C, 1,4% Cr dan 0,45% Mn. Apabila baja ini
mengandung unsur karbon tinggi yang bercampur bersama-sama dengan
kromium akan menghasilkan kekerasan yang tinggi sebagai hasil dari
pendinginan dengan minyak. Baja ini digunakan untuk peluru-peluru
bulat dan peralatan penggiling padi.
3. Baja Tahan Karat
Baja tahan karat (stainless stell) mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-
beda. Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan
kromium yang membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat
dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu :
a. Baja Tahan Karat Ferit
Baja ini megandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04% C) dan
sebagian besar dilarutkan di dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya
yaitu kromium sekitar 1,3 % - 20% dan tambahan kromium tergantung
pada tingkat ketahanan karat yang diperlukan. Baja ini tidak dapat
dikeraskan dengan cara disepuh. Baja ini seringkali disebut besi tahan
karat dan cocok untuk dipres, ditarik dan dipuntir. Baja yang
mengandung 13% kromiium digunakan untuk garpu dan sendok,
sedangkan yang mengandung 20% kromium untuk tabung sinar katoda.
b. Baja Tahan Karat Austenit
Baja tahan karat austenite mengandung nikel dan kromium yang amat
tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah,
sedangkan kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya
rendah. Campuran kedua unsur itu menghasilkan struktur lapisan
austenite pada temperatur kamar. Baja ini tdak dapat dikeraskan melalui
perlakuan panas, tetapi dapat disepuh keras. Pengerjaan dan penyepuhan

36
tersebut membuat baja sukar dikerjakan dengan mesin perkakas. Baja
tahan karat austenite tidak megnetis.
Baja tahan karat yang mengandung 0,15% C, 18% Cr, 8,5% Ni dan 0,8%
Mn sesuai untuk digunakan sebagai alat-alat rumah tangga dan dekoratif.
Baja tahan karat yang mengandung 0,05% C, 18,5% Cr, 10% Ni dan
0,8% Mn, baik untuk dikerjakan dengan cara penarikan dalam karena
kandungan karbonnya rendah. Baja tahan karat yang mengandung 0,3%
C, 21% Cr, 9% Ni dan 0,7% Mn sesuai untuk dituang.
Kebanyakan baja tahan karat austenite mengandung sekitar 18%
kromium dan 8% nikel. Proporsi unsur kromium dan nikel sedikit
berbeda dengan penambahan dalam proporsi yang kecil dari unsur
molybdenum, titanium, dan tembaga untuk menghasilkan sifat-sifat yang
special. Baja dalam kelompok ini digunakan apabila diperlukan
ketahanannya terhadap panas.
c. Baja Tahan Karat Martensit
Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsure karbon
dan dapat dikeraskan melalui perlakuan panas, juga mempengaruhi sifat-
sifatnya melalui pengerasan dan penyepuhan. Baja yang mengandung
0,1% C, 13% Cr dan 0,5% Mn ini dapat didinginkan untu memperbaiki
kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan. Baja ini seringkali
disebut besi tahan karat dan digunakan khususnya untuk peralatan gas
turbin dan pekerjaan dekoratif.
Apabila baja ini digunakan untuk alat-alat pemotong maka terlebih
dahulu distemper atau disepuh pada temperatur sekitar 180 oC dan jika
digunakan untuk pegas terlebih dahulu distemper pada temperatur
sekitar 450oC.

37
4. Baja Tahan Panas
Baja tahan panas dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Baja Tahan Panas Ferit
Baja tahan panas ferit mengandung karbon yang rendah dan hamper
seluruhnya dilarutkan didalam besi. Baja ini tidak dapat dikeraskan
melalui perlakuan panas.
b. Baja Tahan Panas Austenit
Baja tahan panas austenite mengandung kromium dan nikel yang tinggi.
Struktur austenite tetap terpelihara sewaktu pendinginan, sehingga baja
ini tidak dapat dikeraskan melalui perlakuan panas.
c. Baja Tahan Panas Martensit
Baja tahan panas martensit mempunyai kandungan karbon yang tinggi,
sehingga dapat dikeraskan melalui perlakuan panas.

5. Baja Paduan yang Digunakan pada Temperatur Rendah


Komponen dari baja paduan yang digunakan pada temperature rendah
tidak hanya sifat-sifatnya terpelihara sewaktu didinginkan, tetapi juga sifat-
sifatnya tidak hilang sewaktu dipanaskan pada temperatur kamar. Baja yang
telah diperbaiki kekuatannya hanya sedikit berkurang (reduksi) kekenyalan
dan keliatannya sewaktu dites pada temperatur minus (-) 183 oC. Selain itu
perubahan sifat-sifatnya kecil sewaktu dipanaskan pada temperature kamar
yang diikuti dengan pendinginan.
a. Baja Pegas
Pegas kendaraan dibuat dari baja yang mengandung sekitar 0,8% C
sesuai dengan sifat-sifatnya yang dibutuhkan dan ditambahkan dengan
lebih dari 0,4%Si dan 0,8% Mn. Baja pegas dikeraskan dengan
pendinginan air atau minyak sesuai dengan komposisinya. Pegas katup
dibuat dari baja yang sama dengan pegas kendaraan juga ditambahkan
1,5% Cr dan 0,17% V ke dalam karbon dan nikel.

38
b. Baja Katup Mesin (Motor)
Katup yang menerima beban rendah digunakan baja yag mengandng
0,3% C, 3,5% Ni, 0,35%Cr dan 0,35%Si. Kandungan unsur silicon dan
kromium menaikkan beban yang dapat diterima katup sehigga dapat
menerima beban yang berat. Katup untuk motor pesawat terbang dibuat
dari baja austenite dengan kandungan sekitar 10% Ni dan 12% - 16% Cr.
Katup pompa seringkali dibuat berlubang dan mengandung natrium
untuk pendinginan.

6. Baja Paduan Martensit yang Dikeraskan


Cara yang biasa dilakukan untu menghasilkan baja berkekuatan tinggi adalah
dengan cara perlakuan panas yang menjadikan struktur martensit, yang diikuti
dengan perlakuan panas lanjutan untuk memodifikasi atau mengubah
martensit. Cara tersebut dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi, tetapi
disertai dengan kerapuhan yang tinggi, disebabkan kandungan unsur karbon.
Cara perlakuan panas biasanya diterima karena sulit menghasilkan paduan
yang bebas dari unsur karbon dan oleh karena itu mahal.

E. PROSES PEMBUATAN BESI TUANG DAN BESI TEMPA


E.1 PROSES PEMBUATAN BESI TUANG
Besi tuang dapat didefinisikan sebagai logam campuran dari besi yang
mengandung unsur karbon di atas 1,7% (biasanya megandung unsur karbon
sekitar 2,4% – 4,2%). Besi tempa adalah besi yang menggandung 99% besi murni
dan 0,02% - 0,10% karbon.
Besi tuang dihasilkan dengan cara mencairkan besi kasar di dalam dapur
yang sesuai. Terlebih dahulu ditambahkan besi bekas atau baja bekas sebelum
proses pencairan berlangsung atau sebelum proses penuangan dilaksanakan.
Logam ini termasuk logam yang tidak mahal (harganya lebih murah
daripada logam-logam lainnya). Besi tuang dalam jumlah yang besar
dihasilkan dari pencairan besi bekas dan baja bekas.

39
Besi tuang yang berkualitas tinggi dihasilkan dengan cara “suntikan” atau
menambahkan grafit ke dalam besi cair sewaktu masih dalam panci-panci
tuangan. Suntikan dilakukan pada besi tuang supaya pembentukan strukturnya
oleh grafit dapat dikontrol. Besi tuang paduan dihasilkan dengan cara
pemurnian dan penambahan unsur-unsur paduan ke dalam besi tuang cair pada
waktu masih berada di dalam dapur atau setelah dikeluarkan dari dalam dapur.

a.1 Dapur-Dapur Peleburan


Proses peleburan bahan mentah dalam pembuatan besi tuang dilakukan di
dalam dapur-dapur sebagai berikut :
a. Dapur Kubah
Dapur ini termasuk dapur tinggi dalam skala kecil yang terdiri dari
logam-logam disusun berbentuk silender dan bagian dalamnya dengan
batu tahan api.
Kapasitas dapur berdasarkan pada volume bagian bawah dapur yang
berbentuk kerucut. Bahan mentah yang dimasukkan ke dalam dapur
terdiri dari besi kasar, besi dan baja bekas, kokas, batu kapur dan udara
dengan tekanan atmosfir 0,23 kg/cm2. Bahan mentah yang pertama
terbakar adalah kokas. Kokas digunakan untuk memanaskan dapur dan
mencairkan bahan logam. Kemudian terjadi reduksi unsur-unsur
campuran dan pelarutan gas bahan bakar ke dalam cairan logam sehingga
terbentuk terak cair. Logam cair dan terak cair turun ke bagian bawah
dapur, seterusnya dikeluarkan melalui lubang.
b. Dapur Aduk
Dapur aduk disebut juga dapur udara. Dapur aduk dapat digunakan
berulang-ulang untuk mencairkan logam untuk kebutuhan yang special
dan seragam, misalnya untuk digiling dingin. Dapur jenis ini terutama
digunakan untuk memproduksi besi tempa atau besi aduk. Dalam proses
produksi besi tuang digunakan pasir untuk lapisan atas bagian alasnya
dan kokas sebagai bahan bakar.

40
Bahan bakar kokas dinyalakan dan dibakar di atas tungku. Panas yang
dihasilkannya untuk memanaskan bagian atas dapr. Kemudian panas
dipantulkan ke permukaan bahan yang akan dicairkan sehingga bahan
bakar tidak bersinggungan dengan bahan logam cair. Proses peleburan
terjadi secara perlahan-lahan. Berdasarkan penjelasan di atas dapur aduk
termasuk dapur kurang ekonomis. Walaupun demikian, dapat dilakukan
pengontrolan tertutup pada komposisi campuran besi tuang. Di samping
itu, dapur aduk juga digunakan untuk memproses logam cair dalam
jumlah yang besar dan komposisi campuran yang seragam atau tidak
seragam.
c. Dapur Rotasi (berputar)
Dapur rotasi adalah dapur pelebur logam yang digunakan untuk membuat
besi tuang yang mempunyai kualitas khusus. Dapur ini menggunakan
bahan bakar minyak atau gas. Bahan bakar digunakan untuk
memanaskan bahan-bahan, sehingga terjadi proses pencairan. Pada waktu
bekerja dapur berputar, digerak oleh rantai-rantai pemutar.
d. Dapur Listrik
Dapur listrik digunakan untuk melebur bahan-bahan logam untuk
membuat besi tuang. Besi tuang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi
karena bahan-bahan logam cair tidak bersinggungan dengan bahan
bakarnya. Dapur listrik ini mempunyai prinsip yang sama dengan dapur
listrik yang digunakan untuk memproduksi baja. Jenis yang digunakan
adalah dapur listrik busur nyala tidak langsung dan busur nyala langsung.

a.2 Pembentukan Struktur Besi Tuang


Struktur besi tuang terbentuk karena terjadinya proses pembekuan
(pendinginan) besi tuang cair. Bentuk strukturnya terdiri dari austenite dan
simentit. Apabila pendinginan dilakukan secara perlahan-lahan dalam temperature
kamar, akan terjadi perubahan bentuk austenite menjadi bentuk perlit (terdiri dari
lapisan ferit dan simentit). Simentit berubah menjadi grafit dan perlit. Proses

41
pendinginan dengan kecepatan yang cukup, mencegah terjadinya pembungkusan
besi tuang oleh simentit dan akan diperoleh struktur besi yang berwarna putih.
Tingkat kecepatan pendinginan tergantung pada tebalnya lapisan besi tuang,
di mana lapisan yang itu tebal berwarna kelabu. Besi tuang berlapis tebal dengan
permukaan yang keras dan tahan pakai, diperoleh dengan cara memasukkan besi
yang telah disepuh keras ke dalam cetakan dan dilakukan pendinginan yang cepat.
Besi tuang yang berlapis tipis dan mempunyai struktur yang tidak seragam dapat
diubah menjadi struktur yang seragam. Oleh karena itu, besi tuang perlu disepuh
keras untuk mengurangi jumlah grafit dan dilakukan pendinginan secara cepat.
Struktur besi tuang dapat disesuaikan dengan mengatur komposisi kimia
dan pelarutan unsur-unsur campurannya. Silikon (Si) dapat menaikkan
pembentukan grafit. Lapisan silikon (Si) berwarna kelabu apabila campurannya
dikontrol pada persentase tertentu. Besi ini sewaktu membeku menjadi keras dan
lapisannya berwarna putih karena pengaruh campuran unsure sulfur.
Apabila besi tuang sukar dibentuk, diperlukan besi tuang yang mempunyai
lapisan tipis dan temperatur pencairan rendah. Besi tuang harus mengandung
fosfor sekitar 1% sehingga besi tuang mudah dibentuk dan dicairkan. Fosfor
membuat besi menjadi logam yang rapuh. Apabila kekuatannya yang dibutuhkan
maka campuran fosfor tidak diperlukan.
Pengaruh Unsur Campuran dalam besi Tuang
Pengaruh unsur-unsur campuran di dalam besi tuang adalah sebagai
berikut:
a. Unsur Karbon (C)
Pelarutan unsur karbon (C) di dalam besi untuk membentuk larutan
mempunyai pengaruh sebagai berikut :
1) Pelarutan unsure karbon di dalam besi dengan persentase kecil sekitar
0,006% - 0,003%, akan membentuk larutan padat yang strukturnya
berbentuk ferit. Pelarutan ini dilakukan dengan pendinginan secara
perlahan-lahan. Pada waktu terjadi pelarutan, unsur karbon akan
cenderung terpisah membentuk grafit (karbon bebas). Akhirnya
terbentuk struktur ferit yang terdiri dari campuran besi murni dan

42
grafit. Besi tuang ferit yang dihasilkan mempunyai sifat lunak, tidak
kuat, mendekati kenyal, dan mudah dibentuk dengan mesin perkakas
dengan patahannya berwarna hitam mengkilap.
2) Pelarutan unsur karbon di dalam besi akan membentuk larutan padat
yang strutkurnya berbentuk simentit atau besi karbid (Fe 3C) dengan
persentase karbon paling maksimal sekitar 6,67%. Pelarutan ini akan
menghasilkan suatu struktur yang mempunyai sifat keras dan rapuh
yang disebut dengan besi putih. Apabila pelarutan unsur karbon di
dalam besi dengan cara pendinginan secara cepat oleh udara maka
akan membuatnya menjadi keras dan mempunyai kekuatan tarik yang
tinggi. Akan tetapi, besi sukar untuk kerjakan dengan mesin dan
patahannya berwarna putih.
3) Pelarutan unsur karbon di dalam besi dalam keadaan bebas (karbon
bebas) akan membentuk grafit. Apabila pembentukan grafitnya tinggi
maka akan dihasilkan besi kelabu dan cenderung tidak kuat.
Pembentukan grafit dapat diubah dengan jalan pengerjaan panas atau
penyuntukan unsur-unsur logam lainnya dan pengerjaan itu akan
memperbaiki sifat-sifat mekanik besi tuang.
b. Unsur Silikon (Si)
Pelarutan unsure silikon (Si) di dalam besi dapat mengurangi sifat larut
unsure karbon di dalam besi. Dengan demikian, silikon dapat digunakan
untuk mengontrol jumlah persentase unsure karbon yang larut di dalam besi.
Apabila di dalam larutan besi tuang tidak terdapat unsur silikon maka
strukturnya berwarna putih. Tetapi apabila ditambahkan unsur silikon dan
didinginkan secara berlahan-lahan maka strukturnya berwarna kelabu
kehitam-hitaman. Besi tuang yang didinginkan secara tiba-tiba strukturnya
berwarna putih walaupun mengandung unsur silikon. Untuk membentuk
ferro silikon (logam besi silikon), besi tuang cair ditambahkan dengan
silicon sekitar 8% - 20%.

c. Unsur Mangan

43
Pelarutan unsur mangan di dalam besi tidak lebih dari 1,2%. Unsur mangan
akan menaikkan kekerasan dan kekuatan tarik pada besi tuang. Untuk
membentuk mangan silikon, 50% - 70% unsur mangan ditambahkan ke
dalam besi cairan sewaktu dalam panci tuangan.
d. Unsur Sulfur
Pelarutan unsur sulfur di dalam besi akan membuat besi tuang menjadi kuat
dan cenderung memlihara kondisinya berwarna putih. Oleh karena itu,
persentase campuran sulfur di dalam besi harus dikontrol dan dijaga
serendah mungkin.
e. Unsur Fosfor
Pelarutan unsur fosfor (P) di dalam besi adalah di atas 1,7% tanpa terjadi
pembentukan besi fosfit. Kehadiran unsur karbon di dalam besi dapat
mengurangi sifat dapat larut unsur fosfor di dalam besi tuang. Pelarutan
unsure fosfor di dalam besi akan membuat besi tuang bersifat lemah dan
mengurangi ketahanannya terhadap goncangan. Apabila larutnya unsur di
dalam besi membentuk besi fosfit, akan membuat besi tuang mempunyai
titik cair yang rendah. Selain itu akan membuat cairan besi lebih cair pada
waktu dipanaskan karena besi fosfit akan air pada temperatur 950oC.

Jenis-Jenis Besi Tuang


Besi tuang yang dihasilkan dari peleburan besi kasar dengan besi dan baja
bekas di dalam dapur tuangan, terdiri dari tiga jenis, yaitu besi tuang kualitas
biasa, kualitas tinggi dan besi tuang paduan. Perhatikan gambar 2.5!

44
Gambar 2.5 Produksi Besi Tuang

E.2 PROSES PEMBUATAN BESI TEMPA


Besi tempa disebut juga besi aduk karena proses peleburannya dilakukan di
dalam dapur aduk. Paduan dasarnya terdiri dari besi murni lebih kurang 99%
karbon sekitar 0,02% - 0,25% dan bercampur dengan unsur-unsur Si, Mn, P, S
dan sebagainya. Besi ini mempunyai sifat-sifat yang kenyal, keras, tahan karat dan
mudah dilas.
Besi tempa banyak digunakan sebagai bahan baku untuk membuat rantai,
takal, kopling, jalan kereta api, juga peralatan yang tahan terhadap guncangan

45
yang berselang-seling. Tetapi, besi ini diproduksi dalam jumlah yang kecil, karena
biaya operasinya mahal.

Proses Pembuatan
Besi tempa diperoleh dengan cara memproses besi kasar dan bahan tambahan
lainnya di dalam dapur aduk. Besi tempa cair yang dihasilkan dari dalam dapur
dibekukan dan dilakukan pengerjaan tempa.
Dapur aduk termasuk jenis dapur nyala yang dilengkapi dengan tungku
pembakar. Bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api yang terdiri dari
oksida besi dan silika. Bahan dibakar di atas tungku, panas yang dihasilkan
menguap ke atas dan memanaskan atap dapur, kemudian panasnya dipantulkan
kembali ke atas bahan bakarnya.
Proses pembuatan besi tempa dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tingkat Pencairan
Tingkat pencairan terjadi selama tingkat uji bahan baku dicairkan. Saat itu
sebagian besar unsur mangan dan sedikit unsur silikon dioksidasikan menjadi
terak.
b. Tingkat Pendidihan
Tingkat pendidihan terjadi pada besi yang telah lumer, sebagian pembersihan
ditandai dengan mulai terjadi pereduksian karbon. Karbon yang direduksi
membentuk gas CO dan CO2 yang menyebabkan gas tersebut mendidihkan
bahan – bahan yang dimasukkan ke dalam dapur. Selama dalam tingkat
pendidihan terjadi proses oksidasi antara terak cair dengan besi cairan.

c. Tingkat Penyelesaian
Pada tingkat penyelesaian, besi cair yang telah membeku dibentuk bulat dan
masing – masing beratnya sekitar 30 – 40 Kg. Kemudian, besi ditempa untuk
dijadikan balok – balok tempa (ingot) dan didinginkan dalam bak
pendinginan. Terakhir besi digiling untuk dijadikan batangan besi tempa yang
setiap potongnya disesuaikan dengan standar perdagangan.

46
Pengaruh Unsur- Unsur Campuran
Adapun unsur campuran yang larut di dalam besi tempa adalah mempunyai
pengaruh sebagai berikut :
a. Unsur Fosfor
Unsur fosfor larut di dalam besi tempa hanya dalam jumlah yang sedikit.
Karena, unsur ini membahayakan besi tempa dan 0,25% fosfor yang larut
dalam besi membuat besi didinginkan secara singkat. Besi yang dicampur
dengan unsur fosfor akan lunak dan mudah dikerjakan pada panas merah,
tetapi rapuh dan retak-retak ketika didinginkan.
b. Unsur Sulfur
Campuran unsur ini dalam besi berakibat sebaliknya dari campuran unsur
fosfor. Sehingga unsur ini amat penting untuk dikeluarkan atau dikontrol
jumlahnya di dalam besi. Proporsi yang sama rendah dengan 0,03% S
menyebabkan besi dipanaskan secara singkat. Hal itu membuat besi menjadi
rapuh dan tidak dapat dikerjakan pada panas merah walaupun memiliki
kualitas yang normal sewaktu didinginkan.
c. Unsur Silikon
Unsur ini sedikit larut dalam besi dan cenderung membuat besi menjadi
rapuh. Campuran unsur Si sekitar 0,35% yang membuat besi cukup
didinginkan secara singkat dan kurang kuat.
Produksi besi tempa dilakukan dengan cara memanaskan besi kasar dan bahan-
bahan lainnya sampai mencair. Selama itu unsur karbon direduksi dengan jalan
oksidasi untuk membentuk terak cair yang terletak pada bagian permukaan besi
cair. Proses oksidasi terus berlangsung dan pada waktu itu sebagian kecil terak
tercampur kembali dalam cairan besi. Setelah sebagian besar karbon direduksi,
besi cair dan terak cair dikeluarkan dari dalam dapur. Selanjutnya besi cair
didinginkan dan dikerjakan lebih lanjut untuk dijadikan besi tempa.

47
2.3 PENUTUP

A. TES FORMATIF
1. Jelaskan proses dasar pembuatan baja !
2. Gambarkan secara lengkap diagram pembuatan baja tuang !
3. Jelaskan salah satu pengaruh unsur karbon dalam proses pembuatan besi
tuang !
4. Jelaskan proses pembuatan besi tempa menurut urutannya!

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


1. Proses pembuatan baja dapat dilakukan berdasarkan proses asam dan basa yang
berhubungan dengan sifat kimia yang menghasilkan terak dari lapisan dapur.
Proses asam digunakan untuk memurnikan besi kasar yang persentasenya
rendah dalam fosfor dan sulfur. Besi kasar ini dihasilkan dari bijih besi yang
kaya silikon yang akan menghasilkan terak asam. Lapisan dapur dibangun dari
batu silika (SiO2) dan mempunyai sifat yang sama dengan terak, sehingga
mencegah reaksi antara unsur fosfor dengan lapisan dapur.
Proses basa digunakan untuk memurnikan besi kasar yang kaya fosfor. Unsur
itu hanya dapat dikeluarkan apabila digunakan sejumlah besar dari batu kapur
selama berlangsung proses pemurnian, sehingga akan menghasilkan terak.
Lapisan dapur harus terbuat dari batu kapur untuk mencegah reaksi antara
lapisan dapur dengan unsur silikon.

48
2. Diagram proses pembuatan baja tuang :

3. Salah satu pengaruh unsur karbon dalam proses pembuatan besi tuang adalah
pelarutan unsur karbon di dalam besi dalam keadaan bebas (karbon bebas)
akan membentuk grafit. Apabila pembentukan grafitnya tinggi maka akan
dihasilkan besi kelabu dan cenderung tidak kuat. Pembentukan grafit dapat
diubah dengan jalan pengerjaan panas atau penyuntikan unsur-unsur logam
lainnya dan pengerjaan itu akan memperbaiki sifat-sifat mekanik besi tuang.

49
4. Proses pembuatan besi tempa dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tingkat Pencairan
Tingkat pencairan terjadi selama tingkat uji bahan baku dicairkan. Saat itu
sebagian besar unsur mangan dan sedikit unsur silikon dioksidasikan
menjadi terak.
b. Tingkat Pendidihan
Tingkat pendidihan terjadi pada besi yang telah lumer, sebagian
pembersihan ditandai dengan mulai terjadi pereduksian karbon. Karbon
yang direduksi membentuk gas CO dan CO 2 yang menyebabkan gas
tersebut mendidihkan bahan – bahan yang dimasukkan ke dalam dapur.
Selama dalam tingkat pendidihan terjadi proses oksidasi antara terak cair
dengan besi cairan.
c. Tingkat Penyelesaian
Pada tingkat penyelesaian, besi cair yang telah membeku dibentuk bulat dan
masing – masing beratnya sekitar 30 – 40 Kg. Kemudian, besi ditempa
untuk dijadikan balok – balok tempa (ingot) dan didinginkan dalam bak
pendinginan. Terakhir besi digiling untuk dijadikan batangan besi tempa
yang setiap potongnya disesuaikan dengan standar perdagangan.
UMPAN BALIK
Ada empat hal mendasar yang harus diketahui oleh mahasiswa agar dapat
mencapai tujuan instruksional khusus untuk pokok bahasan ini.
1. Mahasiswa dianggap mengerti tentang prinsip dasar pembuatan baja, jika dapat
menjawab soal no.1 dengan benar. Tingkat pemahaman mahasiswa sesuai
dengan kelengkapan dari soal yang dijawab.
2. Mahasiswa dianggap mengerti bagaimana tahap-tahap dari proses pembuatan
baja, jika dapat menjawab soal no.2 dengan benar. Tingkat pemahaman
mahasiswa sesuai dengan benar tidaknya urutan-urutan dari soal yang dijawab.
3. Mahasiswa dapat dianggap memahami pengaruh unsur-unsur lain terhadap
proses pembuatan tuang secara lengkap, jika dapat menjawab soal no.3 dengan

50
benar. Tingkat pemahaman mahasiswa sesuai dengan ketepatan unsur-unsur
lain terhadap pengaruh dari proses pembuatan besi tuang.
4. Pemahaman mahasiswa tentang urutan proses pembuatan besi tempa dapat
dipantau dari jawabannya untuk soal no.4.
TINDAK LANJUT
1. Soal ini seharusnya bisa dijawab oleh mahasiswa. Mahasiswa yang tidak bisa
menjawab dengan sempurna, hendaknya mmencermati kembali materi tentang
“Proses Pembuatan Baja”.
2. Bila mahasiswa tidak dapat menjawab soal no.2 dengan tepat, maka mahasiswa
tersebut harus mengulangi materi tentang “Tahap-Tahap Proses Pembuatan
Baja secara Khusus”.
3. Banyaknya unsur-unsur lain yang dapat mempengaruhi proses pembuatan baja
dan besi tuang/tempa membuat mahasiswa harus berhati-hati menetapkan
unsur-unsur lain yang berpengaruh terhadap proses pembuatan baja, besi tempa
dan besi tuang. Bila soal no.3 tidak dapat dijawab dengan benar, maka
mahasiswa harus memantapkan materi tersebut.
4. Materi proses besi tempa harus diulang kembali untuk dipelajari bila soal no.4
tidak dapat dijawab dengan sempurna.

2.4 DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka yang digunakan pada pokok bahasan ini adalah :


1. Daryanto,Drs & Hari Amanto, Drs. 2003, Ilmu Bahan, Bumi Aksara, Jakarta.

2.5 SENARAI

Ferit : Besi kubik pemusatan ruang


Heat treatment : Pengerjaan panas
Perlit : gabungan sifat baik dari ferit dan simentit
Etsa : pengetesan dengan jalan goresan
Stainless steel : baja tahan karat

51
52

Anda mungkin juga menyukai